Bisma berdiri menyenderkan tubuhnya ditembok Rumah Sakit, wajahnya
sangat terlihat cemas mengkhawatirkan kondisi Raza. Bibirnya bergetar,
hatinya bahkan sangat tidak karuan memikirkan bagaimana nasib jagoan
kecilnya
"Harusnya Ayah gak tinggalin kamu sendiri, maafin Ayah sayang, maafin Ayah..."Bisma memejamkan matanya lirih
"Semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk terhadap Cucuku, lindungi Dia Tuhan, Aku mohon..."batin om Landry penuh harap
Dhira sendiri terus menangis memandang pintu kaca ruangan dimana
Raza tengah ditangani oleh Tim Medis. Air matanya sudah membanjiri wajah
cantiknya, buah hati yang sangat Ia sayangi kini dalam keadaan yang
mencemaskan
"hiks maafin Bunda.. Maafin Bunda sayang.."Dhira menempelkan jemarinya pada pintu kaca tersebut
"Hiks.. Iyaaahh yaaaah.. Iyaaaaahh..."
Hati Bisma semakin teriris mengingat suara parau Raza memanggilnya saat diperjalanan menuju Rumah Sakit tadi
"Ya Allah.. Tolong selamatkan Putraku..
Aku tahu Aku lalai, tapi tolong jangan sakiti Dia.."Bisma ikut berdiri disamping Dhira melihat keadaan Raza
"Biss.."Dhira menatap Bisma lirih
"maafin Aku Ra, harusnya tadi Aku gak tinggalin Raza sendiri. Raza
sampai jatuh dari atas tangga gara-gara Aku, maafin Aku yah? Aku udah
lalai..."Bisma menarik kepala Dhira agar bersender didada bidangnya
"enggak Bis, Aku juga salah, harusnya tadi Aku gak terlalu lama
tinggalin Raza dikamarnya, maafin Aku.. Aku udah lalai jadi Bunda yang
baik buat Raza, Aku yang lalai.."elak Dhira beralih menyalahkan dirinya
sendiri
"Aku egois Ra, kenapa tadi Aku marah-marah sampai lupa sama Raza,
Kalau seandainya Aku tetap diatas temani Dia pasti Raza gak akan kaya
gini.. Maaf karna Aku semuanya jadi kacau, maaf juga karna tadi Aku
sempat bentak kamu.."Bisma mengelus kepala Dhira lembut. Kedua matanya
Ia pejamkan hingga butiran bening mengalir begitu bebas diwajahnya.
Hatinya masih sangat sesak mengingat kondisi Raza yang berlumuran darah
segar dirumah tadi
"sekarang kita Doain aja buat keselamatan anak kita. Aku yakin ko
Raza kuat.. Gak usah sedih lagi yah?"Bisma melepaskan pelukannya seraya
menghapus air mata dipipi Dhira
"tapi Raza masih sangat kecil, Aku gak bisa bayangin gimana sakitnya
Dia, Aku gak bisa bayangin Bis..."lirih Dhira kembali meneteskan air
mata
"Raza kuat ko sayang, Dia pasti kuat, percaya sama Aku. Raza itu
anak yang kuat, Dia pasti selamat.."Bisma mengelus pipi Dhira meyakinkan
"sekarang kita tunggu disana yah? Kita berdoa untuk keselamatan
Raza.."Bisma menunjuk kursi ruang tunggu yang berada tak jauh darinya
Dhira hanya mengangguk setuju tanpa berucap. Ia segera berjalan mengikuti Bisma menuju kursi ruang tunggu pasient.
Om Landry dan tante Nela sendiri sudah duduk menunggu disana,
keduanya sama-sama mengkhawatirkan keadaan Raza yang sampai saat ini
belum diketahui bagaimana kondisinya
"Eyang akan lakuin apapun untuk keselamatan kamu.. Eyang akan sewa
Dokter terhebat dari Luar Negri kalau perlu agar kamu bisa selamat.
Eyang akan lakuin apapun buat kamu Raza, meski nyawa Eyang sendiri yang
akan menjadi taruhannya sekalipun, itu akan Eyang lakukan.."batin om
Landry sungguh-sungguh.
**
"Ja..jadi kondisinya sangat kritis Dokter? La..lalu bagaimana
keadaan cucu saya? Dia, Dia pasti selamat kan Dok? Dia masih bisa
diselamatkan kan Dokter?"tubuh om Landry mendadak lemas mendengar kabar
yang disampaikan oleh Dokter muda yang menangani Raza ini
"Kondisi pasient cukup parah, benturan dikepalanya juga lumayan keras. Sepertinya
Pasient jatuh cukup tinggi sampai banyak sekali mengeluarkan darah,
Saya berharap kalau salah satu keluarga pasient disini bisa mendorkan
darahnya untuk pasien bernama Raza Tanubrata Karisma karna kebetulan
stok darah pasient sangat langka disini.."ujar Dokter tersebut
menjelaskan
"DEGG"rasanya semua detak jantung om Landry, tane Nela, Bisma dan
Dhira seakan berhenti berdetak mendengar penjelasan sang Dokter
"Ya Allah.. Ternyata bisa sampai separah ini kondisi Raza.."Bisma mengusap wajahnya pilu
Sedangkan Dhira hanya bisa menangis dan menangis. Entah sudah berapa banyak air mata yang Ia keluarkan saat ini
"tolong sembukan Putra saya Dokter, Saya mohon.."pinta Dhira lirih
"Kami pasti akan berusaha semaksimal mungkin, tapi sekarang Darah
salah satu diantara kalian sangat berarti untuk membantu keselamatan
Raza, Saya haraap..."ucapan Dokter ini terpotong
"Ambil saja darah Saya. Saya Eyangnya, Darah Saya pasti cocok dengan
darah Cucu Saya Raza.."pinta om Landry begitu yakinnya tanpa berfikir
lama lagi
"Baiklah, kalau begitu Anda ikut Saya Pak.."ucap sang Dokter dijawab anggukan oleh om Landry
"hiks anak Kita Bis, Raza.."Dhira memandang Bisma cemas
"gak papa ko sayang, tenang yah? Anak kita pasti selamat, Raza pasti
selamat Ra.."Bisma menarik tubuh Dhira kedalam pelukannya. Ia berusaha
menangkan dan meyakinkan Dhira kalau semua pasti akan baik-baik saja
"Ya Tuhan.. Selamatkan Cucuku.. Jangan biarkan sesuatu yang buruk terjadi padanya.."batin tante Nela lirih
Om Landry pun segera berjalan mengikuti sang Dokter untuk
mendonorkan darahnya agar bisa menolong Raza. Ia sama sekali tidak
berfikir panjang kalau tindakannya ini akan membongkar semua rahasia
besarnya. Kepanikan akan keselamatan Raza membuatnya tidak sadar hingga
melakukan hal tersebut.
Selang beberapa menit kemudian..
Bisma berdiri bolak-balik dengan wajah cemasnya. Ia menunggu hasil
pendonoran darah om Landry untuk Raza yang sampai sekarang belum juga
selesai
"ini bagaimana Dokter? Golongan darah Pak Landry tidak cocok dengan
pasient Raza, jadi darahnya tidak Saya ambil karna tidak memiliki
kecocokan.."
Kepala Bisma tiba-tiba menoleh kearah seorang Suster perempuan yang datang menghampiri Dokter Fadly yang mengurus keadaan Raza
"Bagaimana mungkin tidak sama Suster? Bukannya Pak Landry bicara
sendiri kalau Dia kakek dari pasient Raza? Mungkin suster salah, coba
kita periksa lagi, jangan sampai ada kesalahan disini.."Dokter Fadly
segera kembali masuk kedalam salah satu ruangan yang terdapat om Landry
disana. Sedangkan Suster tersebut hanya membuntuti Dokter Fadly dari
belakang
"Gak cocok? Maksudnya apa? Mana mungkin darah papah sama Raza gak cocok?"Bisma mengerutkan keningnya bingung
"mending Gue cari tahu, mungkin ini ada kaitannya sama rahasia yang
papah sembunyiin dari Gue.."batin Bisma yakin. Ia beranjak dari duduknya
mengikuti Dokter Fadly kedalam ruangan...
bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p