Mobil Sedan berwarna hitam pekat ini akhirnya tiba dan berhenti tepat
didepan rumah mewah milik om Landry. Bisma dan Dhira yang berada didalam
mobil tersebut pun segera keluar dan berjalan masuk kedalam rumah mewah
tersebut, sedangkan om Landry dan tante Nela sendiri berada dimobil
Honda Jazz hitam yang berada dibelakang mobil Sedan hitam Bisma
"Yaaah.. Iyang yah iyang.."teriak Raza antusias saat melihat sosok om Landry berjalan dibelakangnya
"iya Eyang, Raza mau sama Eyang yah?"Dhira menatap wajah jagoan kecilnya ini
"iyang mbun, Zaza iyang.."Raza mengangguk-anggukkan kepalanya menunjuk om Landry
"sini Ra, Papah pingin gendong Raza, boleh kan?"om Landry mengulurkan tangannya ragu
Dhira justru malah diam menatap Bisma yang menatapnya cukup tajam
"Raza harus segera istirahat, jadi jangan main-main dulu"tolak Bisma
meraih tubuh Raza dari gendongan Dhira lalu berjalan masuk mendahului
Dhira dan om Landry
"Biss?"panggil Dhira mencoba menghentikan langkah Bisma
"Raza harus istirahat Ra, kamu ngerti dong, tau sendiri kan Dokter
tadi bilang apa? Udah deh gak usah egois! Raza harus tetap istirahat,
FAHAM?"jelas Bisma menekan kata-katanya
Dhira hanya menghela nafas dan menunduk pasrah
"iyaaahh.. Iyang yah iyang.. Zaza iyang yaah.. Uhhh iyang"rengek Raza menunjuk om Landry yang masih berdiri dibelakangnya
"bobo dulu nanti baru Ayah izinin sama Eyang!"tegas Bisma berlalu membawa Raza masuk
"hiks.. Yaaah iyaang uuhh iyaaang..!!"teriak Raza meronta dan terus
menunjuk om Landry, namun Bisma sama sekali tidak menghiraukannya, Ia
tetap membawa Raza masuk meskipun Raza menangis dan berteriak sekalipun
"maaf ya pah? Bisma mungkin lagi ada masalah, makanya Ia jadi
bersikap kaya gini, nanti Dhira coba bujuk ko, Dhira permisi Pah.."ujar
Dhira lembut berpamitan menyusul Bisma dan Raza
"iya tidak apa-apa Ra, Papah ngerti.."balas om Landry meng-iyakan
Dhira tersenyum kemudian melangkah masuk menyusul Bisma
"Bisma keterlaluan, kenapa sikapnya menjadi seperti ini? Kenapa juga
dari semalam Dia terus melarang Raza dekat dengan Eyangnya? Padahal
biasanya Bisma tidak pernah seperti ini.."batin tante Nela tidak habis
fikir melihat sikap Bisma sekarang.
Tak lama om Landry dan tante Nela pun ikut masuk kedalam rumahnya meski fikiran mereka masih diliputi banyak tanda tanya.
**
"Bis, sebenernya kamu kenapa sih? Ko sikap kamu jadi kaya gini sama
papah? Apa kalian lagi ada masalah?"Dhira berjalan pelan mendekati Bisma
dan duduk dipinggiran tempat tidurnya
"hemz, ternyata selain PEMBOHONG BESAR, kamu itu pandai ber-ACTING juga yah Ra? HEBAT!"sindir Bisma menekan kata-katanya
"ma..maksud kamu apa? Pe..pembohong? A..aku gak ngerti Bis, kamu ngomong apa sih?"kaget Dhira bingung plus gugup
"Gak usah berlaga polos, Aku UDAH TAU semuanya!"tegas Bisma menatap wajah Dhira tajam
"tau? Tau tentang apa? Bis kamu jangan buat Aku bingung, kamu kenapa
jadi kaya gini? Aku..aku beneran gak ngerti.."kaget Dhira semakin
dibuat bingung
"kamu tuh benar-benar picik yah Ra? Kamu tau tapi kamu masih saja berlaga tidak tau.
Sekarang Aku cuma kasih dua pilihan sama kamu, tetap ikut sama Aku
dan tinggalkan semuanya atau kehilangan Aku dan Raza?"tanya Bisma
mendekatkan wajahnya dengan tatapan tajam
"Bis.. A..aku beneran gak ngerti, sebenarnya ini ada apa? Aku gak ngerti Bisma.."bingung Dhira menggeleng lemas
"Jadi kamu beneran gak ngerti?
Kamu gak ngerti Ra? kAMU GAK NGERTI HAH?"bentak Bisma kasar
Dhira menunduk takut dan meneteskan air mata
"Bis...?"pangggilnya lirih
"Aku udah tau Ra, Aku udah tau. Aku udah tau kalau Aku bukan anak
kandung Papah sama mamah Aku udah tahu, dan Aku juga yakin kamu sendiri
udah tau tentang semua ini. Tapi apa? Kamu malah ikut bohongin Aku Ra,
kamu bohongin Aku dan ikut nyembunyiin semua rahasia besar ini. Kamu
bohongin Aku, kamu tega Ra, kamu tega.."Bisma membalikkan badannya
membelakangi Dhira, air matanya pun mengalir bebas tak dapat lagi Ia
tahan
"maaf Bis, Aku gak bermaksud bohongin kamu.. Sumpah demi apapun Aku
gak pernah bermaksud bohongin kamu, papah sama mamah melakukan itu semua
juga buat kebaikan kamu, buat kebaikan kita Bis, mereka menyayangi
kamu, mereka gak mau kehilangan kau, Aku minta maaf..."sesal Dhira
menunduk lirih
"kebaikan Ra? KEBAIKAN APA?
Ini sudah jelas sebuah kebohongan. Mereka udah bohongin Aku Ra,
MEREKA BOHONGIN AKU DARI KECIL! Mereka bohong Dhira, mereka
bohong..."Bisma begitu terlihat kecewa dan sangat kecewa. Sedangkan
Dhira hanya diam menunduk takut
"Sekarang Aku cuma mau kamu ikuti keinginan Aku. Kita keluar dari
rumah ini dan bawa Raza pergi. Aku bukan siapa-siapa disini Ra, jadi Aku
gak berhak tinggal dirumah ini, kita bawa Raza pergi dan memulai
semuanya dari awal, Aku gak mau disini karna ini bukan tempat Aku.
Kamu mau kan ikut sama Aku dan Raza?
Kita besarin anak kita berdua, Aku janji akan berusaha buat bahagiain kamu dan Raza dengan keringat Aku.
Beresin pakaian kamu dan Raza, kita pergi sore ini.."Bisma
mengangkat dagu Dhira dan menatapnya lekat, kata-katanya pun Ia pelankan
agar Dhira tidak ketakutan dan mau menuruti keinginannya
"tapi kenapa harus keluar dari rumah ini Bis?
Nanti gimana sama papah dan mamah? Mereka pasti gak akan izinin kita
pergi, Raza juga gak bisa jauh dari Eyangnya,please Aku mohon kamu
jangan egois. Papah dan mamah yang besarin kamu Bis, harusnya kamu gak
udah bersikap kaya gini, mereka tulus menyayangi kamu Bisma, mereka
sangat sayang kamu, please jangan pergi.."mohon Dhira menggelengkan
kepalanya menatap Bisma
"kalau kamu gak mau ikut yaudah. Tapi JANGAN harap Aku akan kasih
hak asuh Raza buat kamu, Raza akan tetap Aku bawa dengan atau tanpa kamu
sekalipun!"tegas Bisma kemudian beranjak mendekati jagoan kecilnya yang
tertidur pulas diatas tempat tidurnya
"jangan pisahin Aku sama Raza.. Iya Aku ikut, tapi jangan pisahin
Aku sama Raza, Aku juga gak mau pisah sama kamu Bis, Aku sayang sama
kamu dan Raza.."Dhira memandang Bisma pilu akan dua pilihan yang sangat
sulit ini
"yaudah sekarang beresin pakaiannya, jangan terlalu banyak karna
semua pakaian dirumah ini dibeli menggunakan uang Papah. Bawa secukupnya
aja, biar Aku yang gendong Raza, kita pasti bisa hidup tanpa papah Ra,
pecaya sama Aku.."Bisma tersenyum menyentuh bahu Dhira, Raza pun sudah
berada didalam gendongannya, jagoan kecilnya itu hanya mengerjapkan
kedua kelopak matanya yang masih terasa ngantuk
"iyang.. Yah iyang.."tiba-tiba Raza memandang wajah Bisma dan masih saja mencari sosok Eyang kesayangannya
"beresin bajunya sekarang Ra, karna lebih cepat itu lebih
baik.."suruh Bisma lagi, Dhira pun hanya mengangguk pasrah menuruti
keinginan Bisma
"yaah.. Iyang uhh, iyang yah yaang.."pinta Raza menunjuk pintu kamar
yang terbuka, mungkin Ia berharap kalau Ayahnya ini akan membawanya
keluar kamar menemui sang Eyang
"Raza gak punya Eyang, jadi Raza gak boleh minta Ayah buat ketemu
sama Eyang terus. Raza cuma punya Ayah sama Bunda, ngerti?"tegas Bisma
menatap wajah polos Raza
"hiks.. Iyang Zaza iyang yahh uuhh Zaza iyaang.."Raza malah menangis
sambil terus menunjuk kearah pintu, mungkin ucapan Bisma terdengar
cukup keras hingga membuatnya menangis dan takut
"cengeng! Anak Ayah gak boleh cengeng! Nanti kita temui Eyang tapi
UNTUK yang terakhir, jangan nangis lagi, Ayah gak suka kalau Raza sering
nangis!"tegas Bisma menunjuk wajah Raza masih dengan tatapan dinginnya.
Raza pun hanya bisa menunduk takut dan berhenti menangis meski bibirnya
ingin sekali menangis, namun melihat ekspresi wajah Bisma seperti ini
justru sangat membuatnya takut.
"iyaang.. Zaza iyang..."Raza memandang pintu kamarnya dengan mata berkaca-kaca.
Sementara itu..
"Duh, Arka kenapa sih sayang? Ko dari tadi nangisnya gak mau
berhenti? Udah dong sayang jangan nangis terus, mamah bingung nih kalau
kamu udah nangis kaya gini.. Papah kamu juga mana lagi, masa mandi aja
hampir setengah jam gini? Dipanggilin gak nyahut-nyahut lagi, gak tau
apa kalau Aku kerepotan ngurusin Arka."wajahmu seketika terlihat berubah
menjadi begitu panik dan takut, sikecil yang baru lahir seminggu yang
lalu tidak mau berhenti menangis, sedangkan Rangga suamimu sendiri
sedari tadi belum juga keluar dari dalam kamar mandinya
"uhh sayang udah dong jangan nangis terus.. Mamah jadi panik nak,
Arka jangan nangis yah? Nanti mamah kasih Arka Asi, tapi tunggu papah
keluar dulu, mamah masih takut buat gendong kamunya, mamah belum
terbiasa sayang.."ucapmu mencoba menenangkan Arka yang tergeletak diatas
tempat tidurmu itu, padahal sebenarnya Arka hanya kehausan dan ingin
digendong, tapi berhubung kamu belum bisa dan masih takut, jadi kamu
lebih memilih membiarkannya terbaring diatas kasur
"Ya ampun (namamu)? Ko Arka nya didiemin terus sih? Itu nangis loh
Dia, masa malah didiemin? Kasihan sayang, kamu tega deh jadi Ibu,
anaknya sendiri sampe dibiarin nangis kaya gitu.."kaget Rangga melihat
Arka meronta-ronta menangis diatas tempat tidurnya
"issh kamu ko malah marahin Aku sih? Aku tuh bingung tau gak, kamu
tau sendiri kan Aku tuh belum berani gendong Arka kalau gak dibantu, Aku
takut Ga. Jadi jangan marahin Aku dong.."protesmu dengan nada manja
seperti anak kecil
"iya iya Aku minta maaf. Tapi harusnya kamu gendong dong sayang,
atau kasih Asi nya sambil tiduran juga kan bisa, kasihan Arka
nya.."Rangga mendekat menghampirimu lalu meraih tubuh Arka dan
memangkunya
"uhhh sayang maafin papah ya nak.. Mamahnya masih takut katanya,
papah heran sama mamah kamu, masa gendong anaknya sendiri takut, pantes
aja pas ngelahirin lebih memilih di operasi, bener-bener aneh tau
gak.."Rangga meraih tubuh mungil Arka dan menenangkannya, sedangkan kamu
sendiri hanya diam memanyunkan bibirmu mendengar ucapan Rangga
"kamu tuh jangan terus-terusan salahin Aku dong Ga, dari awal kita
nikah kan Aku udah bilang kalau Aku belum siap buat punya anak, tapi
kamu malah maksa, trus waktu ngelahirin juga Aku tuh takut tau gak,
banyak yang bilang ngelahirin itu sakit, makanya Aku lebih memilih di
operasi, jadi jangan salahin Aku terus.."ambekmu merasa Rangga tidak
menghargaimu sebagai seorang istri
"maksud Aku bukan kaya gitu sayang..
Udah jangan ngambek ah, mending kasih Arka Asi, kasihan nih Dia
nangis terus, nanti Aku bakalan sewa Baby Sitter deh buat Arka biar kamu
gak kerepotan.
Aku tuh pengen cepet-cepet punya anak karna Aku memang udah siap
jadi seorang Ayah, jadi jangan pernah nyesel yah udah kasih Aku jagoan
kecil yang tampan seperti Arka? Aku minta maaf, Aku sayang kamu
(namamu), Aku juga gak bermaksud terlalu banyak menuntut, maaf yah
sayang?.."bujuk Rangga lembut mengelus rambut panjangmu. Ia menyerahkan
Arka dengan sangat hati-hati kedalam pangkuanmu
"iya Aku maafin, tapi jangan marahin Aku lagi. Aku tuh paling gak
suka kalau dimarahin, Aku juga sayang kamu ko, Aku gak pernah nyesel
udah ngelahirin Arka kedunia ini, Aku cuma butuh waktu gak buat belajar
jadi Ibu yang baik, maafin Aku juga yah?.."balasmu tersenyum begitu
manis menatap Rangga, perlahan kamu mulai membuka 3'kancing baju bagian
atasmu dan mulai memberikan Asi untuk Arka dengan bantuan Rangga
"iya sayang Aku ngerti ko, kasih Arka Asi yang banyak yah biar cepet
besar dan bisa main sendiri nantinya.."Rangga tersenyum memandangi
wajah jagoan kecilnya, mata beningnya terlihat begitu bahagia melihat
wajah Arka yang sangat mirip dengannya, sesekali jemarinya pun menyentuh
pipi Arka dan bibirnya mengecup puncak kepalamu, kalian berdua memang
terlihat sangat bahagia kalau sudah seperti ini, meskipun kamu masih
bersikap seperti anak kecil dan sangat manja, tapi sikap dewasa Rangga
mampu untuk menyeimbanginya...
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p