Sabtu, 05 Oktober 2013

Terpaksa BUKAN Cinta II "Maafkan Aku" #Part 14

Mobil Sedan berwarna hitam pekat ini akhirnya tiba dan berhenti tepat didepan rumah mewah milik om Landry. Bisma dan Dhira yang berada didalam mobil tersebut pun segera keluar dan berjalan masuk kedalam rumah mewah tersebut, sedangkan om Landry dan tante Nela sendiri berada dimobil Honda Jazz hitam yang berada dibelakang mobil Sedan hitam Bisma


"Yaaah.. Iyang yah iyang.."teriak Raza antusias saat melihat sosok om Landry berjalan dibelakangnya

"iya Eyang, Raza mau sama Eyang yah?"Dhira menatap wajah jagoan kecilnya ini

"iyang mbun, Zaza iyang.."Raza mengangguk-anggukkan kepalanya menunjuk om Landry

"sini Ra, Papah pingin gendong Raza, boleh kan?"om Landry mengulurkan tangannya ragu

Dhira justru malah diam menatap Bisma yang menatapnya cukup tajam

"Raza harus segera istirahat, jadi jangan main-main dulu"tolak Bisma meraih tubuh Raza dari gendongan Dhira lalu berjalan masuk mendahului Dhira dan om Landry

"Biss?"panggil Dhira mencoba menghentikan langkah Bisma

"Raza harus istirahat Ra, kamu ngerti dong, tau sendiri kan Dokter tadi bilang apa? Udah deh gak usah egois! Raza harus tetap istirahat, FAHAM?"jelas Bisma menekan kata-katanya

Dhira hanya menghela nafas dan menunduk pasrah


"iyaaahh.. Iyang yah iyang.. Zaza iyang yaah.. Uhhh iyang"rengek Raza menunjuk om Landry yang masih berdiri dibelakangnya

"bobo dulu nanti baru Ayah izinin sama Eyang!"tegas Bisma berlalu membawa Raza masuk

"hiks.. Yaaah iyaang uuhh iyaaang..!!"teriak Raza meronta dan terus menunjuk om Landry, namun Bisma sama sekali tidak menghiraukannya, Ia tetap membawa Raza masuk meskipun Raza menangis dan berteriak sekalipun


"maaf ya pah? Bisma mungkin lagi ada masalah, makanya Ia jadi bersikap kaya gini, nanti Dhira coba bujuk ko, Dhira permisi Pah.."ujar Dhira lembut berpamitan menyusul Bisma dan Raza

"iya tidak apa-apa Ra, Papah ngerti.."balas om Landry meng-iyakan

Dhira tersenyum kemudian melangkah masuk menyusul Bisma

"Bisma keterlaluan, kenapa sikapnya menjadi seperti ini? Kenapa juga dari semalam Dia terus melarang Raza dekat dengan Eyangnya? Padahal biasanya Bisma tidak pernah seperti ini.."batin tante Nela tidak habis fikir melihat sikap Bisma sekarang.

Tak lama om Landry dan tante Nela pun ikut masuk kedalam rumahnya meski fikiran mereka masih diliputi banyak tanda tanya.




**
"Bis, sebenernya kamu kenapa sih? Ko sikap kamu jadi kaya gini sama papah? Apa kalian lagi ada masalah?"Dhira berjalan pelan mendekati Bisma dan duduk dipinggiran tempat tidurnya

"hemz, ternyata selain PEMBOHONG BESAR, kamu itu pandai ber-ACTING juga yah Ra? HEBAT!"sindir Bisma menekan kata-katanya

"ma..maksud kamu apa? Pe..pembohong? A..aku gak ngerti Bis, kamu ngomong apa sih?"kaget Dhira bingung plus gugup

"Gak usah berlaga polos, Aku UDAH TAU semuanya!"tegas Bisma menatap wajah Dhira tajam

"tau? Tau tentang apa? Bis kamu jangan buat Aku bingung, kamu kenapa jadi kaya gini? Aku..aku beneran gak ngerti.."kaget Dhira semakin dibuat bingung

"kamu tuh benar-benar picik yah Ra? Kamu tau tapi kamu masih saja berlaga tidak tau.
Sekarang Aku cuma kasih dua pilihan sama kamu, tetap ikut sama Aku dan tinggalkan semuanya atau kehilangan Aku dan Raza?"tanya Bisma mendekatkan wajahnya dengan tatapan tajam

"Bis.. A..aku beneran gak ngerti, sebenarnya ini ada apa? Aku gak ngerti Bisma.."bingung Dhira menggeleng lemas

"Jadi kamu beneran gak ngerti?
Kamu gak ngerti Ra? kAMU GAK NGERTI HAH?"bentak Bisma kasar

Dhira menunduk takut dan meneteskan air mata

"Bis...?"pangggilnya lirih

"Aku udah tau Ra, Aku udah tau. Aku udah tau kalau Aku bukan anak kandung Papah sama mamah Aku udah tahu, dan Aku juga yakin kamu sendiri udah tau tentang semua ini. Tapi apa? Kamu malah ikut bohongin Aku Ra, kamu bohongin Aku dan ikut nyembunyiin semua rahasia besar ini. Kamu bohongin Aku, kamu tega Ra, kamu tega.."Bisma membalikkan badannya membelakangi Dhira, air matanya pun mengalir bebas tak dapat lagi Ia tahan

"maaf Bis, Aku gak bermaksud bohongin kamu.. Sumpah demi apapun Aku gak pernah bermaksud bohongin kamu, papah sama mamah melakukan itu semua juga buat kebaikan kamu, buat kebaikan kita Bis, mereka menyayangi kamu, mereka gak mau kehilangan kau, Aku minta maaf..."sesal Dhira menunduk lirih

"kebaikan Ra? KEBAIKAN APA?
Ini sudah jelas sebuah kebohongan. Mereka udah bohongin Aku Ra, MEREKA BOHONGIN AKU DARI KECIL! Mereka bohong Dhira, mereka bohong..."Bisma begitu terlihat kecewa dan sangat kecewa. Sedangkan Dhira hanya diam menunduk takut

"Sekarang Aku cuma mau kamu ikuti keinginan Aku. Kita keluar dari rumah ini dan bawa Raza pergi. Aku bukan siapa-siapa disini Ra, jadi Aku gak berhak tinggal dirumah ini, kita bawa Raza pergi dan memulai semuanya dari awal, Aku gak mau disini karna ini bukan tempat Aku.
Kamu mau kan ikut sama Aku dan Raza?
Kita besarin anak kita berdua, Aku janji akan berusaha buat bahagiain kamu dan Raza dengan keringat Aku.
Beresin pakaian kamu dan Raza, kita pergi sore ini.."Bisma mengangkat dagu Dhira dan menatapnya lekat, kata-katanya pun Ia pelankan agar Dhira tidak ketakutan dan mau menuruti keinginannya

"tapi kenapa harus keluar dari rumah ini Bis?
Nanti gimana sama papah dan mamah? Mereka pasti gak akan izinin kita pergi, Raza juga gak bisa jauh dari Eyangnya,please Aku mohon kamu jangan egois. Papah dan mamah yang besarin kamu Bis, harusnya kamu gak udah bersikap kaya gini, mereka tulus menyayangi kamu Bisma, mereka sangat sayang kamu, please jangan pergi.."mohon Dhira menggelengkan kepalanya menatap Bisma

"kalau kamu gak mau ikut yaudah. Tapi JANGAN harap Aku akan kasih hak asuh Raza buat kamu, Raza akan tetap Aku bawa dengan atau tanpa kamu sekalipun!"tegas Bisma kemudian beranjak mendekati jagoan kecilnya yang tertidur pulas diatas tempat tidurnya

"jangan pisahin Aku sama Raza.. Iya Aku ikut, tapi jangan pisahin Aku sama Raza, Aku juga gak mau pisah sama kamu Bis, Aku sayang sama kamu dan Raza.."Dhira memandang Bisma pilu akan dua pilihan yang sangat sulit ini

"yaudah sekarang beresin pakaiannya, jangan terlalu banyak karna semua pakaian dirumah ini dibeli menggunakan uang Papah. Bawa secukupnya aja, biar Aku yang gendong Raza, kita pasti bisa hidup tanpa papah Ra, pecaya sama Aku.."Bisma tersenyum menyentuh bahu Dhira, Raza pun sudah berada didalam gendongannya, jagoan kecilnya itu hanya mengerjapkan kedua kelopak matanya yang masih terasa ngantuk

"iyang.. Yah iyang.."tiba-tiba Raza memandang wajah Bisma dan masih saja mencari sosok Eyang kesayangannya

"beresin bajunya sekarang Ra, karna lebih cepat itu lebih baik.."suruh Bisma lagi, Dhira pun hanya mengangguk pasrah menuruti keinginan Bisma

"yaah.. Iyang uhh, iyang yah yaang.."pinta Raza menunjuk pintu kamar yang terbuka, mungkin Ia berharap kalau Ayahnya ini akan membawanya keluar kamar menemui sang Eyang

"Raza gak punya Eyang, jadi Raza gak boleh minta Ayah buat ketemu sama Eyang terus. Raza cuma punya Ayah sama Bunda, ngerti?"tegas Bisma menatap wajah polos Raza

"hiks.. Iyang Zaza iyang yahh uuhh Zaza iyaang.."Raza malah menangis sambil terus menunjuk kearah pintu, mungkin ucapan Bisma terdengar cukup keras hingga membuatnya menangis dan takut

"cengeng! Anak Ayah gak boleh cengeng! Nanti kita temui Eyang tapi UNTUK yang terakhir, jangan nangis lagi, Ayah gak suka kalau Raza sering nangis!"tegas Bisma menunjuk wajah Raza masih dengan tatapan dinginnya. Raza pun hanya bisa menunduk takut dan berhenti menangis meski bibirnya ingin sekali menangis, namun melihat ekspresi wajah Bisma seperti ini justru sangat membuatnya takut.

"iyaang.. Zaza iyang..."Raza memandang pintu kamarnya dengan mata berkaca-kaca.




Sementara itu..




"Duh, Arka kenapa sih sayang? Ko dari tadi nangisnya gak mau berhenti? Udah dong sayang jangan nangis terus, mamah bingung nih kalau kamu udah nangis kaya gini.. Papah kamu juga mana lagi, masa mandi aja hampir setengah jam gini? Dipanggilin gak nyahut-nyahut lagi, gak tau apa kalau Aku kerepotan ngurusin Arka."wajahmu seketika terlihat berubah menjadi begitu panik dan takut, sikecil yang baru lahir seminggu yang lalu tidak mau berhenti menangis, sedangkan Rangga suamimu sendiri sedari tadi belum juga keluar dari dalam kamar mandinya

"uhh sayang udah dong jangan nangis terus.. Mamah jadi panik nak, Arka jangan nangis yah? Nanti mamah kasih Arka Asi, tapi tunggu papah keluar dulu, mamah masih takut buat gendong kamunya, mamah belum terbiasa sayang.."ucapmu mencoba menenangkan Arka yang tergeletak diatas tempat tidurmu itu, padahal sebenarnya Arka hanya kehausan dan ingin digendong, tapi berhubung kamu belum bisa dan masih takut, jadi kamu lebih memilih membiarkannya terbaring diatas kasur


"Ya ampun (namamu)? Ko Arka nya didiemin terus sih? Itu nangis loh Dia, masa malah didiemin? Kasihan sayang, kamu tega deh jadi Ibu, anaknya sendiri sampe dibiarin nangis kaya gitu.."kaget Rangga melihat Arka meronta-ronta menangis diatas tempat tidurnya

"issh kamu ko malah marahin Aku sih? Aku tuh bingung tau gak, kamu tau sendiri kan Aku tuh belum berani gendong Arka kalau gak dibantu, Aku takut Ga. Jadi jangan marahin Aku dong.."protesmu dengan nada manja seperti anak kecil

"iya iya Aku minta maaf. Tapi harusnya kamu gendong dong sayang, atau kasih Asi nya sambil tiduran juga kan bisa, kasihan Arka nya.."Rangga mendekat menghampirimu lalu meraih tubuh Arka dan memangkunya

"uhhh sayang maafin papah ya nak.. Mamahnya masih takut katanya, papah heran sama mamah kamu, masa gendong anaknya sendiri takut, pantes aja pas ngelahirin lebih memilih di operasi, bener-bener aneh tau gak.."Rangga meraih tubuh mungil Arka dan menenangkannya, sedangkan kamu sendiri hanya diam memanyunkan bibirmu mendengar ucapan Rangga

"kamu tuh jangan terus-terusan salahin Aku dong Ga, dari awal kita nikah kan Aku udah bilang kalau Aku belum siap buat punya anak, tapi kamu malah maksa, trus waktu ngelahirin juga Aku tuh takut tau gak, banyak yang bilang ngelahirin itu sakit, makanya Aku lebih memilih di operasi, jadi jangan salahin Aku terus.."ambekmu merasa Rangga tidak menghargaimu sebagai seorang istri

"maksud Aku bukan kaya gitu sayang..
Udah jangan ngambek ah, mending kasih Arka Asi, kasihan nih Dia nangis terus, nanti Aku bakalan sewa Baby Sitter deh buat Arka biar kamu gak kerepotan.
Aku tuh pengen cepet-cepet punya anak karna Aku memang udah siap jadi seorang Ayah, jadi jangan pernah nyesel yah udah kasih Aku jagoan kecil yang tampan seperti Arka? Aku minta maaf, Aku sayang kamu (namamu), Aku juga gak bermaksud terlalu banyak menuntut, maaf yah sayang?.."bujuk Rangga lembut mengelus rambut panjangmu. Ia menyerahkan Arka dengan sangat hati-hati kedalam pangkuanmu

"iya Aku maafin, tapi jangan marahin Aku lagi. Aku tuh paling gak suka kalau dimarahin, Aku juga sayang kamu ko, Aku gak pernah nyesel udah ngelahirin Arka kedunia ini, Aku cuma butuh waktu gak buat belajar jadi Ibu yang baik, maafin Aku juga yah?.."balasmu tersenyum begitu manis menatap Rangga, perlahan kamu mulai membuka 3'kancing baju bagian atasmu dan mulai memberikan Asi untuk Arka dengan bantuan Rangga

"iya sayang Aku ngerti ko, kasih Arka Asi yang banyak yah biar cepet besar dan bisa main sendiri nantinya.."Rangga tersenyum memandangi wajah jagoan kecilnya, mata beningnya terlihat begitu bahagia melihat wajah Arka yang sangat mirip dengannya, sesekali jemarinya pun menyentuh pipi Arka dan bibirnya mengecup puncak kepalamu, kalian berdua memang terlihat sangat bahagia kalau sudah seperti ini, meskipun kamu masih bersikap seperti anak kecil dan sangat manja, tapi sikap dewasa Rangga mampu untuk menyeimbanginya...






Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p