Kamu dan Rangga kini sudah berada tepat didepan ruangan dimana om Landry
tengah terbaring lemah tak berdaya disana. Bayi mungilmu kamu gendong
meski sedikit kesulitan karna Arka yang terbangun dan tidak mau diam.
"Jadi gimana sama om Landry tante?
Apa keadaannya sudah membaik?"Rangga melontarkan satu pertanyaan begitu melihat tante Nela keluar menghampirinya.
Tante Nela hanya menggeleng lemah, air matanya kembali menetes, ia
begitu terlihat sangat terpuruk dan sedih atas kejadian yang menimpa
suaminya ini.
Rangga mendekat dan mengajak tante Nela agar duduk dikursi ruang tunggu.
"sejak tadi tante menunggu kedatangan Dhira dan Bisma Ga. Om kamu
sangat mengharapkan mereka datang, terutama Raza. Kondisi om saat ini
memang sudah membaik, tapi dia ingin bertemu Bisma dan Raza.
Tante bingung, tante tidak tahu harus berbicara apa sama om kamu.
Dia sangat mengharapkan kehadiran Bisma, dia juga ingin bertemu Raza.
Tapi..?"
"maafin Rangga tante, Rangga gak bisa berbuat apa-apa, maafin Rangga.."
Tubuh tante Nela Rangga tarik kedalam pelukannya, mendekap dengan
erat memberikan wanita paruh baya ini kenyamanan agar tidak
terus-menerus bersedih.
"tante hanya kecewa saja sama Bisma Ga.
Kenapa dia menjadi seperti ini?
Apa ini balasan atas semua kasih sayang dan cinta yang tante dan om berikan tulus padanya selama ini?
Apa ini balasannya Ga?"tante Nela terisak lirih. Kamu yang sedari
tadi hanya berdiri dan mendengarkan pun ikut menangis tidak tega.
"Rangga yakin Bisma gak bermaksud seperti ini tan, Rangga cukup lama
mengenal Bisma. Ia hanya sedang diliputi emosi dan kekecewaan yang
berlebihan. Rangga yakin Bisma itu baik, dia juga sayang terhadap tante
juga om. Yang sabar yah tan, Rangga yakin Bisma pasti akan datang kesini
bersama Dhira dan membawa Raza juga, Rangga yakin tante."jelas Rangga
bijak. Tante Nela terdiam tanpa berani melepaskan pelukan Rangga yang
membuatnya cukup tenang ini.
"kamu memang bukan anak tante. Tapi kamu selalu membuat tante dan om nyaman.
Andai kamu yang tante besarkan Ga. Andai Bisma bisa bersikap seperti
kamu. Tante pasti tidak akan pernah merasa sesedih ini.."tante Nela
memejamkan matanya lirih.
**
"Ko dari tadi kamu diam terus?
Kamu kenapa? Jangan bilang kalau kamu masih memikirkan lelaki tua itu lagi?"
Dhira menoleh kaget mendengar suara Bisma yang tiba-tiba datang menghampirinya.
"lebih baik kamu itu diam. Berhenti menangis dan memikirkan lelaki pembohong besar itu.
Jangan siksa diri kamu sendiri denga terus menerus menangis, karna
itu sama sekali gak ada gunanya!"lanjutnya santai dengan ekspresi tanpa
dosa.
Bola mata Dhira semakin melotot mendengar Bisma berbicara seperti itu.
"Apa?
Mau nangis lagi?
Atau mau ceramahin aku lagi IYA?"sentak Bisma.
Dhira masih memandang Bisma, bola matanya mulai mengeluarkan air,
rasanya begitu sesak melihat sikap dan ucapan Bisma yang begitu
menyakitkan ini.
"apa kamu sama sekali enggak khawatir sama keadaan papah Bis?
Papah sekarang dirawat, papah lagi sakit Bisma. Apa kamu sama sekali
gak mau tahu keadaan papah Bis?"lirihnya pelan hampir tak terdengar.
Namun Bisma sama sekali tidak menghiraukan. Ia berlalu begitu saja
menuju kamarnya, bibirnya tersenyum kecil karna mendengar suara tangisan
Raza yang sepertinya terbangun.
"capek aku bicara sama kamu, gak pernah sedikit pun bisa ngertiin aku!
Mending aku temui anak aku dan main sama dia."Bisma tersenyum kecut
kemudian segera masuk kedalam kamarnya untuk menemui sang buah hati.
"apa sebenarnya yang ada didalam fikiran kamu Bis?
Kenapa semakin hari kamu semakin membenci papah?
Apa sebegitu fatal kan kesalahan papah sama kamu?
Kalau aku berada diposisi kamu aku pasti bisa maklumin semua
kebohongan papah juga mamah. Kebohongan mereka ini pasti demi kebaikan
kamu juga, apalagi kasih sayang dan ketulusan mereka tidak sebanding
dengan kebohongan yang hanya karna tidak pernah menceritakan jati diri
kamu saja.
Kamu egois Bis, kamu ingin dimengerti tapi gak pernah mau mengerti perasaan mamah dan papah.
Kamu egois Bisma, kamu egois.."Dhira hanya bisa membatin lirih melihat sifat keras suaminya ini.
Dua hari berlalu..
"mana mah?
Mamah bilang Dhira sama Bisma lagi menuju kesini. Mereka bawa Raza juga kan?
Papah ingin lihat wajah Raza mah, papah kangen dia.."
Air mata tante Nela perlahan menetes. Om Landry lagi-lagi menanyakan
menantu juga anak angkatnya, mungkin ia sangat tidak sabar bertemu
mereka, terlebih bertemu dengan Raza cucu kesayangannya.
Meski sebenarnya ia tidak tega kalau harus membohongi suaminya ini,
namun apa boleh buat, mungkin hanya dengan cara ini om Landry bisa
sedikit bersemangat dan kondisinya kembali pulih.
"mah, ko mamah malah diam?
Mamah nangis?
Apa Bisma masih tidak mau kesini untuk menjenguk papah mah?
Apa dia masih marah sama papah?"
tante Nela menggeleng lemah. Bulir bening air mata semakin tak kuasa
ia tahan hingga dibiarkannya mengalir bebas membasahi pipinya.
"papah makan buburnya dulu yah pah?
Mamah yakin Bisma sama Dhira pasti nanti akan kesini. Mereka itu
sayang sama papah, jadi tidak mungkin kalau mereka tidak datang kesini.
Raza juga pasti kesini.
Papah kangen Raza kan? Mamah yakin Raza juga pasti sangat kangen sama papah.
Tapi papah makan dulu yah? Habis itu obatnya diminum, biar papah
cepat sembuh.."tante Nela menyodorkan sesendok bubur kearah mulut om
Landry.
Om Landry hanya diam. Ia tidak membuka mulutnya. Matanya tiba-tiba
mengeluarkan bulir bening air mata saat kedua bola matanya menangkap
sinar kesedihan dari raut wajah tante Nela.
Om Landry kemudian membuka mulutnya. Ia tidak mau egois, ia tahu
kalau sikapnya ini hanya membuat kesedihan untuk sang istri. Ia mencoba
kuat meski hatinya teramat sangat rapuh.
"maafin papah, papah tidak bermaksud membuat mamah sedih dan terlalu memikirkan keadaan papah.
Papah hanya terlalu merindukan Raza mah, papah juga merindukan sosok
Bisma yang sudah kita rawat sejak bayi itu. Tapi papah tidak sedikit
pun bermaksud membuat mamah sedih.."batin om Landry lirih. Ia mengangkat
tangannya menyentuh halus pipi putih tante Nela yang basah akibat air
mata itu.
"gue gak bisa, gue gak bisa kalau harus tinggal diam kayak gini.
Gue gak bisa lihat mereka bersedih hanya karna keegoisan Bisma.
Gue harus lakuin sesuatu, ya HARUS!!"
Rangga yang sedari tadi memperhatikan om Landry dari luar ruangan
ini kemudian segera beranjak pergi, mencari sesuatu cara agar sedikit
bisa membuat kesedihan om Landry juga tante Nela bisa teredakan..
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p