Malam kini telah berganti, sinar mentari pagi pun sudah mulai menunjukkan sinarnya menggantikan sang rembulan.
Perempuan cantik yang masih sangat muda ini mulai terusik dari tidur
panjangnya. Ia membuka kelopak matanya perlahan, jemari halusnya ia
angkat dan diusapkannya dengan lembut pada pipi sang putra yang masih
terlelap itu.
"kalau lagi tidur gini, kamu sangat sama persis dengan ayah kamu
sayang. Raza mirip kamu Bis.. Tapi aku gak suka kalau kamu bentak dia,
maafin bunda yah nak, maaf karna bunda gak bisa belain Raza didepan
ayah.."ujarnya menatap lirih wajah polos sang buah hati, bibirnya
sedikit menyunggingkan senyum, satu kecupan pun ia daratkan dikening
Raza jagoan kecilnya.
"ngh~ kamu mau kemana Ra? Ini kan masih pagi, masih gelap malah..
Tidur dulu aja, sini temenin aku.."tiba-tiba perempuan cantik yang
ternyata Dhira ini menghentikan langkahnya saat hendak beranjak. Ia
menoleh dan memandang kearah Bisma yang sudah terbangun.
"aku mau siapin mandi dulu, habis itu aku juga mau siapin air hangat
buat mandi Raza. Nanti sekalian aku siapin sarapan buat kamu. Lagi pula
ini udah pagi, udah hampir jam 7 Bis.."ujar Dhira pelan. Bisma
tersenyum mendengar penuturan Dhira. Ia beranjak dan mengubah posisinya
menjadi duduk mendekati Dhira.
"yaudah kamu mandi dulu, aku mau cari sarapan buat kita. Tunggu
sebentar yah? Aku masih ada sedikit uang ko hasil kerja aku kemarin, aku
rasa masih cukup buat beli sarapan pagi ini.."tutur Bisma lembut.
"a..aku ada sedikit simpanan ko, kalau kamu mau kamu bisa pakai uang
aku dulu Bis.."tawar Dhira dengan kalimat yang sangat hati-hati ia
lontarkan.
"gak usah sayang, uangnya disimpan saja buat kamu. Aku pergi
sebentar yah? Jaga Raza, aku pergi dulu. mmuach, ayah cari makanan dulu
yah?"pamit Bisma mengecup kening Raza sekilas dan beranjak pergi.
"yaudah hati-hati yah.."balas Dhira dijawab anggukan dan senyuman kecil oleh Bisma.
Tak lama Bisma pun berlalu keluar dari rumah kecilnya itu untuk
mencari makanan pengisi perut kosongnya pagi ini. Entahlah apa yang akan
ia beli, mungkin uang yang dipegangnya tidak seberapa dan hanya cukup
untuk membeli nasi bungkus atau bubur ayam.
"bunda sama sekali gak ngerti sama ayah kamu.
Tadi malam dia udah buat kamu nangis, bahkan dia bentak kamu sayang..
Tapi sekarang? Dia begitu baik dan lembut, dia selalu berusaha
memberikan yang terbaik buat kamu dan bunda. Sikapnya itu sangat aneh,
bisa berubah kapanpun dan terkadang membuat bunda takut..
Bunda benar-benar gak ngerti sayang.. Semoga kita tetap bisa
bertahan disini, kita harus bisa menghargai setiap keputusan ayah kamu,
bunda sayang kamu nak.. Bunda sayang Raza.."Dhira mengecup kening jagoan
kecilnya itu lirih. Air matanya tiba-tiba saja menetes haru, kejadian
ini sama sekali tidak ia duga sebelumnya kalau keluarga kecilnya bisa
menjadi seperti ini. Apalagi sangat jauh dari kata mewah tidak seperti
saat tinggal dirumah om Landry dulu.
Sementara itu..
Dikediaman om Landry dan keluarganya kini tengah berbincang
menikmati sarapan paginya. Rangga beserta sang istri dan putra semata
wayangnya pun ikut serta karna semalam mereka memang menginap dirumah om
Landry.
"uhh lucu banget sih kamu sayang.. Wajahnya sangat sama persis
dengan Rangga. Anaknya papah Rangga yah? Uuhh Arka, lucunya kamu
nak.."tante Nela sedari tadi tak henti-hentinya memuji bayi mungil yang
tengah digendongnya itu. Wajah Arka pun berkali-kali ia kecup karna
gemas dan sangat sayang terhadap Arka.
"udah tan, Arka nya biar sama Rangga dulu aja, dari tadi tante
enggak makan sarapan paginya, sini Arka sama Rangga.."pinta Rangga
mengulurkan tangannya merasa tidak enak karna tante Nela terus memangku
Arka hingga melupakan acara sarapan paginya.
"udah gak apa-apa Ga, tante seneng ko bisa gendong Arka, rasanya
kaya gendong cucu sendiri.. Kamu makan dulu aja sama (namamu), biar Arka
sama tante.."tolak tante Nela halus.
"tapi benar apa kata Rangga tante, mending Arka sama papahnya dulu
aja, tante makan dulu, soalnya aku lihat dari tadi Rangga makannya
banyak banget, jadi mending gantian dia yang gendong Arka biar gak makan
terus.."tiba-tiba kamu meraih tubuh mungil Arka dan memberikannya pada
Rangga.
Tante Nela terkekeh geli melihat sikapmu yang sama sekali tidak
mempedulikan Rangga itu, padahal tangan kanan Rangga sendiri tengah
memegang sendok dan tangan kirinya juga tengah memegang gelas karna
hendak minum.
"aduh sayang, pegang dulu sebentar dong.. Aku mau minum dulu.. Ini
gimana urusannya coba? Nanti kalau airnya tumpah gimana?"keluh Rangga
meninjuk gelas berisi air putih ditangannya.
"udah ah tinggal minum aja susah banget sih.. Aku mau lanjutin
sarapan paginya sama tante Nela juga om Landry. Jadi kamu jangan
kebanyakan protes.."jelasmu dengan tampang watados dan kembali asik
menikmati sarapan pagimu tanpa menghiraukan Rangga.
"ahaha kalian berdua itu sangat lucu.. Tante jadi teringat sama
Dhira dan Bisma, biasanya mereka yang suka ribut kayak gini, tapi
sekarang kalian jus...truuu"tiba-tiba tante Nela menggantungkan
kalimatnya. Wajahnya tampak sedih saat mengingat itu semua.
"papah ke kamar dulu mah.."om Landry yang sedari tadi hanya diam ini
akhirnya mengeluarkan suara datarnya. Ia beranjak dari kursi meja makan
dan berlalu begitu saja tanpa menyantap sarapan paginya sedikit pun.
"pah.."panggil tante Nela pelan.
"papah tidak bisa mah, wajah Arka terus membuat papah ingat sama Raza. Pap.. Papah mau ke kamar saja.
Maafin om yah Ga, kamu sama istri kamu silahkan teruskan saja acara
sarapan paginya, biar om menenangkan diri dulu dikamar.."jelas om Landry
menahan air mata dan dada yang terasa sesak karna teringat akan sosok
Raza cucu kesayangannya.
Air mata tante Nela pun menetes melihat sikap memilukan om Landry
ini. Tidak bisa dipungkiri kalau ia juga merindukan sosok Raza cucu
satu-satunya.
"maafin Rangga yah tante, Rangga jadi merasa bersalah udah buat
tante sama om sedih.. Sekali lagi Rangga minta maaf.."Rangga menunduk
sesal.
"e..enggak apa-apa ko Ga, k..kamu tidak salah. Om kamu memang lagi
rindu saja sama Raza. Tadinya tante fikir dengan hadirnya kamu disini om
kamu itu bisa sedikit meluapkan rasa rindu Raza sama Arka, tapi
ternyata tante salah. Maafin sikap om kamu yah?.. Tante tinggal dulu
sebentar, kalian silahkan habiskan dulu makanan kalian.."jelas tante
Nela lembut. Rangga dan (namamu) hanya mengangguk kecil meski masih
merasa tidak enak hati karna suasana pagi ini menjadi sedih akibat
kehadiran kalian, padahal tanpa kalian ada disana pun om Landry dan
tante Nela memang tengah bersedih.
"aku jadi gak enak Ga sama tante dan om.."ujarmu menatap wajah Rangga.
"aku juga. Tapi yaudahlah, nanti aku akan coba cari Bisma sama Dhira
lagi, aku akan coba bujuk Bisma agar menghentikan sikap egoisnya ini.
Jujur aku gak tega lihat om Landry kaya gini, dia sangat baik dan tulus,
tapi Bisma membalasnya dengan kepahitan dan sikap buruk seperti ini,
aku gak tega sayang.."lirih Rangga memandang wajahmu pilu.
"semoga kamu cepat bisa menemukan Bisma yah? Kalau bisa kamu paksa
aja biar dia mau pulang dan bawa Raza kesini, aku juga gak tega sama om
Landry dan tante Nela.. Kamu harus berusaha cari Bisma Ga, harus.."kamu
menaruh telapak tanganmu diatas punggung tangan kanan Rangga lalu
menggenggamnya cukup erat.
"tanpa kamu minta pun pasti akan aku lakuin hal tersebut.."batin Rangga yakin.
**
Wajah tampan bayi yang sebentar lagi menginjak usia 1tahun ini
tampak terlihat riang, wajahnya sungguh ceria dengan celotehan-celotehan
kecil yang keluar dari mulut mungilnya.
"iyang yah mbun, iyaang?"kepalanya ia anggukkan kecil memandang wajah sang bunda.
"iya sayang kita akan ketemu eyang. Kebetulan ayah lagi pergi, jadi
gak ada salahnya kalau kita ketemu eyang sekarang. Raza kangen gak sama
eyang? Raza seneng gak sayang kalau bunda ajak ketemu eyang?"jelas+tanya
Dhira menatap balik wajah polos jagoan kecilnya ini.
Dengan sangat mantap dan antusias Raza menganggukkan kepalanya tanda
setuju dan ia senang mendengar penuturan Dhira. Kedua tangan mungilnya
meraih baju Dhira dan mencoba berdiri menyamai tinggi Dhira yang duduk
dihadapannya itu. Wajah Dhira pun ia kecup, bahkan sesekali kedua
kakinya ia hentak-hentakkan diatas lantai karna senang.
"uhhh seneng banget kayaknya?.. Raza udah kangen sama eyang yah?"tanya Dhira tertawa kecil melihat ekspresi yang Raza tunjukkan.
"iyaah mbuuun, Zaza iyaang.."jawabnya sedikit berteriak gemas menarik-narik baju Dhira membuat Dhira tertawa lepas melihatnya.
"ahaha lucu banget sih kamu sayang.. Mmmuuach, bunda yakin eyang
juga pasti sangat kangen sama Raza. Yaudah kita pergi yuk? Sebelum ayah
pulang, kita temui eyang dan Raza boleh main sepuasnya sama
eyang.."Dhira beranjak mengangkat tubuh mungil jagoan kecilnya itu.
Rambut hitam Raza pun ia rapihkan karna sedikit mengeluarkan keringat.
Wajah tampan Raza ia taburi dengan seikit bedak bayi agar terlihat rapi.
"nah udah ganteng, persis banget kayak ayah.. Jadi saatnya sekarang
kita berangkat.."ujarnya tersenyum memandang wajah Raza yang sudah rapi
dengan baju kaos berwarna merah, celana jeans pendek namun diatas lutut
saat Raza pakai, dan tentunya sepasang sepatu berwarna merah yang Dhira
pakaikan dikaki Raza.
"maafin aku Bis kalau aku ngelanggar pesan kamu. Tapi aku gak mau egois dan terus-terusan membuat Raza sedih.
Aku hanya mau buat dia senang karna kebahagiaan aku ada pada Raza,
sekali lagi aku minta maaf.."batin Dhira mulai menutup pintu rumahnya
dan menguncinya rapat-rapat. Kakinya pun segera melangkah meninggalkan
rumah kontrakannya itu untuk menemui om Landry dirumah mewahnya sana
dengan Raza.
"baguss.. Ternyata kamu berani melanggar perintah dari aku Ra. Kamu
benar-benar membuat aku KECEWA!!"lelaki bertubuh kecil dengan jaket
kuning dan topi yang menutupi sebagian wajahnya ini mendengus kesal
menatap kearah Dhira yang kini sudah berlalu pergi itu.
"lihat apa yang akan aku lakuin sama kamu Ra, kamu tahu sendiri
kalau aku paling benci dibohongi, apalagi sama istri aku sendiri. Lihat
saja nanti Dhira!"ujarnya tersenyum licik dengan tangan kanan yang ia
kepalkan menahan marah.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p