Senin, 07 Oktober 2013

Terpaksa BUKAN Cinta II "Maafkan Aku" #Part 21

Ekspresi haru bercampur bahagia terpancar dari raut wajah Dhira saat memandang sosok putra kecilnya ini. Bibirnya tak mampu berkata-kata selain perasaan bangga dan bahagia akan apa yang Raza lakukan tadi.


"kamu yang sekecil ini saja bisa mengerti dan membuat bunda bangga. Tapi ayah kamu?
Dia justru malah membuat kita tertekan seperti ini. Bunda gak ngerti sayang.. Bunda gak ngerti dengan apa yang ada didalam fikiran ayah kamu.."lirihnya menyentuh pelan puncak kepala Raza. Posisi Raza sendiri tengah ia pangku dan menghisap Asi-nya.

Raza mengangkat tangan kecilnya. Jemari mungilnya tiba-tiba mendarat dipipi Dhira dan mengusapnya lembut. Sementara mulutnya sendiri terus asik menghisap kuat Asi Dhira tanpa henti, sepertinya bayi mungil ini sangat kehausan hingga melakukan hal tersebut.

"kalau kamu sudah bisa berbicara, mungkin kamu sudah cegah bunda untuk berhenti membuang air mata ini sayang.
Bunda sayang kamu nak.. Bunda yakin meski kamu masih kecil, tapi kamu bisa merasakan apa yang bunda rasakan saat ini.."Dhira tersenyum kecil menyentuh tangan mungil Raza yang menyentuh pipinya. Hatinya terasa kuat kembali setelah melihat wajah malaikat kecilnya ini. Mungkin pelakuan Bisma tadi memang keterlaluan, namun dengan melihat sikap Raza seolah bisa membuatnya kuat menghadapi permasalahan ini.

"mbuuun.."Raza melepaskan hisapan Asi-nya menunjuk mainan mobil-mobilan yang tergeletak diatas tempat tidur.

"udah mimi nya? Mau main dulu?"tanya Dhira tersenyum mengerti.

"mbim Zaza.."Raza merangkak cepat mengambil mainan kesukaannya itu. Dhira hanya tertawa kecil melihat wajah Raza yang kembali terlihat riang.

"gak mau bobo dulu sayang? Ini udah malam loh nak.."Dhira merapikan bajunya dan mendekati putra kecilnya ini.

"Zaza iyah mbuun.."Raza menatap wajah Dhira dan menunjuk pintu kamar.

Dhira mengerutkan keningnya bingung. Ia tidak mengerti dengan apa yang Raza maksud.

"Raza mau nunggu ayah? Tapi kan ayahnya belum pulang sayang, bunda aja gak tahu sekarang ayah dimana. Bobo sama bunda aja yuk? Nanti ayah pasti pulang.."bujuk Dhira mengelus lembut rambut hitam Raza.

Namun Raza malah asik sendiri bermain dengan mobil-mobilan merahnya, ia tidak menghiraukan ucapan Dhira lagi. Bibirnya sampai ia majukan meniru suara mobil berjalan.

"mbum-buuumm... Buuuuummm..."ujarnya terlihat begitu asik melajukan mobil-mobilannya dengan tangan kecilnya. Mulutnya tak henti berceloteh sendiri begitu asik tanpa menghiraukan Dhira lagi. Memang seperti inilah Raza kalau sudah asik bermain. Ia melupakan siapapun yang ada didekatnya, tapi bila ada Bisma pasti acara bermainnya akan lebih mengasyikkan lagi karna Bisma paling bisa mengajak Raza bermain.

"untung tadi bunda sempet bawa mobil-mobilan Raza dari rumah eyang. Kalau tidak mungkin kamu gak bisa asik bermain seperti sekarang.
Maafin bunda yah sayang karna bunda belum bisa kasih yang terbaik buat Raza, maafin ayah juga kalau tadi sempat membuat Raza takut saat ayah marah.. Bunda yakin sebenarnya ayah sangat sayang sama Raza, hanya saja tadi emosi sedang menguasai dirinya, hingga bersikap sekasar itu.."batin Dhira tersenyum kecil memandang wajah polos Raza yang tetap asik sendiri ini.


Sementara itu..

Lelaki berwajah tampan ini terlihat seperti tengah memantau sesuatu dari dalam mobilnya. Yaps, dia ternyata memang sedang memperhatikan sesuatu yang tak lain adalah rumah dimana Dhira dan keluarga kecilnya tinggal.

"mampir jangan yah?
Perasaan aku dari tadi gak enak banget.."fikirnya tampak gelisah.

"ah mampir aja deh. Gue rasa Bisma juga lagi gak ada dirumah. Mungkin dengan mainan ini gue bisa memiliki alasan agar bisa sedikit mengobrol dan mengetahui keadaan Dhira. Iya gue harus kesana sekarang.."ujarnya bergegas membuka pintu mobil sedan hitamnya ini. Tak lupa ia meraih dua kantung plastik putih berisikan mainan-mainan yang memang sudah ia beli sebelumnya.

"dari tadi sore aku kefikiran kamu terus Ra, semoga kamu tidak apa-apa yah? Mungkin ini sudah cukup malam, tapi aku hanya ingin tahu saja keadaan kamu.."batinnya menatap rumah berukuran tidak terlalu besar dihadapannya. Kedua kakinya pun siap ia langkahkan mendekati rumah tersebut.




**
"mbun iyaaaah!!"Raza menoleh kaget memandang Dhira. Jemari kecilnya menunjuk kearah pintu. Suara seorang lelaki memang terdengar diluar sana diiringi dengan ketukan pintu.

"ayah? Apa itu beneran ayah kamu sayang? Tapi kenapa ayah harus ketuk pintu segala? Kan ayah punya kunci cadangannya?"kening Dhira mengerut bingung penuh rasa heran.

"Zaza iyah mbun.. Zaza iyaah!!"Raza buru-buru turun dari atas tempat tidurnya. Ia langsung merangkak cepat tanpa menghiraukan Dhira yang masih saja diam mematung karna bingung.

"aduhh Raza mau kemana? Biar bunda aja yang buka, Raza gak bakalan bisa buka pintunya nak.."Dhira bergegas menyusul Raza yang sudah merangkak keluar kamar. Kondisi tempat tidur yang tidak terlalu tinggi memang membuat Raza mudah untuk turun dan naik keatas tempat tidur tersebut.




"Kreekk.."

Dhira membuka pelan handle pintu rumahnya dengan Raza yang sengaja ia gendong.

"siapa yah?"Dhira memandang bingung sosok laki-laki berpostur tinggi berdiri membelakanginya.

"kakan iyah mbun!"Raza menggelengkan kepalanya saat lelaki tersebut membalikkan badannya.

"malam Ra.."seukir senyum dan sapaan lembut terlontar dari mulut laki-laki tampan ini.

"kamu?"Dhira menautkan kedua alisnya heran.

"iya aku Morgan, kamu masih ingat sama aku kan Ra?
Aku sahabatnya Rafael. Dulu kita juga pernah bertemu ko, bahkan kita juga sempat satu kampus.."jelas lelaki yang ternyata Morgan ini mencoba membuat Dhira agar mengingat dirinya.

"ohh iya aku ingat. T..tapi kamu ada perlu apa yah? Ko bisa tahu aku tinggal disini?"tanya Dhira semakin dibuat bingung.

"a..aku, aku tadi cuma kebetulan lewat aja ko. Trus memang sempat lihat kamu beberapa hari lalu ada disini. Oh iya aku tadi lewat toko mainan. Trus aku keinget sama anak kamu. Aku beliin deh, semoga jagoan kecil kamu ini suka yah?.."ujar Morgan tersenyum ramah dengan nada bicara yang sedikit gugup mencari alasan.

"uh Zaza iyaah?"sepertinya Raza bertanya pada Morgan dengan bahasa yang masih sulit dimengerti ini.

Morgan tersenyum memandang Raza. Ia menyodorkan sebuah robot-robotan yang masih dikemas dalam kardus.

"mbunn.. Zaza iyaah?"tanya Raza kini beralih memandang Dhira.

"ini bukan ayah sayang.. Ini om. Namanya om Morgan. Om Mor Gan.."ujar Dhira memperjelas. Morgan sampai terkekeh karna Raza memanggilnya iyah atau ayah.

"omm Gaan!"ucap Raza menganggukkan kepalanya mantap dengan mulut yang sampai ia manyunkan mengucap kata om dan gan barusan.

"ahaha lucu yah Ra?.. Mainan ini om sengaja beli buat kamu. Semoga kamu suka yah?"ujar Morgan mengusap rambut Raza dan menaruh dua kantung plastik besar itu diatas lantai.

"Zaza omm"Raza menepuk dadanya dengan ekspresi gemas.

"katanya namanya Raza, bukan kamu. Jadi panggilnya harus Raza..
Hihi lucu ternyata putra bunda ini.
Makasih yah Gan, kayaknya Raza sangat suka sama mainannya."Dhira tertawa kecil melihat tingkah dan celotehan lucu Raza. Morgan hanya mengangguk kecil tanda mengerti akan ucapan Raza tadi.

"iya Ra sama-sama.
Ohh jadi namanya Raza yah? Maaf deh kalau om salah.. Ini mainan semuanya buat Raza yah? bu-at Ra-za.."ujar Morgan menatap wajah Raza dari dekat.

"Zazza"Raza mengulang kata akhir yang Morgan ucapkan. Sungguh sangat menggemaskan bayi mungil ini.

"hemz.. Kayaknya kamu memang gak kenapa-napa Ra, aku jadi gak khawatir lagi sekarang. Seneng banget bisa lihat kamu senyum. Semoga senyuman ini tetap bisa aku lihat. Walau aku tidak bisa memiliki kamu, tapi melihat kamu bahagia itu adalah kebahagiaan besar buat aku.."batin Morgan memandang wajah Dhira dengan sedikit senyum yang terukir dari bibirnya.

"eh iya aku lupa, masuk dulu yuk? Gak enak kalau ngobrolnya diluar kayak gini.."ajak Dhira tiba-tiba.

"ngh~ lain kali aja deh Ra, aku gak enak kalau namu malam-malam seperti ini. Lagian nanti bisa terjadi salah faham. Jadi aku mau permisi pulang aja.."tolak Morgan halus.

"tapi.."Dhira.

"udah gak papa, salam buat suami kamu yah?
Aku mau langsung pulang. Selamat malam jagoan, om pulang dulu yah? mmuach! Semoga suka sama mainannya.."pamit Morgan mengecup kening Raza sekilas dan buru-buru bergegas untuk pulang.

"makasih Morgan.. Hati-hati.."ujar Dhira tersenyum manis melambaikan tangannya kearah mobil Morgan.

Morgan membuka kaca jendela mobilnya. Ia melambaikan tangannya kemudian segera melaju pergi untuk pulang.

"kita masuk sekarang yah? Raza pasti seneng tuh dapat banyak mainan dari om Morgan.."Dhira melangkah masuk kedalam rumahnya. Ia membawa masuk mainan yang Morgan berikan dengan Raza yang masih asik memegang robot-robotan pemberian Morgan.



"ohh jadi selain jadi pembohong dan istri yang ingkar, rupanya kamu berani bermain dibelakang aku dengan lelaki lain. Hemz! Bener-bener perempuan MURAHAN!!
Apa belum cukup hukuman yang aku berikan tadi sore? Atau kamu justru mau lebih?
Oke Ra. Jika itu mau kamu, aku akan turuti!!"Bisma tersenyum kecut menatap dari jauh Dhira yang sudah memasuki rumah kontrakannya. Amarah Bisma kembali berkobar dengan tuduhan dan kesalah fahaman baru yang sangat salah itu. Entahlah apa yang akan diperbuatnya lagi. Yang pasti emosi dan amarahnya benar-benar menyatu setelah menyaksikan adegan didepan kedua bola matanya tadi.





**
"Praayy!!"

"Braaakss!!

"Praaanggg!!!"

Terlihat Bisma tengah membanting seluruh mainan baru milik Raza dan menginjaknya hingga rusak dan hancur parah.
Dia seperti yang sedang kerasukan setan hingga pagi-pagi sekali sudah membuat suasana rumahnya berisik dan ribut.

"rasain loe! Loe fikir anak gue bisa disogok dengan mainan-mainan gak berharga ini? Haha loe salah besar! Anak gue GAK BUTUH semua ini! Gue juga GAK SUDI anak gue nerima mainan dari loe atau siapapun!!"Bisma menginjak kasar penuh emosi. Mainan-mainan yang sangat bagus dan harganya cukup mahal ini kini bagaikan barang rongsokan karna sudah hancur parah dan rusak.

"BRAAKKS!!"

Bisma membanting mainan mobil-mobilan kecil berwarna merah yang sangat Raza sukai ini. Ia menginjaknya kasar. Membuat keempat roda ban dan body mobilnya pun hancur berserakan.

"iyaahh mbim Zaza.."tiba-tiba wajah Raza terlihat berkaca menyaksikan apa yang dilakukan oleh ayahnya. Ia hanya bisa diam. Bersembunyi dibalik pintu kamarnya yang hanya terbuka sedikit.

"mbimm.. Mbim Zaza..."Raza merangkak keluar mendekati Bisma. Ia meraih mobil-mobilan merahnya yang sudah hancur itu.

"APA? mau NANGIS? dasar CENGENG!!"bentak Bisma kasar saat Raza menatap kearahnya.

"mm..mbiim.. Mbim Zazaa iyaaah.."lirih Raza meneteskan air mata dan menangis.

"halaah bisanya cuma nangis dan nangis. Kamu itu anak laki-laki! Gak seharusnya anak laki-laki itu cengeng. DASAR MANJA!!"kesal Bisma kemudian beranjak pergi meninggalkan Raza dan mainan-mainannya yang sudah puas ia hancurkan.

"mbiimm.."Raza merangkak mengambil roda mobil-mobilan yang terpisah menjadi beberapa bagian itu. Ia menyatukannya lagi dengan body mobil-mobilan berwarna merah kesukaanya. Mungkin ia bermaksud memperbaikinya. Namun apa daya semuanya sudah hancur dan rusak.

"hiks.. Hiks.. Mbiim Zazaa.."lirihnya menangis terisak memandangi kepingan-kepingan mainan mobil-mobilannya.





Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p