Wajah yang dulu selalu terlihat tegas dan menakutkan ini seolah lenyap
dan berganti menjadi wajah murung penuh kesedihan. Kedua bola matanya
sedikit berkaca melihat isi ruangan kamar Raza sang cucu yang kini sudah
tidak terlihat lagi bayi mungil itu, semuanya menjadi sepi, celotehan
riang nya pun tidak terdengar disana.
"eyang kangen kamu nak.. Apa eyang benar-benar akan kehilangan
kamu?"lirihnya menyentuh bingkai photo Raza diatas laci kecil
didekatnya.
"iyaaang uhh iyang, Zaza mbimm"Tangan kekarnya tiba-tiba meraih
mobil-mobilan kecil berwarna merah kesukaan Raza. Suara mungil Raza
seolah terdengar dan menyuruhnya agar mengambil mobil-mobilan tersebut.
"kamu tega sama papah Bis, kamu tega memisahkan papah dengan Raza,
papah sayang dia, papah sangat menyayangi anak kamu.. Jangan pisahkan
papah dengan Raza Bisma.."lirihnya tak sanggup lagi menahan air mata.
Dada yang terasa sesak, juga hati yang pilu akan keadaan saat ini yang
sudah ia takutkan sejak dulu.
"Bisma mau bicara empat mata dengan papah!"tiba-tiba om Landry
menoleh kaget mendengar suara Bisma yang sudah berdiri diambang pintu
kamar Raza.
"B..Bisma?"pekiknya kaget namun tersirat sedikit senyuman.
"Raza mana? Kamu tidak jadi pergi dari rumah ini kan Bis? Papah
kangen sama Raza, mana dia? Papah pingin gendong"om Landry beranjak
mendekati Bisma, kedua bola matanya Ia putar mencari sosok bayi mungil
yang sangat disayanginya.
"Bisma kesini bukan untuk kembali. Tapi Bisma kesini untuk
mengembalikan semua milik papah. Ini bukan milik Bisma, jadi silahkan
papah ambil dan Bisma tidak akan pernah memakainya lagi. Permisi.."ujar
Bisma singkat menyodorkan dompet, kunci mobi, beserta BB dan beberapa
barang berharga lain yang harganya cukup mahal dan tentunya dibeli
dengan menggunakan uang om Landry.
"JLEGG!!"
Serasa disambar petir dada om Landry mendengar dan melihat dengan
mata kepalanya sendiri apa yang dilakukan oleh Bisma putra angkat yang
sudah dianggapnya anak kandung sendiri ini, tubuhnya mematung tanpa bisa
berkata-kata lagi, sedangkan Bisma langsung berlalu begitu saja setelah
mengembalikan semua fasilitas yang dipakainya selama ini.
"jadi kamu benar-benar marah sama papah Bisma?
Apa tidak ada sedikit pun celah maaf untuk papah Bis?
Papah tulus menyayangi kamu, papah tulus merawat dan mendidik kamu,
tapi ini balasannya?"tubuh om Landry terkulai lemas duduk diatas tempat
tidur dimana biasanya Raza ditidurkan disana, kedua bola matanya melirik
dompet, kunci mobil, jam tangan juga BB milik Bisma yang kini sudah
berada ditangan kanannya
"papah tidak butuh semua ini Bisma, yang papah inginkan itu kamu,
kamu dan Raza. Kalian harta papah yang paling berharga dari semua ini,
papah tidak butuh Bis, papah TIDAK BUTUHH!!"tiba-tiba om Landry melempar
semua barang yang dipegangnya keatas lantai
"BRAKSSS!!"
kunci mobil, dompet yang berisikan kartu atm dan beberapa lembar
uang juga BB dan jam tangan hitam milik Bisma yang selalu Bisma pakai
itu kini berserakan diatas lantai, semuanya hancur seperti hancurnya
hati om Landry saat ini
"papah tidak butuh semua itu Bisma, papah tidak buttuhh.."om Landry
memejamkan matanya lirih. Hati dan tubuhnya benar-benar terasa hancur
melihat semua kenyataan yang kini sudah terjadi depan matanya, kenyataan
yang sangat ia takutkan dan semuanya sudah terjadi saat ini.
"Raaf.. Rasanya papah sudah tidak sanggup kalau harus berada disituasi seperti ini.
Kamu satu-satunya putra kandung papah sudah pergi, dan sekarang
Bisma satu-satunya harapan papah juga sudah pergi, bahkan dia pergi
membawa cucu papah Rafa, tolong papah.. Papah tidak ingin kehilangan
mereka semua, tolong bantu papah Raaf.. Papah tidak sanggu kehilangan
semuanya papah tidak sanggup.."lirih om Landry terisak mendapati
kenyataan sangat menyakitkan ini.
**
"aduhh Raza kenapa sih sayang? Ko dari tadi Raza nangis terus?
Jangan nangis nak.. Sebentar lagi ayah pulang, jangan nangis yah? Cup
sayang, cup-cup.."Dira mengelus dan menggendong tubuh mungil Raza yang
tidak mau berhenti menangis ini,
"ikss mbuun, iyaah mbun.. Hiks, Zaza iyaah hiks.."teriak Raza
menangis menunjuk kearah luar, rupanya ia tidak betah berada diruangan
yang kecil dan terasa panas ini, ia ingin keluar dan bertemu dengan sang
ayah tentunya
"iya sayang nanti ayah pulang.. Udah Raza bobo aja ya? Nanti ayah
pulang sayang, jangan nangis terus.. Raza bobo yah?"bujuk Dhira lembut.
Raza menggeleng dengan cepatnya dan kembali menunjuk kearah pintu,
tubuhnya menggeliat meronta minta diturunkan dari gendongan Dhira
"Ya Allah.. Gak biasanya Raza rewel kayak gini, Bis.. Kamu kemana
sih? Ko sampai sekarang belum pulang juga, Raza gak mau tidur Bis, dia
nangis terus.."Dhira menatap kearah luar jendela rumahnya itu, berharap
kalau Bisma segera datang dan bisa menenangkan Raza
"mbuunn.. Iyaaah mbuun iyaaah ikss iyaaahh.."Raza menatap wajah
Dhira lirih, ia benar-benar tidak betah berada dirumah barunya ini,
pipinya sudah basah dengan air mata, keningnya pun ikut basah karna
terus mengeluarkan keringat
"iya nanti ayah pulang, Raza sabar ya? Kita kekamar aja dulu, Raza
sama Bunda, nanti ayah pulang, jangan nangis terus, Raza gak boleh
cengeng, nanti ayah marah kalau Raza cengeng.."jelas Dhira mencoba
memberikan pengertian pada buah hatinya ini. Ia pun membaca Raza masuk
kembali kedalam kamarnya.
Dhira duduk diatas tempat tidurnya, ia membuka kancing baju bagian
atasnya untuk memberikan Asi pada Raza, mungkin dengan Asi-nya tangis
Raza bisa berhenti dan Raza bisa tenang
"kayaknya kamu gak betah disini ya sayang? Sama nak, Bunda juga
enggak betah, disini sepi, gak ada apapun, gak baik juga buat
pertumbuhan kamu.
Bunda bukannya tidak mau hidup dengan fasilitas seadanya seperti
ini, tapi Bunda takut nantinya ini menjadi penghambat tubuh kembang
kamu.
Kita sabarin dulu aja ya sayang, kita ikutin mau ayah, bunda yakin
ayah akan kasih yang terbaik buat kita, sabar ya nak.. Maafin ayah sama
bunda kalau udah buat Raza jadi enggak nyaman, ini semua buat kebaikan
kita juga, kita harus hargai keputusan ayah.."jelas Dhira memandang
wajah tampan Raza yang tengah Ia berikan Asi itu, tangan halusnya
mengusap lembut keringat dikening Raza, air matanya sedikit menetes
karna tidak tega melihat Raza terlihat tidak nyaman seperti ini.
Tak lama Raza pun terlelap dipangkuan Dhira, tubuhnya segera Dhira
baringkan diatas tempat tidurnya, sepelan dan selembut mungkin Dhira
berusaha membuat Raza nyaman agar tidak menangis dan terbangun
"bobo ya? Jangan nangis lagi, kayaknya ayah kamu pulangnya agak
malam, bunda akan temani Raza disini, bunda akan rawat Raza dan berikan
kenyamanan buat kamu sayang, mmuach bunda sayang kamu.."Dhira mengecup
pipi Raza lembut, tubuhnya pun kemudian Ia baringkan disampung Raza
untuk menemani Raza tidur karna waktu memang sudah cukup larut malam.
"ternyata kamu udah tidur Ra, maaf yah kalau aku jadi membuat semuanya seperti ini.
Aku sayang kamu, aku sayang Raza, aku harap kalian bisa hargain
keputusan yang aku ambil. Aku janji akan menjadi suami dan ayah yang
baik, aku janji sebisa mungkin aku akan membuat kalian nyaman untuk
tinggal disini. Meski tanpa kemewahan, tapi aku akan berusaha semampu
aku untuk membahagiakan kamu dan Raza.
Aku sayang kalian, muach-mmuach.. Tidur yang nyenyak yah sayang?
Ayah sayang kalian.."Bisma mengecup lembut kening Dhira dan Raza yang
sudah terlelap ini bergantian. Bibirnya sedikit tersirat senyum melihat
wajah kedua malaikat hatinya ini, tak lama Bisma pun ikut naik keatas
tempat tidurnya dan terlelap bersama jagoan kecil dan istri
tercintanya..
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p