Sabtu, 05 Oktober 2013

Terpaksa BUKAN Cinta II "Maafkan Aku" #Part 12

"Bagaimana Pah? Proses pendonoran darahnya sudah selesai? Raza sudah bisa ditangani kan Pah? Lalu kondisinya sekarang bagaimana? Dia baik-baik saja kan pah?"tanya tante Nela khawatir begitu melihat om Landry datang menghampirinya


"Papah tidak tahu mah.."om Landry menggeleng lirih

"maksud papah apa?"tante Nela memandang bingung melihat sikap suaminya ini

"Papah bukan kakek kandung Raza mah, darah kita tidak cocok, papah bukan kakek kandungnya dan Raza memang bukan cucu kandung papah..."jelas om Landry menatap pilu wajah tante Nela

Sejenak tante Nela terdiam. Tubuhnya serasa melemas bahkan air matanya sampai menetes mendengar penuturan dari om Landry

"hiks.. Andai Bisma anak kita Pah, darah papah sama Raza pasti sama, maafin mamah.. Gara-gara mamah kita ga bisa punya keturunan lain, anak kita satu-satunya sendiri sudah pergi mendahului kita, maafin mamah pah, maafin mamah..."batin tante Nela lirih

"kenapa Raza bukan anak Rafael saja sih mah? Darah papah sama Raza pasti cocok kalau Raza anak kandung Rafael..
Papah bingung mah, papah takut kehilangan Raza. Papah sudah menganggap Raza cucu kandung papah sendiri meski Ayahnya bukan anak kandung kita.
Papah sayang menyayangi Bisma dan Raza mah, papah tidak mau kehilangan salah-satu diantaranya, papah tidak mau.."om Landry menunduk dan memejamkan matanya lirih. Rasanya begitu sakit dan sesak harus menerima kenyataan yang menyakitkan ini

"Bisma tetap anak kita ko Pah, Raza juga tetap cucu kita meski ditubuhnya tidak mengalir darah kita. Raza pasti selamat, papah harus yakin itu.."tante Nela memegang pundak om Landry bermaksud menguatkan

"maafin Papah yah mah, papah tidak bermaksud membuat mamah sedih, maafin papah.."lirih om Landry berhambur memeluk tubuh tante Nela. Keduanya pun larut dalam kesedihan yang sangat membatin ini

"Raza akan tetap selamanya menjadi cucu papah ko Pah, Bisma juga, Dia anaknya papah. Kita semua akan tetap menjadi bagian dari keluarga ini. Papah gak perlu khawatir.. Dhira sayang sama papah juga mamah.. Semuanya pasti akan baik-baik aja.."tiba-tiba Dhira berjalan pelan mendekati tante Nela dan om Landry

"makasih sayang, kamu memang menantu terbaik buat mamah, terimakasih Dhira.."lirih tante Nela melepaskan pelukan om Landry dan beralih memeluk tubuh Dhira

"mamah yang sabar yah? Tadi Dokter udah bilang kalau Raza sudah mendapatkan Donor, kondisinya juga udah cukup membaik.. Bisma yang mendonorkan darahnya mah, darah mereka cocok karna Raza memang anak kandung Bisma. Mamah sama papah gak perlu khawatir lagi yah?.."Dhira melepaskan pelukannya dan mengusap pipi tante Nela yang basah akibat air mata

"jadi Bisma yang mendonorkan darahnya untuk Raza?"tanya om Landry tiba-tiba

"iya pah, tadi Dokter Fadly bilang Bisma udah donorin darahnya buat Raza. Sekarang kondisi Raza sudah cukup membaik, Dokter bilang Raza sudah melewati masa kritisnya. Nanti Bisma juga pasti kesini ko, kita lihat Raza sama-sama nanti didalam.."jawab Dhira mantap diiringi senyum yang membuat semuanya terasa lega

"syukurlah kalau begitu, papah ikut senang mendengarnya.."balas om Landry menarik nafasnya lega

Dhira mengangguk tersenyum. Tante Nela pun ikut tersenyum karna semua kekhawatiran dan kecemasannya terhadap kondisi Raza sudah terlewati..



"Hemz.. Bener-bener keluarga PEMBOHONG semua. Ternyata itu rahasia besar yang kalian sembunyikan.. Papah tega sama Bisma, mamah juga tega bohongin Bisma selama ini, bahkan Dhira juga tega bohongin Bisma.
Kenapa kalian nyembunyiin semuanya dari Bisma? Kenapa mah? Pah? Kenapa?.."air mata Bisma menetes memandang kearah om Landry, tane Nela juga Dhira. Ia berdiri tidak jauh dari tempat kedua orang tuanya berdiri. Ternyata sedari tadi Bisma menguping dan mendengar semua pembicaraan om Landry dan tante Nela, bahkan kini Bisma sudah tahu siapa Dia sebenarnya

"Bisma beneran kecewa pah.. Bisma kecewa sama papah..
Kenapa papah gak pernah cerita tentang semua ini? Kenapa Bisma baru tahu sekarang pah?
Bisma sayang papah, tapi papah tega bohongin Bisma dari semua ini, Bisma kecewa, Bisma bener-bener kecewa sama papah.."ucapnya lagi kemudian berlalu pergi tanpa menghiraukan om Landry dan tante Nela lagi.



**
"Bagaimana Dhira? Raza sudah siuman? Dia sudah bangun Ra?"tanya om Landry cemas begitu melihat Dhira keluar dari ruangan Raza

"Alhamdulillah Pah, Raza udah siuman, Dia udah bangun tapi kondisinya masih lemah.."jawab Dhira sedikit menyunggingkan senyum

"Syukurlah kalau begitu..
Papah mau lihat, boleh kan Ra?"pinta om Landry ragu

"udah boleh ko Pah, lagian Raza juga udah dipindahin keruangan rawatnya, papah sama mamah masuk aja. Biar Dhira yang tunggu diluar, sekalian Dhira juga mau kabarin kondisi Raza sama Bisma, dari tadi Dhira gak lihat Bisma mungkin Dia masih diluar.. Silahkan Pah, Dhira permisi dulu.."jelas Dhira beranjak keluar dari ruangan rawat jagoan kecilnya itu

Tanpa menunggu lama lagi om Landry dan tante Nela pun segera masuk untuk melihat kondisi cucu kesayangannya didalam.



Sementara itu..


Bibir Dhira tersenyum melihat Bisma ternyata sedang duduk sendirian dikursi ruang tunggu pasient. Ia pun melangkah pelan menghampiri Ayah dari jagoan kecilnya ini

"kamu enggak mau masuk dulu Yah? Raza udah bagun loh, kondisinya udah membaik..
Setelah darah kamu mengalir ditubuh Raza Dokter bilang Raza begitu cepat meresponnya, kondisi Dia berangsur-angsur membaik begitu mendapat Donor dari kamu. Makasih yah? Kamu udah nyelamatin nyawa anak kita, makasih banget Bis.."Dhira menyenderkan kepalanya dipundak Bisma, Ia melingkarkan tangannya dilengan Bisma dan bersender pada pundak suaminya ini

Namun Bisma sama sekali tidak merespon ucapan Dhira. Ia malah diam menunduk tanpa mau menoleh atau menatap wajah Dhira

"Bis kamu kenapa? Ko malah diam sih? Kamu gak mau lihat Raza?
Dia udah sadar Bis, tadi Aku juga sempet denger Dia manggil kamu, mungkin Dia kangen sama Ayahnya, masa kamu gak mau lihat?.."Dhira memandang Bisma bingung

"Aku pasti lihat ko, Aku gak mungkin kalau terus disini.
Aku kedalam.."pamit Bisma beranjak dari duduknya untuk menemui Raza

"Bisma kenapa? Ko sikapnya jadi dingin kaya gini?"pikir Dhira bingung

"enggak, mungkin Bisma terlalu mengkhawatirkan kondisi Raza, iya Aku gak boleh berfikir yang macam-macam.. Bisma itu sangat sayang sama Raza, jadi wajar aja kalau sikapnya sekarang menjadi dingin.."Dhira membuang semua fikiran negatifnya dan segera menyusul Bisma masuk kedalam ruangan rawat Raza.



**
"Bisa tolong tinggalin Bisma sendiri gak sama Raza?"tiba-tiba Bisma masuk dan membuat om Landry juga tante Nela kaget mendengarnya

"maksud kamu apa Bis? Papah juga kan baru masuk kesini, papah masih pingin bersama Raza.."om Landry menoleh kaget melihat sikap putranya ini

"Bisma cuma minta waktu sebentar ko, Bisma pengen ditinggalin berdua sama Raza.."ujarnya lagi dengan nada yang begitu dingin tanpa ekspresi

"tapi papah juga baru saja masuk, masa kamu tega mengusir papah?"kekeuh om Landry tetap tidak mau keluar

Bisma tidak mendengarkan ucapan om Landry. Ia malah terus berjalan mendekati tubuh mungil jagoan kecilnya yang masih sangat lemah tidak berdaya ini

"Cuma sebentar pah, Bisma enggak bermaksud mengusir.."jelasnya menatap wajah om Landry

"Yasudah , kita keluar saja dulu Pah, mungkin Bisma pingin lebih leluasa sama Raza, kita keluar saja dulu yah?"ajak tante Nela mencoba menengahi dan mencoba mengerti akan keinginan putranya ini

"huhf.. Yasudah kita keluar.
Eyang keluar dulu yah sayang, muach. Cepat sembuh ya nak? Eyang sayang kamu.."ucap om Landry akhirnya mau mengalah juga. Ia mendaratkan satu kecupan dikening Raza kemudian berlalu keluar dari ruangan rawat Raza

"B..Bis, kenapa papah sama mamah harus keluar sih? Kan kita bisa sama-sama disini, harusnya kamu gak boleh..."tiba-tiba ucapan Dhira terhenti karna Bisma menatapnya cukup tajam

"kamu juga keluar Ra, Aku cuma maunya sama Raza. Jadi silahkan kamu keluar tinggalin Aku berdua sama Raza.."jelas Bisma begitu dingin

"ta..tapi Bis?"Dhira menggantungkan ucapannya

"ya..yaudah Aku keluar, Aku titip Raza sebentar yah? Kalau Raza nangis panggil Aku aja, Aku permisi.."pamit Dhira kemudian segera keluar meninggalkan Bisma dan Raza berdua didalam


Bisma tersenyum memandang wajah tampan Raza, Ia mendekatkan tangannya menyentuh kepala Raza yang dililit oleh perban, air matanya tiba-tiba menetes pilu melihat kondisi putranya yang bisa menjadi seperti ini

"maafin Ayah ya sayang.. Gara-gara Ayah kamu jadi kaya gini..
Cepat sembuh nak, biar kita bisa cepat keluar dan pergi meninggalkan semua Pembohong besar. Ayah sayang Raza, Ayah saaangat sayang Raza.."Bisma mengecup kening Raza dengan hati yang sangat bergetar. Rasanya benar-benar sakit ketika mengetahui semua rahasia besar yang disembunyikan om Landry darinya

"Raza anaknya Ayah, kamu darah daging Ayah sayang.. Cuma kamu yang Ayah punya sekarang, cepat sembuh yah? Ayah rindu Raza, Ayah rindu celotehan kamu, Ayah rindu suara kamu..."lirih Bisma membelai pipi Raza yang masih dalam keadaan lemas ini

"Iya..ah"tiba-tiba Raza membuka matanya memanggil Bisma

"iya Ayah disini.. Raza cepat sembuh yah? Jangan bersuara dulu, nanti kalau Raza udah sembuh Ayah akan bawa Raza pergi. Kita akan pergi dan jauhi semua pembohong besar.. Raza cukup sama Ayah saja, kecuali kalau Bunda memang masih mau ikut.
Cepat sembuh sayang, muaach Ayah sayang Raza.."jelas Bisma kembali mendaratkan satu kecupannya diwajah Raza

Raza hanya diam tidak mengeluarkan suaranya lagi, namun Ia mencoba mengangkat tangan kirinya yang tidak ditempeli selang infus untuk menyentuh wajah Bisma

"Iya..ah, Mbuun.. Yaaah"ucapnya terdengar parau

Bisma tersenyum memegang tangan kecil Raza yang menyentuh pipinya

"Iya nanti Bunda masuk kesini, nanti Ayah juga akan ajak Bunda, Raza gak perlu takut.. Ayah sayang ko sama Raza, jadi Ayah gak mungkin pisahin Raza sama Bunda.."ujar Bisma lembut

"iyaaang...?"tiba-tiba Raza menggerakkan kepalanya seperti mencari sesuatu, rupanya Ia teringat akan sosok lelaki paruh baya yang selalu Ia panggil Iyang atau Eyang

"Eyang gak ada disini, Eyangnya udah pulang.. Sekarang Raza bobo yah? Ayah akan temanin Raza disini.."jelas Bisma berbohong

Raza pun diam begitu menurut dan seolah mengerti setiap apa yang diucapkan oleh Bisma. Ia berhenti mencari sosok Om Landry Eyangnya, meskipun hatinya bertanya-tanya dimana Eyang kesayangannya tersebut..






Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p