Malam kini telah tiba. Perempuan cantik bermata sipit ini rupanya sudah
tampak rapi dengan pakaian simplenya. Rencana untuk pergi menonton malam
ini bersama Ilham sang kekasih sudah dibayangkannya sejak tadi. Bibir
tipisnya pun tak henti tersenyum membayangkan suasana studio bioskop
saat menonton nanti.
"Ilham.. Duhh aku jadi gak sabar buat ketemu
kamu Am. Kamu biang sore tadi udah ada di Bandung. Uuhh kamu tuh emang
cowok yang paling pengertian yang pernah aku temuin. Love you Iaamm... "
ujarnya diiringi senyum. Bayangan wajah tampan Ilham sang kekasih pun
seakan melekat difikirannya. Ilham, Ilham dan Ilham. Memang hanya sosok
itulah yang membuat perempuan cantik bernama lengkap Efranda Stevanus
ini seperti orang yang hampir kehilangan akal sehat.
Franda pun
keluar perlahan dari kamarnya. Ia meraih tas hitam kecilnya yang memang
selalu ia bawa saat hendak berpergian. Tak lupa dirinya pun membawa
sebuah jaket hitam karna udara diluar cukup membuat tubuh dingin.
"Tumben tuh orang gila satu gak ganggu. Dia kemana yah?
Perasaan
tadi masih disini deh.." tiba-tiba Franda menghentikan langkahnya.
Sejenak pandangannya pun memutar mencari sosok Bisma suami sah nya.
"Waah kayaknya tuh orang gila satu enggal ada deh. Hemm berati aman dong?
Aaaaahh
Ilhaam.. Im coming Iaammm!!" dengan sangat senangnya Franda langsung
berteriak, berlari kecil keluar dari dalam rumahnya. Entah dimana Bisma
berada. Dirinya benar-benar tidak mau peduli akan kehadiran satu mahklul
yang menjabat sebagai suami sah nya itu.
**
Dengan
langkah penuh semangat Franda meraih handle pintu depan rumahnya. Ia
berjalan keluar. Tanpa melihat kiri dan kanan. Ia sama sekali tidak
menyadari dua sosok lelaki paruh baya ditambah satu lelaki cungkring,
tengah berdiri memperhatikannya.
"Ekhemm!!" suara deheman lelaki cungkring itu terdengar kaget ditelinga Franda.
Langkah kakinya pun terhenti. Sejenak ia berfikir sesaat sebelum memutar badannya melihat siapa yang kini berada dibekangnya.
"Mau kemana kamu Franda?" kini ganti. Lelaki paruh baya yang ternyata om Stev ini yang bersuara.
"Iya. Kamu mau kemana malam-malam seperti ini Franda?" lelaki disamppingnya kini ikut-ikutan bersuara.
DEGG
Franda
semakin dibuat kaget tidak percaya. Bola mata sipitnya seolah mendadak
belo saat melihat dua lelaki paruh baya om Stev dan om Harison beserta
Bisma sang suami yang hanya cekikikan melihat dirinya.
"Hehee
papah.. K..ko paph bisa ada disini sih pah? P..papah kapan datangnya?"
dua pertanyaan konyol Franda lontarkan pada papah dan mertuanya itu.
"Haha
mampuss lu!!" Bisma membatin puas melihat Franda yang begitu terlihat
kikuk karna tertangkap basah hendak pergi keluar rumah tanpa didampingi
dirinya.
"Sekarang kamu masuk! Papah tidak suka kalau kamu keluar rumah malam-malam seperti ini!" tegas om Stev tiba-tiba.
"T..tapi pah? Nda cuma mauu.."
"Papah bilang masuk Franda!"
"Hufh,
ko malah jadi kayak gini sih.." Franda menghembuskan nafas berat. Ia
terpaksa harua berbalik arah dan kembali masuk kedalam rumahnya seperti
keinginan om Stev tadi.
"Hah ciaan deh gak jadi nontonnya. Entar
nonton bareng gue aja yah? Kita nonton film horor.. Sekalian kita usaha
bikin baby juga. Biar bokap seneng.. Haha"
"PLUK!!"
"Enak
aja! Sialan lu! Awas aja kalo sampe nyentuh gue lagi. Lagian bukannya
prihatin malah seneng. Isshh ngeselin banget sih lo tih!!" Franda
menggerutu kesal. Ia sempat memukul lengan Bisma yang langsung ngacir
masuk menyusul papahdan mertuanya.
Franda benar-benar dibuat kesal. Kencan dan acara nontonnya jadi gagal.dan berakhir tragia seperti ini.
"Awas
lo Bis! Gue yakin lo pasti yang nelpon papah biar pada kesini. Lo tuh
pasti cemburu karna gue mau jalan sama Ilham. Iya kan?" Franda malah
ngoceh sendiri sambil berjalan masuk menyusul Bisma dan papah juga
mertuanya.
**
"Jadi papah mau nginep dirumah ini?" Franda bertanya polos.
"Tadinya sih tidak. Papah dan pak Harison hanya mampir sebentar saja. Tapi berhubung.."
"Berhubung
menantu pak. Harison mau nonton sama pacarnya. Jadi terpaksa pak
Hariaon dan pak Stev menginap dirumah ini untuk mengawasi.." tiba-tiba
Bisma memotong ucapan papah mertuanya. Kedua bola matanya melirik Franda
bermaksud menyindir.
"Haha bisa saja kamu ini Bis.." om Stev
malah tertawa mendengar ucapan Bisma. Tidak tahukan dia kalau Franda
putrinya justru sudah menahan amarah karna ucapan Bisma.
"Kamu
itu bisa saja Bisma. Awas saja kalau sampai kejadian seperti ini
terulang lagi. Apalagi kalau kamu juga bermaindengan perempuan lain
selain istri kamu. Pph kan gantung kamu nanti!" ancam om Harison
terdengar serius namun sebenarnya sedikit bercanda.
Bisma menelan ludahnya kasar. Franda justru ganti terkekeh karna ucapan papah mertuanya itu.
"Yasudah!
Sekarang lebih baik kalian berdua masuk. Kalian lakulan tugas kalian.
Papah sudah tidak sabar ingin segera menimang cucu. Papah harap kalian
bisa mengerti akan keinginan kami ini. Ayolah Bis, jangan biat papah
menunggu terlalu lama. Kalian itu sudah sah. Kalian juga sudah dewasa.
Sudah saatnya kalian menjadi orang tua dan memberikan kami cucu. Betul
kan Stev?"
"Iya Harison. Iti sangat betul.. Ayolah Franda. Kamu
itu tinggal melayani suami kamu saja. Apa susahnya sih nak? Papah ingin
segera menimang cucu dari kamu. Papah mohon Fran.. Kamu tidak mau kan
melihat papah bersedih?"
"T..tapi pah..? Franda itu bukannya gak mau. T..tapi?"
"Aduhh
papah sama papah Stev tuh gimana sih? Ini tuh urusan privacy pah..
Tanpa kalian minta juga kita pasti lakuin. Kalian tenang aja. Bulan
depan juga cucu kalian pasti lahir"
"HAH? Maksud kamu?" serentak semuanya menjadi cengo mendengar ucapan Bisma.
"Hehe
salah sebut. Maksudnya tahun depan.. Nah iya sekitar tahun depan lah.."
Bisma cengengesan dengan wajah tanpa dosanya. Franda sendiri hanya
menahan rasa kesal plus greget yang ia pendam didalam hatinya.
"Kalau
gak ada papah sama bokap lo. Udah gue bejek-bejek lu Bis! Enak aja kalo
ngomong. Lagian siapa juga yang mau punya anak dari lu? Issh gue sih
ogah!!" Franda membatin kesal.
Obrolan pun terus berlanjut. Detik
demi detikdan menit serta jam pun dilaui. Banyak sekali siraman rohani
yang didapatkan oleh Bisma dan Franda saat itu. Keduanya bagaikan
gerbong kereta api yang juga terus mengeluarkan kepulan asap kibar rasa
kesal dan marah. Padahal semua ucapan itu tak satu pun masuk kedalam
kepalanya. Semuanya masuk dari telinga kiridan keluar ditelinga kanan.
Tidak ada satu pun yang didengarkan oleh kedua pasangan suami istri yang
penuh keterpaksaan ini.
***
"Jadi gimana? Lo setuju gak?" Bisma melirik santai seraya merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur.
Franda tidak menghiraukan. Ia terus membaca selembar kertas yang tengaj dipegangnya itu.
"Kayaknya
lo SD aja gak lulus yah? Masa cuma baca tulisan satu lembar doang ampe
segitu lamanya?" Bisma berucap penuh ledekan alhasil selembar kertas itu
pun dipukulkan keatas kepalanya setelah sebelumnya digulung sedang.
"Gue gak setuju!!" ujar franda tiba-tiba. Ia melempar kertas tersebut lalu duduk membelakangi Bisma.
"Kenapa gak setuju? Bukannya udah banyak keadilannya?" Bisma meraih kertas tersebut dan kembali membacanya.
"Keadilan dari Hongkong!! Itu sih enak dilu gak enak di gue! Pokoknya gue tetep gak setuju!!" ketua Franda kekeuh.
"Hemm
yaudah sih trrserah lo.. Mau setuju atau pun enggak. Gue sih gak
masalah. Tapi jangan kaget ja kalo bokap lo beneran nekat buat gantung
diri gara-gara keegoisan lo!" Bisma berujar santai. Ia kembali
merebahlan tubuhnya diatas kasur.
Franda tampak berfikir. Ia
mebgingat ancaman papahnya tadi. Ancaman yang sebetulnya hanya candaan
namun Bisma membuatbya seolah serius hingga membuat Franda takut.
"Gimana
tres? Cuma setahun ko. Abis itu anak kita nanti biar mereka aja yang
rawat. Gue sih ogah! Ngurus anak tuh ribett" lagi-lagi Bisma berujar
dengan santainya.
Franda malah diam. Ia memandangi perut datarnya dan membayangkannya menjadi besar layaknya perempuan hamil pada umumnya.
"Huaaa
gue gak mauu.. Gue gak mau Bisma gue gak mauuu.. Hua huaa pokoknya gue
gak mauu..." tiba-tiba Franda merengek dan menangis seperti anak kecil.
"Hahaha lo kenapa? Lo takut gendut? Hahaha makanya siapa suruh lo jadi cewek. Jadi cewek kan ribet. Enakan jadi cowok.."
PLUKK!!
Mendengar Biama berbicara seperti.utu Franda langsung melemparinya dengan bantal.
"Gue
benci sama lo!!" ketusnya kemudian berlalu masuk kedalam kamar mandi.
Entah ia pikun atau latah yang tiba-tiba malah malah masuk kedalam kamar
mandi.
"Hahaha lo tuh lucu banget sih? Jangan sampe lo lelepin
pala lodi ember yah? Hahaha" Bisma tertawa puas melihat tingkah
istrinya.
Bersambung..
makin seruuuuuuu
BalasHapus