Perempuan cantik berwajah chinesse ini rupanya tengah berbaring diatas
tempat tidurnya. Ia menutupi sebagian tubuhnya dengan selimut. Guling
berwarna putih yang biasa menjadi orang ketiga diantara dirinya dan sang
suami pun ia peluk(?).
Ia tidak mempedulikan perut buncitnya yang sedikit sulit saat memeluk guling tersebut.
Raut wajahnya sangat kesal, bibirnya pun sedikit ia majukan membentuk kerucut.
"Udah dong jangan ngambek terus. Masa cuma kayak gitu doang ngambek.
Gak seru lu!" Bisma mencoba mendekati Franda dan duduk disampingnya.
"Apaan sih? Udah deh lo keluar aja! Gue udah MALES sama lo!" Franda menepis lengan Bisma saat hendak menyentuh pundaknya.
Wajahnya pun ia palingkan tanpa mau melihat wajah suaminya itu.
"jadi ngambeknya beneran nihh?"
"Menurut LO?" nada suara Franda masih saja ketus.
Bisma terkekeh. Ia kemudian menaruh duren yang dibawanya diatas meja kaca disamping tempat tidur Franda.
Bisma menarik pinggang Franda perlahan agar mau merubah posisinya menjadi telentang dan mau menatap wajahnya.
"Apaan sih? Lepassin!!" namun Franda kembali bersikap ketus. Ia menepis tangan Bisma yang menyentuh pinggangnya.
"Lo gak bisa ngelarang gue buat ngelakuin hal untuk anak gue. Lo
masih ingat perjanjian itu kan?" Bisma tetap berusaha membalikkan tubuh
Franda yang berbaring agar mau menatap kearahnya.
Akhirnya Franda pasrah. Ia mengingat perjanjiannya yang dibuat bersama Bisma beberapa waktu lalu.
"Gue bakalan lakuin apapun buat anak gue.
Lo tau? Gue tuh sangat sayang sama anak ini, jadi apapun pasti akan
gue lakuin.." Bisma menyentuh perut buncit Franda lalu mengecupnya
lembut.
Franda masih saja diam. Ia melihat sikap Bisma yang begitu lembut dan sangat membuatnya merasa nyaman.
"Walaupun anak ini tumbuh karna ketidak sengajaan. Tapi gue sangat
sayang sama dia Fran. Gimana pun juga dia bisa ada karna gue. Dan
didalam tubuhnya nanti tetap mengalir darah gue.
Jadi gue akan berusaha semampu gue buat bahagiain dia, termasuk..."
"Termasuk lo mau makan duren...?" Franda memotong ucapan Bisma.
Bisma tidak menjawab. Ia malah kembali mengecup perut buncit Franda dan mengelusnya perlahan.
"Gue pengen banget lihat lo makan duren. Sumpan ini bukan keinginan gue, tapi gue emang pengen banget..
Kalau lo beneran sayang sama anak ini. Lo pasti bisa dong turutin?
Cuma makan duren doang, masa lo gak berani?" Franda merubah posisinya menjadi duduk bersender diatas tempat tidurnya.
Bisma menghela nafasnya. Ia melihat wajah Franda yang sepertinya
sangat berharap penuh. Perut buncit Franda pun kembali ia tatap dan
dielusnya pelan.
"Yaudah kalo lo gak mau! Gue mau pergi aja, ngapain gue juga disini! Cuma bikin sakit hati.
Sakit tau Bis, hati gue sakit banget. Cuma disuruh makan duren aja gak mau. Ayah macam apa sih lo?
Bisanya cuma numbuhin janjin didalam perut gue, tapi nyenenginnya
gak bisa!" Franda menepis kasar lengan Bisma. Raut wajahnya tampak
kesal. Ia beranjak turun dari tempat tidurnya dan hendak keluar
meninggalkan Bisma.
"Oke gue mau." tiba-tiba Bisma menarik lengan Franda hingga langkah perempuan cantik itu terhenti.
"Gue mau makan durennya. Tapi itu bukan buat lo. Itu buat anak gue." lanjutnya dengan mata serius menatap Franda.
"Gue udah gak mood.." tiba-tiba Franda melepaskan genggaman tangan Bisma. Namun Bisma kembali meraihnya.
"Gue gak mau yah kalau anak gue nantinya ileran.."
"Gue gak peduli!"
"Fran please.."
"Hufh, oke. Yaudah sekarang lo abisin durennya. Gue bakalan lihatin
disini. Dan ini bukan atas keinginan gue, tapi ANAK lo!" Franda menghela
nafasnya mencoba bersikap sabar meski hatinya sangat kesal dan sebal.
Bisma mengangguk. Ia menarik Franda agar duduk disampingnya. Buah duren yang dibawanya tadi pun ia ambil dan dipangkunya.
"Ayo makan? Kenapa malah dilihatin doang? Gak bakal gigit. Orang
cuma duren, kenapa mesti takut coba?" suruh Franda ketus. Tidak tahukan
dia kalau suaminya ini sangat tidak menyukai buah tersebut.
Bisma menelan ludahnya dalam-dalam. Buah berwarna kuning dengan duri
yang cukup tajam itu ditatapnya seakan monster yang sangat mengerikan.
Isi buah yang cukup besar dan terasa lembut pun diambilnya, dipegangnya
dengan ibu jari dan telunjuknya.
"Masukkin kemulut. Kunyah lalu telen. Udah selesai.." suruh Franda nampaknya sangat tidak sabaran.
"G..gue gak suka Fran, b..baunya aja bikin gue enek. Apalagi kalaaau..."
"Yaudah kalau gak bisa! BILANG DARI TADI!!" ketus Franda marah. Ia hendak beranjak, namun tangan Bisma kembali menahannya.
"Oke-oke. Iya gue makan ko. Lo jangan marah-marah terus dong.
Iya-iya gue makan. Lo lihatin nih. Gue bakalan makan buah durennya."
jelas Bisma meyakinkan. Franda kembali duduk dan melihat apa yang
hendak dilakukan suaminya itu.
"Ayo?" Franda rupanya semakin tidak sabaran.
Akhirnya dengan sangat penuh keterpaksaan. Bisma mencoba memasukkan
buah durian tersebut kedalam mulutnya, mengigitnya cukup besar lalu
berusaha dikunyahnya.
"Kunyah, telen.." suruh Franda.
Bisma tidak menjawab. Rasa buah durian yang berbau sangat menyengat
itu sangat tidak ia suka. Wajah Bisma seketika itu pun berubah menjadi
penuh ekspresi, antara terpaksa, tidak enak, tidak suka dan berbagai
rasa lain.
"Telen Bis, teleen.." Franda berucap geram.
Bisma menggeleng. Didalam mulutnya kini buah durian itu tidak mau ia
telan. Mengunyahnya saja Bisma tidak mau apalagi menelannya.
"Isssh cuma tinggal ditelen aja susah banget sih lo itu! Lo mau yah
beneran lihat anak lo nantinyaaa..."tiba-tiba ucapan Franda terhenti.
Bisma malah menyumpal mulut Franda dengan mulutnya agar berhenti
berceloteh. Sungguh Franda dibuat cengo tidak percaya akan apa yang
dilakukan oleh suaminya ini.
"Mmmhhh!! Mmmhhhh!!!" Franda mencoba melepaskan tautan bibirnya ari
bibir Bisma. Kedua tangannya memukul-mukul dada Bisma dan berusaha keras
mendorong tubuh Bisma.
Namun kekuatan dan tenaga Bisma jauh lebih kuat darinya. Tubuhnya justru kini malah terbaring karna Bisma dorong.
Posisi Franda telentang dibawah, sedangkan Bisma setengah duduk dengan bibir yang masih menempel tanpa mau Bisma lepaskan.
"Emmmhhh.. Mmmhhh!!" dengan sekuat tenaga Franda berusaha mendorong
tubuh Bisma kembali. Namun sekali lagi, tenaga Bisma lebih kuat darinya.
Tangan Franda justru malah Bisma kunci hingga tidak bisa bergerak lagi.
Franda pasrah. Ia merasakan buah durian itu kini justru beralih
berada didalam mulutnya. Lidah Bisma terus mendorong buah durian
tersebut agar beralih untuk Franda telan, karna Bisma benar-benar tidak
menyukai buah durian.
Franda sejenak diam. Kedua bola matanya menangkap wajah Bisma yang sangat dekat dan hampir menempel dengan wajahnya.
"K..ko Bisma bisa sih ngelakuin hal kayak gini?" Franda berfikir tidak percaya.
"Bisma mengusap wajah Franda agar mau menutup matanya. Kedua lengan Franda pun ia kalungkan dilehernya.
Awalnya secara kasar dan terpaksa. Namun kecupan dan sentuhan itu
kini menjadi terasa lembut, lembut dan Franda merasa ada keanehan dengan
dirinya karna tidak bisa menolak semua itu.
Lima menit berlalu. Buah durian itu kini sepenuhnya sudah tidak ada
lagi didalam mulut Bisma. Entah bagaimana caranya hingga Franda lah yang
justru menelan buah lembut beraroma menyengat itu. Franda menelannya
atas dorongan lidah Bisma yang memasukkan kedalam mulutnya.
"Mmmuaach!!" Bisma melepaskan tautan bibirnya. Ia mengucap bibir tipis Franda yang sedikit basah karena ulahnya.
"S..sorry yah? G..gue.. HUEEEKK!!" belum sempat Bisma meneruskan kalimatnya. Tiba-tiba perutnya terasa mual.
"L..lo kenap..?"
"HUEEEEKK!!" Bisma menutup mulutnya dan langsung berlari menuju kamar mandi.
"Hueeeekk!! Hueeeekk Ueeeeekkk!!!" Bisma terus muntah-muntah tidak jelas didalam kamar mandi.
Franda mengerutkan keningnya bingung. Entah apa yang terjadi dengan suaminya itu hingga menjadi muntah-muntah seperti ini.
"Bisma ko muntah-muntah sih?
Apa jangan-jangan dia hamil?
HAH? Masa sih Bisma hamil? Ko bisa?" Franda menerka-nerka ngasal.
Ia kemudian memegang bibirnya dan baru ingat akan apa yang dilakukan Bisma padanya tadi.
"B..biss? K..ko lo tadi lakuin itu sama gue?
T..tapi kenapa gue gak nolak? Kenapa gue diem aja coba? Isssshh!!
Ngeselin!!" Franda mengusap bibirnya kasar. Menyesal karna tadi telah
membiarkan Bisma menyentuh bibirnya. Tidak sadarkan ia kalau tadi ia
begitu menikmati apa yang Bisma lakukan padanya.
"Haduhh gila! Baru kali ini gue ngerasain duren.. Rasanya ituu.. hueeeeekk..!!
Padahal kan setau gue tadi Franda yang nelen durennya, bukan gue.
Tapi kenapa perut gue masih aja mual, kayaknya gue ikut nelen juga deh..
Isssshh gara-gara Franda. Awas lo Fran, ntar gue bakalan kerjain lo
balik, huuueeekk!!"
Bisma menggerutu sendiri sambil terus muntah-muntah akibat mual karena rasa buah durian yang tertelan olehnya.
"Tapi tadi bibir dia manis banget.
Sumpah baru kali ini gue berani ngecup bibir cewek dalam keadaan sadar..
Rasanya nyaman, dan gue suka itu.
Franda, lo itu manis, cantik, tapi sayangnya lo stres.. Hueeeekkk!!"
Bisma kembali muntah-muntah gak jelas didalam kamar mandinya. Sesekali
ia berhayal dan tersenyum mengingat kejadian langka tadi. Namun sesekali
juga ia muntah akibat rasa mual karena buah durian tersebut.
***
"Gue BENCI sama lo!"
"Benci tapi giliran gue cium lo malah nikmatin.."
"Issshh ya elo namanya pemaksaan!!"
"Pemaksaan tapi nikmatin.. Dududu udah mulai cinta yah sama gue?"
"HAH? Gue cinta sama lo? Isssh AMIT-AMIT!!"
"MMUACH!!"
"Bismaaaaaaa!!!"
"Hahaha.. Gausah tereak. Gue kiss lagi mau lo hah?"
Franda buru-buru menutupi bibirnya dengan telapak tangan. Semenjak
kejadian kemarin, Bisma kini sering sekali meledeknya. Bahkan tak jarang
Bisma juga sering mengecup bibirnya dengan maksud menggoda dan
bercanda. Membuat Franda kesal dan emosi itu adalah hal yang Bisma
sukai. Jadi ya beginilah sikap mereka.
"Kenapa lo diem? Biasanya suka ngoceh, maki-maki gue atau mungkin
nyuruh gue keluar jauhin dan tinggalin lo sendiri. Tapi ini..?" Bisma
memandang bingung perempuan cantik yang tengah duduk disofa panjang
diruang tengah rumah mewah yang ditempatinya.
"Gue tuh udah enek banget sama lo.
Mending lo pergi deh, jangan ganggu gue! Gue males tau gak Bis lihat
muka lo terus!" ketus Franda sebal seraya menurunkan tangannya yang
tadi menutupi bibir tipisnya.
"Gue lagi males kemana-mana. Gue lagi pengen disini. Temenin anak
gue.." Bisma berujar enteng. Ia berbaring dan menaruh kepalanya
dipangkuan Franda.
"Isssh apaan sih lo!!" Franda mendorong tubuh Bisma karna kepalanya tiba-tiba berada dipangkuannya.
"Lo bisa berlaku manis gak sih?
Sebentaaar aja.
Gue tuh kalau lo bisa bersikap manis, gue bisa lebih manis. Tapi
kalo lo pahit terus kayak gini, gue jadinya enek tau gak!" jelas Bisma
memandang Franda serius.
Franda diam dan menghentikan aksinya.
"Gue tuh sayang banget sama anak ini Fran.
Sumpah deh, gue tuh sayaang banget sama dia, sayang gue dari sini,
dari hati gue Fran.." Bisma berucap sendiri. Wajahnya yang sangat dekat
dengan perut buncit Franda memudahkannya mengelus dan mengecupi perut
buncit istrinya itu.
Franda tidak menghiraukan. Ia malah memalinglkan wajahnya. Berusaha
tidak mau mendengarkan setiap ucapan yang keluar dari mulut Bisma yang
membuatnya sangat sekali muak.
"Jujur ayah sayang banget sama kamu, tapi sama bunda kamu juga. Cuma sifat egois dia yang ayah benci.
Ayah merasa nyesel udah bikin perjanjian gila itu.
Ayah nyaman sama kamu juga bunda kamu.
Andai dia bisa tau apa yang ada didalam hati ayah, andai bunda kamu tau perasaan ayah.
Ayah nyaman. Ayah benar-benar nyaman sama dia.
Kamu bisa bantu ayah? Tolong bilangin sama bunda kamu, kalau ayah
sangat menyayangi dia, sayang banget.." Bisma menenggelamkan wajahnya
pada perut buncit Franda. Ucapannya sangat pelan, ia bukan berucap,
sepertinya ia berbisik pada calon anaknya yang masih berada didalam
perut besar Franda.
Bisma melingkarkan tangannya pada pinggang Franda. Ia memejamkan
matanya masih dengan posisi yang sama. Menaruh kepalanya diatas pangkuan
Franda. Ini adalah posisi yang Bisma suka karna sangat membuatnya
nyaman.
"Bis gue pengen rujak.." ujar Franda tiba-tiba. Namun Bisma tidak
mendengarkan karna ia terlalu menghayati kenyamanan bisa dengan dekatnya
dengan calon buah hati.
"Bis gue serius.. Lo dengerin gue gak sih!" Franda berujar kembali. Nada bicaranya kali sedikit kesal.
Namun lagi-lagi Bisma tidak menghiraukan. Kedua kelopak matanya
terpejam. Yapz lelaki muda itu rupanya malah tidur dipangkuan Franda.
"Isssh ngeselin banget! Yaudah gue mau cari rujak sendiri aja!!"
ketus Franda lalu beranjak dari duduknya. Alhasil tubuh Bisma jatuh
karna Franda yang berdiri.
"BRUKK.."
"Aww.." Bisma memegang pinggangnya yang terasa sakit. Untungnya
diatas lantai ada sebuah karpen tebal, jadi tidak terlalu sakit, hanya
saja lumayan.
"Rasain!
Lagian diajak ngobrol dari tadi malah keenakan tidur! Dasar suami
GILA!" ketus Franda sebal. Ia melangkah meninggalkan Bisma dan berlalu
begitu saja.
"Ssshh... Baru juga mimpi indah, udah maen jatoh aja.
Kejem banget sih lu Fran. Gak bisa apa bikin gue seneng sebentar aja.
Issshh sakit tau!" Bisma menggerutu sendiri. Ia berdiri seraya memegangi pinggangnya yang terasa sakit.
Franda tidak menghiraukan. Langkahnya semakin jauh meninggalkan Bisma. Ia keluar dari rumahnya tanpa Bisma.
"Lo mau kemana?" Bisma sedikit berteriak.
"Gue mau selingkuh sama tukang rujak! PUAS LO?" ketus Franda tak
kalah teriak lalu keluar meninggalkan rumahnya dengan berjalan kaki.
"Hah? Tukang rujak?
Selingkuh?
Enak aja selingkuh. Mana sama tukang rujak lagi, gak! Gak bakal gue
biarin!!" Bisma buru-buru bergegas dan berlari menyusul Franda.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p