Morgan berdiri memandang bingung wajah Melody. Kedua halisnya mengerut
melihat Melody yang hanya menunduk tanpa berani menatapnya
"Dari mana saja kamu seharian ini?"tanya Morgan mulai mengeluarkan suara
"ma..maaf kak, Me..Mel ta.tadi.."Melody menghentikan ucapannya
"Abiela bilang tadi kamu gak ngampus, apa itu benar? Kenapa kamu
bohongin kakak dan kenapa sampai se sore ini kamu baru pulang?
Sebenarnya kamu dari mana saja Mel? Dan apa yang kamu sembunyikan dari
kakak?"bidik Morgan sepertinya mulai curiga
Melody hanya menunduk takut, air matanya bahkan tiba-tiba menetes mendengar Morgan bertanya seperti itu
"kalau memang sedang ada masalah BB gak perlu dimatiin. Kakak ngerti
kalau memang kamu mau bercerita dengan Abie, kakak hanya takut kamu
kenapa-napa, tolong mengerti Mel"jelas Morgan sedikit memelankan nada
suaranya
"i..iya kak, Me.Mel minta maaf. Mel janji gak akan nyusahin kak
Morgan lagi, maafin Mel kak.."balas Melody masih belum berani menatap
Morgan
"Hemz.. Yasudah sekarang kamu masuk. diluar dingin, jangan sampai om
Dion sama tante Mila marah karna kakak gak bisa jagain kamu.."suruh
Morgan menghela nafasnya dan sedikit menyunggingkan senyum
Melody hanya mengangguk kecil lalu segera masuk dan beristirahat didalam kamarnya
"kenapa kakak merasa ada yang aneh sama kamu Mel.."batin Morgan memandang kearah Melody bingung
"hufh, mungkin itu cuma perasaan kakak saja, semoga kamu memang
tidak kenapa-napa Mel.."Morgan menutup pintu rumahnya dan segera berlalu
menuju kamarnya dilantai atas.
Sementara itu..
"jadi beneran nih Dicky boleh jadi pemilik hatinya? Beneran kosong
tidak berpenghuni kan?"Dicky tersenyum dengan BB yang ditempelkannya
ketelinga
"he'emz.. Beneran deh hati Angel memang kosong ko.."balas Angelia atau Angel dari seberang telpon sana
"berarti boleh dong kalau Aku ngekost atau ngontrak dihati Angel?"tanya Dicky seraya merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur
"iya boleh, dibeli juga boleh ko, asal dibayarnya pakai kesetiaan,
kejujuran dan kasih sayang.."balas Angel lagi-lagi membuat Dicky
tersenyum
"uhh rasanya Aku pengen banget meluk kamu deh Gel, janji kalau Aku
gak akan nyakitin apalagi ngecewain. Dan Aku juga pasti akan setia,
jujur dan sayang sama Angel sampai kapan pun.."jelas Dicky
sungguh-sungguh
"aaa.. Dicky ko tumben sih romantis kaya gini? Biasanya kalau ketemu
pasti diem, tapi giliran ditelpon justru pinter banget membuat suasana
romantisnya.."batin Angel tersenyum senang mendengar ucapan Dicky
"Gel? Ko diem sih? Kamu masih disitu kan?"Dicky mendekatkan BB kemulutnya
"i..iya Aku masih disini ko Ky.."Angel buru-buru menempelkan BBnya kembali ketelinga
"hemz.. Jadi gimana? Aku dibolehin kan buat singgah dihati kamu?
Mengisi kekosongan dengan kebahagiaan? Aku akan bayar dengan cinta yang
tulus serta kasih sayang penuh. Aku sayang kamu Gel, Aku gak mau
kehilangan kamu apalagi sampai Ilham rebut kamu lagi dari Aku. Boleh
yah?"tanya Dicky mulai dengan wajah serius penuh harap
Anggel menganggukkan kepalanya pelan dan tersenyum
"ko diem lagi sih? Pasti gak mau yah? Berarti kamu emang udah jadian
sama Ilham dan semua penjelasan kamu kemarin itu bohong, oke yasudah
terimakasih atas semuanya.."ambek Dicky kemudian hendak memutuska
sambungan telponnya
"issshh ko gitu sih? Kan Aku belum jawab?"dengus Angel kesal
"kamu diam itu udah jawaban yang cukup buat Aku. Oke sekali lagi
MAKASIH!"ketus Dicky dan Ia benar-benar mematikan sambungan telponnya
"Iihhhhhhh Dickyyyy!!! Aaaaaaa kamu tuh ko malah jadi kaya anak
kecil gini sih? Aku diam kan bukan berati aku gak mau, Aku tuh mau
banget tau gak"kesal Anggel dan mulai mencari kontak nomor Dicky untuk
memanggilnya
"aaarrgghh! Ko malah gak di aktifin sih? Isshh sensitif banget sih
jadi cowok? Aaahh padalah dikit lagi kita pasti bisa jadian, kenapa
susah banget sih Kyyyy.. Padahal Angel sayang banget sama Dicky.."lirih
Angel lemas. Ia pun merebahkan tubuhnya diatas tempat tidur dan berharap
kalau besok semuanya bisa Ia jelaskan pada Dicky.
**
"wissshh tumben loe jadi pendiem gini Ham? Biasanya kalau udah Gue
ajak nongkrong disini loe paling gak bisa diem. Banyak cewek cantik juga
noh, kenapa gak loe siulin? Biasanya selalu disiulin, dideketin trus
dipacarin? Bahkan kucing lewat pun suka loe godain pake uang logam, loe
timpuk sampe tuh kucing kelenger, tapi kenapa sekarang jadi diem?"Bisma
menatap heranmelihat sikap Ilham yang sedari tadi hanya duduk dan
mengaduk juice dihadapannya
"Gak usah becanda terus deh. Lagi GAK MOOD Guenya!"ketus Ilham membuang muka
"halah, bilang aja kalo loe pengen sesuatu"kesal Bisma menoyor kepala Ilham
"issh apaan sih?
Loe tuh emang gak pernah pengertian tau gak Bis, loe gak lihat apa
muka Gue sampe bonyok gini? Loe tuh sahabat macam apa coba? Muka Gue
babak belur sampe merah plus biru bahkan ungu jingga kuning nila pink,
tapi loe malah tenang-tenang aja.. RESE LOE!!"jelas Ilham masih saja
ngambek. Ia memalingkan wajahnya yang memang sangat dipenuhi warna biru
akibat ulah Rafael semalam
Bisma hanya tersenyum. Sesekali Ia tertawa memandang wajah Ilham
"haha lucu, tapi ko gak ada warna kuning,nila sama pink nya?"canda Bisma menggoda
"kan itu cuma perumpamaan, lagian loe tuh emang bener-bener rese tau
gak!"Ilham menepis tangan Bisma yang meraih wajahnya, sepertinya Ilham
memang benar-benar ngambek dan marah
Lagi-lagi Bisma hanya tersenyum. Ia merogoh Dompet hitam disaku celananya. Ia mengeluarkan salah satu kartu Creadit miliknya
"Nih, berobat gih. Kalo perlu operasi plastik sana. Gak usah
marah-marah terus, entar yang ada muka loe makin ancur.. Gue mau pulang,
kalau nanti orang yang mukulin loe datang lagi loe tinggal hubungi Gue.
Oke bro?"pamit Bisma menepuk pundak Ilham dan menyodorkan kartu
creaditnya
"i..ini beneran buat Gue Bis? Gu..Gue boleh ngapain aja kan pake
kartu creadit loe?"tanya Ilham sedikit berteriak karna Bisma sudah
berlalu pergi
Bisma mengangguk mantap dan tersenyum
"Yess!! Berarti Gue bisa beli apa aja nih buat Angel. Aaahh..
Pokoknya Gue harus bisa dapatin Angel dan rebut Dia dari sikodok
Dicky.."batin Ilham tersenyum puas. Ia pun beranjak dan segera pergi
meninggalkan Cafe yang menjadi tempat tongkrongannya bersama Bisma itu.
**
Mobil Sport merah Bisma berhenti tepat didepan rumah Morgan.
Bibirnya tersenyum melihat Melody sudah berdiri didepan pagar rumah
bernuansa Putih itu
"Ayo masuk?"ajak Bisma membukakakn kaca jendela mobilnya
Melody hanya mengangguk kecil dan begitu menurut. Ia masuk kedalam mobil Bisma tanpa menghilangkan senyum manisnya
"maaf yah kalau jemputnya kelamaan, tadi Ilham ngajak ketemu dulu,
jadi Aku jemputnya agak malam.."ucap Bisma mulai membuka percakapan
"i..iya gak papa ko Bis, A..aku ngerti.."balas Melody sedikit gugup
"makasih sayang.."Bisma menggenggam tangan Melody dan menyunggingkan senyumnya
"yaudah kita berangkat sekarang aja yah? Takutnya keburu
malam.."ajak Bisma mulai melajukan mobilnya. Melody hanya mengangguk
setuju
"seneng banget kalau udah berdua sama kamu kaya gini Bis, rasanya Aku gak pernah nyesel udah ngasih semuanya buat kamu.
Kamu laki-laki yang sangat baik, Aku yakin kamu memang baik dan yang
terbaik buat Aku, Aku sayang kamu Bisma.."Melody tersenyum memandangi
wajah Bisma. Tangannya terus Bisma genggam dengan satu tangan. Melody
benar-benar terhanyut dalam permainan Maniac Cinta yang satu ini
"Gue harap tiga hari cukup untuk membuat cewek bodoh ini senang..
Anggap saja itu balasan karna kemarin malam misiku benar-benar berhasil
karnanya. Hemz, tunggu seberapa lama lagi bibir kamu masih bisa senyum
Mel, jangan harap setelah semua yang Kuinginkan terjadi bibir kamu masih
bisa senyum.."batin Bisma tersenyum licik menatap polosnya wajah dan
tingkah Melody. Fikirannya sudah dipenuhi dendam, hingga tak heran kalau
jalan seperti ini dianggapnya pantas dan sangat benar.
"Bukannya itu Mobil Bisma?
Jadi Melody masih berhubungan dengan Bisma?
Ya Tuhan, kenapa perasaanku tidak enak, kenapa rasanya Bisma
memiliki maksud buruk pada Melody?"Morgan memicingkan matanya memandang
dari arah balkon kamarnya
"Enggak, Melody aja begitu bahagia Gue lihat. Jadi gak mungkin Bisma
nyakitin Dia. Iya itu pasti cuma halusinasi Gue aja. Maafin kakak yah
Dhila, kakak gak bermaksud benci sama kakak kamu atau pun berburuk
sangka, kakak tetap percaya kalau Bisma itu tidak seperti yang kakak
fikirkan walau Ia sampai saat ini masih membenci kakak..."batin Morgan
berlalu masuk kembali kedalam kamarnya.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p