Satu bulan kini telah berlalu.
Kedua pasangan Bisma dan Franda rupanya masih saja bersikap sama
seperti hari-hari sebelumnya. Namun sikap mereka kini cukup serius.
Mungkin karna ancaman dari sang papah, juga sebuah perjanjian yang telah
mereka sepakati sebelumnya.
"Jadi gimana tres? Hasilnya apa?" Bisma bertanya dengan santainya.
Sosok Franda yang baru saja keluar dari kamar mandi itu hanya menunduk memasang wajah cemas.
"Hasilnya apaan sih? Sini coba gue lihat!" tiba-tiba Bisma langsung merebut sebuah benda putih kecil yang tengah Franda pegang.
"Isssh Bisma balikin!" Franda berdecak kesal. Namun sama sekali Bisma tidak menghiraukan.
"Ini maksudnya apa sih? Gue gak ngerti?
Ini cara gunainnya gimana tres?" Bisma membolak-balikkan benda
berwarna putih tersebut. Benda yang diketahui sebuah alat tes kehamilan
atau tespact.
"Udah deh sini'in! Lo tuh kalau gak ngerti gak usah so ngerti makanya!" Franda merebut balik tespact tersebut.
"Tapi gue lihat cuma ada satu garis merah. Berati lo gak hamil dong?" bidik Bisma rupanya mengerti akan hasil yang keluar.
Franda hanya diam. Memandang dengan kesal benda ditangannya itu.
"Waah.. Berati bakalan ada malam kedua nih tres.. Apa lo udah siap?"
bibir Bisma tiba-tiba tersenyum nakal. Ia menyenggol pelan lengan
Franda dengan sebelah alis yang ia naik-turunkan.
Lagi-lagi Franda hanya diam. Ia menoleh menatap Bisma sekilas dengan raut wajah penuh kesedihan.
"Udaah, gak perlu so dramatis gitu deh.
Lo masih inget sama perjanjian kita kan?
Mau cepet kuliah lagi gak?
Kalau mau yaa, berati mau gak mau lo haruuu..."
"Apa gak ada cara lain buat bikin gue hamil selain lo nyentuh gue?" Franda bertanya dengan polosnya.
"Hah? Maksud lo?" kedua bola mata Bisma hampir saja meloncat keluar dari tempatnya.
"Yaa, maksud gue. Lo gak perlu sentuh gue lagi..
Sumpah demi apapun gue gak akan pernah mau lo sentuh untuk kedua kalinya. Gue gak akan pernah sudi yah!" jelas Franda ketus.
"Trus? Lo fikir lo bisa langsung hamil dan kasih nyokap bokap anak gitu tanpa gue sentuh dulu?
Otak lo dimana sih? Calon sarjana ko bisa sampe mikir kayak gitu?
Dasar stres."
"Isssh! Lo tuh bisa gak sih sehari aja gak bilang gue stres?
Gue tuh udah hampir GILA tau gak gara-gara lo!" Franda berecak
sebal. Raut wajahnya seketika berubah menjadi sedih. Ia kemudian berlalu
keluar dari kamarnya meninggalkan Bisma.
"Yaah gue salah lagi.
Lo tuh bener-bener aneh tau gak.
Pengen cepet hamil, tapi gak mau gue sentuh. Padahal kan gue pengeen
Eh, maksudnya.. Emh, ahh namanya juga cowok. Pasti gak akan nyia-nyiain
kesempatan emas kayak gitu.
Lagian Franda istri gue. Harusnya udah kewajiban dia buat melayani gue.
Meskipun gue gak cinta sama dia. Tapi kalau dikasih kenikmatan,
siapa sih yang mau nolak? Haha.." Bisma berucap sendiri, tertawa
sendiri, dan bergumam sendiri. Fikirannya memang sangat manusiawi.
Lelaki mana yang tidak akan bersikap seperti itu pada istrinya.
Apalagi saat kedua orang tua menuntutnya untuk segera memberikan mereka
cucu.
Jadi, mau tidak mau. Suka tidak suka. Franda dan Bisma harus tetap melakukannya meski penuh dengan keterpaksaan.
**
"Apaan coba kayak gini? Masa hasilnya malah dua garis? Kenapa gak
satu aja coba? Kalau satu kan gue jadi gak perlu takut, dan tentunya gak
perlu disentuh sama cowok gila itu lagi.
Isssh nyebelin banget sih!!" kini Franda rupanya tengah ngedumel
sendiri. Marah-marah sendiri menyalahkan alat tes kehamilan yang
membuatnya semakin gila itu.
Franda duduk dibibir tempat tidurnya. Setelah ia keluar dari
kamarnya tadi, ternyata ia malah balik lagi, sedangkan Bisma entah
berada dimana karna tidak terlihat batang hidungnya disana.
"Satu. Mau gak mau, suka gak suka, lo harus hamil. Dan itu harus anak gue. Karna itu juga permintaan nyokap bokap kita bersama.
Dua. Lo juga harus bisa rawat dan jagain anak itu nanti kalau lo udah hamil.
Tiga, lo harus.."
"Aaaarrgghhh!! Eerrrrrr Bisma GILAaaaaaa!!
Gue gak mau gue gak mauuuu!!!" tiba-tiba Franda berteriak histeris
saat mengingat perjanjian konyolnya bersama Bisma yang sudah
disepakatinya satu bulan lalu.
"Perjanjian apaan sih itu?
Hiks, mamaah.. Franda mau pulang.. Nda mau pulang maah.. Nda mau pulaang.. Hiks." Franda berujar lirih terisak.
"Bisma kejam! Papah juga lebih kejam!
Kalian itu gak punya perasaan.
Masa depan Franda jadi benar-benar hancur maah..
Mamah ayo tolong Franda, tolong Nda maah.. Nda gak betah disini..
Hiks." Franda terus terisak menangis meski tidak mengeluarkan air mata.
"Haduuhh.. Lo tuh terbuat dari apaan sih?
Gue masuk kamar, lo malah keluar. Gue nyari lo keluar, lo malah masuk lagi kesini.
Lo tuh bikin gue kelenger tau gak!" tiba-tiba Bisma sudah berdiri diambang pintu.
Franda hanya menoleh sekilas dengan ekspresi sedih tanpa air matanya.
"Lo kenapa? Tumben lo diem? Sakit gigi yah?" ceplos Bisma polos. Ia berjalan mendekat menghampiri Franda.
"Gue lagi gak mood buat becanda.
Udah deh mending lo keluar aja!
Gue lagi stres gara-gara alat tes kehamilan itu, gue BENCI tau gak!
Apalagi sama elo!" ketus Franda kesal. Ia memalingkan wajahnya tanpa mau
menatap Bisma lagi.
Bisma hanya tersenyum. Pandangannya menangkap benda berwarna putih yang Franda lempar kesembarang tempat tadi.
Bisma memungutnya. Mengambilnya dengan ekspresi datar.
"Ini ko bisa dua garis tres yang merahnya?" Bisma menatap lekat penuh keheranan dua strip merah pada tespact tersebut.
"Nah itu dia, makanya gue benci sama lo!
Kenapa coba harus dua garis yang muncul? Kenapa gak satu garis aja?
Gue kan gak mau kalau harus lo sentuh lagi, gue GAK MAU Bisma!" cerocos Franda masih saja dipenuhi emosi.
"GLEK!" Bisma menelan ludahnya kasar.
"Ini yang salah tespectnya atau otak Franda sih?" fikirnya bingung.
"Heh! Ngapain lo bengong? Lo lagi gak mikir yang negatif kan sama
gue? Otak lo lagi gak ngerencanain sesuatu buat gue kan?" tegur Franda
masih saja ketus.
"PLETAK!!"
Alhasil satu jitakan mulus tiba-tiba Bisma daratkan diatas kepalanya.
"Ko eloo?"
"Lo tuh sebenernya lulusan apa sih?
Lo ngerti kan cara gunain alat ini gimana?
Lo gak cuma asal nyelupin aja kan?
Atau jangan-jangan lo celupin alatnya kedalam bak mandi? Atau mungkin kedalam kloset. Iya hemm?" cerocos Bisma greget.
"Ya gue celupin keair pipis gue lah, masa kedalam kloset. Gila lo!"
"Nah trus? Lo ngerti sama dua garis merah ini?
Lo baca petunjuk dan genunaan serta maksud dari garis ini kan?"
Franda menggeleng, tapi kemudian ia mengangguk, menggeleng lagi.
"Haduhhh.. Ya Tuhaaan... Lama-lama gue jitak lagi juga dah nih cewek!
Stresnya bener-bener udah stadium akhir." bisma mengusap wajahnya menahan marah.
"Lo kenapa sih Bis?
Emangnya ada yang salah yah sama tuh alat?" Franda bertanya polos.
Hampir saja Bisma hendak mendaratkan jitakan ala shinchan dikepalanya.
"Lo tau gak kalau dia garis merah yang muncul itu artinya apa?"
Franda menggeleng. "Emang artinya apa?" tanyanya balik.
"Itu artinya lo hamil Fran, Ha-MIL! Ngerti?"
"HAH? ko bisa?"
"Ya bisalah.."
"Trus ko lo bisa tahu? Tadi bukannya lo gak ngerti?"
"Kan gue abis baca petunjuknya tadi. Jadi ya gue ngerti.. Lagian
tadi cuma satu garis mungkin karna belum kelihatan. Dan sekarang udah
jelas banget dua garis..."
"Serius? T..tapi?
Huaaaaaaaa...!!
Gue gak mau, gue gak mauuu Bisma, gue gak mauuu...!!!"
"Dih? Ko jadi gini sih?" Bisma bergidik bingung.
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p