Rabu, 02 April 2014

Perjanjian Cinta #Part 10

Cukup lama berada dalam dekapan Bisma. Akhirnya Franda mulai tersadar, ia baru menyadari kalau lelaki yang tengah memeluknya itu adalah orang yang sangat dibencinya.
Maka, tanpa fikir panjang lagi, Franda langsung mendorong tubuh Bisma agar melepaskan pelukannya.



"Lo gak usah cari-cari kesempatan deh! Gak usah meluk-meluk gue segala!" ucapnya ketus.

"Tadi diem. Sekarang udah kumat lagi.
Hufh gue jadi makin gak ngerti sama nih cewek." Bisma membuang nafasnya seraya menjauhkan dirinya dari Franda.

Franda kembali diam. Ia memalingkan wajahnya tanpa mau melihat Bisma.
Perutnya yang mulai terlihat membuncit itu dipandangnya penuh kebencian.

"Ini semua gara-gara lo!
Lo pasti seneng kan lihat gue menderita kayak gini?
IYA KAN?
Lo pasti bahagia lihat gue kayak gini!
Lo tuh sama aja tau gak kayak ayah lo! Sama-sama bikin gue GILA! Arrghhh!! Hiks.." tiba-tiba Franda memarahi dan memuku li perutnya sendiri seperti orang frustasi.

Bisma melotot kaget. Ia segera berlari menghampiri Franda dan menghentikan aksi gila istrinya itu.

"Heh! Lo apa-apaan sih?
Lo udah Gila?
Lo jangan sakitin anak gue yah!
Lo gak bisa kayak gini. Dia tauh gak salah tau gak! Jadi lo jangan pernah sakitin dia!" jelas Bisma sedikit emosi.

Franda menghentikan aksinya. Kepalanya menunduk dengan air mata yang sudah membanjiri kedua pipinya.

"Gue benci elo Bis..
Gue benci elo.. Hiks." lirihnya tertunduk lemas.

"Gue tau lo benci sama gue Fran.
Tapi lo gak perlu ngeluapin semuanya sama anak ini.
Dia gak salah. Kalau lo benci sama gue, lo bisa marahin gue, lo boleh caci gue, maki gue, bahkan pukul gue. Tapi jangan sakitin anak kita sendiri.
Dia gak tau apa-apa. Dia juga gak ngerti apa-apa.
Jangan pernah sakitin dia Fran.
Bagaimana pun juga dia tuh calon anak gue, anak kita.." Bisma berujar pelan menasehati Franda.

Namun Franda sama sekali tidak membalas ucapannya. Ia masih saja tertunduk diam tanpa mau menatap wajah Bisma.

"Oke. Yaudah, gimana kalau kita pergi keluar sekarang?
Lo mau gue adil kan terhadap perjanjian itu?
Kalau gue keluar rumah, lo mau keluar juga kan?
Kita keluar sekarang.
Gue yakin lo butuh refreshing. Ayo? Sekalian kita makan siang, lo belum makan kan, hem?" Bisma meraih pundak Franda dan memegangnya. Berbicara dengan sangat hati-hati agar Franda tidak marah dan emosi lagi padanya.

"Gue mau pergi. Tapi gimana sama ini Bis?
Perut gue udah gede. Gue malu, gue gak mau kalau nanti orang lain tau kalau gue lagi hamil.
Gue gak mau Bisma.." Franda menggeleng takut menunjuk perut buncitnya.

Memang selama beberapa bulan ini, tidak ada yang tahu tentang kehamilan dan pernikahan Franda. Sahabat dekat atau sahabat dikampusnya pun tidak ada yang tahu.
Yang mengetahui tentang semua ini hanyalah keluarga Bisma dan Franda saja, itu pun tidak banyak yang tahu, karna memang dari awal Franda dan Bisma belum siap untuk semua ini.

Bisma tersenyum. Ia tiba-tiba melepas jaket merah yang tengah dipakainya.

"Nih, pake jaket gue.
Perutnya pasti gak akan terlalu kelihatan. Dan lo gak perlu takut atau malu karna orang lain aak bakalan tau.." ujarnya lembut seraya mengaitkan jaket merah miliknya itu pada punggung Franda.

Franda mencoba memakaikannya. Perut buncitnya memang sedikit tertutupi dengan jaket merah tersebut.
Bibirnya tersenyum kecil sesaat setelah melihat tubuhnya yang tidak terlalu kelihatan seperti wanita hamil akibat jaket tersebut.

"Gimana, hem?
Jadi pergi sekarang gak?" tanya Bisma pelan. Ia terlihat tidak seperti Bisma biasanya yang selalu membuat Franda kesal dan menyebalkan.

"Gue mau.
Yaudah kita pergi yuk?
Gue pengen ketemu sama Ilham. Entar lo anterin gue yah?
Gue kangen sama dia Bis.." Franda beranjak dan meraih lengan Bisma penuh semangat.

"Ko Ilham sih?
Kenapa harus nemuin dia coba?
Niat gue kan pengen makan berdua." Bisma membatin sebal.

"Ayo dong Bis. Ko lo malah bengong sih?
Nih kunci mobilnya. Ayo cepetan kita pergi. Ayo?" Franda menarik tangan Bisma tak sabaran. Ia memberikan kunci Alphard hitamnya pada Bisma untuk Bisma kendarai.

"I..iya, yaudah kita pergi." setuju Bisma akhirnya.

Franda tersenyum senang. Wajahnya terlihat berbeda dan lebih ceria. Ia melangkah keluar dari kamarnya.
Perutnya sesekali ia elus pelan saat mengingat wajah tampan Ilham yang tak lama lagi akan segera dijumpainya.

"Ilham.. Bentar lagi ketemu Ilham.
Ilham pasti makin ganteng.. Uhh jadi gak sabar banget.. Hihi." batinnya tertawa sendiri.

Bisma menyusul Franda dan membuntuti perempuan hamil itu dari belakang.
Langkahnya sedikit lemas tidak bersemangat.

"Ko hati gue kayak yang sakit gini yah?
Ngapain juga sih Franda harus nemuin Ilham?
Padahal gue pengen makan berdua sama dia.
Eh, maksud guee..
Engh~ ah lupain aja deh!
Lagian Franda bukan siapa-siapa gue. Terserah dia mau ngapain juga. Bukan urusan gue, yang penting anak gue gak dia sakitin aja. Awas kalau sampe itu terjadi lagi, gue cekek entar tuh anak!" ancam Bisma ngasal. Fikirannya menjadi tidak karuan seperti ini.
Ia kemudian buru-buru menyusul Franda yang berjalan cepat meninggalkannya.





**
"Kita mau makan dimana?
Gue laper nih. Ketemu sama si Ilhamnya entar aja abis makan.
Atau pulangnya gitu. Biar lo lebih puas sama tuh makhluk gembul.
Gue mau temuin Kiara. Gue juga kangen sama cewek gue." ujar Bisma saat dalam perjalanan, seraya terus fokus mengemudikan stir mobilnya.

"Kayaknya Ilham lagi sibuk.
BBM gue gak di reply. Telfon juga gak diangkat.
Kalau gitu kita balik lagi aja deh.
Percuma keluar juga, Ilhamnya gak ada." jelas Franda memandang lemas layar BBnya lalu menoleh kearah Bisma.

"HAH? Balik lagi?
GILA lo!
Tapi gue laper tau gak. Kita makan dulu kek bentar. Hobby banget sih lu nyiksa gue!" Bisma tampak sedikit kesal.

"Gue gak laper.
Udah deh, mending kita balik lagi aja. Gue lagi beneran gak laper!" tegas Franda maksa.

"T..tapi gue laper Fran. Tadi pagi cuma makan dikit, lo tega banget sama gue.." Bisma memasang wajah melasnya.

"Udah deh gak usah lebay!
Cepetan puter balik. Kita pulang aja. Gue mau istirahat, mau tidur. Ayo cepet!"

"T..tapi?"

"Yaudah kalau lo gak mau.
Gue loncat aja keluar. Biar anak lo entar mati sekalian!" ancam Franda ngaco.

"Issh jangan lah! Apaan sih lo!
Iya-iya kita pulang.
Beneran emang hobby banget lo tuh nyiksa gue." Bisma memutar stir mobilnya pasrah. Memutar balik arah mobilnya agar kembali pulang kerumahnya, bukan kerumah tante Femmy yah. Tapi kerumahnya.

"Hihi lucu banget mukanya.
Tapi kasian juga sih, hihi.." batin Franda tertawa kecil melihat ekspresi wajah Bisma.
Ia mengelus perut buncitnya seraya terus memandangi wajah lucu Bisma yang membuatnya terkekeh.

"Nah, ada permen nih. Lumayan buat ganjel laper. Gue minta ya Fran.." tiba-tiba Bisma menemukan beberapa permen didepannya.
Ia mengambilnya, membukanya lalu memakannya.

Franda sama sekali tidak bergeming. Ia malah asik sendiri mengelus perutnya sambil tak henti-hentinya memandangi wajah Bisma yang tengah mengunyah permen.

"Ih tapi kasian juga.
Kayaknya dia beneran laper deh.." batin Franda iba.

Bisma kembali membuka-buka sesuatu dihadapannya. Ia mencari apapun yang bisa dimakan selain permen.

"Bis.. Kayaknya gue berubah fikiran deh." ucap Franda tiba-tiba.

Karna kaget. Kepala Bisma sedikit terbentur, karna posisinya memang tengah menunduk.

"Aw! Maksud lo? Berubah fikiran gimana?" Bisma tampak bingung. Ia mengusap kepalanya yang lumayan terasa sakit.

"Y..yaa kita makan aja deh. Perut gue juga ikutan berubah fikiran nih. Tiba-tiba aja dia langsung minta makan. Mungkin laper.."

"Hah? Berati..?"

"Iya. Berati kita makan.
Yaudah, kita cari tempat makan deh.
Anak lo juga kayaknya pengen makan, kasian dia.." Franda mengelus-ngelus perutnya.

"Lagian gue gak tega lihat lo kelaperan kayak gini.
Ayo cepet." ujarnya lagi.

"Haha dengan senang hati nyonya Karisma.
Gitu dong, kenapa gak dari tadi coba.." Bisma tersenyum senang.

"Dih, apaan nyonya Karisma?
Gak suka gue ah!" ketus Franda risih.

"Gue gak minta buat lo suka tuh.
Lagian tetep aja mau suka atau pun enggak, lo tetep istri gue. Iya kan?
Dan ini tetep calon anak gue." jelas Bisma dengan senyuman manisnya. Mengedipkan sebelah matanya pada Franda lalu menyentuh perut Franda yang tengah tumbuh calon buah hatinya.

"Issh cacingan lo! Geli gue dikedipin mata sama lo. Ihhh" Franda bergidik.

"Haha tapi suka kan?
Mana mungkin sih cewek gak suka dikedipin sama cowok ganteng kayak gue.." lagi-lagi Bisma mengedipkan matanya. Ia bahkan mencolek pinggang Franda dengan candaannya itu.

"Udah deh Bis gak usah berulah lagi.
Gue lagi gak mood buat becanda." ketus Franda risih. Ia menepis lengan Bisma lalu memalingkan wajahnya menatap pintu jendela kaca mobilnya.

"Oh iya. Gue punya sesuatu buat lo.." tiba-tiba Bisma kembali berucap.

"Sesuatu?
Lo gak bakalan ngasih gue kecoak sama cicak kan?
Kalau sampe lo ngasih gue dua hewan aneh itu lagi, gue bunuh lo!" bidik Franda mengancam.

"Enggak. Kali ini gue serius.." Bisma merogoh saku celana jeansnya.

"Apaan sih? Gak usah becanda deh.." Franda tetap saja ketus dan tidak mau percaya. Karna pasti ujung-ujungnya Bisma hanya akan mengerjainya lagi.

"Gue serius tau. Aduh mana sih?
Perasaan tadi gue taruh disini deh.." Bisma kembali merogoh saku celana jeansnya. Namun kini saku bagian belakang, dan sebelah kanan.

Franda memperhatikan Bisma serius. Rupanya kali ini Bisma mungkin memang serius ingin memberikan sesuatu untuknya.

"Naah.. Akhirnya ketemu juga.." Bisma mengeluarkan kepalan tangannya dari dalam saku. Sepertinya apa yang ia cari sudah ketemu.

"Apaan tuh?" Franda penasaran.

"Selama kita merrid, gue kan belum pernah ngasih apapun buat lo. Jadi..." Bisma menggantungkan ucapannya. Ia menghentikan mobilnya kepinggiran jalan raya.

"L..lo mau apa?" Franda tampak gugup.

Bisma meraih leher Franda. Wajahnya memandang serius perempuan cantik disampingnya itu.

"B..Bis, e..elo?"

Bisma tidak bergeming. Ia terus mendekatkan wajahnya. Kepalanya sedikit menunduk dengan tatapan mata serius menatap Franda.

Franda diam. Ia menjadi kikuk dan salah tingkah. Wajah Bisma terlihat begitu dekat dengan wajahnya. Bahkan hampir saja menempel dengan jarak sedekat itu.

"K..ko gue jadi deg-degan gini sih?
Bisma mau ngapain?
D..dia gak mau ngapa-ngapain gue kan di..diaa." Franda sejenak langsung diam. Kedua bola matanya bertemu satu titik dengan mata Bisma.
Mata yang begitu bening dan jernih ditatapnya lekat.

"Ternyata nih cewek stres cantik juga. Mukanya putih, bersih. Matanya juga gue suka. D..diaa."

"PLAAK!!"

Tiba-tiba entah kenapa Bisma merasakan sesuatu mendarat dipipi kanannya.

"K..ko elo nampar gue sih?" Bisma menatap Franda kesal seraya memegang pipinya.

"G..guee. G..gue refleks.
So..sorry. Abis muka lo deket banget sih. G..gue kan jadi takut.." ujar Franda polos.

Bisma buru-buru merubah posisinya menjadi duduk kembali. Ia membuang nafasnya geram.

"L..lo tadi pasti mau ngapa-ngapain gue.
Emang yah. Semua cowok tuh sama. Gak bisa lihat situasi. Ada kesempatan sedikit langsung dicuri. Dasar cowok!" gerutu Franda tiba-tiba.

"Lo tuh bisanya cuma nethink yah?
Males lah gue debat sama lo!" ambek Bisma kesal. Ia kemudian menghidupkan mesin mobilnya kembali dan mulai melajukannya.

"Ko Bisma malah marah sih?
Emang gue salah yah?" Franda membatin bingung.

"GILA! Gue udah baik-baik, tapi malah dibales pake tamparan. Dasar cewek stres! Nyesel gue udah ngasih tuh kalung sama dia." Bisma masih saja menggerutu didalam hati.

"Kayaknya Bisma beneran marah deh..
T..tapi? Loh, ini apaan dileher gue?
Hah? Kalung? Ko bisa?
Perasaan gue gak pernah pake kalung deh.
T..trus ini..?" Franda buru-buru melirik leher jenjangnya.
Kalung putih yang nbegitu elegan nan bagus rupanya sudah mengait rapi dilehernya.

"B..Bisma?
Ko nama kalungnya Bisma?" fikirnya bingung saat melihat bandul berbentuk huruf B dihiasi permata-permata kecil, dan terukir nama Bisma namun sangat kecil.

"Ini beneran dari dia?
Kapan dia makeinnya?
Atau jangan-jangan pas tadi...?"

"Kalau gak suka buang aja!" ucap Bisma tiba-tiba. Rupanya ia memperhatikan apa yang tengah Franda lakukan.

"J..jadi ini beneran dari lo?" tanya Franda polos.

"Menurut lo?"

Franda diam. Ia melihat kalung putih dilehernya itu.
Tak lama bibirnya tersenyum



dan..




"Cuupss.."


Tiba-tiba entah ada angin apa, bibir Franda berani menempel dibibir Bisma.
Ia mengecupnya. Meski hanya sekilas, namun itu mampu membuat Bisma cengo tak terkira.

"Makasih yah.." ujarnya pelan diiringi senyum.

Bisma masih diam. Ia tidak percaya dengan apa yang didapatnya. Mulut Bisma seolah terkunci. Tubuhnya menjadi sulit untuk ia gerakkan.

"K..ko gue jadi deg-deg ser gini sih?
G..gue kenapa?" Bisma membatin bingung. Ia memegang pipi kirinya. Tubuhnya masih sulit ia gerakkan. Untung saja jalanan raya yang dilalui tampak sepi, jadi tidak membuatnya banting stir mendadak atau mengerem mendadak karna kendaraan yang berlalu lalang.





Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p