Gadis cantik berpengawakan tinggi putih ini masih saja terlihat lesu,
bibirnya berkali-kali Ia pegang mengingat kejadian mengerikan tadi,
sungguh terasa sesak dadanya saat merasakan lidah Ilham bermain-main
dirongga mulutnya tadi
"hiks, Gue benci Loe Ham, Gue benci.."lirihnya meneteskan air mata
Perlahan tangan kanannya pun meraih handle pintu kamar bernuansa
biru langit ini. Pandangan mata yang kosong dan fikiran yang melayang
entah kemana membuatnya kalang kabut sendiri.
Tubuhnya pun Ia rebahkan tanpa mengganti pakaian dan membuka sepatunya terlebih dahulu
"dari dulu Gue udah benci sama loe Ham gara-gara kejadian memalukan
itu. Dan sekarang loe buat Gue tambah benci lagis ama loe. Loe tuh
bener-bener cowok brengs*k, Gue benci, Gue bencii...."lirihnya lagi.
Wajahnya pun Ia tenggelamkan diatas bantal bermotif teddy bear, rasanya
begitu hancur mendapatkan perlakuan seperti ini dari Ilham, dan ini
lebih buruk dari beberapa waktu lalu disaat Ilham membuatnya malu
didepan anak-anak kampus lainnya
"hufh, Loe lagi galau?
Padahal tadinya Gue mau minta tolong sama loe, tapi ternyata loe
sama aja kaya Gue.. Yaudah Gue mau keluar aja, Gue mau cari
ketenangan.."
Tiba-tiba mata Abie melonjak kaget mendengar suara seorang lelaki yang berdiri diambang pintu kamarnya
"kak Rafa??"pekiknya kaget. Lelaki bermata sipit ini pun menghentikan langkahnya menoleh kearah Abie
"kakak ko bisa ada disini? Bukannya kakak tinggal di Bandung?
Tapi...?"Abie semakin dibuat heran akan kehadian lelaki yang
dipanggilnya kak Rafa ini
"hemz.. Makanya lain kali handphone itu digunakan yang benar. Kakak
kan udah sms kamu dari pagi kalau kakak udah ada di Jakarta. Kakak mau
tinggal disini dulu sambil nemenin kamu, kebetulan kuliah kakak juga
tinggal menunggu skripsi nya selesai.."jelasnya dengan nada yang begitu
lembut. Abie hanya terpelongo mendengar penuturan Rafa
"mending kamu mandi gih, jangan nge'galau terus, habis itu baru
istirahat. Kakak mau keluar.."suruhnya kemudian berlalu meninggalkan
Abie
"ta..tapi kak?"
"hufh.. Kebiasaan kak Rafa tuh suka main pergi gitu aja.. Tapi ko
wajah kak Rafa pucat gitu yah? Kaya yang ketakutan? Hempp.. Mungkin cuma
perasaan Gue doang. Mending Gue mandi aja deh, bener kata kak Rafa,
ngapain juga Gue harus nge'galau gara-gara si cowok brengs*k itu.."
Abie pun beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi. Entahlah
mungkin yang diucapkan lelaki bermata sipit bernama lengkap Rafael itu
memang benar. Apa untungnya juga Ia memikirkan Ilham, toh Ilham saja
tidak memikirkannya.
Sementara itu...
Melody baru saja sampai dirumah Morgan bersama Dicky. Bisma memang
sengaja tidak mengantarnya karna takut Morgan malah menghajarnya
habis-habisan kalau bertemu nanti, apalagi disana ada Dicky, otomatis Ia
bisa dikeroyok nantinya
"makasih ya Dick, Mel mau langsung masuk deh.. Bye Khy.."Melody
mengecup pipi Dicky sekilas setelah turun dari motor Ninja Dicky. Ia dan
Dicky memang cukup akrab sejak dulu, makanya tak heran kalau satu atau
dua kecupan selalu Melody daratkan dipipi Dicky, namun itu hanya di
pipi, bukan di bibir.
"iya, yaudah istirahat sana.. Ichy juga mau langsung kekamar, cape
Mel.."balas Dicky menyunggingkan senyuman khasnya yang begitu manis
Melody pun berjalan masuk mendahului Dicky, bibirnya terus mengembang senyum karna wajah Bisma terus terbayang difikirannya
"Melody kaya yang lagi jatuh cinta deh, perasaan wajahnya ceria banget akhir-akhir ini?
Hempp tapi syukur deh kalau memang Dia udah punya cowok atau
gebetan, asalh jangan sama si Maniac Cinta aja. Gue bakal jadi orang
pertama yang menolak kalau sampai hal itu terjadi.."Dicky meneruskan
langkahnya seraya menatap kearah Melody. Langkahnya pun berhenti sejenak
saat Morgan sang kakak menatapnya dengan tatapan cukup menyeramkan
"ngapain loe lihatin Gue kaya gitu? Loe mau Gue tonjok HAH?"
tiba-tiba satu bentakan yang begitu keras terdengar ditelinga Dicky.
Entahlah apa yang terjadi dengan kakak satu-satunya ini hingga
tatapannya begitu menyeramkan
"Loe kesambet ya Gan?
Gue gak salah apa-apa maen dibentak aja. Parah loe.."gumam Dicky menggelengkan kepalanya
Morgan hampir saja mencengkram baju Dicky, namun untungnya Dicky bisa menghindar dari kekesalan kakaknya ini
"eits, Gue gak tau apa-apa yah? Jadi jangan loe luapin semua emosi
dan kekesalan loe sama Gue lagi. Cukup waktu itu loe buat muka Gue
bonyok gara-gara tampolan loe itu, dan sekarang Gue gak akan biarin
lagi.."tegas Dicky menyingkirkan tangan Morgan dari bajunya kemudian
berlalu pergi
Morgan hanya diam. Tatapannya seperti orang yang kehilangan akal
sehat. Rasanya Ia ingin sekali membunuh orang, namun Ia juga sadar,
tidak seharusnya Ia meluapkan emosinya pada Dicky
"AAAAAAARRRGGHHH!!!!"
Morgan berteriak menjambak rambutnya sendiri. Kedua bola matanya seakan menyala seperti api yang berkobar
"Gue bakalan bener-bener habisin loe Bis. Kesabaran Gue udah habis..
Melody memang sangat polos, tapi bukan berarti loe bisa seenaknya
mainin Dia. BANGS** LOE!!"hardik Morgan mengepalkankedua tangannya.
Dengan langkah cepat Ia pun segera keluar meninggalkan rumahnya. Mungkin
Ia akan segera menemui Bisma dan menghajarnya habis-habisan#mungkin(?)
**
Hamparan tanah luas yang dihiasi rumput beserta tumbuhan
ilalang-ilalang putih ini membuat suasana tempat pemakaman menjadi
seolah hidup.
Ratusan batu nisan berjejer rapi begitu terawat.
Tampak disana seorang pria bertubuh kecil berjongkok didepan salah
satu batu nisan, panas matahari yang cukup terik tidak membuatnya panas
atau merasa terusik. Baginya ini adalah saat terindah dimana Ia bisa
berbicara langsung dengan sang adik tercinta
"udah hampir satu minggu kakak gak mampir kesini, maaf yah Dhe kakak baru bisa kesini lagi sekarang..
Kakak benar-benar sibuk beberapa hari ini, terlebih misi kakak untuk
balas dendam semakin akan membuahkan hasil. Sebental lagi kamu pasti
akan tenang disana. Kakak akan buat lelaki baj*ngan itu merasakan apa
yang kamu rasakan, kakak akan buat Dia hancur Dhe, kamu tenang disana
yah? Kakak sayang kamu..."
satu kecupan yang begitu lembut mendarat dibatu nisan bertuliskan
"ADILA PUTRI KARISMA" ini. Dimana beberapa waktu lalu jasad sang adik
dikuburkan didalamnya. Air matanya tiba-tiba menetes, entahlah mungkin
Ia merindukan sosok adik tercintanya ini
"kakak pamit dulu yah? Kakak sayang banget sama kamu Dhe, seandainya
waktu bisa diputar kembali, kakak ingin agar Tuhan tidak mengambil kamu
secepat ini, kakak gak bisa hidup tanpa kamu, kakak kesepian Dhe, kakak
ga punya teman lain selain kamu..
Kakak sayang kamu.. I heart You Adila.."
Bisma pun segera melangkahkan kakinya meninggalkan tempat
peristirahatan sang adik. Langkahnya memang terasa berat seakan ingin
sekali berlama-lama disini, namun itu tidak mungkin karna Ia sudah cukup
lama berada ditempat ini
sementara sosok gadis cantik ini menatap Bisma begitu pilu. Hatinya
terasa sesak melihat sikap sang kakak yang menurutnya sangat salah ini.
Kepalanya menggeleng dan rasanya ingins ekali Ia berlari mengejar Bisma
dan berkata kalau semua yang Ia lakukan itu adalah kesalahan besar,
namun Ia sungguh tak berdaya, hatinya hanya bisa menatap lirih apa yang
dilakukan kakak kandungnya ini..
**
Bisma menghendikan mobil Sport merahnya ini tepat didepan gerbang
rumah mewahnya. Bibirnya tiba-tiba tersenyum begitu melihat mobil CR-V
berwarna Hitam terparkir didepan rumahnya
"Hemz, rupanya pengecut itu punya nyali juga.."ucap Bisma tersenyum
sinis. Kakinya pun segera melangkah keluar dari dalam mobilnya
menghampiri pemilik mobil CR-V Hitam tersebut yang ternyata adalah
Morgan
"akhirnya loe datang juga. Gue fikir nyali loe itu hanya sekedar
nyali TEMPE! tapi ternyata? Ck-ck-ck.. Hebat juga. Gimana sama
photo-photonya? Kerenz kan? Rasanya itu sungguh nikmat loh, Gue kaya
melayang-layang diudara menikmati surga dunia yang begitu nikmat
terasa.. Uhh andai waktu itu loe ada bersama Gue, pasti Gue bakalan
kasih Melody ke elo, kan lumayan tuh sehari bisa DUA KALI dipake sama
cowok berbeda..."
Bisma terus menggoda amarah Morgan agar cepat keluar dan meluap. Ia
bahkan berbicara yang sebenarnya sama sekali tidak terjadi terhadap Ia
dan photo itu. Ia hanya ingin membuat Morgan marah dan emosi
Bisma pun semakin berjalan mendekat kearah Morgan. Posisi Morgan sendiri bersender didepan mobil CR-V hitamnya
"Loe kesini cuma mau diam natap muka Ganteng Gue, atau loe mau tanya tips lezat lainnya untuk cara menikmati cewek?
Loe tinggal bilang aja, Gue pasti akan kasih resep rahasia itu buat
loe.."bisik Bisma dengan senyuman liciknya. Kedua tangan Morgan mengepal
begitu kuat, rasanya Ia semakin dibuat emosi mendengar ucapan-ucapan
Bisma
"ko loe diem terus sih? Loe gak malu? Badan loe besar ma men! Masa
ngadepin Gue aja cuma pake diem? Loe fikir dengan diem semuanya akan
selesai GITU? Dasar TEMPE LOE!!!"hardik Bisma menatap tajam wajah Morgan
kemudian hendak berlalu pergi
"banyak bac*t LOE!!"
Dengan sangat emosi akhirnya Morgan pun mulai mengeluarkan aksinya.
Ia menarik kerah baju Bisma dari belakang dengan sangat kuat. Kepalan
tangannya pun mendarat begitu mulus diwajah Bisma
"BRUGGHH!!"
Satu bogem mentah Bisma rasakan mendarat diwajah tampannya. Ia pun
mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan sedikit bercak darah itu.
Bibirnya tersenyum menatap wajah Morgan
"ohh ternyata loe itu bukan si nyali TEMPE yah.. Gue fikir nyali loe
sama kaya berandal-berandal bernyali TEMPE yang cuma berani dimulut
doang, hemz.. Ternyata loe cukup bernyali juga.."gumam Bisma menatap
Morgan tanpa rasa takut sedikit pun
"GAK USAH kebanyakan ngomong deh Loe! elo Tuh yang nyalinya TEMPE! beraninya cuma sama cewek! Cowok bajing*n Loe! Brengs*k!!!"
Morgan kembali melayangkan kepalan tangan kanannya. Emosi yang
meluap sungguh tidak bisa Ia redam lagi melihat tingkah dan sikap Bisma
yang membuatnya muak.
Namun dengan gerakan cepat Bisma dapat menepis tangan Morgan. Ia bahkan memutar tangan Morgan dengan sekuat tenaganya
"Gimana? Masih mau ngelawan?
Sekarang siapa yang bernyali TEMPE??"tanya Bisma dengan senyuman liciknya
Morgan hanya diam, tangannya benar-benar terkunci tidak bisa berbuat
apa-apa lagi. Bisma memang bertubuh lebih kecil darinya, namun jangan
pernah meremehkan MANIAC CINTA yang satu ini
"Gue akuin loe memang ahli dalam hal berkelahi, tapi jangan harap
Gue akan diam melihat loe mempermainkan Melody. Gue gak bodoh Bis. Gue
bukan orang yang bisa Loe bodohi. Gue kenal loe sudah cukup lama, dan
Gue tau bagaimana sikap dan sifat loe.."batin Morgan tanpa berani
menatap wajah Bisma karna posisinya sendiri sangat sulit
"BRUGGHH!!!"
Dengan sangat kasarnya Bisma mendorong tubuh Morgan keaspal jalanan
"Loe bener-bener Bajing*n Bis!
Loe cowok brengs*k!
Harusnya loe gak ngelakuin ini semua sama Melody, harusnya ENGGAK
BISMA!!"bentak Morgan dengan tubuh yang masih tersungkur diaspal
"Gue bajingan? Gue brengsek?
Apa itu gak terbalik Gan?"Bisma tersenyum mendekat kearah Morgan
"asal loe tau aja, GAK AKAN ada asap kalau GAK ADA Api. Jadi jangan
pernah main-main sama Gue kalau Loe gak mau kena akibatnya. Camkan
itu!"tegas Bisma menatap tajam wajah Morgan. Ia pun kemudian berlalu
kembali masuk kedalam mobilnya untuk membawa masuk mobil sport merahnya
itu masuk kedalam Garasi rumahnya
"Gue gak ngerti apa yang loe maksud Bis, Gue gak pernah ngerasa berbuat salah sama loe.
Gue memang pernah buat loe marah karna Gue mutusin Adila tanpa
sebab, tapi waktu Gue udah minta maaf dan membuat semuanya kembali
normal. Hubungan Gue sama Adila pun semakin membaik begitu pun dengan
elo.
Tapi kenapa sekarang jadi seperti ini?
Apa yang sebenernya maksud loe Bis? Gue gak ngerti, Gue beneran gak ngerti..
Dan kenapa loe harus bawa Melody dalam masalah ini?
Dia gak tau apa-apa Bisma, Melody enggak tau apa-apa.."
Morgan menatap Bisma dengan tatapan lirih. Ia memang tidak tau pasti kenapa Bisma bisa bersikap seperti ini.
Ia pun segera bangun dan kembali masuk kedalam mobil CR-V hitamnya meninggalkan rumah Bisma
Sosok gadis cantik berpakaian putih ini pun kembali terlihat disana,
hatinya terasa semakin pilu saat melihat adegan Bisma dan Morgan saling
beradu jotos tadi. Ia tidak tahu apa yang harus Ia lakukan.
Andai Ia bisa berteriak menghentikan aksi sang kakak dan kekasinya
tadi, sudah sangat pasti Ia akan bisa menjelaskan apa yang sebenarnya
telah terjadi hingga tidak terjadi kesalah fahaman terus-menerus..
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p