"Gue gak salah! GUE GAK SALAAAAHH!!!!"
Teriakan yang cukup kencang itu akhirnya membangunkan sosok pemuda
bermata sipit ini dari mimpi buruknya. Nafasnya terasa sesak saat mimpi
buruk yang beberapa hari ini selalu menghantuinya itu datang kembali.
Keringat dari dahi nya pun keluar cukup banyak, Ia menatap arloji hitam yang diletakannya diatas meja sebelum tidur tadi
"Arrgghh!! Mimpi itu lagi??"
Pemuda ini menjambak rambut hitamnya, wajahnya serasa seperti orang
yang sedang frustasi karna dihantui rasa bersalah oleh sosok yang masuk
kedalam mimpinya itu
"Kenapa sih cewek itu terus masuk kedalam mimpi Gue?
Kenapa?
Harusnya Loe waktu itu gak pergi gitu aja biar Gue bisa tanggung jawab!
Dan sekarang? Loe terus menghantui Gue seolah ini semua salah Gue.
Gue emang hilaf waktu itu, tapi kalo seandainya loe gak pergi, Gue PASTI Tanggung Jawab! Argghhh!!!"
Ia kembali menjambak rambutnya lagi, benar-benar dibuat frustasi dan
gila akan sosok gadis cantik yang ternyata Adila adik kandung Bisma
yang telah tiada itu.
Sosok pemuda yang ternyata Rafael ini tidak tahu kalau sekarang
Adila sudah tiada setelah sebelumnya sempat Ia sentuh dan membuat Adila
hamil hingga nekat mengakhiri hidupnya sendiri. Rafael benar-benar tidak
tahu akan itu semua
"Gue tau Gue salah. Gue juga tau gak seharusnya Gue nyentuh gadis itu apalagi Gue sama sekali gak kenal.
Tapi kenapa sekarang Gadis itu menyerang Gue lewat mimpi?
Wajahnya seperti penuh dendam, Gue tau Gue salah, tapi pliss..
Jangan buat Gue gila gara-gara mimpi ini. Gue gak kuat.. Gue pasti
tanggung jawab kalau Gue ketemu gadis itu lagi, bahkan kalau sampai
gadis itu hamil Gue pasti akan langsung nikahin, tapi plis jangan
hantuin Gue, Gue gak kuat..."
Rafael memojokkan dirinya diatas tempat tidur, tubuhnya bergetar
hebat dengan bibir yang ikut bergetar karna takut, Ia mengaku salah
karna telah berbuat yang seharusnya tidak Ia lakukan, tapi kalau
seandainya saat itu Adila tidak langsung pergi Rafael sudah pasti
mempertanggung jawabkan perbuatan yang tidak Ia duga bisa Ia lakukan
itu, karna Rafael termasuk orang yang bertanggung jawab.
Tapi sekarang semua itu menjadi misteri karna sampai sekarang Rafael
tidak pernah menjumpai gadis yang disentuhnya yang tak lain adalah
Adila, Ia tidak mengenal Adila dan tidak tahu kalau sekarang Adila sudah
tiada akibat ulahnya itu.
"Gue harus cari gadis itu, Gue harus minta maaf..
Gue tau Gue emang salah, Gue bakalan cari loe, Gue akan minta maaf
dan bertanggung jawab atas perbuatan Gue. Iya Gue bakalan lakuin itu
secepatnya. Gue gak mau dihantui oleh mimpi buruk itu terus, Gue gak
sanggup apalagi lihat wajah gadis itu berbinar sedih tapi menatap Gue
penuh amarah, Gue gak kuat lihatnya.."Rafael bergumam dan meyakinkan
hatinya sendiri agar terbebas dari mimpi buruk yang selalu membuatnya
tidak tenang itu
Rafael beranjak dari atas tempat tidurnya, Ia meraih jaket jeansnya
beserta kunci mobil dan dompet kulit berwarna hitam dari meja kecil
disamping tempat tidurnya itu. Langkahnya pun Ia percepat untuk segera
pergi mencari sosok gadis yang selalu mengganggu tidurnya
"Gue bakalan cari gadis itu sekarang, Gue harus tau keadaanya, Gue
gak mau diliputi rasa bersalah terus, Gue harus pergi.."ucap Rafael
yakin akan apa yang dilakukannya ini.
**
Bisma tersenyum puas melihat layar BB nya penuh pesan masuk dari
Melody, Ia benar-benar puas akan kejahilannya yang membuat Melody
menunggu lama seharian itu
"haha, dasar cewek bodoh! Besok tinggal Gue putusin biar loe
sekalian sakit hati. Gue pengen membuat hati loe hancur hingga berbekas
dan tidak akan pernah bisa hilang sampai kapan pun karna itu misi Gue.."
Bisma memasukan BB nya kembali kedalam saku celana, langkahnya pun
Ia percepat menaiki anak tangga rumahnya. Ia benar-benar tidak iba dan
tidak bisa merasakan bagaimana sakitnya dipermainkan seperti ini, Ia
hanya memikirkan ambisi dan dendam yang tiada guna dan penuh kesalah
pahaman
"Ya Tuhan, Kenapa cucuku jadi seperti ini? Wajahnya sudah tidak
dapat Ku kenali lagi. Ia tidak seperti Bisma yang dulu, Ia lebih banyak
diam dan sering berbicara sendiri, bahkan kamarnya selalu Ia kunci dan
tidak pernah membolehkanku masuk.
Bisma sudah berubah, tidak bisa dikenali dan diatur lagi.."
Sosok lelaki paruh baya dengan kacamata bening yang selalu dipakainya itu menatap Bisma miris.
Hatinya terasa pilu karna Bisma sudah tidak pernah menganggapnya
lagi, terlebih sekarang Bisma selalu bersikap dingin dan tidak pernah
mau urusan pribadinya diketahui, padahal lelaki paruh baya kakek kandung
Ia satu-satunya ini sangat mempedulikannya karna Ia sangat menyayangi
Bisma
"mudah-mudahan kamu bisa merasakan dan mengerti akan kasih sayang yang tulus dari Kakek ini Bis.
Kakek sayang kamu, kakek hanya ingin kamu jadi Bisma kecil kakek
yang dulu, Bisma yang selalu kakek banggakan karna kepandaian kecerdasan
dan keramahannya, tidak seperti Bisma yang cuek dan dingin serta tidak
pernah mempedulikan orang lain seperti sekarang ini.."lirihnya kemudian
segera berlalu meninggalkan Bisma dengan hati yang masih terasa sakit
dan miris.
Keesokan Harinya..
Bisma baru saja turun dan keluar dari mobil Sport merah yang baru
saja tiba diparkiran Kampusnya ini. Ia tersenyum simpul dengan wajah
yang terlihat memar disudut bibirnya akibat bogem mentah dari Morgan
kemarin
Morgan sendiri ternyata Ia juga baru sampai dan keluar dari mobil
CR-V Hitamnya. Ia menatap Bisma penuh rasa heran karna walau wajah Bisma
memar tapi senyum diwajahnya itu seperti penuh kemenangan(?)
"Ngapain Loe natep Gue kaya gitu?
Loe mau dapet bogem dari Gue juga? Cuih! Gak sudi Gue kalau harus ngotorin tangan Gue lagi.
Gue punya rencana yang lebih bagus lagi dari itu, Loe tinggal tunggu aja, sebentar lagi rencana itu bakalan terlaksana.."
Bisma tersenyum kecut menatap wajah Morgan, Ia bahkan sampai
membuang ludahnya seolah muak melihat wajah Morgan yang tidak berdosa
ini. Tangannya menepuk dada Morgan dan sedikit mendorongnya. Entahlah
apa lagi yang akan Ia perbuat hari ini untuk membuat Morgan menderita
dan memuaskan ambisinya
"Gue sedih lihat loe kaya gini Bis..
Loe udah kaya orang gak waras. Gue tahu loe gak mungkin nyentuh
Melody seperti photo-photo yang loe kasih ke Gue itu. Gue tahu loe
sangat menghargai perempuan. Gue cuma gak habis fikir kenapa loe lakuin
semua ini sama Melody? Dan kenapa Loe begitu benci sama Gue. Gue gak tau
dan benar-benar gak ngerti.."
Morgan menatap lirih kearah Bisma yang sudah mulai menjauhinya itu,
Ia tidak tahu kalau Bisma melakukan ini karna Bisma merasa kematian
Adila sang adik adalah karna Morgan, padahal Morgan sama sekali tidak
tahu apa-apa. Dan sekarang? Bisma malah melampiaskan itu semua pada
Melody.
Memang benar sudah tidak waras sosok lelaki tampan yang sering dijuluki MANIAC CINTA ini.
"kakak cma bisa berdoa semoga kamu tidak terlalu dalam mencintai
Bisma Mel, kakak tahu akal dan fikirannya, Ia pasti akan nyakitin dan
ninggalin kamu.
Semoga kamu kuat kalau semua itu sudah terjadi.
Kakak udah sering nasehatin kamu, tapi sedikit pun kamu gak pernah
mau denger ucapan kakak.."lirih Morgan beralih menatap kearah Melody
yang baru saja sampai dengan Dicky adiknya itu.
Morgan pun segera melangkahkan kakinya memasuki area kampus dan membiarkan Melody agar bersama Dicky.
"SIAL si MENTAL TEMPE! Maen seenaknya aja ngeroyok Gue?
Ambil aja tuh mobil rongsokan loe kalo mau! Tapi JANGAN pake keroyokan. Gue laporin Bisma babak belur loe jir!
Dasar TEMPE!! Gue beneran bakalan buat perhitungan buat Loe! Lihat aja nanti!"
Melody dan Dicky menatap cengo mendengar celotehan dan gerutuan Ilham yang membuat keningnya mengerut itu.
Entahlah apa yang terjadi dengan si tangan kanan Maniac Cinta ini
hingga pagi-pagi sekali Ia sudah menggerutu dan mendengus kesal
"APAAN loe berdua liat-liat???"bentak Ilham tiba-tiba
"issh pede loe, siapa juga yang ngeliatin loe? Kurang kerjaan banget Gue.
Ayo Mel kita masuk aja langsung, gak usah ngeladenin orang kaya gini
pagi-pagi, bisa stres entar.."ucap Dicky yang langsung menarik paksa
tangan Melody menjauhi Ilham yang tengah emosi tidak jelas ini
"Aarrgghh!! Rese loe Kodok!! Gue laporin Bisma juga loe biar MAMPUS sekalian! Arrgghhh!!!"
Ilham menendang ban mobil Dicky sekuat tenaga saking kesal dan
emosinya. Ia sampai meringis sendiri memegangi kakinya karna terasa
sakit
"aaawww!! Anjrit! Bego banget sih nih mobil! Ngapain coba ada
disini? Arrgghh!! Kampret!!"dengus Ilham kesal memarahi benda mati
beroda empat milik Dicky ini.
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p