Franda. Perempuan cantik bermata sipit ini kini sudah berada disebuah
resto. Ia duduk berdua bersama seorang lelaki berpipi cuaby. Kulitnya
putih dan rambutnya dibuat jambul keatas. Sangat tampan sekali, mungkin
dimata Franda lelaki yang sering disapa Rangga ini jauh lebih tampan dan
baik dari pada Bisma suaminya yang selalu membuatnya darah tinggi
mendadak itu.
"Kangen gak sih sama aku?" tiba-tiba Rangga meraih lengan halus Franda.
"Kalau gak kangen, gak mungkin aku temuin kamu disini.." Franda
berujar pelan diiringi senyum. Rangga ikut tersenyum. Ia mengecup pelan
punggung tangan Franda yang halus itu.
"Makasih sayang. Oh iya makanannya dimakan yah? Aku suapin mau?"
tawar Rangga. Franda mengangguk kecil dengan senyum yang tak pernah
henti ia sunggingkan dari bibir tipisnya.
Rangga pun mulai menyuapi Franda. Ia menyodorkan sesendok makanan
yang memang tadi sudah dipesan untuk kekasihnya itu. Menyuapi dengan
sangat pelan dan penuh kelembutan. Sedangkan tangan kirinya menggenggam
erat jemari lembut Franda. Pemandangan yang sangat romantis pun terlihat
disana.
"Aduh, pelan-pelan dong Ga. Suapinnya sedikit-sedikit aja.."
"Hihi iya maaf bebep sayang, akunya terlalu terkesima sih lihat wajah kamu. Cantik banget habisnya.." puji Rangga tertawa kecil.
"Kamu tuh paling jago kalau udah muji. Emh, tapi kamu juga ganteng
ko. Aku aja sayang banget sama kamu.." Franda menatap wajah Rangga.
Bibirnya tersenyum, ia mengusap pipi Rangga yang cuaby itu pelan.
Rangga hanya diam. Ia rupanya sangat menyukai apa yang dilakukan
kekasihnya itu. Rangga mengangkat tangannya. Menyentuh lengan Franda
yang masih menempel dipipinya. Bibirnya pun ikut tersenyum. Kedua bola
mata yang bening itu kini saling bertemu pada satu titik. Saling menatap
peuh rasa kagum dan sayang.
Sejenak suasana pun menjadi hening selama beberapa detik.
"Aduh sayangku cintakuu!! Kamu itu aku cariin kemana-mana ternyata
ada disini.. Ya ampuun sayaang.. Kamu tuh hampir aja buat aku gila tau
gak. Aku nyariin kamu kemana-mana baby..!!"
Tiba-tiba Franda dan Rangga menoleh cepat mendengar suara celotehan
lelaki cungkring yang tiba-tiba saja datang mengagetkannya. Keduanya
sama-sama bingung dan kaget. Rangga tidak mengerti apa yang lelaki
tersebut maksudkan. Sedangkan Franda sendiri seolah terkena serangan
struk mendadak begitu mendapati suaminya bisa ada dan menghampirinya
disana.
"E..elo siapa?" Rangga bertanya bingung. Ia menunjuk lelaki tersebut dengan kening mengerut.
Namun lelaki yang ternyata Bisma itu tidak menggubris pertanyaan
Rangga. Ia seolah tidak melihat sosok lelaki tampan berpipi cuaby itu.
Ia justru malah mendekat kearah Franda dan merangkul pundak istrinya
itu.
"Aku dari tadi nyariin kamu sayang. Ternyata kamu ada disini. Kamu
gak papa kan baby? Aku tuh cemas banget. Aku khawatir sayang..
Kamu benar-benar gak apa-apa kan? Ada yang kurang atau luka? Mana
baby? Sini aku lihat sayang?" Bisma meraih pundak Franda. Ia memutarnya
kekiri dan kekanan. Celotehan ria terus keluar dari mulutnya. Entah
habis kesambet setan apa sampai-sampai Bisma bisa bersikap seperti ini.
"Isssh, lo tuh ap-pa" belum sempat meneruskan ucapannya. Bisma justru langsung mengecup bibir Franda dan kembali berceloteh ria.
"Muach! Aku tuh khawatir sayang.. Aku khawatir banget sama kamu,
mmUUACH!! Kamu benar-benar gak papa kan baby? Muach! Aku khawatir sama
kammuh!!"
Bola mata Franda langsung melotot kaget seakan hampir saja melompat
dari tempatnya. Bisma dengan begitu gilanya berani mengecup bibirnya.
Bahkan sampai lebih dari satu kali. Franda terkejut, begitu pun dengan
Rangga yang hanya bisa cengo melihat apa yang terjadi didepan kedua bola
matanya itu.
"EL,LO tuh apa, appa an ssih!!" Franda berbisik geram. Ia berusaha
melepaskan dan menjauhkan tubuhnya yang masih Bisma raih dengan kedua
tangannya itu.
Namun semuanya terasa begitu sulit karna Bisma seolah mengunci dirinya.
"Aku khawatir sayang.. Kamu bener-bener gak apa-apa kan?
Papi sama mommy aku udah nungguin kita. Tadi aku udah sempet beli
cincin pertunangan kita. Sore ini juga katanya kita akan ditunangkan
sayang. Kamu udah siap kan jadi tunangan aku baby? Muach.." ujar Bisma
dengan ngasalnya. Ia meraih kedua tangan Franda. Mengecupnya membuat
Franda ingin semakin muak dan ingin sekali menampar pipi lelaki
cungkring itu.
Rangga yang sedari tadi hanya diam akhirnya ia pun membuka suara. Ia berdiri dan beranjak dari duduknya.
"Jadi sekarang kamu kayak gini yah?
Aku gak nyangka Fran, kamu bermain dibelakang aku. Bahkan sampai mau
tunangan. Aku..aku bener-bener gak nyangka. Aku kecewa sama kamu. Kita
PUTUS!!" tegasnya membuat kedua bola mata Franda membola kaget mendengar
apa yang diucapkan oleh kekasihnya itu.
"T..tapi Ga? I..ini tuh gak seper.."
"Muach! Kita pulang yah? Mommy aku udah nungguin kamu sayang.. Kamu
gak mau kan kalau batalin pertunangan kita ini hem?" lagi-lagi Bisma
mengecup bibir Franda. Entah apa maksud ia melakukan hal demikian.
Franda hanya bisa menahan amarah akibat kelakuannya yang sangat
mengesalkan itu. Rangga sendiri kemudian berlalu melangkahkan kakinya
meninggalkan Franda. Hatinya sangat hancur berkeping-keping melihat apa
yang terjadi didepan kedua bola matanya itu. Ia merasa dikhianati,
bahkan disakiti dengan begitu menyakitkannya oleh Franda gadis yang
sangat dicintainya.
Franda diam. Ia memejamkan matanya. Menarik nafasnya berat karna
Rangga keburu pergi sebelum ia bisa menjelaskan semuanya kalau Bisma itu
bukanlah tunangannya.
"Kenapa beb? Ko kamu kayak orang frustasi gitu sih? Aku salah bicara
yah sayang?" Bisma bertanya polos. Ekspresi wajahnya terlihat begitu
senang karna telah berhasil membuat istrinya itu hampir benar-benar gila
karna ulahnya.
"Ini beneran gak lucu Bis! GAK LU-CU!!!" bentak Franda. Ia menepis
lengan Bisma kasar. Beranjak dari duduknya dan berlalu meninggalkan
Bisma begitu saja. Air matanya sampai menetes karna Bisma benar-benar
membuatnya geram penuh emosi.
Bibir Bisma tersenyum. Hatinya merasa puas. Ia berdiri memandang
sosok perempuan cantik yang sudah berlalu meninggalkannya itu.
"Nangis-nangis dah.. Lagian siapa suruh lo enak-enakan pacaran disini?
Ngamuk-ngamuk dah.. Gue gak peduli. Yang penting hari ini gue puas
banget.. Hahaha sumpah mukanya tadi lucu banget. Keenakan kali yah gue
ciumin tuh bibirnya. Hahaha dasar cewek stres.. Haha" batinnya puas
bahkan sangat-sangat puas.
"Hiks.. Ga aku bisa jelasin.. Aku bisa jelasin semuanya sama kam.."
"Rangga!! Ga! Issh.. Ko dimatiin sih?"
Franda terus berusaha menghubungi Rangga dengan BB hitam yang
dipegangnya. Sementara kakinya sendiri terus berjalan cepat menuju
parkiran. Langkah kaki Rangga ternyata cukup cepat. Meski ia sempat
melihat sosok Rangga. Namun sepertinya Rangga benar-benar marah sampai
tidak mau mendengar penjelasan darinya lagi. Ia memalingkan wajahnya.
Masuk kedalam sport biru miliknya dan berlalu begitu saja.
"Hiks.. Bismaaaaa!! Lo tuh beneran cowok gila tau gak! Lo tuh bener-bener GILAAAAA!!!"
Franda berteriak kesal. Ia menghentakkan kedua kakinya. Rambut
panjangnya sampai ia acak kesal karna kelakuan suaminya itu. Ia sampai
tidak mempedulikan kalau disekitarnya masih banyak orang yang
berlalu-lalang dan memandangnya dengan tatapan aneh.
"Hiks.. Ilham? Dia telpon aku?
Iya Am, aku disini..
Aku gak papa ko.
Aku gak nangis, siapa juga yang nangis? Hihi.. Enggak beneran. Aku serius deh.. Kamu kali tuh yang habis nangis, hayo ngaku?"
"Enggaklah sayang, aku kan udah besar. Masa sih aku nangis?
Kamu lagi ada masalah yah? Cerita dong sama aku, siapa tau aja aku bisa bantu nyeselesain masalah kamu.."
"Hemm.. Emangnya bisa gitu kamu nyelesain masalah aku? Memangnya kamu mau nyelesainnya pake apa hemm?"
"Pakai segenggam cinta aku buat kamu.. Pasti masalah kamu langsung hilang.."
"Isssh Ilham mulai deh gembel.."
"Gombal sayang.."
"Nah iya itu maksud aku.. Hehe"
"Yaudah nanti malam kita ketemu aja yah? Sore nanti aku jemput. Aku
punya dua ticket buat nonton. Udah lama juga kan kita gak nonton.."
"Hemm yaudah aku mau. Beneran nanti jemput yah?"
"Iya sayang.. Nanti aku jemput. Yaudah sampai ketemu nanti sore yah? Love U sayang.. Mmmmuuuach!!"
"Ko diem sih? Balas dong.."
"Eh iya, mmmmuuuuuaaaachh!! Love U to.."
"Hihi makasih sayang.."
Bibir Franda seketika tersenyum lebar. Kesedihannya seolah sirna.
Wajahnya yang tadi hampir saja menangis pun menjadi ceria bagaikan anak
kecil yang habis mendapatkan lolipop.
"Gak ada Rangga. Ilham pun jadi. Gue masih bisa senyum dan hidup
tanpa Rangga. Meski gue sayang banget sama dia. Tapi urusan Rangga nanti
lagi deh. Sekarang mendingan ngurusin Ilham dulu.. Aaaaahh Ilhamm..
Kamu tuh emang cowok paling so sweet dan paling bisa bikin aku senyum.."
Franda membatin puas. Ternyata meskipun habis diputuskan sepihak oleh
Rangga sang kekasih. Ia masih memiliki Ilham kekasihnya yang lain.
Makanya ia begitu mudah untuk bisa move on dari Rangga hingga
kesedihannya tidak berangsur lama. (Ralat yah? Pacarnya Franda bukan
Rafael. Diganti jadi Ilham, Rangga dan Morgan. Baca ulang aja part'3 nya
coz aku ubah).
Franda masuk kedalam mobil hitamnya. Ia memutar arah stir mobilnya
itu. Keluar dari area parkir resto yang tadi didatanginya. Meninggalkan
tempat tersebut untuk segera pulang karna acara makan romantisannya tadi
gagal karna ulah suaminya sendiri.
Sedangkan Bisma tidak terlihat berada didekat Franda. Ia justru
masih duduk disalah satu kursi yang Franda dan Rangga duduki tadi. Duduk
dengan manisnya seraya menyantap makanan yang sudah dipesan Franda dan
Rangga tadi.
"Lumayan makan gratis.. Dari pada gak dimakan. Mubazir.. Lagian
perut gue belum diisi dari tadi. Haha makan-makan-makaan..." ucapnya
girang seperti anak kecil. Satu persatu doa porsi makanan itu pun ia
ambil. Makanan yang masih sangat utuh dan memang hanya baru dimakan satu
suap. Itu pun hanya punya Franda. Sedangkan makanan Rangga sama sekali
belum dimakan sedikit pun.
"Gue rasa Franda cinta sama gue. Buktinya tadi dia gak marah pas
bibirnya gue kecup. Haha nikmatin banget kayaknya tuh cewek stres..
Mudah-mudahan aja gue pulang rumah kaga dia ancurin.. Awas aja kalo
berani. Gue bakalan bikin malam kedua entar! Biar dia beneran bisa
hamil, hahaha." fikiran Bisma mulai ngaco. Meski mulutnya penuh dengan
makanan. Namun kepalanya dipenuhi kepuasan. Kejahilan dan kegilaan yang
membuat istrinya itu semakin darah tinggi akibat ulahnya.
**
Setelah sampai dirumah mewahnya. Franda segera masuk kedalam
kamarnya. Langkahnya begitu penuh semangat. Bibirnya tak henti tersenyum
lebar. Ia sampai meloncat-loncat kecil bagaikan anak bocah yang habis
mendapat mainan baru.
"Morgan bilang besok dia mau pulang dari London? Aaahhh bahagia
banget sih.. Udah hampir sebulan gak ketemu dia.. Aaaahh Morgaaan.. Ya
Tuhan aku kangen banget sama kamu Gan.. Morgan Morgan.. Hemmm"
Franda menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur. Fikirannya
membayangkan wajah tampan lelaki yang sering dipanggilnya Morgan itu.
"Aku sengaja pulang buat kamu Nda..
Nanti jemput aku yah? Sekalian aku mau kenalin kamu ke papi mami aku
nanti. Biar mereka tau kalau anaknya ini sangat dibuat jatuh hati sama
kamu.."
"Kalau soal oleh-oleh kamu gak perlu khawatir. Aku bawain banyak
banget oleh-oleh buat kamu say. Ada boneka panda juga. Kalung, bahkan
aku beliin cincin buat kamu. Buat pertunangan kita nanti.."
"Yaudah, love You ya sayang.. Aku mau beresin baju-baju aku dulu. Mmuuuach!! Dah panda cantik.. Morgan sayang Franda.."
Ucapan demi ucapan yang keluar dari mulut Morgan tadi terus saja
terngiang ditelinga Franda. Ia merasa menjadi perempuan yang sangat
beruntung karna dikelilingi pria-pria yang sangat mencintainya dengan
tulus.
"Nanti malam nonton bareng sama Ilham, besok ketemu Morgan.. Uhhh bahagia banget sih hari ini..
Tapi gara-gara Bisma sama Rangga jadi hancur.. Isssh awas aja tuh
cowok gila! Gue bakalan buat perhitungan sama dia. Enak aja ngaku-ngaku
jadi cowok gue didepan Rangga. Mana pake nyium-nyium segala lagi. Untung
gak sampe kena rabies gue. Errrrr! Awas ya Bis, tunggu pembalasan gue
entar.." Franda mengepalkan tangannya geram saat mengingat kejadian
mengesalkan di resto tadi. Rasanya sangat muak sekali kalau harus
mengingat kejadian tersebut. Apalagi mengingat wajah Bisma. Ingin sekali
Franda melebur dan memusnahkan wajah lelaki yang menjadi suaminya itu
didalam memori ingatannya detik itu juga.
**
Sore menjelang..
Bisma kini sudah berada didalam rumahnya sejak beberapa jam lalu. Ia
bahkan berada didalam kamarnya. Memandang dengan seuntai senyum sosok
Franda yang terlelap diatas tempat tidurnya itu. Entah sejak kapan
Franda terlelap disana. Yang pasti sejak Bisma datang posisi Franda
sudah memeluk guling dengan mata terpejam.
Bisma melangkahkan kakinya mendekati Franda. Ia duduk dibibir
ranjang dengan pandangan yang tak lepas menatap wajah cantik istrinya
itu.
"Aneh. Tuhan kayaknya salah nyiptain lo deh.. Cantik tapi selalu
bikin orang emosi. Lo tuh malaikat atau setan sih?" gumamnya ngasal
diselingi tawa kecil.
Bisma meraih puncak kepala Franda. Menyingkirkan poni hitam yang
sedikit menutupi wajah Franda. Bisma mengelus kening perempuan cantik
itu.
"Gak bisa gue pungkirin kalau ternyata lo tuh cantik.." pujinya tanpa sadar.
"Tapi bukan berati gue suka yah sama lo! Enak aja gue suka sama
cewek stres. Emang lo fikir gue orang gila yang sukanya sama cewek
stres! Sorry layau gak level!" ujarnya berceloteh sendiri.
"Tapi gue gak bisa bayangin kalau lo bener-bener bisa ngasih gue
anak. Engh~ maksudnya ngasih bokap sama nyokap cucu. Anak kita kayak
gimana bentuknya nanti yah?" Bisma tampak berfikir.
"Ah bodo amat deh! Yang penting gue gak mau terus-terusan hidup sama
lo! Gue pingin lanjutin kuliah gue. Ketemu sama sahabat-sahabat gue
dikampus. Jadi mahasiswa terganteng dan terkeren lagi disana. Jadi
inceran para cewek. Dan pastinya gue pengen menggapai cita-cita gue buat
jadi pengusaha sukses seperti papah. Gue tuh pengen jadi pebisnis
hebat. Dan gue denger lo juga pengen jadi pebisnis kayak gue. Entar kita
bersaing. Gue yakin lo gak akan pernah bisa melawan gue dalam dunia
perbisnisan.. Haha gue sangat yakin itu tres!!" Bisma berujar semakin
jauh. Berbicara sendiri. Tertawa sendiri dan berekspresi sendiri.
Padahal Franda sama sekali tidak mendengarkan ocehannya itu. Terbukti
dengan tidurnya yang semakin lelap tanpa terusik.
"Duh.. Lo tidur atau mati sih? Udah kaga gerak. Diem mulu lagi. Kayak mayat ajah.." celetuknya ngasal.
"Gue capek. Gue juga pingin istirahat. Tapi masa gue tidur sama lo lagi? Yang ada gue lo tendang lagi entar.."
"Eiits, tapi enggak deh buat kali ini. Awas aja kalo lo berani
nendang gue. Gue bakalan adain malam setelah malam pertama entar. Alias
malam kedua. Awas aja lo!!" Bisma kemudian membaringkan tubuh lelahnya
disamping Franda. Guling yang tengah Franda peluk ia ambil. Ditaruhnya
tepat ditengah-tengah antara dirinya dan Franda. Seperti biasa guling
tersebut pun menjadi penengan diantara kedua pasangan suami istri ini.
"Gue mau mimpiin Kiara dulu.. Semoga aja dia beneran gak marah sama
gue, dan percaya kalau BB gue jatuh kecemplung air dikamar mandi,
makanya telponnya gak bersuara terus. BBM sama sms dia juga hurufnya
hilang semua. Haha pasti dia langsung percaya. Secara mantan-mantan gue
yang dulu juga suka percaya kalau gue bilang gitu. Berati gue aman sama
Kiara..
Uhhh Kiaraa.. Kamu itu benar-benar malaikat pemikat hati aku..
Emmmmhhh andai yang tidur disamping aku ini kamu. Hemm pasti bahagia
banget aku.." Bisma tersenyum membayangkan wajah gadis cantik yang
sangat dicintainya itu. Meski dirinya sangat playboy. Namun pacarnya
hanya satu.. Dan itu Kiara seorang.
"Kalau seandainya gue ngasih cucu buat mamah papah dari Kiara gimana yah? Apa mereka bakalan mau?" fikirnya ngasal.
"Ah kenapa enggak. Yang penting kan anak gue, darah daging gue.
Berati boleh gue coba dong?" bibir Bisma tersenyum lebar. Entah apa isi
kepalanya itu. Fikirannya selalu memikirkan hal-hal aneh. Mulutnya
bahkan sampai tidak mau berhenti berkicau sedari tadi.
Mimpi buruk apa Franda bisa memiliki suami seperti Bisma yang memang
super duper menyebalkan dari segala apapun yang menyebalkan.*Loh?
Sementara itu..
"Jadi nanti kita bertemu disana langsung saja Harison? Tidak bertemu dulu?"
"Sudahlah tidak perlu Stev. Kita langsung masuk secara diam-diam
saja nanti. Aku ingin melihat apa yang dilakukan Putraku Bisma. Apa dia
sudah melakukan tugasnya. Awas saja jika belum. Akan kugantung anak
nakal itu!"
"Haha, kamu itu terlalu tergesa Harison. Tidak kasihan kah terhadap
mereka. Biarkan saja dulu.. Mereka juga perlu menyesuaikan diri,
terlebih mereka itu belum terlalu mengenal satu sama lain. Jadi kita
harus sabar Harison.."
"Aku mengerti. Tapi aku sudah tidak sabar ingin cepat memiliki cucu
Stev. Anak pertama mereka nanti pasti akan sangat lucu. Aku ingin agar
cucu kita segera lahir dan menjadi nyawa kecil dikeluarga besar kita
ini. Kamu faham kan Stev..?"
"Iya Harison.. Aku faham. Yasudah, nanti aku akan segera menuju
kesana. Mungkin aku hanya sendiri karna Femmy istriku sedang ada urusan
bersama teman-teman arisannya. Biasa perempuan.
Aku kesana sekarang. Malam nanti mungkin baru akan tiba. Kita akan menjadi detektif nanti. Itu kan ide-mu Harison?"
"Haha iya Stev.. Aku ingin kita mengintai mereka malam nanti. Semoga
saja mereka semakin akrab dan mesra. Membuat keromantisan serta saling
sayang menyayangi. Aku ingin sekali melihat hal tersebut. Bahagia sekali
jika itu terjadi. Yasudah kalau begitu sampai jumpa malam nanti. Aku
tunggu kamu secepatnya Stev.."
"Baik Harison.. Aku juga sudah tidak sabar.. Franda pasti bahagia
bisa memiliki suami seperti Bisma anakmu. Aku yakin keduanya pasti
benar-benar bahagia.."
"Haha. Semoga saja Stev.. Aku juga mengharapkan hal tersebut.."
"Yasudah. Sampai jumpa malam nanti Harison.."
KLIK!
Kedua lelaki paruh baya itu sama-sama memutuskan sambungan
telponnya. Pembicaraan yang cukup panjang dan sangat terdengar akrab itu
akhirnya mereka akhiri. Entah apa yang akan mereka lakukan dengan
rencana barunya itu. Jangan sampai membuat kedua putra putrinya semakin
gila akibat ulah mereka yang penuh dengan rencana dan paksaan. Menikah
secara mendadak saja sudah hampir membuat Bisma dan Franda gila. Entah
kegilaan apalagi yang akan Franda dan Bisma dapatkan akibat ulah kedua
orang tuanya itu.
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p