Morgan berdiri diambang pintu kamar Melody, Ia menaruh kedua tangannya
didalam saku celana, wajahnya tidak ber'ekspresi sedikit pun, Ia malah
menggelengkan kepalanya melihat Melody yang tengah menangis itu
"kemarin murung, tadi pagi ceria dan sekarang kamu nangis.. Entah
apalagi yang akan kamu rasakan Mel.. Kakak bingung harus berkata apa,
kakak sendiri merasakan hal yang sama seperti kamu.."lirihnya kemudian
berlalu membiarkan Melody sendirian didalam
"hiks.. Kenapa kamu lakuin ini semua sama Aku sih Bis?
Aku udah sayang banget sama kamu.. Aku gak bisa jauh dari kamu.. Aku
sayang kamu Bis, Aku cinta sama kamu.."Melody memandangi wajah Bisma
didalam dompet kecilnya, beberapa waktu lalu Ia memang sempat
mengabadikan wajahnya dan Bisma dan sama-sama menaruh photo tersebut
didalam dompet masing-masing
"Aku yakin kamu tadi cuma lagi emosi.. Aku yakin kamu juga sayang dan cinta sama Aku..
Aku gak boleh egois, Aku harus bisa ngertiin kondisi kamu.. Iya, Aku
gak boleh berfikiran yang macam-macam, Aku harus yakin kalau Bisma juga
sayang sama Aku.. Aku sayang kamu Bis..."Melody tersenyum memeluk
dompet kecilnya, Ia memejamkan matanya dan membuang semua hal buruk yang
berkecamuk difikirannya
"besok pagi Aku akan datang kerumah kamu lagi, besok memang gak ada
jadwal kuliah, tapi Aku tetep pengen ketemu kamu.. Sampai jumpa besok
pagi yah? Muach.."Melody berbicara sendiri memandangi photo Bisma, Ia
bahkan mencium photo kecil didalam dompetnya itu
Tak lama Melody terlelap tidur, dompet tersebut Ia peluk dan menjadi temannya dimalam ini.
Bisma sudah berhasil membuat Melody menggilainya, jadi tak heran kalau Melody bersikap seperti ini..
**
"Kakak tau gak, Dila itu sayaaang banget sama kak Morgan.. Dila
pengen terus disamping kakak.. Jadi sampai kapan pun Dila pasti temenin
kakak, karna Dila selalu disamping kakak.."
Bibir Morgan tersenyum mengingat suara manja kekasih tercintanya
itu, Adila merangkul tangan kirinya, senyuman Adila pun begitu manis dan
enak dipandang mata
"Dila heran deh kak, kenapa yah setiap Dila mau tidur Dila selalu
inget wajah kakak, bahkan Dila sering mimpiin kakak.. Bagi Dila kakak
itu segalanya, kak Morgan bukan cuma pacar dan pemilik hati Dila, tapi
kak Morgan juga kakak sekaligus pelindung Dila.. Dila sayang kakak..
Jangan pernah sakitin Dila yah kak dan jangan pernah tinggalin Dila..."
Air mata Morgan menetes mengingat kata-kata Dila, sikap manja dan
lucunya tidak bisa Morgan dapatkan lagi, semuanya hanya tinggal kenangan
manis yang akan terus Morgan ingat
"kamu yang bilang kakak jangan sakitin kamu, kamu juga yang bilang
kalau kakak jangan tinggalin kamu, tapi kenapa kamu jutru kamu yang
tinggalin kakak?.. Kamu sakitin hati kakak.. Kamu tega membuat hati
kakak kosong dan sepi.. Kakak butuh kamu sayang.. Kakak sayang kamu
Adila.. Kakak rindu kamu.. Kakak ingin sekali meluk kamu..."lirih Morgan
terasa sesak didada. Matanya terpejam dan membiarkan air matanya
mengalir bebas membasahi pipinya
"Adila... Kamu bisa rasain betapa rindunya kakak kan?.. Kakak pingin
meluk kamu.. Kakak rindu pelukan hangat dan nyaman kamu.. Kakakn gak
bisa sendiri, kakak terlalu rapuh untuk kamu tinggalkan.. Kakak butuh
kamu..."Morgan hanya bisa menangis kala sudah mengingat kekasih
tercintanya itu, tubuhnya melemah karna keinginannya hanya sebuah angan
yang tidak mungkin terjadi dan terulang kembali
Morgan duduk ditepi tempat tidurnya, Ia meraih boneka teddy bear
kecil berwarna coklat muda, boneka yang pernah Adila berikan padanya,
boneka yang kini menjadi teman Morgan kala teringat dan merindukan Adila
"ini boneka kesayangan Dila kak, Dila akan kasih boneka ini buat kak
Morgan.. Kalau kakak kangen Dila peluk aja bonekanya yah? Kakak pasti
bisa rasakan kalau Dila meluk kakak juga.. Boneka ini sangat berati dan
Dila hanya kasih boneka kecil ini untuk orang yang Dila sayang.. Dila
sayang kak Morgan... Muach.."
Hati Morgan kembali teriris mengingat suara lucu nan lugu Adila,
pipinya Ia usah seolah kecupan itu masih terasa sampai sekarang, boneka
teddy bear nya pun Ia peluk dengan erat se-erat-eratnya
"kakak kangen kamuu.. Kakak ingin sekali meluk kamu Dila.. Kakak gak
sanggup sendiri disini.. Kenapa kamu harus tinggalin kakak sih Dil?..
Kakak rindu kamu..."lirih Morgan memeluk erat dan mengecup kepala boneka
tersebut
Morgan benar-benar kalut akan kerinduan Adila, padahal tidak biasanya Ia bersikap seperti ini
"maafin Dila kak.. Maafin Dila..
Dila juga kangen sama kakak, Dila rindu sama kak Morgan.. Maafin
Dila kakak..."sosok putih ini mengulurkan tangannya seolah ingin sekali
mendekap tubuh Morgan, namun Ia tak kuasa untuk melakukan hal tersebut,
tangis yang keluar tanpa air mata dan rasa rindu yang tidak bisa
tersampaikan pun meliputi dirinya, apalagi melihat Morgan seperti ini.
**
Bisma tampak gelisah tak menentu, tubuhnya bergerak kesana-kemari,
keringan didahinya pun mengucur deras bagaikan berlari jauh dan sangat
cepat
"enggak.. Kakak gak pernah nyakitin kamu.. Kakak gak pernah buat kamu sedih..
Kakak hanya butuh waktu..
Kakak butuh waktu Dhe, kamu jangan pandang kakak seperti itu.. Kakak
takut, kakak gak bisa dapat pandangan mengerikan seperti itu dari
kamu..
Hentikan Dila.. Hentikan.. Hentikaaaaannn!!!"
Tiba-tiba Bisma berteriak dan terbangun dari tidurnya, nafasnya
terengah-engah dan jantungnya berdebar sangat cepat, Ia melirik
arlojinya diatas meja, rupanya waktu masih menunjukkan pukul 01:30wib.
Tapi entah kenapa Ia bisa bermimpi buruk seperti itu
"gak biasanya Dila masuk kedalam mimpi Gue..
Tapi kenapa Dia marah?.. Dia kaya kecewa dan benar-benar marah sama Gue..
Kenapa ini? Apa ada yang salah sama yang Gue lakuin?..
Kakak ngelakuin ini semua kan buat kamu Dila.. Kakak ngelakuin ini agar kamu bisa tenang dialam sana..
Kakak tahu misi kakak memang belum sepenuhnya berhasil, tapi kakak
akan terus berusaha, kakak akan terus menjalankan misi kakak untuk
menghancurkan Morgan dan keluarganya, bahkan kalau perlu kakak akan
bunuh Morgan untuk membalas sakit hati kamu Dhila.. Kamu gak perlu
khawatir.. Kakak akan lakukan apapun buat kamu.. Buat kebahagiaan
kamu..."jelas Bisma panjang lebar, Ia berbicara sendiri seolah Adila itu
ada dihadapannya
sementara sosok putih yang memperhatikan Bisma justru terlihat
lirih, kepalanya menggeleng seolah menyampaikan kalau Ia tidak
menginginkan semua itu, Ia justru marah karna Bisma melakukan hal
tersebut, bukan karna misi yang belum tercapai sepenuhnya
perlahan sosok putih itu pun menghilang, Ia tak sanggup berlama-lama
berada dikamar Bisma, terlalu sakit kalau Ia harus berdekatan dengan
manusia yang sudah berbeda tempat dengannya
"besok kakak akan segera lancarkan misi kakak Dhe, kamu tenang aja
sayang.. Kakak ada dipihak kamu.. Kakak akan selalu bahagiain kamu..
Kakak tahu kamu belum bisa tenang dialam sana, tapi kamu gak perlu
khawatir.. Kakak janji secepatnya kakak akan balaskan semua dendam
kamu.. Kakak janji sayang..."ucap Bisma sungguh-sungguh. Ia berbaring
kembali diatas tempat tidurnya melanjutkan tidurnya yang tadi sempat
terganggu.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p