Wajah perempuan cantik yang tengah berbadan dua ini terlihat begitu
lesu. Ia duduk disofa panjang diruang tengah rumahnya. Lengan halusnya
mengelus perut buncit yang tengah tumbuh calon bayi pertamanya.
Ekspresi wajahnya terlihat sedih. Rupanya rujak yang diinginkannya
tidak bisa ia dapatkan. Makanya wajahnya nampak sedih seperti ini.
"Udah dong, masa cuma gara-gara rujak doang lo nangis kaya gini?
Cemen banget sih lo! Entar bisa-bisa anak gue jadi cemen juga lagi.."
ujar Bisma yang langsung duduk disamping Franda istri yang disayanginya
secara diam-diam ini.
"Fitnah! Gue tuh gak nangis tau! Udah deh lo gak usah ganggu gue." ketus Franda beranjak dan hendak pergi dari hadapan Bisma.
"Hufh, marah-marah mulu. Gue udah keliling komples tadi buat cari
tukang rujaknya. Tapi kalo gak ketemu juga yaudah napa, gak usah ngambek
segala! Dasar cewek aneh!" gerutu Bisma sebal.
"Kalau gue aneh, ngapain lo mau nikahin gue?" Franda menghentikan langkahnya. Berbalik menatap Bisma dengan nada sewot.
"Ya namanya juga kita nikah kaget. Gue gak tau apa-apa tapi disuruh ijab kabul. Kan gila!"
"Trus kenapa elo gak nolak?" Franda semakin mendekat menatap kesal suaminya ini.
"Y..ya mana bisa gue nolak! Orang situasinya aja gak memungkinkan." ujar Bisma sekenanya.
"Gak memungkinkan! Bilang aja kalo lo emang suka sama gue, makanya
lo mau iya kan?" cerocos Franda lebih mendekatkan lagi wajahnya.
Bisma semakin kikuk. Ia terlihat gugup. Namun tak lama ia langsung
beranjak dan mendorong Franda hingga Franda lah yang menjadi duduk
disofa empuk yang didudukinya tadi.
"Emangnya kalau gue suka sama lo kenapa?
Lo mau nolak?" ujarnya menatap wajah Franda serius.
"DEGG!!"
Jantung Franda seolah berhenti berdetak. Ia tidak menyangka kalau
Bisma bisa berucap seperti itu. Wajah Bisma yang sangat dekat dengan
wajahnya ia tatap dengan sedikit rasa takut dan gugup.
"Gue bukan cuma suka sama lo Fran, tapi gue udah sayang sama lo.." Bisma berbisik pelan.
"T..tapi G..gue?" Franda tidak mampu meneruskan ucapannya. Ia merasakan sentuhan yang begitu lembut diatas perut buncitnya.
"Jujur baru kali ini gue ngerasain yang namanya rasa suka. Rasa yang bikin gue gila sendiri karenanya.
Gue sayang lo Fran, gue rasa gue juga udah cinta sama lo.." Bisma
membatin tanpa menghentikan lengannya yang terus mengelus perut buncit
Franda. Satu kecupan pun didaratkannya diatas perut besar istrinya.
"B..bis? E..elo?" Franda menyentuh kepala Bisma yang sangat dekat dengan perutnya.
Gerakan bayi didalam rahimnnya pun tiba-tiba terasa.
"Bayinya langsung nendang-nendang.." Bisma terlihat antusias
merasakan pergerakan bayinya dengan sentuhan tangannya yang ditaruh
diatas perut Franda.
"Sshh.. B..bis, b..bayinyaa.." Franda sedikit merintih merasakan gerakan didalam perutnya.
"Sakit yah?" Bisma mendongakan wajahnya.
Franda menggeleng pelan seraya membenarkan posisi duduknya.
"Kayaknya dia nagih rujak yang belum gue dapat." fikir Bisma
menerka. "G..gue keluar dulu deh ya? Buat cari rujak yang lo mau tadi.."
lanjutnya lalu hendak beranjak dan berdiri dihadapan Franda.
"Gak usah. G..gue udah gak mau makan rujak." tolak Franda pelan.
"Gak papa, gue cari dulu yah?
Gue gak mau kalau nanti anak gue sampe ileran. Pokoknya gue cari rujak dulu."
"T..tapi Bis?"
"MUACH! Ayah cari rujaknya dulu.
Kamu jangan nakal, ayah pasti beliin rujaknya." Bisma mengecup perut besar Franda lalu segera berlalu pergi dari hadapan Franda.
Franda hanya menatap bingung sikap Bisma yang mendadak menjadi baik
dan penyayang seperti ini. Keningnya mengerut, kedua mata sipitnya pun
ia picingkan melihat keanehan pada suaminya.
"Ko dia jadi kayak gitu yah?
Ayah kamu abis kesambet dimana?
Tumben dia gak marah-marah?
Apa jangan-jangan dia beneran suka dan sayang sama bunda?" Franda tampak berfikir dan menerka-nerka sendiri.
"Tapi jujur bunda emang ngerasa ada hal aneh pada diri bunda. Rasanya tadi bunda gak mau lepas dari ayah kamu.
Apa bunda juga udah sayang sama dia?
T..tapi gimana mungkin?"
"Issh enggak deh. Apaan coba? Perjanjian tetep perjanjian, pokoknya
gue gak boleh langgar perjanjian itu. Sama aja gue ngejilat ludah gue
sendiri. Apalagi Bisma sempet nulis hukuman juga lagi diatas kertas
perjanjian itu.
Gak, gue gak mau kalau sampai kena denda atau diskualifikasi. Enak
aja! Bisa enak di dia dan enek di gue entar.." gerutunya mencoba
membuang jauh-jauh perasaan yang berkecamuk didalam hatinya. Terlebih
saat mengingat perjanjiannya beberapa saat lalu bersama Bisma.
"Kalau diantara kita ada yang saling suka bahkan sayang.
Berati ada yang harus siap-siap menerima hukuman. Dan gue GAK AKAN pernah yah suka sama lo!
Jadi gue yakin pasti elo yang akan duluan suka sama gue.."
"PEDE LO! Siapa juga yang suka sama lo, issh amit-amit!"
"Hukumannya harus jadi orang baik dan sayang sama anak ini juga
orang tuanya. Berati kalau elo yang kena, lo harus benar-benar sayang
sama anak ini juga gue, dan elo juga harus berlaku baik sama gue. Jadi
istri yang baik dan nurutin semua keinginan gue."
"Huek! Gak akan yah! Gue gak akan mungkin suka sama lo!"
"Oh ya? Kita lihat saja nanti..
Apa lo bakalan patuhi semua peraturan diatas kertas perjanjian ini? Atau bakalan ngelanggarnya, kita lihat nanti.."
"Gue masih punya Morgan sama Ilham. Jadi lo JANGAN terlalu berharap
lebih apalagi kePEDE-an!!" jelas Franda menekan kata-katanya.
Bisma hanya terkekeh menahan tawa melihat ekspresi wajah Franda yang menurutnya sangat lucu.
"Lihat aja entar.." Bisma tersenyum yakin penuh arti. Ia kemudian
mengelus perut Franda yang kala itu masih datar, lalu mendaratkan satu
kecupan diatasnya.
Franda kembali mengingat semua itu. Bagaimana mungkin kalau ia
benar-benar menyukai Bisma. Lalu bagaimana dengan perjanjiannya itu?
Perjanjian konyol yang sangat tidak masuk akal juga sebenarnya tidak
penting.
"Gue gak mau kalau nanti harus ngerelain karir gue.
Gue gak mau jadi ibu rumah tangga yang bisanya cuma diem dirumah, ngurusin anak dan dapur.
Issh GAK MAU!!
Gue mau jadi pengusaha sukses, jadi jangan harap ya Bis, lo bisa
ngambil apa yang gue mau apalagi mencegah gue buat jadi pengusaha
setelah anak ini lahir nanti. GAK AKAN!" tegas Franda tampak emosi dan
yakin akan ucapannya.
**
Lelaki muda berparas tampan ini rupanya masih terlihat asik mengurusi pekerjaan kantornya yang sepenuhnya belum ia selesaikan.
Ia berada disalah satu ruangan kamar yang menjadi ruangan kerjanya saat dirumah.
"Ini udah malam Raf, kamu ko belum tidur?"
tiba-tiba terdengar suara seorang perempuan yang sangat halus menegurnya.
Lelaki yang ternyata Rafael ini menoleh. Ia mencari siapa pemilik suara yang sangat tidak asing ditelinganya.
"Anak kita udah tidur?
Kamu kenapa enggak temani dia?
Kenapa kamu disini Raaf?" suara itu terasa semakin dekat ditelinga Rafael.
Rafael memejamkan matanya. Sejenak ia menangkap ada sepasang tangan
halus yang terdapat diatas pundaknya. Rafael memegang lengan halus itu.
Kepalanya menoleh kebelakang dan mendapati sosok perempuan cantik yang
sangat dicintainya.
"R..re?" pekiknya tidak percaya saat melihat mendiang istrinya berdiri disampingnya.
Ar-Retha atau Retha itu hanya tersenyum. Ia mendekatkan wajahnya
lalu mendaratkan satu kecupan lembut tepat diatas pipi kiri Rafael.
"Aku sayang kamu. Aku titip anak kita. Jaga dia dengan baik yah? Aku
benar-benar sayang kamu.." Retha berbisik pelan ditelinga Rafael.
Rafael seolah tersihir akan suara lembut istrinya yang sangat dirindukannya itu.
"R...Re k..kamuu..?" tiba-tiba sosok itu lenyap. Rafael mengedarkan
pandangannya mencari sosok Retha yang tiba-tiba saja menghilang dari
sisinya.
"Re? Retha? Rethaaaa?
Jangan tinggalin aku Re, Rethaaaa!!" Rafael berteriak memanggil nama
istrinya. Namun tiba-tiba saja ia tersadar dengan posisi kepala yang ia
taruh diatas meja dekat laptopnya yang menyala.
"Hosh-hosh.. Retha?
K..kenapa a..aku disini?
A..apa tadi hanyaa?" wajah Rafael tampak kebingungan sendiri.
Ia merubah posisinya. Bersender pada kursi yang tengah ia duduki.
Kursi empuk itu pun diputarnya kesamping kiri dan kanan. Mencari sosok
Retha yang ia yakin tadi dilihat olehnya. Meskin ia belum menyadari
kalau barusan itu Retha hanya ada dialam mimpinya.
"Hufh.. Ya Tuhaan.. Aku mimpi dia lagi?
Kenapa rasanya seperti nyata?
Aku rindu dia Tuhan.. Aku rindu kamu Re.." Rafael memejamkan
matanya. Tiba-tiba dua sungai kecil keluar dari sudut mata sipitnya.
"Ini menyiksa aku. Kamu tega tinggalin aku sendiri disini.
Kamu tega Re, kamu gak sayang sama aku.
Kamu kenapa gak ajak aku?
Aku kesepian disini. Aku ingin ikut kamu Re.. Ingin sama kamu.."
batinnya lirih teriris perih akan semua kenyataan menyakitkan ini.
Sementara itu..
Franda rupanya tengah membolak-balikkan tubuhnya diatas tempat
tidur. Kedua kelopak matanya tidak mau terpejam. Ia terlihat gelisah,
padahal malam sudah cukup larut. Tapi dirinya belum juga mau terpejam
dan tidur.
"Bisma beneran udah tidur?" fikirnya menatap wajah polos Bisma yang
terlelap disampingnya dengan guling yang tetap setia menjadi penengah
antara dirinya dan Bisma.
Franda merubah posisinya menjadi duduk. Bersender pada tempat tidurnya seraya mengelus perut besarnya.
"Ayah kamu lucu banget kalau lagi tidur. Dia jadi kelihatan kaya
orang baik. Enggak gila lagi.." ujarnya tersenyum sendiri saat
memperhatikan wajah Bisma yang sudah terlelap.
"Tadi dia rela-relain beliin gue rujak.
Sebenernya lo tuh sejenis apa sih Bis?
Gue gak ngerti. Lo kadang baik banget, tapi kadang juga ngeselin.."
Franda mendekati Bisma. Menatap lebih dekat wajah Bisma yang tetap dalam
posisi sama.
"Mukanya lucu, kaya muka bayi. Tapi kalo udah bangun pasti langsung
berubah kaya monster. Bikin kesel dan jengkel.." Franda kembali berujar
dengan senyuman kecilnya.
Tangan kanannya kini ia beranikan untuk menyentuh wajah Bisma yang membuatnya kagum saat tertidur ini.
"Lucu, ternyata ayah kamu punya kumis tipis diatas bibirnya, bunda
baru tau.. Pipinya juga ada tahi lalatnya. Sama seperti bunda." Franda
berujar seraya mengelus pelan wajah Bisma dari pipi, bibir, bahkan dagu
juga hidung Bisma.
"Ko gue jadi kayak gini sih? Kenapa rasanya nyaman banget mandangin wajah Bisma?
Ini kamu pasti lagi ngerjain bunda yah?" Franda melirik perut
buncitnya. Mungkinkan ini memang bawaan bayi didalam kandungannya? Atau
ini memang perasaan yang muncul langsung dari hati Franda? Entahlah..
Franda kembali memandang wajah Bisma. Ia menyingkirkan poni hitam
Bisma yang sedikit menutupi wajah tampan yang tengah ia perhatikan itu.
"Mukanya emang gak setampan Morgan, gak selucu Ilham, juga enggak se keren Rangga. Tapi mukanya ini bisa bikin hati gue nyaman.
Kenapa yah? Ko bisa kayak gini?" Franda semakin dibuat bingung akan perasaannya sendiri.
Jari telunjuknya terus mengelus wajah Bisma dari kening, hidung,
pipi, dan berakhir dibibir, tepat pada kumis tipis Bisma yang membuatnya
tertarik.
"Ekhemm.. Ternyata ada juga yah yang kagum sama wajah gue?"
tiba-tiba Bisma membuka kelopak matanya dengan bibir yang tersenyum
menahan tawa.
Franda langsung buru-buru menghentikan aksinya dan merubah posisinya menjauhi Bisma.
"Gak papa kali Nda. Kalau mau sentuh, sentuh aja.." Bisma memegang lengan Franda yang hendak dijauhkan dari wajahnya.
"T..tapi g..gue?" Franda sangat gugup dan kaget.
"Gak papa. Pegang aja. Lo suka kan sama wajah gue?
Gak papa, sentuh aja. Gue seneng ko ngerasain tangan halus lo diatas
wajah gue. Seneng banget malah.." ujar Bisma lembut. Ia merubah
posisinya seraya menempelkan telapak tangan Franda pada wajahnya.
Franda semakin dibuat kikuk dan gugup. Posisinya kini bahkan menjadi
berbaring dengan Bisma yang berada diatas tubuhnya dalam posisi
setengah duduk.
"Dari tadi tuh gue gak bisa tidur. Gak tau kenapa gue kefikiran elo
terus. Tapi gue coba buat pejamin mata, pura-pura tidur biar lo juga
tidur. Tapi ternyata lo malah gak bisa tidur juga, sama kaya gue.."
Bisma kembali berujar. Kalimatnya benar-benar lembut dan mampu menyihir
Franda hingga hanya bisa diam dan diam.
Bisma menaruh telapak tangan kirinya disamping kanan kepala Franda.
Tangan kanannya membelai lembut pipi putih Franda yang halus itu.
"Gue suka sama wajah lo Fran. Cantik dan bisa bikin hati gue tenang.." ujarnya pelan tanpa kedip.
Franda lagi-lagi hanya diam. Tubuhnya seolah tidak bisa bergerak dan sangat kaku.
Cuuuupp..
Bisma tiba-tiba mengecup bibir tipis Franda, sekilas dan hanya sebentar.
Franda memejamkan matanya. Ia benar-benar tersihir dan tidak bisa
berkutik sedikitpun akan apa yang dilakukan oleh suaminya. Hatinya ingin
menolak, namun tubuhnya seolah tidak dapat ia gerakkan.
"Mmmuuach!" Bisma melepaskan kecupannya yang hanya sekilas dan sebentar.
"S..sorry yah? G..gue gak bermaksud kurang ajar ko. Gue cuma pingin nunjukkin rasa sayang gue aja.
Gue sayang elo Fran.." Bisma kembali menjauhkan wajahnya dan menjauhkan tubuhnya yang hampir menempel dengan tubuh Franda tadi.
Lagi-lagi Franda dibuat diam. Ia memegang bibirnya yang tadi berhasil Bisma kecup.
"E..elo?"
"Sorry. Kan barusan gue udah minta maaf..
Jangan marah ya? Namanya juga cowok, suka sulit menahan nafsunya..
Sekali lagi gue minta maaf.." ujar Bisma diiringi senyuman yang begitu manis dan menenangkan.
"T..tapi k..kenapaaa?"
"Sekarang kita tidur aja ya? Udah malam. Sini gue peluk, biar lo mau tidur.
Anak kita pasti pingin deket sama ayah bundanya. Sini Nda Aku
peluk.." tiba-tiba Bisma berbaring dan menarik Franda kedalam
dekapannya.
Meski terhalang oleh perut Franda yang semakin membesar, namun Bisma masih bisa memeluk Franda dengan posisi berbaring.
Franda lagi-lagi diam. Ia merasa banyak sekali keanehan yang terjadi pada Bisma.
Bisma yang sekarang entah kenapa menjadi lembut dan penyayang
seperti ini. Bahkan barusan Bisma memanggil dirinya Nda dan menggunakan
kata Aku bukan Gue lagi.
"Kepalanya taruh diatas dada aku aja. Biar lebih romantis. Aku yakin
kamu pasti bisa nyeyak deeh.." suruh Bisma pelan. Franda menurut dan
menyenderkan kepalanya diatas dada bidang Bisma.
"Ya Tuhaan.. Ko aku bisa luluh gini sih sama ucapan Bisma?
Kenapa aku gak bisa nolak dan berontak?
Kenapa ini Tuhaan?
Apa aku udah benar-benar sayang sama dia?" Franda membatin aneh. Ia
memejamkan matanya dan merasakan kehangatan juga kenyamanan yang
dirasakannya saat dekat dengan Bisma.
"Anak kita sebentar lagi lahir Nda.
Jujur aku mau jadi suami dan ayah yang baik buat kamu juga calon anak kita nanti.
Tapi apa kamu bisa seperti ini terus?
Apa kamu bisa bersikap lembut seperti sekarang ini untuk seterusnya?
Aku ragu, jujur aku nyaman banget dengan sikap kamu yang seperti
ini. Sangat nyaman Nda.." batin Bisma ikut memejamkan matanya. Tangan
kanannya mengusap lembut puncak kepala Franda, sedangkan tangan kirinya
mengelus perut buncit Franda yang tengah tumbuh calon buah hati
pertamanya.
"Semoga ini hanya mimpi.
Aku gak mau kemakan omonganku sendiri.
Semoga ini cuma mimpi Tuhan..
Gak mungkin kalau aku sayang sama Bisma. Lalu nanti gimana sama kuliah dan cita-cita aku?
Aku gak mau jadi ibu rumah tangga. Aku maunya jadi pengusaha sukses seperti papah.
Semoga ini benar-benar hanya mimpi. Semoga.." harap Franda dalam
hati. Ia memejamkan matanya tanpa mau dibukanya lagi. Tangan kanannya
pun melingkar diatas perut Bisma. Memeluk tubuh yang tidak terlalu kekar
itu tanpa mau melepasnya.
Hingga akhirnya keduanya pun sama-sama terlelap dengan posisi yang
tetap sama, saling memeluk dan memberikan kenyamanan untuk
masing-masing.
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p