Sosok bayi tampan ini rupanya begitu asik bermain dengan mainan-mainan
barunya. Ia merangkak kesana-kemari. Mengeluarkan mainan-mainannya yang
sangat banyak itu dari dalam kardus besar berisi semua mainannya. Ia
bahkan sesekali berjalan perlahan dengan berpegangan pada bufet besar
yang terdapat didalam ruangan kamarnya itu. Berjalan dengan langkah
kecil sambil berpegangan. Bayi tampan itu meraih mainan-mainannya yang
tersusun rapi didalam bufet tersebut. Menjatuhkannya satu persatu hingga
berserakan dilantai.
"Mbim! Tuh, mbim Zaza!!" ucapnya berceloteh sendiri. Ruangan
kamarnya yang cukup luas itu bagaikan ia sulap menjadi area bermain.
Banyak sekali mainan-mainan miliknya yang masih sangat bagus-bagus dan
tentunya berharga fantastis.
"Ya ampuunnn..!! Astaga Razaaa.. Ini apa-apaan sih? Kenapa kamarnya
jadi kayak kapal pecah gini? Mainannya kenapa dikeluarin semua sih? Kan
jadi berantakan sayang.." tiba-tiba bola mata Bisma melonjak kaget saat
melihat seisi ruangan kamar jagoan kecilnya yang mirip kapal pecah itu.
"Hihii Zaza iyah, uhh Zaza mbiim" Raza malah tertawa kecil menunjuk
mainan-mainan miliknya begitu mendengar teguran dari sang ayah. Dua buah
gigi yang baru tumbuh didepan itu membuat tawanya terlihat lucu.
Ekspresi marah Bisma seketika pun menjadi lemah saat melihat Raza
tertawa.
"Jagoan ayah ternyata bandel yah? Mau ayah hukum ya? Raza mau ayah
hukum hem?" Bisma berjalan mendekati Raza. Berjongkok menyamai tinggi
putra kesayangannya itu. Ia mengelus puncak kepala Raza dan menatap
lekat wajah polos buah hatinya yang sangat menggemaskan.
"Zaza mbim yah.. Uuhh mbimm!!" Raza kembali berujar. Ia tetap
menunjuk mainan-mainannya. Posisinya yang semula berdiri berpegangan
pada bufet didekatnya itu pun ia ubah menjadi duduk. Tak lama ia
merangkak cepat mengambil mainan mobil-mobilan yang ditunjuknya tadi.
Bisma menggelengkan kepalanya. Bibirnya tersenyum kecil melihat
tingkah lucu Raza yang sangat menyukai mainan mobil-mobilan. Ia
mendekati Raza. Ikut duduk disamping jagoan kecilnya itu.
"Kayaknya udah pas kalau dikasih adik. Masih kecil tapi udah pinter.
Main sendirian juga gak pernah nangis.. Lucu banget sih anak ayah?
Raza mau adik gak sayang hem? Mmuach! Anak pintar.." Bisma berujar
pelan diiringi senyum. Ia mengelus puncak kepala Raza. Mengecupnya
lembut dengan tatapan mata yang tak pernah lepas memandangi sosok jagoan
kesayangannya itu.
"Yah! Iyah!" tiba-tiba Raza menarik-narik lengan baju Bisma.
"Apa sayang? Raza mau apa hem?" Bisma kembali menatap wajah tampan Raza.
"Zaza mbun yah.. Uh, Zaza us!" Raza menunjuk kearah pintu kamarnya
yang terbuka. Kepalanya ia angkat agar bisa memandang wajah sang ayah.
Sedangkan lehernya ia usap dengan tangan mungilnya.
"Raza ngomong apa sih? Nunjuk pintu, pegang leher? Maksudnya apa?" Bisma mengerutkan keningnya bingung.
"Iss! Iyah Zaza uss. Uhhh uss mbun Zaza iyah!" Raza menarik kembali
baju Bisma. Ekspresinya kali ini berubah menjadi geram. Entah apa maksud
dari bayi berusia satu tahun itu. Tampaknya ia menginginkan sesuatu
namun sulit untuk mengucapkannya.
Bisma lagi-lagi hanya cengo. Terpelongo dengan ekspresi wajah polos yang benar-benar bingung.
"Dhira waktu hamil ngidam apa sih? Masa Raza ngomongnya gak bisa
dimengerti gini? Us Zaza? Apa coba maksudnya? Us-us? Us apa si?"
fikirnya kebingungan sendiri.
"PUKK!!"
tiba-tiba Raza memukul lengan Bisma. Pukulan yang tidak terlalu sakit namun berhasil membuat ayahnya itu kaget.
"Us iyahh uh uss!! Zaza uss!!" jelasnya kesal. Ia kemudian merangkak
menjauhi Bisma. Mendekati pintu kamarnya dan berlalu begitu saja
meninggalkan Bisma yang hanya diam melongo melihat tingkahnya.
"Ko ayah malah ditinggal sih?
Aduh Raza.. Kamu mau kemana sih sayang? Tungguin ayah dong.. Masa
ayah ditinggal si? Issh..!!" Bisma beranjak dari duduknya. Ia segera
menyusul jagoan kecilnya yang begitu cepat raib dari pandangan matanya.
Bayi tampan itu terus merangkak keluar kamarnya. Menjauhi Bisma dan
mencari sesuatu yang memang diinginkannya.
"MBUUN!!" tiba-tiba Raza berteriak senang. Ia melihat Dhira sang
bunda berdiri tak jauh darinya. Kedua kakinya pun semakin cepat ia
gerakkan. Merangkak menghampiri Dhira dengan ekspresi wajahnya yang
sangat-sangat senang.
"Uhh jagoan bunda.. Ko masih merangkak sih sayang? Kan Raza udah
bisa jalan. Ko masih merangkak terus cih hem?" Dhira meraih tubuh mungil
jagoan kecilnya itu. Ia menggendongnya dan sesekali mengecup pipi
chuaby Raza.
Namun Raza tidak menghiraukan ucapan Dhira. Ia justru malah langsung
meraih botol dot bayi yang berisi air susu putih favoritnya. Botol
berisi air susu itu diambilnya dengan cepat. Dimasukkan kedalam mulutnya
dan segera ia hisap dengan semangatnya. Rupanya bayi tampan itu tengah
kehausan, pantas saja ia sangat senang saat melihat sang bunda yang
sudah membawakannya sebotol susu didalam dot bayinya.
"Duuhh rupanya jagoan ayah tuh kehausan yah? Hemm pantesan aja dari
tadi us-usan terus. Ayah fikir us itu nama mobil-mobilan kamu. Eh
ternyata us itu haus.. Hihi lucu banget sih sayang.. Mmuach.. Anak ayah
mmuach!" Bisma tertawa kecil melihat apa yang dilakukan oleh putra
kesayangannya itu. Ia mengelus puncak kepala Raza, mengecupnya dan
menatapnya dengan ekspresi gemas.
"Pantes aja tiap ditawarin Asi aku dia gak mau. Kayaknya udah
lengket banget sama botol dot nya ini.." Dhira berujar pelan diiringi
senyum melihat aksi jagoan kecilnya.
"Berati Asi bunda buat baby kedua kita nanti bun.. Kan katanya mau
punya baby lagi. Raza udah kasih lampu hijau loh buat kita. Iya kan
sayang? Raza setuju kan buat punya adik hem?" Bisma kembali mengecup
kening Raza. Dhira hanya tersenyum kecil membalas ucapan suaminya.
"Nanti malam mulai usaha yah? Kalau ke Puncak atau Bali gak mau,
berati kita usahanya dirumah aja. Mumpung mamah sama papah lagi keluar
kota Ra. Mau ya sayang? Raza udah besar ini Ra. Dia juga mau kayaknya
buat punya adik. Mau ya yah?" pinta Bisma memasang wajah melasnya.
"Baru satu tahun. Kasian nanti jaraknya terlalu dekat. Nanti dia malah gak keurus lagi.."
"Aku pasti urus ko. Kasih sayang aku buat Raza tuh gak mungkin
putus. Ayolah sayang.. Biar anak-anak kita nantinya seumuran. Kan
bedanya hanya satu atau dua tahun sama kakaknya nanti. Ya Ra? Mau ya
sayang?" Bisma kembali memasang wajah melasnya. Ia sepertinya begitu
menginginkan menyentuh sang istri dan memberikan jagoan kecilnya adik.
Namun lagi-lagi Dhira hanya diam. Ia seperti menahan tawa saat melihat ekspresi wajah melas Bisma yang lucu.
"Ra, ko malah diem sih? Jadinya mau gak nih? Kalau gak mau nanti
malam aku mau pergi aja. Aku mau marah sama kamu. Aku bakalan bawa Raza
pergi dan gak balik-balik lagi kerumah ini!" Bisma mengancam ngasal.
"Yaudah bawa aja. Lagian Raza mana mau sama kamu. Ngurusin Raza
sehari aja nangisnya bisa lebih dari tiga kali. Apalagi kalau
berhari-hari.." ledek Dhira kembali dengan senyuman dan tawa yang ia
tahan.
"Jadi nantangin nih? Beneran mau Raza ayah bawa ya?
Yaudah, sekalian nanti ayah mau cari bunda baru aja buat Raza" Bisma
tersenyum jahil dan hendak berlalu meninggalkan istrinya itu.
"Awas aja kalo berani! Aku bakalan minta cerai nanti sama kamu!!" ancam Dhira sepertinya serius.
Bisma menghentikan langkahnya. Ia membalikkan tubuhnya dan kembali menghampiri Dhira.
"Jangan dong.. Iya ayah gak jadi deh. Kan cuma becanda bun. Kalau
bunda cerain ayah, nanti ayah sama siapa? Trus siapa yang ngurusin Raza
sama ayah?" Bisma memasang wajah melasnya. Dhira menahan tawa melihat
ekspresi wajah Bisma yang lucu.
"Bunda cuma becanda ko yah.. Lagian bunda mana mungkin bisa jauh
dari ayah, Raza juga. Kita itu gak akan bisa hidup tanpa kamu.."
jelasnya diiringi senyum kecil membuat Bisma ikut tersenyum.
"Nakal ih! Lain kali gak boleh ngomong kayak gitu. Ayah gak suka bun.." Bisma mencubit gemas hidung mancung Dhira.
"Abis kamunya nyebelin sih.."
"Hem, yaudah. Bawa Raza kekamar aja yah? Sekalian tidurin dia.
Kayaknya ngantuk banget. Nanti malam bunda milik ayah ya? Gak boleh
nolak lagi, dan gak boleh bilang gak mau" Bisma meraih tubuh mungil
jagoan kecilnya yang masih asik dengan botol dot bayinya itu.
"Iya, terserah kamiunya aja. Kalau itu buat kamu seneng, aku akan nurut.." balas Dhira pasrah. Senyum mengembang dibibir Bisma.
"Makasih sayang. Ayah sayang banget sama kamu bun.. Mmuach" Bisma tiba-tiba mengecup bibir Dhira sekilas.
"Issh apaan sih cium-cium? Masih aja yah suka ngambil kesempatan dalam kesempitan!"
"Hehe, abis menggoda banget sih. Lagian bunda kan istri ayah. Jadi terserah ayah dong mau ngapain juga." Bisma cengengesan.
"Ya tapi kan gak.."
"Udah ah, jangan kebanyakan protes. Ayah bawa Raza kekamar dulu ya?
Udah sore juga. Habis itu bunda temani ayah. Pokoknya nanti malam bunda
milik ayah titik! Gak boleh nolak apalagi bilang gak mau lagi!" jelas
Bisma sedikit memaksa seraya berjalan membawa tubuh jagoan kecilnya
menuju kamarnya.
"iya-iya. Bawel banget sih ayahnya Zaza itu.." Dhira tertawa kecil
mendengar celotehan penuh paksaan dari Bisma. Ia kemudian beranjak dan
mengikuti langkah Bisma. Membuntutinya serta ikut masuk kedalam kamarnya
bersama sang suami.
**
Setelah merasa kenyang dan menghabiskan satu botol susu dari dot
bayinya. Tubuh mungil Raza akhirnya terlelap. Wajahnya terlihat begitu
polos dan penuh ketenangan. Bisma membaringkan tubuh jagoan kecilnya itu
diatas tempat tidurnya. Memandanginya dengan lekat serta tak henti
mengelus puncak kepala Raza.
"Lucu yah? Kalau lagi tidur kayak gini kayaknya mirip kamu banget
bun.." ucapnya terkagum-kagum melihat wajah malaikat kecilnya itu.
"Ko mirip aku si yah? Bukannya Raza itu mirip kamu banget ya?" Dhira
memandang Bisma bingung. Ia merapatkan posisi duduknya agar semakin
dekat dengan tubuh Raza.
"Wajahnya sih memang mirip aku, tapi kalau dia tidur percis kamu Ra.." Bisma tersenyum menyentuh pipi chuaby Raza.
"Enggak ah, tetep mirip kamu. Raza tuh gak ada mirip-miripnya sama
aku. Dia tuh kamu banget.." Dhira berujar kekeuh. Bisma hanya tersenyum
kecil mendengarnya. Kepala Dhira ia raih dan diusap sekilas rambut
panjang istrinya itu.
"Makasih ya bun.." ujar Bisma tiba-tiba.
"Makasih? Buat apa?" Dhira tampak bingung.
"Ya buat semuanya. Buat semua kebahagiaan yang bunda kasih untuk
ayah. Ayah seneng banget. Bunda udah jadi pengisi hati ayah, jadi ibu
dari anak ayah, dan jadi pendamping terbaik untuk ayah. Makasih banget
sayang.. Ayah sayang banget sama kamu.." jelasnya. Kini lengan Dhira ia
raih. Posisinya pun menjadi bersender pada tempat tidurnya. Ia menarik
tubuh Dhira agar bersender didada bidangnya. Sedangkan posisi Raza masih
tetap terlelap disampingnya.
Dhira tersenyum. Ia menikmati kenyamanan berada didalam dekapan
suaminya. Kepalanya ia senderkan didada Bisma. Bersender pada tubuh
kurus suaminya itu. Lengannya Bisma genggam, sedangkan kedua kakinya ia
sejajarkan lurus kedepan.
"Maafin aku ya Bis, kalau aku terkadang suka bikin kamu kesel.."
"Apaan sih minta maaf? Kamu tuh gak pernah buat aku kesel. Harusnya
aku yang minta maaf karna aku udah terlalu sering nyakitin kamu.."
"Tapi aku tetap ngerasa bersalah. Aku suka ketus sama kamu. Aku juga
suka nolak keinginan kamu buat kasih Raza adik. Maafin yah? Gak
bermaksud kayak gitu ko. Aku tuh cuma becanda aja, lagian sebenarnya
kapanpun dan apapun yang mau kamu minta sama aku. Aku pasti kasih, aku
gak mungkin enggak kasih Bis, hanya saja kamu suka salah tempat dan gak
kenal waktu. Makanya aku jadi kesel.."
"Hehe, namanya juga cowok sayang. Hasratnya terkadang suka tidak
bisa terkontrol. Tapi aku juga cuma becandaan ko. Rasanya kalau
ngeledekin kamu dan bikin kamu kesel itu seru. Makanya aku sering
lakuin.."
"Ihh Bisma nakal.. Ko gitu sih sama istri sendiri?"
"Hihii, abis kamu gemes sih sayang. Bikin aku tuh tambah hari tambah
sayang sama kamu. Muach. Aku cinta kamu Ra. Cintaa banget.." Bisma
mendekap tubuh Dhira. Kedua tangannya melingkar diperut datar Dhira.
Puncak kepala Dhira ia kecup. Wajahnya kini menelusup leher jenjang
Dhira dan menghirup aroma wangi leher mulus istrinya itu.
"Ngh~ pindahin Razanya dulu Bis. Jangan sampai kamu kebablasan
nantinya. Kan bahaya kalau Raza bangun dan lihat apa yang kita lakukan.
Gak baik buat perkembangan otaknya.." Dhira sedikit mendesah akibat ulah
suaminya itu. Lehernya menjadi merah karna ternyata Bisma malah membuat
satu tanda disana. Tubuh Bisma ia dorong pelan agar menghentikan
aktifitasnya sejenak.
"Maaf bun, yaudah ayah pindahin Raza kekamarnya dulu ya? Bunda
jangan kemana-mana. Ayah secepatnya kesini lagi, mmuaach ayah sayang
kamu bun.." Bisma mengecup bibir Dhira sekilas. Ia kemudian beranjak
menjauhkan tubuhnya dari Dhira. Beralih meraih tubuh mungil jagoan
kecilnya untuk ia pindahkan keruangan kamar Raza yang letaknya hanya
bersebelahan itu. Meski masih sangat kecil, namun Bisma sudah memberikan
kamar Raza dan menidurkan buah hatinya itu sendiri agar terbiasa dan
menjadi mandiri tentunya.
Bisma keluar dari kamar Dhira. Berjalan dengan perlahan dan
hati-hati saat menggendong tubuh putra semata wayangnya itu. seraya
menggendong tubuh mungil Raza.
"Kayaknya Bisma emang pengen banget punya anak lagi, semoga aja aku
bisa cepat hamil lagi Bis. Kasih kamu anak kedua meski aku sebenarnya
kurang setuju dengan rencana memiliki anak lagi ini. Jaraknya terlalu
dekat dengan anak pertama kita. Kasihan nanti Razanya karna dia masih
kecil.." Dhira menatap punggung Bisma yang mulai menjauhinya dan tidak
terlihat itu. Ia mengusap perut datarnya, satu senyum kecil terukir
dibibir tipisnya saat mengingat kehamilan pertamanya dulu.
"Ko aku tiba-tiba ingat sama Rafael yah? Aku jadi ingat kehamilan
pertama aku yang anak dari Rafael itu.." fikir Dhira tiba-tiba. Wajahnya
sekilas berubah menjadi murung dan sedih.
"Andai dulu anak dari darah daging Rafa masih hidup. Mungkin aku
udah punya dua orang anak sekarang. Rafael, maafin aku ya Raf. Aku gak
bisa jagain anak kamu dan rawat ia sampai bisa lahir kedunia. Tuhan
terlalu sayang sama dia, hingga Tuhan mengambilnya langsung dari aku.
Maafin aku Raaf.." lirihnya tampak sedih mengingat kejadian sekitar dua
tahun yang lalu.
Dhira merubah posisinya menjadi berbaring. Ia menunggu sosok Bisma
menghampirinya kembali. Bibirnya tersenyum saat wajah tampan itu ia
lihat dan berjalan masuk menghampirinya.
"Senyuman Bisma seperti Rafael. Beruntung sekali aku bisa memiliki
dia. Raf, adik kamu ini hebat. Dia bisa membuat hati aku luluh kalau
udah lihat wajahnya. Senyumnya yang manis, dan kedua bola matanya yang
bening. Sangat tampan sekali Raf.." Dhira membatin kagum. Kedua bola
matanya tidak berkedip saat memandang wajah tampan suaminya itu.
"Biasa aja kali bun, gak usah natap ayah kayak gitu. Nanti kamu kesihir loh.." Bisma berujar diiringi senyum.
"Emang udah kesihir ko. Lagian wajah ayah tuh cakep banget, gak bisa bunda pungkirin yah.." puji Dhira tersenyum lebar.
"Tumben ngegombal? Biasanya gak pernah tuh.." ledek Bisma. Ia ikut
naik keatas tempat tidurnya dan duduk merapat disamping Dhira.
"Tapi itu memang kenyataan tau yah. Serius deh.." Dhira menyenderkan
kepalanya didada bidang Bisma. Posisinya setengah tidur karna Bisma
sendiri menyender pada tempat tidurnya.
"Iya-iya. Ayah tau ko kalau ayah itu ganteng. Cakep, manis, baik
lagi. Makanya bunda mau sama ayah, karna ayah ganteng.." Bisma pede.
Dhira terkekeh dan mencubit pelan perut Bisma.
"Udah ah, aku mau tidur aja. Ngantuk tau yah.." Dhira memejamkan kedua kelopak matanya.
"Yaudah tidur aja. Tapi nanti jangan kaget ya kalau pas bangun bajunya udah ayah lepas semua."
Bola mata Dhira langsung membola kaget.
"Hehe becanda sayang.. Lagian siapa juga yang nyuruh tidur. Katanya mau usaha, hem?"
"Iya-iya. Yaudah terserah ayah aja. Bunda ikutin deh. Pokoknya malam
ini bunda sepenuhnya milik ayah.." Dhira berujar pasrah. Bisma
lagi-lagi tersenyum. Puas sekali hatinya mendengar jawaban yang begitu
ia inginkan.
"Muach! Nanti anak kedua kita laki-laki lagi ya?"
"Ha?"
"Hehe biar punya dua jagoan sayang.."
"Gak mau! Aku mau perempuan!"
"Yaudah, berati nanti kita bikin lagi buat anak ketiga"
"Isssh Bismaa!!"
"Hahaha.."
Kemesraan dan keromantisan itu akhirnya terjadi dengan sendirinya.
Keluarga yang harmonis dan penuh dengan canda serta tawa. Kasih sayang
yang tulus dari keduanya. Cinta yang menyatukan mereka. Hidup pun terasa
lebih indah kala keduanya bisa saling menghargai, memiliki dan mengerti
satu sama lain.
Skip
**
Dua bulan berlalu..
Kini keluarga kecil Bisma dan Dhira benar-benar semakin dibuat
bahagia. Kabar tak terduga dan keinginan yang sangat Bisma inginkan
telah terwujud. Dhira rupanya sudah mengandung buah cinta keduanya. Usia
yang baru saja empat minggu dan masih sangat kecil. Awalnya Dhira ragu
kalau dirinya tengah hamil. Namun saat diperiksa ternyata
keterlambatannya datang bulan selama dua bulan terakhir ini memang benar
telah menghadirkan satu janin didalam rahimnya. Bahagia tak terkira
saat Bisma mengetahui hal tersebut. Rupanya Bisma memang sangat
mendambakan sosok malaikat kecilnya yang lain.
"Susunya diminum dulu ya bun.. Buburnya juga. Tadi udah ayah siapin.
Ayah bikin susunya sendiri dan buburnya juga dapat beli didepan.
Pokoknya bunda harus makan. Jangan sampai enggak. Kasihan bayi kitanya
nanti.." Bisma berjalan menghampiri Dhira yang tengah duduk menonton
televisi seraya memangku jagoan kecilnya itu. Ia membawa nampan
berisikan semangkuk bubur dan susu khusus ibu hamil untuk Dhira.
"Raza sama ayah dulu sayang, jangan dipangku bunda terus. Nanti dede
bayinya kasihan. Sini sama ayah? Uhhh anak ayaah.." Bisma meletakkan
nampan tersebut diatas meja dihadapannya. Tubuh mungil Raza ia raih dan
beralih didudukan dipangkuannya.
"Iyah mum yah.. Mmuumm!" tiba-tiba bibir mungil Raza berceloteh.
Jemari kecilnya menunjuk semangkuk bubur ayam yang dihidangkan untuk
bundanya itu.
"Kayaknya anak bunda lapar yah? Perasaan tadi udah bunda suapin.
Raza masih mau makan lagi sayang?" tawar Dhira. Raza menoleh cepat dan
menganggukkan kecil kepalanya.
"Itu kan ayah siapin buat bunda sama dede bayinya sayang. Bukan buat
Raza, masa mau Raza makan lagi sih, hemm?" Bisma mengecup pipi putih
Raza. Namun bayi tampan itu menggeleng cepat dan menghindari kecupan
yang didaratkan oleh sang ayah dipipi cuabynya.
"Mmuumm.. Zaza mumm bun.." ujarnya tetap menatap semangkuk bubur
tersebut. Wajahnya sangat lucu, terlihat sekali kalau ia begitu menyukai
bubur ayam makanan favoritnya itu.
Dhira terkekeh. Ia menyendoki dengan porsi kecil bubur tersebut.
Disodorkannya pada mulut mungil Raza. Bayi tampan itu bersorak riang.
Kedua tangannya bertepuk tangan saat sesuap bubur itu masuk kedalam
mulutnya.
"Haha lucu banget sih kamu sayang. Uuhh anak ayah? Muach-muah! Lucu
banget sih nak.. Makan bubur aja sampe seneng gitu. Gimana kalau ayah
kasih kamu makanan lain? Bisa loncat-loncat nih.."
"Ahaha memangnya kamu fikir Raza anak kangguru apa pake loncat-loncat segala"
"Hehe ya gak gitu maksudnya. Abis dia lucu sih. Gemessin banget..
Muach! Makannya berdua sama bunda yah? Nanti kalau kurang ayah beliin
lagi" Bisma tak henti-hentinya mengecup wajah tampan Raza. Tingkah bayi
mungil itu sangat lucu dan menggemaskan. Rasanya kebahagiaan Bisma
benar-benar lengkap. Hanya saja ia tinggal menunggu buah hati keduanya
lahir. Pasti nanti akan lebih terasa lengkap lagi jika semuanya sudah
terjadi.
Bersambung..
Kak ,, cerpen
BalasHapusTerpaksa bukan cinta II
Dilanjut dong
Kak lanjutin donk yang part 33
BalasHapushehehehe//.. lucu
BalasHapuslanjut dong part 33 :)
BalasHapus