Sabtu, 14 Desember 2013

Diantara Tiga Cinta #Part 9

Wajah pria tampan bermata sipit ini sedari tadi tampak berseri-seri, bibirnya tak henti tersenyum melihat sosok adik kandung yang selama ini dicarinya akhirnya bisa Ia temukan. Sosok bocah kecil berusia 3'tahun disampingnya pun tidak membuatnya heran atau curiga, Ia justru bertambah senang karna ternyata Franda sang adik sudah memiliki Putra dan memberinya satu keponakan yang sangat tampan



"kita mau om? Ko jalannya kealah sini?
Om gak akan bawa Ais sama Bunda pegi jauh kan?
Om gak akan jahatin Ais sama Bunda kan om?.."

Faris menatap wajah Rafael dengan tatapan bingung. Rasa takut dan khawatir pun meliputi hati kecilnya. Rafael hanya tersenyum, Ia mengelus lembut puncak kepala Faris penuh kasih sayang

"om bukan orang jahat ko sayang, Ais gak usah takut yah?
Om ini kakaknya Bunda kamu. Pokoknya mulai sekarang om mau kita tinggal sama-sama. Ais mau kan tinggal dirumah om? Om enggak mau pisah lagi sama Bunda juga kamu sayang.. Ais mau yah?.."jelasnya membujuk Elfaris yang duduk di jok samping mobilnya itu

Elfaris bukannya menjawab pertanyaan Rafael, Ia justru maleh melirik Franda sang Bunda yang duduk dibelakangnya. Franda sendiri hanya diam, hatinya gelisah dan takut. Ia sangat takut kalau sampai Rafael menanyakan siapa dan dimana Ayah Elfaris

"Bunda.."

"i..iya sayang..?"Franda sedikit terkaget mendengar suara Elfaris memanggilnya

"Bunda kenapa diam terus? Bunda sakit yah Bun?.."tanya Faris lagi terlihat sedih

"e..enggak ko sayang, Bunda enggak papa.
Bunda enggak sakit, Ais gak perlu khawatir yah? Bunda baik-baik aja ko.."balas Franda mendekatkan tangannya menyentuh dan mengelus puncak kepala Faris. Bibirnya mencoba tersenyum sebisa mungkin meski hatinya benar-benar gelisah dan takut

"Ko Cocoh ngerasa kamu nyembunyiin sesuatu ya Nda, apa yang sebenarnya kamu sembunyiin? Dan kenapa tadi disaat Cocoh tanya siapa Ayah Elfaris dan dimana keberadaannya, wajah kamu langsung berubah seperti ketakutan..
Apa yang kamu sembunyiin Nda? Cocoh berharap kalau sudah sampai dirumah nanti kamu mau cerita semuanya sama Cocoh..
Cocoh juga gak akan pernah biarin kamu pergi dari rumah lagi. Cocoh akan paksa kamu untuk tinggal sama Cocoh juga Elfaris dirumah kita.. Cocoh sayang kamu Nda.."batin Rafael menatap lirih adik semata wayangnya yang sangat Ia sayangi itu. Hati dan perasaanya tidak bisa berbohong kalau Ia bisa merasakan keganjilan-keganjilan pada adik satu-satunya ini.




**
Bisma tengah duduk bersantai didepan televisi. Ia begitu asik menonton acara kartun yang sering ditontonnya untuk menghilangkan penat ini

"ahaha.. Lucu, haha.."tawa kecil terdengar renyahnya keluar dari mulut Bisma. Dina yang melihatnya pun hanya tersenyum miris, bagiamana tidak? Bisma jadi sering menghibur dirinya dengan kartun ditelevisi yang sebelumnya sangat tidak Ia suka, dan diwaktu yang senggang ini Ia lebih sering menghabiskan waktu menonton acara katrun tersebut

"lama-lama Aku gak tega Bis lihat kamu kaya gini terus..
Seandainya ada sosok anak kecil, pasti kamu mainnya sama anak kita bukan sama televisi.
Maafin Aku yah? Aku udah bener-bener gagal, maafin Aku Bisma.."

kedua bola mata Dina berkaca-kaca melihat tawa kecil yang terpancar begitu indah dari wajah Bisma, namun disana Ia melihat senyuman miris dari hati suaminya ini yang selalu disembunyikan darinya

"jika ada yang bisa mengembalikan senyuman dan tawa kamu seperti dulu, Aku akan lakuin apapun Bis, Aku ingin bahagiain kamu, Aku ingin kamu bahagia, Aku mau lihat kamu senyum terus.. Aku juga mau lihat kamu gak membohongi perasaan kamu didepan Aku.
Aku tau perasaan kamu gimana Bis, tapi kamu selalu nyembunyiin itu semua cuma buat nguatin Aku.
Aku gak sanggup lihatnya Bis, Aku udah gagal, Aku udah gagal..."

setetes butiran bening akhirnya keluar dari pelupuk mata Dina. Kemirisan dan kesakitan hati melihat Bisma seperti ini membuat batinnya tersiksa.
Walau Bisma selalu menguatkannya dan mencoba tetap tegar didepan Dina. Tapi pancaran wajah Bisma tidak bisa berbohong kalau Bisma sangat kesepian dan berharap banyak jika kelak bisa memiliki keturunan darinya

Tak perlu menunggu lama, Dina pun segera pergi menjauhi Bisma. Ia tidak mau kalau sampai Bisma mengetahui keberadaannya dan melihat air mata dipelupuk mata indahnya itu

"ko Gue jadi kefikiran Ais terus yah?
Aduh.. Ya Tuhan sebenarnya siapa anak kecil yang polos itu? Kenapa wajahnya sangat jelas teringat dibenakku?"Bisma menghempaskan tubuhnya diatas sofa panjang diruang televisi tersebut. Sejenak kedua bola matanya Ia pejamkan, bayangan wajah lucu nan polos Ais pun muncul lagi dengan jelasnya. Bisma pun menerawang jauh mengingat siapa sosok anak kecil yang wajahnya sangat familiar dan mengingatkannya pada seseorang

"sipit, putih, pendiam, polos, suaranya kecil, pintar, tampan, lucu.. Hmm siapa yang beruntung memiliki kamu?
Rasanya semua yang Aku impikan ada didiri Ais semua..
Benar-benar beruntung kedua orang tua kamu nak..
Om berharap suatu saat kita berjumpa lagi, om ingin mengenalmu lebih dekat dan om juga sangat ingin mengenal kedua orang tua hebat yang beruntung memilikimu.."

Bibir Bisma tersenyum penuh rasa bahagia. Kedua bola matanya masih Ia pejamkan tanpa Ia buka lagi. Sejenak Ia pun sampai tertidur pulas diatas sofa tersebut, bahkan Ais sampai masuk kedalam alam mimpinya karna Bisma terus memikirkan bocah 3tahun tersebut.



**
Rafael baru saja sampai dirumah mewah yang sangat besar ini. Rumah milik kedua orang tuanya yang dulu ditempati juga oleh Franda sang adik saat masih kecil, namun disaat Franda dan Rafael kuliah Franda lebih memilih tinggal dirumah orang tua Bisma karna letak kampusnya berdekatan, sedangkan rumah mewahnya ini sangat jauh dari kampusnya.
Makanya tak heran wajah Franda terpelongo kagum melihat rumah yang ditinggalkannya beberapa tahun ini

"masih sama kaya dulu, enggak ada sedikitpun yang berubah.
Maafin Franda Coh, maafin Franda. Gara-gara Nda mami sama Papi sekarang udah gak ada disini.. Rasanya sakit banget nerima kenyataan pahit ini. Padahal Franda belum minta maaf sama mereka. Maafin Nda mi,pi.."lirih Franda menatap bagian depan rumah mewah bernuansa putih dihadapannya. Air matanya pun tak terelakan lagi mengalir dari pelupuk mata sipitnya


"ini rumah siapa om? Ko besar banget.. Rumah Ais aja enggak sebesar ini.
Ini kaya istana Raja, sangat besar.."tanya Elfaris melirik Rafael dengan wajah bingungnya

"kita masuk aja yuk? Om punya sesuatu yang ingin ditunjukkan buat Ais.. Ayo sayang?"Rafael mengangkat tubuh kecil Faris dan mulai melangkahkan kakinya memasuki rumah mewah tersebut

"Ais gak usah digendong Coh, berat.."ujar Franda, Rafael hanya menoleh sekilas dan tersenyum

"kita masuk Nda.."balasnya begitu lembut dan ramah..





Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p