Gadis kecil berwajah lucu nan imut ini terlihat asik bersembunyi dibalik
kursi, Ia menutup kedua mulut mungilnya agar suata tawa kecilnya itu
tidak keluar dan didengar oleh siapapun
"aduuhh.. Putri kecilnya Ayah sembunyi dimana yaa?
Ko enggak kelihataan??.."Bisma terlihat celingukan mencari gadis
kecil tersebut, langkahnya pun mendekati kursi ruangan dimana gadis
kecil berusia 4'tahun tadi bersembunyi
"ahaha, Ayah Bisma pasti gak bakalan tau kalau Luna sembunyi disini,
ahaha.."tawa gadis kecil bernama Aluna ini terus Ia tahan, wajahnya
yang putih nan menggemaskan pun semakin terlihat lucu
sementara Bisma yang sebenarnya tau dimana Aluna bersembunyi hanya tersenyum pura-pura tidak tahu
"Aduuhh dimana sih Putri Aluna itu?..
Ko dari tadi Ayah cariin gak ketemu-ketemuu???.."ucap Bisma lagi.
Aluna semakin dibuat tidak tahan ingin tertawa mendengar suara Bisma,
rasanya Ia ingin sekali membuka mulutnya untuk bisa tertawa lebar akan
suara Bisma yang menurutnya mengundang tawa itu
dan...
"Kennaa!! Ahaha putri Aluna akhirnya kena Ayah tangkap..
Ahaha.."tawa Bisma dan Aluna pun pecah seketika karna Bisma berhasil
menemukan Aluna, Ia sungguh bahagia kalau sudah bermain-main dengan
gadis kecil ini
"ahaha.. Ayah culang, masa Ayah langsung tahu kalau Luna disini?
Halusnya kan Ayah pula-pula enggak tau duluu.."protes Aluna tidak
terima. Bisma hanya terkekeh geli mendengar suara protesan lucu Aluna
"empp.. Ya udah deh kalau gitu Ayah mau pura-pura enggak tau lagi.
Sekarang Luna sembunyi lagi yah?
Nanti Ayah pasti bisa cari dan temuin luna, mmuach.."pasrah Bisma
menuruti apa yang diinginkan Aluna, Ia mengecup kening Aluna sekilas
sebelum aluna akhirnya berlari mencari tempat persembunyiannya yang
lain..
"kamu bener-bener anak yang lucu sayang.."Bisma tersenyum miris
menatap kearah Aluna, tiba-tiba air matanya menetes melihat gadis kecil
itu berlari menjauhinya, entahlah apa yang tengah terjadi dengan Bisma,
bahkan Dina sang istri pun sampai ikut meneteskan air mata melihat Bisma
dan Aluna bisa sedekat ini
"Maafin Aku ya Bis.. Aku gak bisa kasih apa yang kamu mau, maafin
Aku..."Dina langsung berhambur memeluk tubuh Bisma dari belakang, Ia
benar-benar merasa gagal menjadi seorang istri karna tidak bisa
memberikan apa yang diinginkan oleh seorang suami pada umumnya
"enggak sayang, kamu gak perlu minta maaf..
Allah lagi nguji kita, gak usah nangis yah? Aku ikhlas ko Din
kalaupun Aku gak bisa punya anak, Aku ikhlas asal kamu tetep disamping
Aku, Aku cuma butuh kamu..."Bisma membalikkan tubuhnya menatap teduh
wajah Dina, perlahan tangannya pun mengelus lembut pipi Dina dan
menghapus air mata Dina yang menetes, hatinya akan lebih sakit kalau
melihat Dina menangis
"tapi Aku gak kaya Ilham Bis..
Ilham bisa punya anak selucu Putri Aluna, Aku gak bisa, Aku udah
gagal, Aku udah gagal Bis.."lirih Dina menunduk penuh sesal. Bisma pun
menarik kepala Dina kedalam dekapan hangatnya agar perempuan yang sangat
dicintainya tidak terus-terusan menyalahkan diri sendiri
"kejadian itu udah terjadi 4'tahun yang lalu, gak usah diinget-inget lagi ya sayang?
Putra kita emang gak bisa diselamatkan, bahkan rahim kamu ikut rusak
gara-gara kecelakaan itu, tapi Aku gak pernah nyesel sayang, Aku gak
pernah nyalahin kamu. Ini sudah takdir dari Allah.. Kita harus ikhlas
yah? Jangan nangis.."Bisma menatap kembali wajah Dina, Ia selalu
menguatkan Dina agar tidak mengingat kejadian buruk 4tahun lalu.
Kejadian dimana saat itu Dina hendak menemui Bisma dikantornya dan
menyetir mobilnya sendiri padahalk Dina tengah mengandung, dan disaat
itu punya kaki Dina mendadak kram hingga tidak bisa mengendalikan mobil
yang Ia kendarai, mobil Dina menabrak pohon besar, dan Dina mengalami
keguguran, bahkan rahimnya harus diangkat karna kecelakaan fatal itu.
Dina sungguh merasa bersalah karna Ia tidak bisa memberikan Bisma
keturunan lagi setelah bayi pertamanya tidak tertolong. Dan putri kecil
bernama Putri Aluna tadi itu bukan anak kandung Bisma dan Dina. Itu
adalah putri kecil Ilham yang memang tengah dititipkan dirumah Bisma.
Namun tadi mereka sedang mengadakan permainan dan Aluna harus memanggil
Bisma Ayah sebagai syarat permainan itu, hati Dina semakin dibuat
teriris kalau sudah melihat anak kecil, apalagi Aluna sampai memanggil
Bisma Ayah, rasanya semakin dibuat sesak saja dada perempuan cantik ini
"Aku tahu hati kamu sebenarnya rapuh Bis, Aku tahu perasaan kamu
sekarang itu sangat hancur, Aku tahu dan Aku bisa rasain itu semua..
Aku udah gagal jadi istri yang baik buat kamu, Aku udah gak pantes
buat kamu Bis, Aku uah gak pantes..."lirih Dina menenggelamkan wajahnya
didada bidang Bisma, Bisma hanya meneteskan air mata mendengar Dina
berbicara seperti itu karna itu memang yang Bisma rasakan, tapi Ia juga
tidak bisa menyalahkan Dina sepenuhnya karna ini semua sudha menjadi
takdir yang diberikan oleh Tuhan.
"kamu gak boleh bicara seperti itu sayang, kamu itu satu-satunya
yang paling pantas buat Aku, kamu perempuan yang Allah kirim buat Aku.
Kita hanya perlu ikhlas, Kau yakin suatu saat kita pasti bisa punya
anak, gak ada yang gak mungkin dimata Allah din walau rahim kamu enggak
ada sekalipun, percaya sama Aku yah? Muaach.."jelas Bisma mengecup
lembut kening dina, tangannya mengelus lembut puncak kepala Dina agar
perempuan cantik ini bisa tenang dan berhenti menyalahkan dirinya
sendiri akan takdir yang sedang tidak memihak ini.
"kalau Aku bisa nemuin Franda Aku akan minta kamu nikahin Dia Bis,
Aku ingin kamu bisa bahagia sama Franda, tapi sampai sekarang saja Aku
gak tau dimana keberadaan Franda, bahkan dimana alamatnya sekarang pun
Aku gak tahu, padahal banyak hal yang ingin Aku ceritakan sama Dia,
banyak hal yang ingin Aku pinta dari Dia, tapi itu semua mustahil karna
Franda gak ada disini, Franda udah pergi jauh dan gak mau kembali
lagi.."batin Dina mengingat akan sosok sahabat terbaiknya yang saat ini
entah berada dimana
"Ndaaa.. Tolong Akuu, Aku butuh kamu Ndaa, Aku butuh kamu buat cerita semua takdir buruk ini..
Aku pengen kamu nguatin Dina biar Dina gak berbicara seperti ini
terus, Aku gak kuat kalau Dina sering nangis dan nyalahin dirinya
sendiri, Aku gak kuat Nda.."batin Bisma seakan menjerit meminta
pertolongan Franda sahabat yang selalu ada untuknya ini, sahabat yang
sekarang entah berada dimana, hanya Tuhan yang tahu keberadaannya
sekarang..
**
Bocah laki-laki ini berusia 4'tahun ini terlihat begitu asik duduk
menyendiri diteras depan rumahnya, pandangan matanya yang sipit menatap
lurus kedepan, bibir mungilnya pun sedikit tersenyum melihat kearah
depan yang sebenarnya tidak terlihat apapun disana
"Ayah.."pikirnya kembali tersenyum, bola matanya pun menerawang jauh
dengan angan dan imaginasi nya yang tengah membayangkan sosok pria yang
selama ini ingin Ia temui itu
"kapan ya Ais bisa ketemu Ayah?
Ais kangen sama Ayah.."pikirnya lagi dengan wajah sendu dan berkaca-kaca
"hemz.. Elfaris kebiasaan nih?
Masa Bunda panggilin dari dalam tapi gak nyahut-nyahut?..
Ais lagi mikirin apa sih sayang? Cerita dong sama Bunda?"tiba-tiba
perempuan cantik yang ternyata Franda ini keluar dan menghampiri bocah
kecil bernama ELFARIS PUTRA ini, bibirnya tersenyum kecil menatap wajah
putra semata wayangnya yang sangat hobby menyendiri diteras depan
"Bunda?"pekik Faris sedikit kaget
"hayoo.. Ais lagi ngelamunin apalagi?
Ko kaget gitu lihat Bunda?"tanya Franda seraya ikut duduk disamping Faris, tangannya mengelus lembut rambut hitam lurus Faris
"Ais enggak apa-apa ko Bun, Ais cuma lagi nungguin om Morgan, tadi
kan om Morgan janji mau kesini, Ais kangen sama om Morgan.."jawab Faris
meyakinkan, padahal sudah jelas-jelas Ia memikirkan ayahnya, tapi anak
kecil yang satu ini sungguh pintar dan tidak pernah mau melihat Bundanya
nangis kalau sudah menyebut kata 'Ayah'
"Memangnya om Morgan mau kesini?
Bukannya tadi om Morgan bilang gak bisa kesini yah?
Kan tadi tante Rikha udah bilang kalau om Morgan nya lagi sibuk,
jadi Ais gak bisa bohongin Bunda.."Franda mendelikkan mata sipitnya
menatap Faris, Ia sungguh curiga kalau ucapan Faris itu hanya
akal-akalannya saja agar Franda tidak curiga
"ahaha, iya Ais boong, maafin Ais ya Bunda.. Ais cuma gak mau Bunda sedih..
Ais tadi emang lagi enggak nunggu om Morgan, tapi Ais nunggu
Ayah.."jelas Faris dengan sangat polosnya sedikit tertawa kecil. Franda
hanya mengacak poni Faris sekilas dan mendadak sedih begitu mendengar
kata 'Ayah'
"jangan sedih Bun, tadi Ais cuma lagi main aja ko.
Ais gak pernah nunggu Ayah, Bunda gak boleh sedih..
Ais gak papa gak punya Ayah, Ais masih punya om Morgan sama om
Rangga. Ais udah enggak pelu Ayah, Ais cuma pelu Bunda.."Faris langsung
berhambur memeluk tubuh Bunda yang sangat dicintainya ini, Ia merasa
bersalah karna ulahnya kembali membuat sang Bunda menangis
"enggak sayang Bunda gak nangis ko, siapa yang nangis?
Ais gak pernah salah.. Jadi Ais gak perlu minta maaf.
Sekarang kita masuk aja yuk?
Nanti Bunda suruh om Rangga kesini deh sama tante Icha nya, Ais kan paling seneng main sama om Rangga dan tante Icha.
Ais mau kan?.."Franda tersenyum menatap wajah malaikat kecilnya ini,
Ia selalu melakukan apapun agar Faris bahagia dan tidak terus-terusan
bersedih karna menanyakan keberadaan sang Ayah yang mungkin sampai
kapanpun tidak akan pernah Franda beritahu dimana keberadaannya
"iya Bunda Ais mau.."balas Faris mengangguk pelan dan tersenyum, Ia
pun segera berlari kecil memasuki rumah yang cukup mewah itu, sementara
Franda hanya membuntutinya dari belakang
"Anak kamu sekarang udah besar Bis. Aku kasih dia nama ELFARIS
PUTRA. Aku sengaja gak nyimpen nama kamu sedikitpun dibelakang nama Ais,
karna Aku takut suatu saat jika kamu bertemu Ais kamu akan curiga akan
nama kamu yang ada dibeklakang nama Ais, makanya Aku gak lakuin itu
karna Aku gak akan pernah ngasih tau dan nemuin kamu dengan Ais.
Tapi jujur, Aku paling gak kuat kalau udah denger dia nanyain Ayahnya, Aku gak kuat kalau Dia nanyain dimana keberadaan kamu.
Aku gak bisa jawab Bis, air mata Aku langsung netes seketika itu
juga. Aku gak sanggup buat bohongin Ais, tapi Aku juga gak mungkin jujur
sama Dia.
Aku gak mau kamu tau dan itu malah akan buat hubungan kamu sama Dina hancur..
Aku bisa ngurus Ais sendiri tanpa kamu. Aku gak akan pernah bawa
kamu kedalam urusan ini, Aku janji akan besarin Ais sendiri tanpa
kamu.."batin Franda menatap malaikat kecilnya yang sudah lebih dulu
masuk kedalam, Ia pun segera menyeka air matanya yang kembali menetes
itu kemudian segera ikut masuk menyusul Faris...
**
Lelaki muda berjas putih ini tampak begitu lemas masuk kedalam rumah
mewahnya, keinginannya untuk menjadi seorang Dokter kini sudah tercapai
dan terlaksana. Bahkan gelar Dokter didepan namanya pun sudah Ia dapat
menjadi Dr.Reza Anugrah.
"hufh.. Capek bangeett.. Gue ini Dokter atau satpam Rumah Sakit sih? Masa pulangnya kalo gak tengah malem ya pagi hari.
Hadeuuhh kapan ada waktu buat ngurusin masa depan?
Kasian (namamu), Dia pasti udah nunggu lama banget buat Gue lamar,
tapi itu pasien gak bisa diajak libur, huh masa hampis 3x dalam seminggu
Gue harus ngoperasi pasient terus? Udah kaya minum obat aja tau gak,
huh pusing-pusiing.. Kapan berduaannya, kalo gini terus Gue gak bakalan
tau apa itu kissing.. Hadeuh.. Nasib-nasib..."Reza terus mengoceh dan
ngedumel gak jelas, kakinya pun begitu malas melangkah masuk,
pekerjaannya sungguh melatih kesabaran hati dan fikiran, tubuhnya saja
sampais edikit mengecil karna terlalu sering memikirkan pekerjaan dan
kadang melupakan kesehatannya
"(namamu)- (namamu).. Maafin Ejaa..
Eja gak bermaksud buat kamu lama nunggu..
Eja janji secepatnya Eja pasti akan nikahin kamu, Eja cuma butuh
waktu, Eja butuh waktu buat nanganun pasien Eja yang banyak ini, maafin
Eja yaah..."ucap Reza berbicara sendiri, Ia benar-benar dibuat gila akan
profesi dan pekerjaannya yang tidak mengenal waktu.
"Ahahaa.. Kasian amat sih abang Gue yang satu ini.
Haduuhh udah kerja pulang malem terus, dirumah kaga ada yang
ngurusin, eh sekarang pulang kerja ngedumel-dumel sendiri kaya orang
gila. Ahaha kesambet Rumah Sakit ye lu bang?
makanya jangan maen dikamar mayat sama UGD mulu, jadi kaga waras kan
loe ahaha.."tiba-tiba terdengar suara Ilham yang begitu puas
mentertawakan Reza, Ia sungguh paling senang kalau sudah meledek Reza
kakak satu-satunya ini
"gak usah ketawa deh loe!
Aluna mana? Gue udah eneg lihat muka songong loe. Gue pengen main
sama ponakan Gue aja. Mana Aluna?"tanya Reza mengalihkan pembicaraan
"Aluna lagi gak ada. Dia Gue titipin dirumah Bisma.
Mending loe cepetan married aja deh dan tinggalin jas putih sama tas
kerja loe itu biar bisa cepet punya anak. Jangan maen sama anak Gue
mulu, kasian tuh calom istri loe loe cuekkin terus, tar berpaling tau
rasa loe.."jawab+ledek Ilham lagi, sungguh rasanya ingin sekali reja
menelan hidup-hidup makhluk satu dihadapannya ini
"kalo bukan adik udah Gue suntik mati loe Am.
Lagian punya anak dititip-titipin mulu, kaga bisa ngurus anak loe,
bisanya cuma munculin doang, ayah macam apa kaya gitu?"dumel Reza
mendelik kesal
"yee sabar bang, masa loe mau nyuntik mati Gue?
Tar anak sama bini Gue gimana?
Eh lagian bukan Gue yang nitipin Aluna, tapi Bisma sama Dina yang
minta Aluna nginep disana, kalo Gue sih oke-oke aja, kebetulan lagi
pengen rimantisan sama istri, jadi yaaa no problem selama Aluna mau,
haha.."jelas Ilham tertawa puas, Reza hanya menarik nafasnya panjang
kemudian segera masuk kedalam kamarnya tanpa menghiraukan ucapan ngaler
ngidul Ilham lagi
"jiaaah abang Gue marah?
Gak bisa main sama ALuna dia malah marah.. Haha"Ilham kembali
tertawa kecil melihat ekspresi wajah Reza, Ia pun segera masuk menuju
kamarnya dan menutup pintu rumahnya rapat-rapat..
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p