Minggu, 08 Desember 2013

Diantara Tiga Cinta #Part 6

Terlihat Faris begitu asik bermain dengan Rangga. Ia memang sangat akrab dengan sahabat dari Bundanya ini.



"om om, nanti kalau Ais udah besar om antelin Ais ketemu Ayah yah? Ais pengen banget ketemu Ayah om, tapi om jangan bilang-bilang Bunda. Ais gak mau Bunda sedih kalau Ais pengen ketemu Ayah.."ucap Ais dengan wajah putih nan polosnya itu, Rangga hanya tersenyum menatap Ais. Ia mengacak rambut Ais yang hitam diponi itu

"kalau om Rangga tau siapa Ayah kamu, tanpa nunggu Ais besar om pasti bakalan bantuin Ais, tapi om beneran gak tau sayang, Bunda kamu gak pernah mau ngasih tau, padahal om yakin kalau Ayah kamu pasti seneng lihat kamu sudah sebesar ini.. Franda terlalu egois, Ia gak pernah mikirin gimana perasaan Ais, maafin om yah?.."lirih Rangga dalam hati. Matanya sedikit berkaca karna tidak tega melihat bocah kecil yang sudah Ia anggap keponakannya sendiri ini

"om ko diem aja? Ais salah ngomong lagi ya om?"tanya heran Ais lagi melirik heran kearah Rangga

"enggak ko om gak papa, Ais gak salah..
Om tinggal sebentar yah? Om mau temuin Bunda Ais dulu.."balas Rangga seraya beranjak dari duduknya. Ia mencoba bangun untuk menemui Franda yang masih asik didapur itu. Sementara Ais hanya menganggukan kecil kepalanya

"coba om Rangga Ayah Ais yah? Pasti Ais seneng banget, tlus Bunda juga gak akan sedih telus.."gumam Ais tersenyum menatap Rangga yang sudah menjauhinya. Ia pun kembali asik memainkan mainan barunya yang dibawakan oleh Rangga tadi. Didalam rumah ini Ais memang hanya bermain sendiri, Rangga atau Morgan sahabat dari Bundanya ini tidak terlalus ering berkunjung, jadi Ais lebih sering bermain sendiri tanpa berani keluar rumah atau bermain dengan anak-anak lain karna Franda selalu melarangnya, Ia takut kalau Ais hanya akan menjadi bahan ejekan teman-temannya nanti..

"Tadi malam Ais mimpi ketemu Ayah, tapi Ayah pake topi, tlus mukanya gak telalu kelihatan, padahal Ais pengen banget lihat wajah Ayah.
Ayaah.. Ais kangen.. Ais pengen banget punya Ayah.. Ais pengen peluk Ayah.."Ais memeluk robot-robotan miliknya, air matanya tiba-tiba menetes mengingat sosok Ayah yang tidak pernah Ia temui itu, sungguh hatinya sangat ingin berjumpa dengan sang Ayah, namun karna tidak ingin menyakiti perasaan Bundanya, Ais rela menyembuyikan kesedihannya itu agar sang Bunda tidak ikut sedih jika melihatnya bersedih..


"kamu lihat Fran? Apa kamu tega lihat Ais kaya gitu terus?
Kasian Ais Franda.. Kamu jangan egois gini donk.. Aku cuma pengen hibur Dia aja, Aku cuma pengen ajak Ais jalan-jalan ke Mall.. Aku gak mau lihat Dia sedih terus, plis izinin yah?
Aku janji akan bawa Ais pulang dengan selamat, Aku akan pastiin Ais aman sama Aku, kamu harus percaya itu Fran, pliss.."Rangga terus memohon dan meminta agar Franda mengizinkannya mengajak Ais pergi. Ia sungguh ingin menghibur bocah kecil ini, namun tetap saja Franda tidak mengizinkan, Ia sangat ketakutan karna takut Ais bertemu Bisma lalu Bisma membawa Ais, terlebih lagi sekarang Franda sudah tidak tinggal diluar kota lagi. Ia sudah tinggal di Jakarta sama seperti Bisma.

"maaf Ga, Aku tetep gak bisa. Aku gak izinin kamu bawa Ais pergi. Kalau kamu mau hibur Ais, kalian cukup main disini aja, Aku gak mau Ais kenal sama dunia luar, biarkan Ais tidak terlalu mengenal kehidupan menyakitkan diluar sana, Aku lebih suka Ais berdiam dirumah saja, Aku harap kamu bisa ngerti Ga. Permisi.."Franda langsung pergi begitu saja meninggalkan Rangga, Ia mengeka air mata yang menetes dipelupuk matanya, sungguh Ia jugsa tidak tega melihat Ais terlalu Ia kekang, sampai-sampai Ais jarang sekali Ia ajak main keluar rumah, dan itu semua semata-mata hanya karna takut Ais bertemu dengan Bisma Ayah kandungnya sendiri

"Hufh.. Kamu itu satu-satunya wanita keras kepala yang pernah Aku temun Fran..
Tapi yasudahlah.. Aku udah gak bisa berbuat apa-apa lagi.
Aku cuma mau buat Ais bahagia aja, tapi tanpa membuat kamu nangis juga. Aku hargain keputusan kamu.."Rangga menghela nafasnya panjang mencoba memahami sikap Franda yang demi kebaikan Ais juga.

Rangga pun kembali menghampiri Ais dan bermain-main bersama Ais lagi.




Sementara itu...



"Yakin Pak meeting siang ini dibatalkan?
Tapi Clien kita kali ini dari Perusahaan Asing Pak, apa masih mau dibatalkan juga?"tanya seorang sekertaris muda ini meyakinkan sekali lagi. Bisma hanya menghela nafasnya mendengar ucapan sekertaris dikantornya tersebut

"Hemz.. Meeting nya Saya tunda sampai besok. Sampaikan saja kalau Saya benar-benar tidak bisa."jawab Bisma singkat kemudian beranjak meninggalkan ruangan juga sekertarisnya tersebut. Fkirannya sungguh tidak tenang, Ia merasa kalau pun meeting ini berjalan pasti semuanya akan kacau karna Ia tidak bisa fokus sama sekali, jadi lebih baik dibatalkan saja

"Gak biasanya Pak Bisma bersikap seperti ini..
Hemz.. Mungkin lagi ada masalah sama istrinya, ya sudahlah, ini bukan urusan Aku.. Mungkin Pak Bisma memang sedang tidak bisa diganggu.."sekertaris muda tersebut pun langsung ikut meninggalkan ruangan Bisma dan kembali ketempat ruangan kerjanya, karna Bisma sendiri sudah pergi entah kemana..




**
"Duuh.. Kenapa handphone Bisma gak aktif? Apa Dia masih marah sama Aku?
Biss.. Aku gak bermaksud buat kamu marah.. Aku cuma mau kita bahagia aja Bis, Aku rasa dengan mengadopsi bayi kita bisa merasakan memiliki seorang anak, walau bukan anak kandung kita sendiri, tapi kenapa kamu harus marah?
Kalau kamu memang gak setuju, Aku bisa batalin Bis.. Aku cuma pengen bahagiain kamu aja, Aku gak mau lihat kamu sedih dan kesepian terus.. Aku gak mau Bisma.."Dina tampak begitu gelisah membolak-balikkan BB ditangannya, raut wajahnya sangat panik karna Bisma tidak mau mengaktifkan Handphone nya, terlebih lagi pagi tadi sempat terjadi sedikit perdebatan antara Ia dengan Bisma. Sekarang mungkin Bisma marah makanya tidak mau mengaktifkan handphone nya

"kalau seandainya waktu itu Aku gak ceroboh, mungkin kita gak akan kaya gini Bis.. Mungkin Putra kita masih hidup dan sudah bisa kamu ajak main-main.. Aku nyesel Bis gak dengerin ucapan kamu waktu itu, Aku nyeseel...
Maafin mamah sayang, maafin mamaah..."air mata Dina pun menetes mengingat kejadian 4tahun silam saat kecelakaan mengerikan itu. Ia memegang perut datarnya seolah merasakan janin yang 4tahun lalu masih tumbuh dirahimnya, seandainya kejadian buruk itu tidak terjadi pasti putranya tidak akan pergi dan meninggalkannya begitu cepat, Ia juga mungkin bisa memberi Bisma keturunan lagi kalau saja rahimnya tidak rusak dan diangkat oleh pihak Dokter. Sungguh hanya ada penyesalan yang kini menyelimuti diri Dina. Menangis pun sepertinya tidak akan berarti apa-apa..

"mungkin Aku udah gak bisa buat kamu bahagia lagi Bis..
Aku udah gagal jadi istri yang baik buat kamu..
Aku selalu buat kamu kecewa.. Aku gak kuat Bisma, Aku gak kuaat..
Aku gak sanggup terus-terusan buat kamu kecewa.. Aku mau lihat kamu bahagia, Aku mau lihat kamu senyum lagi kaya dulu, Aku pengen bahagiain kamu Bis.. Maafin Aku.."Dina terus menangis merasa bersalah, Ia tidak tahu kalau ini adalah ujian terbesar dari Tuhan, Bisma memang selalu terlihat sabar dan kuat, tapi tidak bisa dipungkiri kalau Dina tidak tahan akan semua ujian ini. Ia tidak sanggup melihat Bisma murung dan terpuruk terus-menerus karna tidak bisa memiliki keturunan lagi. Ia merasa telah gagal menjadi seorang istri yang baik untuk Bisma, dan hanya air mata yang bisa Dina keluarkan atas ketidak sempurnaannya ini.

Dina pun kembali masuk kedalam kamarnya, langkahnya yang gontai dengan kedua mata yang sembab membuat raut wajah Dina terpampang sangat sedih penuh rasa sesal.





Sementara itu...

Bisma ternyata tengah asik duduk-duduk dibangku taman. Bibirnya terus tersenyum menatap sekumpulan anak-anak kecil yang tengah bermain di area taman tersebut, matanya sampai berkaca dan membayangkan kalau seandainya salah satu dari anak-anak menggemaskan itu adalah buah hatinya, mungkin Bisma akan menjadi orang yang sangat bahagia saat ini


"Mereka benar-benar lucu.. Seandainya salah satu diantara mereka ada yang mau memanggilku 'Ayah' mungkin Aku adalah orang yang sangat bahagia saat ini.. Iya mungkin gak akan ada yang bisa menandingi rasa bahagia tersebut kalau sampai ada yang memanggilku..."belum sempat ucapan Bisma berlanjut, tiba-tiba terdengar suara seorang anak kecil yang memotongnya

"Ayah.."suara anak tersebut begitu jelas terdengar ditelinga Bisma, entahlah apa maksud anak laki-laki yang mengenakan kaos berwarna Putih ini

"Ayah?"Bisma menoleh kaget kearah bocah laki-laki berusia sekitar 4'tahun yang tiba-tiba memanggilnya 'ayah' ini

"iya Ayah.. Om kan tadi mau dipanggil Ayah, Ya udah Ais panggil om Ayah aja, biar om jadi orang yang paling seneng sekarang ini.."suara polosnya kembali terdengar, bibir tipis berwarna merah dan matanya yang sipit membuat hati Bisma terenyak mendengarnya. Ia pun mendekati bocah kecil tersebut yang ternyata Elfaris atau Ais ini

"A..apa tadi kamu bilang?
O..om gak salah denger kan?"tanya Bisma gugup tidak percaya, air matanya tiba-tiba menetes mendengar suara Ais yang memanggilnya 'ayah'

"om gak boleh nangis..
Bunda selalu bilang kalau anak laki-laki itu gak boleh ngeluarin air matanya, om gak boleh cengeng, Bunda benci sama anak laki-laki yang cengeng..
Om gak salah denger ko om.
Om kan tadi minta dipanggil Ayah, yaudah Ais panggil om Ayah aja biar om seneng.."Ais meletakkan ibu jarinya dipipi Bisma. Ia mengelus dengan lembutnya air mata yang membasahi pipi mulus Bisma. Wajahnya yang sangat putih dan tampan ini sungguh sangat terlihat polos, Bisma pun semakin dibuat terenyak akan kata-katanya

"om gak nangis ko..
Kamu anak yang pintar, makasih yah? Udah coba hibur om..
Om bener-bener gak nyangka kamu mau manggil om 'Ayah' cuma biar om seneng.. Kamu benar-benar anak yang pintar.."puji Bisma mencoba menahan air matanya yang sangat ingin menetes itu. Ia berjongkok menyamai tinggi Ais dan tersenyum menatap wajah polos nan tampan Ais

"Ais seneng bisa manggil om Ayah.."Ais membalas senyuman Bisma dengan melempar senyumannya yang sangat mirip dengan Bisma ini, entah mengapa Ia merasa begitu nyaman bisa sedekat ini dengan seorang pemuda asing yang baru Ia jumpai sekarang, Ia merasa ingin terus dekat layaknya apa yang dirasakan oleh Bisma juga. Rupanya ikatan batin antara anak dan Ayahnya ini begitu kuat hingga bisa dirasakan oleh keduanya

"oh iya nama kamu siapa? Om boleh tau gak?"tanya Bisma lagi. Ia mencoba membuka pembicaraan baru agar bisa lebih akrab dengan bocah asing ini

"panggil aja Ais om. Itu nama yang dikasih Bunda buat Ais.."jawab Ais tersenyum menunjukkan deretan gigi putihnya yang sangat rapi itu

Bisma pun ikut tersenyum dan kembali mengacak pelan rambut Ais

"nama yang unik, tapi cocok buat kamu.
Kalau nama om B..."belum sempat Bisma meneruskan ucapannya, tiba-tiba tersengar suara seseorang memanggil Ais

"Fariisss...!! Elfariisss... Kamu dimana sayang??.. Ais dimana???.."suara seorang perempuan yang ternyata Franda itu terdengar begitu jelas. Ais dan Bisma pun saling menatap satu sama lain

"itu suara Bunda Ais om. Ais permisi dulu yah? Bunda pasti nyariin Ais.. Dah om..
Om gak boleh sedih lagi, Ais sayang sama om, Muah.."pamit Ais yang langsung berlari kecil meninggalkan Bisma, namun Ia sempat mengelus dan mencium pipi kiri Bisma sebelum berlari menghampiri sang Bunda

"benar-benar anak yang lucu, pintar, putih tampan, dan... Sipit..
Jadi ngingetin Aku sama kamu Nda. Rasanya wajah Ais mirip sekali sama kamu.
Hufh.. Semoga saja kita bertemu lagi jagoan. Om benar-benar senang bisa bertemud engan malaikat kecil seperti kamu. Terimakasih untuk panggilan 'Ayah' tadi. Itu sungguh berharga banget buat om.."Bisma tersenyum kecil menatap langkah kaki Ais yang semakin menjauhinya, Ia pun membalikkan badannya dan berlalu meninggalkan taman tersebut kearah yang berlawanan dengan Ais..
Namun bibirnya terus-menerus tersenyum dengan perasaan yang sangat bahagia. Rasanya semua kesedihannya hari ini terasa hilang setelah bertemu dengan Ais..







Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p