Mobil Alphard hitam yang mewah dan elegan ini melesat cepat melewati jalanan yang terlihat cukup sepi itu.
Mobil yang sepertinya bertujuan ke luar Jakarta ini terus melaju tanpa berhenti.
"Mah, sebenarnya kita itu mau kemana sih mah?" tiba-tiba seorang
gadis cantik bermata sipit bertanya bingung akan tujuan perjalanannya
kali ini.
"Sudah kamu diam saja. Sebentar lagi juga kita sampai.." wanita paruh baya yang sering disapa tante Femy ini berucap tegas.
Franda sigadis cantik bermata sipit hanya menghela nafas berat. Ia
menatap kearah luar jendela mobilnya. Bibir tipisnya ia kerucutkan.
Terlihat sekali kalau ia merasa bosan berada didalam mobil tersebut.
"Perasaan kita udah satu jam lebih disini, tapi belum sampai-sampai
juga." Franda menggerutu kesal. Om Stev selaku papah Franda hanya
tersenyum kecil memandang ekspresi wajah gadis kesayangannya itu seraya
fokus mengemudikan kendara mobilnya.
"Sebentar lagi gadis kecilku ini akan menjadi sebuah jembatan
penghubung antar dua perusahaan besar. Dia akan menyatukan dua keluarga
hebat dan sukses ini.
Dua perusahaan besar itu akan bersatu. Gadis kesayanganku ini akan
menyatukannya. Mempererat tali persaudaraan antara keluargaku dengan
keluarga Harison. Keluarga besar itu akan bersatu. Bersatu dalam ikatan
keluarga dan menjadi satu keluarga besar yang sukses dan bahagia. Yah
semua impianku dan Harison akan terwujud. Dan semuanya akan terwujud
hari ini juga.." om Stev membatin penuh percaya diri dan harap.
Dibenaknya semua impian-impian besarnya sudah ada didepan mata. Entah
apa maksud dari ucapannya itu. Yang pasti ini adalah keinginan
terbesarnya yang sama sekali tidak diketahui oleh Franda putri
kesayangannya.
"Kayaknya ini jalan menuju kota Bandung deh. Tapi papah sama mamah mau bawa aku kemana?
Lalu kenapa harus ke Bandung? Bukannya kita gak punya saudara
didaerah sini yah?" Franda masih dibuat bingung akan tujuan
perjalanannya ini. Hatinya seolah bertanya-tanya sendiri. Ia berfikir
keras siapa yang akan ditemui kedua orang tuanya di kota kembang
tersebut.
Franda memandang wajah tante Femy dan om Stev. Bibir mereka
sama-sama tersenyum. Raut wajahnya sangat berbeda. Terlihat sekali kalau
mereka berdua lebih fresh dan bahagia.
"Hemm yaudah deh. Mungkin aja papah emang cuma mau nemuin rekan
kerjanya aja. Paling mau ngenalin aku sama anak dari rekannya itu. Apa
lagi coba? Biasanya kan pebisnis-pebisnis besar kayak papah suka kayak
gitu.." Franda menerka-nerka pasrah. Meski masih bingung tapi ia mencoba
berfikiran positif dan membuang semua hal negatif dan muncul
dibenaknya.
"Meski usia kamu masih 20tahun. Tapi mama rasa kamu udah siap untuk
semuanya.." tante Femy membatin memandang wajah cantik putri
kesayangannya yang duduk sendirian dijok belakang.
Sementara itu..
Lelaki muda yang usianya seumuran dengan Franda rupanya terlihat
sangat kesal dan jengkel. Tidur siangnya menjadi terganggu karna tante
Casma sang mamah terus saja berusaha membangunkannya. Padahal ia sendiri
tahu kalau ini adalah hari libur. Sudah pasti dirinya dibebaskan dari
kegiatan kampus yang membosankan itu. Tapi kenyataannya justru sangat
menyebalkan.
"Bisma bangun!
Kamu itu susah sekali disuruh bangun.
Atau kamu mau mamah panggilkan papah, biar dia aja yang bangunin ka.."
"Aaaa iya mamah iya Bisma bangun!
Please gak usah pake manggil papah. Bisa-bisa Bisma diseret kekamar
mandi lagi kayak minggu lalu." lelaki bertubuh tidak terlalu besar yang
sering disapa Bisma ini membuka selimut tebalnya. Ia buru-buru beranjak
dari atas tempat tidurnya itu. Berjalan dengan langkah gontai dan malas
menuju kamar mandi diruangan kamarnya.
"Jangan terlalu lama. Papah sudah menunggu dibawah. 30menit kamu
tidak turun kesana. Mamah akan suruh papah kamu yang kesini nanti."
ancam tante Casma serius. Ia kemudian membuka pintu kamar Bisma dan
berlalu meninggalkan putra semata wayangnya itu sendiri.
"Hufh, gila aja 30menit. Itu sih cuma cukup buat gosok gigi sama
cuci muka doang. Belum sampoan, sabunan.. Huuh mandi apaan coba 30menit?
Ditambah gue kan perlu waktu buat bengong juga disini.." Bisma
menggerutu sendiri seraya menatap wajahnya didepan cermin didalam kamar
mandinya itu. Mulutnya terus saja mengoceh ria. Ia memang anak laki-laki
satu-satunya om Haris dan tante Casma. Tapi dirinya jarang sekali
dimanjakan. Terlebih sang papah yang selalu tegas mendidiknya. Meski ia
selalu bermalas-malasan. Tapi tetap saja sulit jika sudah sang papah tak
pernah henti mengawasinya.
**
Setelah menempuh perjalanan cukup lama. Akhirnya Franda dan kedua
orang tuanya tiba disebuah rumah mewah bernuansa putih. Rumah yang
besarnya tak kalah dengan rumah Franda sendiri. Mereka disambut hangat
oleh para pemilik rumah yang memang sudah menunggu kedatangannya sejak
tadi.
Franda diajak tante Femy sang mamah mengikuti seorang wanita paruh
baya yang tak lain dan tak bukan adalah orang tua dari Bisma tante
Casma. Sedangkan om Stev sendiri masih bercakap ria dengan om Harison
atau om Haris papah Bisma.
"Bagaimana Harison? Semuanya sudah kamu siapkan?" om Stev bertanya
seraya berjalan masuk kedalam rumah mewah milik keluarga Harison Karisma
itu.
"Haha tenang saja Stev. Aku sudah menyiapkan semuanya. Seperti
keinginan kita. Siang ini juga kita nikahkan anak-anak kita itu. Aku
sudah tidak sabar ingin menyatukan dua keluarga besar kita ini,
perusahaan-perusahaan kita akan kita satukan. Dan kelak cucu kita yang
akan menjadi pewarisnya. Aku sudah tidak sabar akan itu semua." jelas om
Haris ikut berjalan membuntuti langkah om Stev.
"Aku juga sudah tidak sabar Haris. Anak-anak kita pasti akan bahagia
nantinya. Aku sangat yakin. Kelak mereka akan berterimakasih terhadap
kita.." om Stev berujar yakin. Om Haris menganggukkan kepalanya setuju
diiringi senyum.
"15menit lagi penghulunya akan segera datang. Aku rasa tidak perlu
banyak orang yang tahu. Cukup keluarga besar kita saja yang mengetahui
ini semua. Lagi pula aku tidak bisa terlalu egois. Usia anak-anak kita
masih tergolong terlalu muda. Jadi kita harus mengatur semuanya agar
mereka juga bisa nyaman. Kita sudah sepakan dengan perjanjian kita
Stev.."
"Tentu Haris. Aku pasti akan memikirkan kebahagiaan putri
kesayanganku juga. Setahun setelah mereka menikah dan memberi kita cucu.
Mereka bisa kembali beraktifitas normal. Meneruskan pendidikannya dan
mengejar impian mereka. Tapi tetap dalam pengawasan kita." jelas om
Stev.
"Aku setuju. Bisma dan Franda pasti akan bahagia kelak.." om Haris
merangkul pundak om Stev dengan ekspresi wajah berbinar bahagia.
Kedua lelaki paruh baya ini kemudian segera masuk menemui yang lain
untuk memulai semua rencana besarnya yang sudah disusun sangat rapi.
Mereka tidak memikirkan bagaimana perasaan putra dan putri mereka
nantinya. Terlebih Bisma dan Franda sendiri belum pernah bertemu satu
kali pun. Tidak saling mengenal dan pastinya tidak tahu tentang rencana
pernikahannya hari ini.
**
"S..sa saya. Saya te.. Ri terima."
"Ucapkan dengan tegas Bisma!"
Bisma langsung menoleh kaget mendengar ucapan papah kandungnya itu.
"Iya, ayo ucapkan yang tegas. Kamu itu laki-laki. Tidak sepantasnya berbicara terbata seperti itu.." om Stev berujar menambahi.
Bisma tampak kesal melihat kedua lelaki paruh baya ini. Hatinya
serasa terbakar. Ingin sekali ia berteriak. Namun apa daya. Posisinya
saat ini memang hanya sebagai seorang anak yang harus menuruti apapun
keinginan orang tuanya.
"Ayo Bis.. Jangan ragu. Ucapkan yang tegas." om Haris berujar kembali.
Begitu pun dengan yang lainnya. Mereka ikut mengangguk setuju meng-iyakan ucapan om Haris.
Bisma menarik nafasnya panjang. Kedua kelopak matanya ia pejamkan.
Entah apa maksud dari semua ini. Yang pasti ini membuatnya marah dan tak
sanggup menahan emosi.
"SAYA Terima NIKAH dan KAWIN-nya Efranda Stevanus binti Steven
Darmawan. Dengan maskawin tersebut TUNAI!!" Bisma berucap diiringi emosi
dan rasa kesal.
"Bagaimana saksi? Sah?"
"Saahh..." orang tua Bisma dan Franda berucap kompak.
"Alhamdulillah..." semuanya berucap syukur dipenuhi rasa haru dan
bahagia. Pernikahan yang sangat sederhana dan singkat itu berjalan
lancar sesuai rencana.
"Ini benar-benar GAK LUCU pah. Ini ENGGAK LUCU!!" Bisma membatin emosi.
"Ternyata ini maksud dari papah dan mamah. Franda gak nyangka mah
pah.. Kalian tega. Kalian tega hancurin masa depan Nda. Kalian berdua
tega.." Franda menjerit dalam hati. Kepalanya menunduk. Ia
menyembunyikan bulir bening air mata yang sudah tak bisa ditahannya
lagi.
Bersambung..
keren kak smpaoi trbawa suasana baca nya :)
BalasHapus