Jumat, 28 Maret 2014

Perjanjian Cinta #Part 2

"Aaaaarrrgghh.. Ini semua tuh gara-gara lo! Kalau kayak gini caranya, HIDUP gue bisa HANCURR!!!" Bisma berteriak kesal penuh emosi. Ia menutup pintu kamarnya dengan raut wajah seperti orang yang sedang frustasi.


Franda yang sedari tadi memang sudah berada didalam kamar Bisma mendelikkan mata sipitnya. Menatap tak kalah kesal lelaki yang baru saja sah menjadi suaminya itu.

"Apa lo lihatin gue?
Jangan lo fikir gue sudi yah nikah sama lo! Bisa sial tujuh turunan gue!!" bentak Bisma ketus.

"Pede banget sih lo!
Emangnya loe fikir lo siapa hah?
Harusnya gue yang ngomong kayak gitu. Gara-gara lo, masa depan gue jadi HANCUR!!" tiba-tiba Franda justru malah langsung membentak Bisma balik.
Bisma terkejut. Kedua bola matanya melotot kaget mendengar penuturan gadis bermata sipit itu.

"Ko lo malah sewot sih?
Mimpi apa coba gue bisa punya istri stres kayak lo! Dasar cewek stres!!" Bisma mendengus kesal.

"Enak aja lo bilang gue cewek stres!
Elo tuh cowok gila!
Dasar cungkring GILA!!"

Bisma lagi-lagi dibuat kaget tidak percaya. Ternyata dibalik wajah cantik yang terlihat anggun itu menutupi sebuah kebohongan kalau gadis bermata sipit ini sangatlah egois dan angkuh.
Buktinya saja ia sampai berani melawan Bisma dan membalikkan setiap perkataannya.

"Ngapain lo lihatin gue kayak gitu?
Gak usah bilang deh kalau ternyata lo itu naksir gue!
Lo pasti setuju kan dengan pernikahan gila ini?
Lo juga pasti seneng karna lo bisa dapetin gue, iya kan?" ketus Franda pede.

"Dih, lo tuh bener-bener cewek stres yah.
Gila! Enak aja gue setuju nikahin lo!
Kenal aja enggak, ngapain gue harus seneng nikah sama lo! Jangan kebanyakan mimpi deh lo! Dasar stres!"

Bola mata Franda langsung melotot kaget mendengar ucapan Bisma. Kedua tangannya ia kepalkan menahan rasa kesal akan sikap lelaki yang sudah sah menjadi suaminya itu.

"Kalau bukan karna kegilaan bokap lo, mungkin hal ini gak akan pernah terjadi. Jadi KALO lo mau marah, silahkan lo MARAHIN tuh bokap lo!!" jelas Bisma penuh emosi.

"Kenapa lo jadi nyalahin bokap gue?
Bukannya ini juga karna bokap lo hah?
Elo tuh emang bener-bener ngeselin yah? Sama PERCIS ngeselinnya dengan bokap lo!
Dasar cowok GILA!!" Franda menghentakkan kakinya kesal. Kemudian segera beranjak dan hendak pergi keluar dari kamar Bisma.

"Omongan cewek stres itu emang beda yah..
Gak pernah ada benernya, udah jelas-jelas lo dan bokap lo yang salah, eeh tapi malah gue dan bokap gue yang disalahin. Bener-bener cewek stres!" sindir Bisma tersenyum licik.

Sejenak langkah Franda langsung berhenti. Ia membalikkan tubuhnya. Menoleh dengan ekspresi penuh kekesalan menatap Bisma. Kedua bola matanya sampai melotot seperti ingin menelan Bisma hidup-hidup.

"Apa? Mau marah lo hah?
Lo fikir gue takut sama amarah lo?
Cewek kayak lo tuh paling kalau marah cuma bisanya ngoc.."

"AAAAAWWW!!"

"Rasain lu!!
Makanya jangan macam-macam sama gue!" kesal Franda kemudian membanting kencang pintu kamar Bisma dan berlalu meninggalkan lelaki yang dianggapnya gila itu.

"Dasar beneran cewek stres! Enak aja maen nginjek kaki gue. Mana sakit lagi. Aduuh, aww, isssh.. STRES!!" Bisma merintih memegangi kaki kanannya. Sepertinya beberapa jari kaki Bisma ada yang menjadi korban injakan dahsyat akibat ulah Franda.

Bisma kemudian mendekati tempat tidurnya. Ia duduk ditepian ranjang seraya melihat luka dikakinya akibat ulah Franda tadi.

"Yaah merah, mana sakit banget lagi.. Isssh tuh cewek beneran stres! Papah udah gila kali nikahin gue sama cewek stres kayak gitu. Awww usshh fuuh.. Aduuh sakitt" Bisma masih saja menggerutu kesal. Ia sesekali merintih seraya mengusap jari-jari kakinya dan meniupnya pelan. Injakan Franda tadi lumayan cukup kencang. Jadi menimbulkan sedikit berkas merah pada kulit kaki Bisma.


**
Sangat berbeda dengan Bisma. Sementara diruangan lain kedua orang tuanya dan orang tua Franda justru tengah berbincang. Keempatnya sedang asik dengan obrolan-obrolan kecil penuh rasa bahagia. Semuanya terlihat sangat senang penuh kebahagiaan.
Mereka sama sekali tidak tahu kalau diatas kebahagiaannya ini menyimpan dua kesedihan dan kekesalan.

"Jadi apa yang akan kamu lakukan pada putramu itu Harison? Apa yang akan kamu perbuat agar dia dan putriku bisa cepat-cepat memberi kita cucu nantinya." om Stev menatap om Haris serius peruh rasa penasaran.

"Itu sangatlah mudah Stev. Aku yakin, dalam waktu satu atau dua bulan, menantuku itu pasti akan segera hamil. Putrimu akan hamil, dan itu benih dari putraku. Mereka akan memberi kita cucu. Aku yakin itu tak akan lama lagi Stev.." jelas om Haris penuh percaya diri.

"Tapi kamu tidak akan berbuat macam-macam terhadap putriku kan? Jangan sampai Bisma nanti mengasari putriku. Awas saja dia, bisa kugantung hidup-hidup kalau berani mengasari putriku.."

"Haha, tidak Stev.. Aku hafal betul sikap putraku. Dia itu meskipun terkadang sering membuatku kesal, tapi dia memiliki hati yang baik. Dia anaknya sangat penyayang. Kalau tidak percaya tanya saja istriku. Dia itu sosok lelaki bertanggung jawab dan berjiwa besar. Jadi kamu tidak perlu khawatir. Betul kan mah?" om Haris kembali menjelaskan. Ia bertanya pada tante Casma istrinya itu meyakinkan agar ucapannya bisa om Stev percayai.

"Sebenarnya Bisma itu masih seperti anak kecil. Dia terkadang memang suka semaunya. Tapi hati dia baik. Dia penurut, buktinya saja dia tidak menolak dinikahkan dengan Franda. Tidak ada sedikitpun penolakan dari Bisma. Dia memang anak yang baik mas.." setuju tante Casma membenarkan pernyataan suaminya.

Om Stev terdiam. Bibirnya tersenyum membayangkan kebahagiaan didepan matanya. Mendengar sikap dan sifat Bisma, ia menjadi semakin yakin kalau putri kesayangannya itu akan hidup bahagia kelak.

"Kalau begitu aku percayakan putriku pada putramu Harison. Jangan sampai putramu nanti menyakiti Franda. Dia putriku satu-satunya. Putri kesayanganku. Jadi jika seandainya Bisma tertangkap olehku menyakiti putriku. Awas saja, akan kugantung dia hidup-hidup.."

"Hahaha.. Bisa saja kamu ini Stev.. Kalau nanti aku menemukan Bisma menyakiti Franda. Bukan cuma kamu yang akan menggantung dia. Tapi aku pun akan menggantungnya nanti. Jadi kamu tidak perlu khawatir Stev.."

"Haha.. Aku hanya bergurau Haris. Aku percaya, aku yakin kalau Bisma akan menjaga putriku dengan baik. Dia itu sepertimu. Dia pasti bisa menjaga istrinya dengan baik. Menjaga talit persahabatan kita, dan persaudaraan kita agar lebih kuat lagi. Aku yakin itu semua Haris.."

"Aku berharap seperti itu. Semoga Bisma dan Franda bisa tetap bersatu. Menyatukan persahabatan kita, kebersamaan keluarga kita dan menjadi penengah diantara kita. Semoga pewaris tunggal kita juga cepat hadir. Aku yakin jika cucu kita sudah lahir. Kebahagiaan keluarga kita akan lengkaplah sudah.."

"Iya aku setuju denganmu. Cucuku kelak akan menjadi warna dan nyawa bagi keluarga besar kita ini.." Om Stev mengangguk setuju.
Perbincangan serta obrolan hangat itu pun terus berlanjut sampai malam. Mereka bercakap ria diselingi canda dan tawa. Bahagia sekali mendengar obrolan dan melihat raut-raut wajah penuh kebahagiaan itu. Semuanya terlihat sangat-sangat bahagia. Padahal tanpa mereka sadari. Tindakannya ini membuat batin putra dan putrinya tertekan karna ketidak setujuan.





**
Malam kini telah larut.
Setelah ditegur oleh tante Casma ibu mertuanya. Mau tidak mau Franda harus kembali masuk kedalam kamar Bisma. Tidur disana, satu kamar bersama Bisma suaminya. Ia terlihat sangat lucu, raut wajahnya seketika langsung ditekuk penuh rasa kesal.

"Ternyata lo tuh emang gak bisa jauh dari gue yah.." Bisma tersenyum mengejek.

"Gak usah mulai lagi deh lo!
Gue lagi gak mood berantem sama cowok gila kayak lo! Jadi jangan sampai kaki lo sebelah lagi gue bikin luka juga!" ketus Franda tampak emosi.

Bisma malah menutup mulutnya. Ia menahan tawa akibat melihat ekspresi wajah marah Franda yang lucu.

"Minggir lo!!" tiba-tiba Franda mendorong tubuh Bisma kasar. Ia mendekati tempat tidur Bisma dan duduk dipinggiran tempat tidur tersebut.

"Wisssh.. Lo mau beneran gue buat hamil yah? Pake acara deket-deket gue segala.." Bisma berucap ngasal.

"Maksud lo?" Franda membolakan matanya kaget.

"Haha, biasa aja kalik!
Lagian ogah banget gue nyentuh cewek stres kayak lo! Yang ada nanti gue ikut ketularan stres, trus anak-anak gue stres semua. Ihhh kan gak banget kalo gue harus punya keturunan stres juga. Hiihhh.." Bisma bergidik geli diselingi tawa khasnya. Ia benar-benar memancing kesabaran Franda.

"Issshh.. Lo tuh beneran ngeselin yah! Lagian siapa juga yang mau lo sentuh?
Bisa gila mendadak gue yang ada. Keturunan gue juga bisa orang gila semua. Hiihhh OGAH!!" Franda bergidik geli. Ia membelakangi Bisma tanpa mau menatap lagi wajah suaminya itu.

"Kalo orang stres sama orang gila nikah, gue yakin rumah tangganya bakalan ancur. Gak lama rumah sakit jiwa jadi bertambah satu pasient. Dan itu elo. Hahaha"

"Enak aja! Lo aja sana yang masuk rumah sakit jiwa. Udah jelas-jelas lo yang gila!"

"Gila ko gak mau ngaku! Lucu banget sih lu. Haha"

"Isssh.. Lo tuh bisa diem gak sih? Mulut lo tuh kayak petasan tau gak! Nyerocos mulu, gak capek apa!!" Franda membentak emosi.

Bisma akhirnya diam. Meski tetap mulutnya tak bisa berhenti menahan tawa.

"Gue bakalan buat lo gak betah tinggal disini. Lo minta cerai dan gue bisa kembali beraktifitas normal. Gue gak mau kalau sampai masa depan gue jadi hancur dan gue relain gitu aja cuma gara-gara cewek stres kayak lo!" batin Bisma tersenyum licik. Ia kemudian merebahkan tubuhnya. Bersender pada tempat tidur dengan kedua tangan yang ia lipat dan ditaruh dibawah kepalanya sebagai bantalan kepala.

"Ini minuman apaan?" tiba-tiba Franda bertanya polos menunjuk dua gelas cairan berwarna coklat.

"Dasar cewek stres! Ngapain lo tanya itu minuman apaan? Udah jelas-jelas kalau itu coklat hangat. Stres yah lo!" Bisma kembali meledek.

"Gak usah mulai lagi deh lo! Gue tuh capek debat sama orang gila kayak lo terus, gue haus.." Franda mendelik ketus.

"Ooh jadi lo haus?.. Gue fikir cuma orang waras doang yang haus, ternyata orang stres juga bisa haus yah? Oohh gue ngerti sekarang.."

"Sekali lagi lo ngomong. Gue bakalan SIRAM coklat hangat ini ke kepala lo!" ancam Franda seraya meraih segelas coklat hangat tersebut. Bisma semakin dibuat terpingkal-pingkal menahan tawa melihatnya.

"Nih cewek kayaknya emang beneran stres, lagi marah juga masih aja ada waktu buat haus.. Hahaha mimpi apa gue bisa punya istri kayak gini. Bisa-bisa kebawa stres gue nantinya. Haha.." Bisma tertawa membatin. Ia memandang penuh tawa ekspresi wajah Franda yang tengah meneguk segelas coklat hangat yang memang tadi dibuatkan oleh tante Casma sang mamah.

"Kayaknya emang enak kalo sebelum tidur minum coklat hangat dulu.." fikir Bisma tiba-tiba. Ia kemudian meraih segelas coklat hangat yang masih utuh diatas meja kecil disamping tempat tidurnya.

"Ngiler juga kan lo? Makanya jangan marah-marah terus. Orang gila kayak lo juga kan bisa haus.. Haha" Franda rupanya ingin memulai perdebatan lagi.

Namun kali ini Bisma tidak menghiraukan. Ia tetap terus meneguk segelas penuh coklat hangat ditangannya hingga habis.

"Ahh.. Enak banget.. Eeuugg!!" Bisma bersendawa kecil. Franda hanya cengo menatap cara Bisma meminum coklat hangat tersebut yang begitu cepat seolah hanya dalah hitungan detik.

"Lo beneran kehausan?" Franda bertanya polos.

"Menurut LO?" Bisma menaruh gelas kosong itu diatas meja kecilnya kembali.

"Gak papa. Gue kan cuma tanya doang!" Franda memalingkan wajahnya ketus.

"Sekarang gue mau tidur..
Mending lo turun deh. Lo tidur dibawah sana. Jangan ganggu gue!" tiba-tiba Bisma merebahkan tubuhnya kembali diatas tempat tidur.

"Enak aja lo nyuruh gue tidur dibawah! Gue kan cewek, harusnya elo dong yang tidur dibawah, bukan gue!!" protes Franda sewot.

"Gue gak peduli, gue ngantuk. Jadi mau gak mau, suka gak suka, lo harus tetep tidur dibawah!!" jelas Bisma. Kini ia malah membalikkan tubuhnya membelakangi Franda.

"Lo tuh gak GENTLE banget sih jadi cowok! Masa lo tega-teganya nyuruh gue seorang cewek tidur dibawah!! Kan harusnya elo yang tidur dibawah, bukan gue!!" dengus Franda mulai marah kembali.

"Gue gak peduli, mau gentle kek, mau enggak kek. Yang penting badan gue gak sakit dan gue nyaman.
Atau kalau emang lo mau, lo boleh tidur disamping gue. Paling efeknya cuma dua. Kalau gak besok pagi baju lo lepas semua, ya paling sebulan kemudian lo hamil, hahaha" Bisma berucap ngasal.

"Awas aja kalo lo berani! Gue BUNUH lo hidup-hidup!!" ancam Franda emosi. Bisma masih saja tertawa terbahak. Rupanya Franda akan sangat takut dengan dua hal tersebut. Gadis bermata sipit itu kemudian mengalah. Ia turun dari tempat tidur Bisma dan beralih duduk disofa panjang yang memang terdapat didalam kamar Bisma.

"Selamat malam tres.. Baju sama celana lo pegang yang erat yah. Jangan sampai gue khilaf.. Siapa tau aja gue ngigo pas lagi tidur nanti. Jadi jangan salahin gue kalo terjadi apa-apa.." Bisma berujar ngasal diiringi senyum. Ia mulai memejamkan kedua kelopak matanya. Menutupnya rapat-rapat dengan ekspresi bibir menahan tawa.

"Awas aja kalo lo berani macem-macem sama gue. Beneran bakalan gue BUNUH lo!" ancam Franda. Ia memegang erat bajunya karna takut akan ucapan ngasal Bisma barusan.

"Hahaha. Gue yakin lo gak akan bisa tidur dengan nyenyak malam ini. Rasain lu! Lagian siapa suruh lo ngancurin masa depan gue. Dasar cewek stres!" Bisma membatin puas sebelum ia benar-benar tertidur dan pulas dialam mimpinya.





**
Malam kini semakin larut. Sepasang suami istri ini tampaknya belum juga bisa terlelap. Keduanya sama-sama terlihat gusar, gelisah dan merasa tidak tenang.

"Lo tuh bisa diem gak sih? Berisik banget dari tadi, gak tau apa kalau gue jadi keganggu!!" bentak Bisma kesal.

Franda hanya diam. Wajahnya seperti ingin menangis. Entah kenapa tapi sepertinya ia sangat tidak nyaman tidur diatas sofa.

"Issh, kenapa ruangan kamar gue jadi panas gini sih.. Padahal ac nya udah gue nyalain dari tadi.." Bisma membuka selimut tebalnya. Kaos merah yang melekat dibadannya ia lepas dan lempar kesembarang tempat. Remote ac nya pun ia ambil untuk menambah suhu diruangan kamarnya agar tidak terasa gerah dan panas.

"Gue fikir cuma gue doang yang kepanasan, ternyata orang gila kayak lo bisa kegerahan juga!" tiba-tiba Franda berucap. Dua kancing bajunya sudah ia lepas dari tadi. Tangan kanannya ia kibaskan agar menciptakan angin yang bisa membuat dirinya tidak merasa panas.

"Kayaknya ada yang aneh deh.." fikir Bisma bingung.

Franda menoleh kaget. Ia buru-buru melihat kancing bajunya. Menutupnya kembali karna mungkin keanehan yang Bisma maksud adalah kancing bajunya yang tidak sengaja terlepas.

"Lo jangan macem-macem ya, kalau sampai lo berani macem-macem. Gue bakalan teriak!" ancam Franda mulai takut.

Namun Bisma tidak berucap. Ia malah diam. Memandang badannya sendiri yang sudah bertelanjang dada karna kaos merahnya ia lepas tadi.
Ia kemudian mengalihkan pandangannya. Menatap Franda dan melirik kedua tangan Franda yang diletakkan didepan dada itu.

"Gue bilang LO jangan macam-macam!!" Franda kembali berteriak. Ia semakin ketakutan. Selimut kecil didekatnya ia raih dan ia gunakan untuk menutupi badannya yang sebenarnya masih berpakaian sangat lengkap.

Bisma lagi-lagi malah diam. Memandangi tubuh Franda dari atas hingga bawah. Ludahnya ia telan kasar.
"Ko gue jadi kayak gini sih? Tubuhnya mendadak seksi banget dimata gue. Wajahnya juga cantik. Aaarrggh!! Apaan sih? Gak-gak! Gue gak boleh ngapa-ngapain tuh cewek stres! Enggak!!" batinnya seolah ingin sekali membuang fikiran negatif didalam kepalanya. Fikiran Bisma rupanya mulai kacau. Entah karna apa, karna ia sendiri tidak tahu.

"Buat istrimu sesegera mungkin hamil Bisma.
Papah akan membiarkanmu kembali berkuliah jika kamu sudah bisa memberikan papah cucu.
Kamu dan Franda kelak bisa kembali beraktifitas seperti biasanya. Kalian bisa berkuliah lagi, mengejar impian kalian juga. Biar nanti papah dan mamah juga kedua orang tua Franda yang akan merawat anak kalian.."

"Benar Bisma. Secepatnya buat putri kesayangan papah hamil. Buat istrimu itu hamil. Kamu tidak perlu enggan dan ragu untuk menyentuhnya. Dia istrimu, dia sudah menjadi istri yang sah untukmu. Jadi jangan ragu lagi. Lakukan, dan berikan kita yang terbaik. Papah dan papahmu sangat menunggu buah cinta kalian nanti."

"Mamah sama mamahnya Franda juga sudah menunggu Bis. Cepat berikan kita cucu yah? Anak kamu dan Franda pasti akan sangat lucu. Mamah sudah tidak sabar Bisma.."

"Haha benar mba, saya juga sudah tidak sabar ingin menggendong anaknya Bisma dan Franda nanti.."


"GLEK!!"

Tiba-tiba Bisma kembali menelan ludahnya. Fkirannya benar-benar semakin kacau. Keringan dingin pun mulai keluar dari keningnya. Ucapan demi ucapan yang didengarnya sore tadi seolah terus terngiang dibenaknya. Otaknya seolah tidak bisa berfikir dengan jernih lagi.

"Buat Franda secepatnya hamil Bisma.
Seorang perempuan itu pasti akan langsung luluh hatinya jika didalam rahimnya sudah hadir benih dari cinta kalian.
Franda nantinya akan luluh. Jangan takut untuk mewujudkan impian papah. Pejamkan matamu, lalu lakukan dengan lembut.."

"Ayo lakukan.. Tidak perlu takut. Ini bukan sebuah dosa besar karna kalian sudah resmi dan sah sebagai suami istri.."

Bisma mulai beranjak turun dari tempat tidurnya. Kedua bola matanya menatap Franda tajam. Ia seolah merasa ada yang terus menyuruhnya agar membujuk Franda. Dirinya pun sudah dikuasai oleh nafsu yang ia sendiri tidak tahu kenapa bisa menjadi seperti itu.

"B..Bis, e..elo mau ngapain?" Franda bertanya takut.

Bisma tidak menjawab. Ia terus melangkah dan melangkah. Mendekali Franda tanpa mengedipkan matanya.

"E..elo jangan macam-macam.
G..gue gak mau kalau sampai lo berbuat yang macam-macam.. G..gue gak akan maafin lo kalau sampai lo apa-apain gue.
S..seumur hidup, gue gak akan maafin lo!" Franda mengancam diiringi rasa takut. Sebenarnya tubuhnya sendiri terasa panas dan gerah. Entah karna apa, tapi sepertinya memang ada yang tidak beres dengan kedua insan ini.

"AAARRGGHH!! Enggak Bisma enggak!!
Lo gak boleh kayak gini, ini hanya akan mempersulit hidup lo sendiri, jadi jangan pernah lakuin hal itu, JANGAN!!" Bisma berteriak dalam hati. Ia menjambak rambutnya dan menghentikan aksinya yang hampir saja tidak bisa ia kendalikan itu.

"T..tapi.. Hidup gue bisa terbebas kayak dulu lagi kalau bisa buat cewek stres itu hamil dan kasih papah sama papah cucu. Setelah anak itu lahir, gue bisa kuliah lagi, nerusin impian dan cita-cita gue. J..jadi...?"

Bisma kembali memandang Franda lekat. Otaknya sudah mengalami kekosletan. Mungkin ada beberapa kabel syaraf diotaknya yang terbelit dan putus, makanya ia menjadi seperti ini(?)

"Sumpah demi apapun, kalau sampai terjadi apa-apa sama gue. Gue gak akan pernah maafin lo! Seumur hidup gue, dan sampai kapan pun!!" Franda membatin penuh emosi dan rasa takut akan sikap Bisma yang dilihatnya aneh dan menakutkan itu.



**
"Ko papah dari tadi senyam-senyum terus?" tante Casma menoleh bingung akan sikap suaminya itu.

"Tidak mah.. Papah hanya sedang membayangkan lucunya cucu kita saja.." om Haris tersenyum lebar.

"Cucu?" tante Casma mengerutkan keningnya bingung.

"Benar mah cucu. Tidak lama lagi Bisma dan Franda pasti akan memberi kita cucu. Papah sangat yakin itu.." jelas om Haris kembali tersenyum lebar.

Tante Casma hanya diam. Ia masih bingung terhadap ucapan suaminya yang entah kenapa bisa seyakin itu. Padahal ia sendiri tidak begitu yakin kalau Bisma dan Franda bisa secepatnya memberi mereka cucu.

"Obat itu pasti sudah bereaksi..
Aku sengaja mencampurkan obat itu pada minuman Franda dan Bisma tadi. Dengan minuman itu, cucuku tak lama lagi pasti akan hadir.. Haha aku sangat yakin itu.." om Haris membatin penuh keyakinan dan rasa senang. Ia tidak memikirkan kalau karna obat yang dicampurkannya fikiran Bisma justru malah menjadi kacau dan tidak bisa terkontrol. Ayah satu anak ini seolah benar-benar menjadi gila karna keinginan memiliki cucu yang terlalu berlebihan.






Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p