"Aaaaarrrgghh.. Ini semua tuh gara-gara lo! Kalau kayak gini caranya,
HIDUP gue bisa HANCURR!!!" Bisma berteriak kesal penuh emosi. Ia menutup
pintu kamarnya dengan raut wajah seperti orang yang sedang frustasi.
Franda yang sedari tadi memang sudah berada didalam kamar Bisma
mendelikkan mata sipitnya. Menatap tak kalah kesal lelaki yang baru saja
sah menjadi suaminya itu.
"Apa lo lihatin gue?
Jangan lo fikir gue sudi yah nikah sama lo! Bisa sial tujuh turunan gue!!" bentak Bisma ketus.
"Pede banget sih lo!
Emangnya loe fikir lo siapa hah?
Harusnya gue yang ngomong kayak gitu. Gara-gara lo, masa depan gue
jadi HANCUR!!" tiba-tiba Franda justru malah langsung membentak Bisma
balik.
Bisma terkejut. Kedua bola matanya melotot kaget mendengar penuturan gadis bermata sipit itu.
"Ko lo malah sewot sih?
Mimpi apa coba gue bisa punya istri stres kayak lo! Dasar cewek stres!!" Bisma mendengus kesal.
"Enak aja lo bilang gue cewek stres!
Elo tuh cowok gila!
Dasar cungkring GILA!!"
Bisma lagi-lagi dibuat kaget tidak percaya. Ternyata dibalik wajah
cantik yang terlihat anggun itu menutupi sebuah kebohongan kalau gadis
bermata sipit ini sangatlah egois dan angkuh.
Buktinya saja ia sampai berani melawan Bisma dan membalikkan setiap perkataannya.
"Ngapain lo lihatin gue kayak gitu?
Gak usah bilang deh kalau ternyata lo itu naksir gue!
Lo pasti setuju kan dengan pernikahan gila ini?
Lo juga pasti seneng karna lo bisa dapetin gue, iya kan?" ketus Franda pede.
"Dih, lo tuh bener-bener cewek stres yah.
Gila! Enak aja gue setuju nikahin lo!
Kenal aja enggak, ngapain gue harus seneng nikah sama lo! Jangan kebanyakan mimpi deh lo! Dasar stres!"
Bola mata Franda langsung melotot kaget mendengar ucapan Bisma.
Kedua tangannya ia kepalkan menahan rasa kesal akan sikap lelaki yang
sudah sah menjadi suaminya itu.
"Kalau bukan karna kegilaan bokap lo, mungkin hal ini gak akan
pernah terjadi. Jadi KALO lo mau marah, silahkan lo MARAHIN tuh bokap
lo!!" jelas Bisma penuh emosi.
"Kenapa lo jadi nyalahin bokap gue?
Bukannya ini juga karna bokap lo hah?
Elo tuh emang bener-bener ngeselin yah? Sama PERCIS ngeselinnya dengan bokap lo!
Dasar cowok GILA!!" Franda menghentakkan kakinya kesal. Kemudian segera beranjak dan hendak pergi keluar dari kamar Bisma.
"Omongan cewek stres itu emang beda yah..
Gak pernah ada benernya, udah jelas-jelas lo dan bokap lo yang
salah, eeh tapi malah gue dan bokap gue yang disalahin. Bener-bener
cewek stres!" sindir Bisma tersenyum licik.
Sejenak langkah Franda langsung berhenti. Ia membalikkan tubuhnya.
Menoleh dengan ekspresi penuh kekesalan menatap Bisma. Kedua bola
matanya sampai melotot seperti ingin menelan Bisma hidup-hidup.
"Apa? Mau marah lo hah?
Lo fikir gue takut sama amarah lo?
Cewek kayak lo tuh paling kalau marah cuma bisanya ngoc.."
"AAAAAWWW!!"
"Rasain lu!!
Makanya jangan macam-macam sama gue!" kesal Franda kemudian
membanting kencang pintu kamar Bisma dan berlalu meninggalkan lelaki
yang dianggapnya gila itu.
"Dasar beneran cewek stres! Enak aja maen nginjek kaki gue. Mana
sakit lagi. Aduuh, aww, isssh.. STRES!!" Bisma merintih memegangi kaki
kanannya. Sepertinya beberapa jari kaki Bisma ada yang menjadi korban
injakan dahsyat akibat ulah Franda.
Bisma kemudian mendekati tempat tidurnya. Ia duduk ditepian ranjang seraya melihat luka dikakinya akibat ulah Franda tadi.
"Yaah merah, mana sakit banget lagi.. Isssh tuh cewek beneran stres!
Papah udah gila kali nikahin gue sama cewek stres kayak gitu. Awww
usshh fuuh.. Aduuh sakitt" Bisma masih saja menggerutu kesal. Ia
sesekali merintih seraya mengusap jari-jari kakinya dan meniupnya pelan.
Injakan Franda tadi lumayan cukup kencang. Jadi menimbulkan sedikit
berkas merah pada kulit kaki Bisma.
**
Sangat berbeda dengan Bisma. Sementara diruangan lain kedua orang
tuanya dan orang tua Franda justru tengah berbincang. Keempatnya sedang
asik dengan obrolan-obrolan kecil penuh rasa bahagia. Semuanya terlihat
sangat senang penuh kebahagiaan.
Mereka sama sekali tidak tahu kalau diatas kebahagiaannya ini menyimpan dua kesedihan dan kekesalan.
"Jadi apa yang akan kamu lakukan pada putramu itu Harison? Apa yang
akan kamu perbuat agar dia dan putriku bisa cepat-cepat memberi kita
cucu nantinya." om Stev menatap om Haris serius peruh rasa penasaran.
"Itu sangatlah mudah Stev. Aku yakin, dalam waktu satu atau dua
bulan, menantuku itu pasti akan segera hamil. Putrimu akan hamil, dan
itu benih dari putraku. Mereka akan memberi kita cucu. Aku yakin itu tak
akan lama lagi Stev.." jelas om Haris penuh percaya diri.
"Tapi kamu tidak akan berbuat macam-macam terhadap putriku kan?
Jangan sampai Bisma nanti mengasari putriku. Awas saja dia, bisa
kugantung hidup-hidup kalau berani mengasari putriku.."
"Haha, tidak Stev.. Aku hafal betul sikap putraku. Dia itu meskipun
terkadang sering membuatku kesal, tapi dia memiliki hati yang baik. Dia
anaknya sangat penyayang. Kalau tidak percaya tanya saja istriku. Dia
itu sosok lelaki bertanggung jawab dan berjiwa besar. Jadi kamu tidak
perlu khawatir. Betul kan mah?" om Haris kembali menjelaskan. Ia
bertanya pada tante Casma istrinya itu meyakinkan agar ucapannya bisa om
Stev percayai.
"Sebenarnya Bisma itu masih seperti anak kecil. Dia terkadang memang
suka semaunya. Tapi hati dia baik. Dia penurut, buktinya saja dia tidak
menolak dinikahkan dengan Franda. Tidak ada sedikitpun penolakan dari
Bisma. Dia memang anak yang baik mas.." setuju tante Casma membenarkan
pernyataan suaminya.
Om Stev terdiam. Bibirnya tersenyum membayangkan kebahagiaan didepan
matanya. Mendengar sikap dan sifat Bisma, ia menjadi semakin yakin
kalau putri kesayangannya itu akan hidup bahagia kelak.
"Kalau begitu aku percayakan putriku pada putramu Harison. Jangan
sampai putramu nanti menyakiti Franda. Dia putriku satu-satunya. Putri
kesayanganku. Jadi jika seandainya Bisma tertangkap olehku menyakiti
putriku. Awas saja, akan kugantung dia hidup-hidup.."
"Hahaha.. Bisa saja kamu ini Stev.. Kalau nanti aku menemukan Bisma
menyakiti Franda. Bukan cuma kamu yang akan menggantung dia. Tapi aku
pun akan menggantungnya nanti. Jadi kamu tidak perlu khawatir Stev.."
"Haha.. Aku hanya bergurau Haris. Aku percaya, aku yakin kalau Bisma
akan menjaga putriku dengan baik. Dia itu sepertimu. Dia pasti bisa
menjaga istrinya dengan baik. Menjaga talit persahabatan kita, dan
persaudaraan kita agar lebih kuat lagi. Aku yakin itu semua Haris.."
"Aku berharap seperti itu. Semoga Bisma dan Franda bisa tetap
bersatu. Menyatukan persahabatan kita, kebersamaan keluarga kita dan
menjadi penengah diantara kita. Semoga pewaris tunggal kita juga cepat
hadir. Aku yakin jika cucu kita sudah lahir. Kebahagiaan keluarga kita
akan lengkaplah sudah.."
"Iya aku setuju denganmu. Cucuku kelak akan menjadi warna dan nyawa bagi keluarga besar kita ini.." Om Stev mengangguk setuju.
Perbincangan serta obrolan hangat itu pun terus berlanjut sampai
malam. Mereka bercakap ria diselingi canda dan tawa. Bahagia sekali
mendengar obrolan dan melihat raut-raut wajah penuh kebahagiaan itu.
Semuanya terlihat sangat-sangat bahagia. Padahal tanpa mereka sadari.
Tindakannya ini membuat batin putra dan putrinya tertekan karna ketidak
setujuan.
**
Malam kini telah larut.
Setelah ditegur oleh tante Casma ibu mertuanya. Mau tidak mau Franda
harus kembali masuk kedalam kamar Bisma. Tidur disana, satu kamar
bersama Bisma suaminya. Ia terlihat sangat lucu, raut wajahnya seketika
langsung ditekuk penuh rasa kesal.
"Ternyata lo tuh emang gak bisa jauh dari gue yah.." Bisma tersenyum mengejek.
"Gak usah mulai lagi deh lo!
Gue lagi gak mood berantem sama cowok gila kayak lo! Jadi jangan
sampai kaki lo sebelah lagi gue bikin luka juga!" ketus Franda tampak
emosi.
Bisma malah menutup mulutnya. Ia menahan tawa akibat melihat ekspresi wajah marah Franda yang lucu.
"Minggir lo!!" tiba-tiba Franda mendorong tubuh Bisma kasar. Ia
mendekati tempat tidur Bisma dan duduk dipinggiran tempat tidur
tersebut.
"Wisssh.. Lo mau beneran gue buat hamil yah? Pake acara deket-deket gue segala.." Bisma berucap ngasal.
"Maksud lo?" Franda membolakan matanya kaget.
"Haha, biasa aja kalik!
Lagian ogah banget gue nyentuh cewek stres kayak lo! Yang ada nanti
gue ikut ketularan stres, trus anak-anak gue stres semua. Ihhh kan gak
banget kalo gue harus punya keturunan stres juga. Hiihhh.." Bisma
bergidik geli diselingi tawa khasnya. Ia benar-benar memancing kesabaran
Franda.
"Issshh.. Lo tuh beneran ngeselin yah! Lagian siapa juga yang mau lo sentuh?
Bisa gila mendadak gue yang ada. Keturunan gue juga bisa orang gila
semua. Hiihhh OGAH!!" Franda bergidik geli. Ia membelakangi Bisma tanpa
mau menatap lagi wajah suaminya itu.
"Kalo orang stres sama orang gila nikah, gue yakin rumah tangganya
bakalan ancur. Gak lama rumah sakit jiwa jadi bertambah satu pasient.
Dan itu elo. Hahaha"
"Enak aja! Lo aja sana yang masuk rumah sakit jiwa. Udah jelas-jelas lo yang gila!"
"Gila ko gak mau ngaku! Lucu banget sih lu. Haha"
"Isssh.. Lo tuh bisa diem gak sih? Mulut lo tuh kayak petasan tau gak! Nyerocos mulu, gak capek apa!!" Franda membentak emosi.
Bisma akhirnya diam. Meski tetap mulutnya tak bisa berhenti menahan tawa.
"Gue bakalan buat lo gak betah tinggal disini. Lo minta cerai dan
gue bisa kembali beraktifitas normal. Gue gak mau kalau sampai masa
depan gue jadi hancur dan gue relain gitu aja cuma gara-gara cewek stres
kayak lo!" batin Bisma tersenyum licik. Ia kemudian merebahkan
tubuhnya. Bersender pada tempat tidur dengan kedua tangan yang ia lipat
dan ditaruh dibawah kepalanya sebagai bantalan kepala.
"Ini minuman apaan?" tiba-tiba Franda bertanya polos menunjuk dua gelas cairan berwarna coklat.
"Dasar cewek stres! Ngapain lo tanya itu minuman apaan? Udah
jelas-jelas kalau itu coklat hangat. Stres yah lo!" Bisma kembali
meledek.
"Gak usah mulai lagi deh lo! Gue tuh capek debat sama orang gila kayak lo terus, gue haus.." Franda mendelik ketus.
"Ooh jadi lo haus?.. Gue fikir cuma orang waras doang yang haus,
ternyata orang stres juga bisa haus yah? Oohh gue ngerti sekarang.."
"Sekali lagi lo ngomong. Gue bakalan SIRAM coklat hangat ini ke
kepala lo!" ancam Franda seraya meraih segelas coklat hangat tersebut.
Bisma semakin dibuat terpingkal-pingkal menahan tawa melihatnya.
"Nih cewek kayaknya emang beneran stres, lagi marah juga masih aja
ada waktu buat haus.. Hahaha mimpi apa gue bisa punya istri kayak gini.
Bisa-bisa kebawa stres gue nantinya. Haha.." Bisma tertawa membatin. Ia
memandang penuh tawa ekspresi wajah Franda yang tengah meneguk segelas
coklat hangat yang memang tadi dibuatkan oleh tante Casma sang mamah.
"Kayaknya emang enak kalo sebelum tidur minum coklat hangat dulu.."
fikir Bisma tiba-tiba. Ia kemudian meraih segelas coklat hangat yang
masih utuh diatas meja kecil disamping tempat tidurnya.
"Ngiler juga kan lo? Makanya jangan marah-marah terus. Orang gila
kayak lo juga kan bisa haus.. Haha" Franda rupanya ingin memulai
perdebatan lagi.
Namun kali ini Bisma tidak menghiraukan. Ia tetap terus meneguk segelas penuh coklat hangat ditangannya hingga habis.
"Ahh.. Enak banget.. Eeuugg!!" Bisma bersendawa kecil. Franda hanya
cengo menatap cara Bisma meminum coklat hangat tersebut yang begitu
cepat seolah hanya dalah hitungan detik.
"Lo beneran kehausan?" Franda bertanya polos.
"Menurut LO?" Bisma menaruh gelas kosong itu diatas meja kecilnya kembali.
"Gak papa. Gue kan cuma tanya doang!" Franda memalingkan wajahnya ketus.
"Sekarang gue mau tidur..
Mending lo turun deh. Lo tidur dibawah sana. Jangan ganggu gue!"
tiba-tiba Bisma merebahkan tubuhnya kembali diatas tempat tidur.
"Enak aja lo nyuruh gue tidur dibawah! Gue kan cewek, harusnya elo dong yang tidur dibawah, bukan gue!!" protes Franda sewot.
"Gue gak peduli, gue ngantuk. Jadi mau gak mau, suka gak suka, lo
harus tetep tidur dibawah!!" jelas Bisma. Kini ia malah membalikkan
tubuhnya membelakangi Franda.
"Lo tuh gak GENTLE banget sih jadi cowok! Masa lo tega-teganya
nyuruh gue seorang cewek tidur dibawah!! Kan harusnya elo yang tidur
dibawah, bukan gue!!" dengus Franda mulai marah kembali.
"Gue gak peduli, mau gentle kek, mau enggak kek. Yang penting badan gue gak sakit dan gue nyaman.
Atau kalau emang lo mau, lo boleh tidur disamping gue. Paling
efeknya cuma dua. Kalau gak besok pagi baju lo lepas semua, ya paling
sebulan kemudian lo hamil, hahaha" Bisma berucap ngasal.
"Awas aja kalo lo berani! Gue BUNUH lo hidup-hidup!!" ancam Franda
emosi. Bisma masih saja tertawa terbahak. Rupanya Franda akan sangat
takut dengan dua hal tersebut. Gadis bermata sipit itu kemudian
mengalah. Ia turun dari tempat tidur Bisma dan beralih duduk disofa
panjang yang memang terdapat didalam kamar Bisma.
"Selamat malam tres.. Baju sama celana lo pegang yang erat yah.
Jangan sampai gue khilaf.. Siapa tau aja gue ngigo pas lagi tidur nanti.
Jadi jangan salahin gue kalo terjadi apa-apa.." Bisma berujar ngasal
diiringi senyum. Ia mulai memejamkan kedua kelopak matanya. Menutupnya
rapat-rapat dengan ekspresi bibir menahan tawa.
"Awas aja kalo lo berani macem-macem sama gue. Beneran bakalan gue
BUNUH lo!" ancam Franda. Ia memegang erat bajunya karna takut akan
ucapan ngasal Bisma barusan.
"Hahaha. Gue yakin lo gak akan bisa tidur dengan nyenyak malam ini.
Rasain lu! Lagian siapa suruh lo ngancurin masa depan gue. Dasar cewek
stres!" Bisma membatin puas sebelum ia benar-benar tertidur dan pulas
dialam mimpinya.
**
Malam kini semakin larut. Sepasang suami istri ini tampaknya belum
juga bisa terlelap. Keduanya sama-sama terlihat gusar, gelisah dan
merasa tidak tenang.
"Lo tuh bisa diem gak sih? Berisik banget dari tadi, gak tau apa kalau gue jadi keganggu!!" bentak Bisma kesal.
Franda hanya diam. Wajahnya seperti ingin menangis. Entah kenapa tapi sepertinya ia sangat tidak nyaman tidur diatas sofa.
"Issh, kenapa ruangan kamar gue jadi panas gini sih.. Padahal ac nya
udah gue nyalain dari tadi.." Bisma membuka selimut tebalnya. Kaos
merah yang melekat dibadannya ia lepas dan lempar kesembarang tempat.
Remote ac nya pun ia ambil untuk menambah suhu diruangan kamarnya agar
tidak terasa gerah dan panas.
"Gue fikir cuma gue doang yang kepanasan, ternyata orang gila kayak
lo bisa kegerahan juga!" tiba-tiba Franda berucap. Dua kancing bajunya
sudah ia lepas dari tadi. Tangan kanannya ia kibaskan agar menciptakan
angin yang bisa membuat dirinya tidak merasa panas.
"Kayaknya ada yang aneh deh.." fikir Bisma bingung.
Franda menoleh kaget. Ia buru-buru melihat kancing bajunya.
Menutupnya kembali karna mungkin keanehan yang Bisma maksud adalah
kancing bajunya yang tidak sengaja terlepas.
"Lo jangan macem-macem ya, kalau sampai lo berani macem-macem. Gue bakalan teriak!" ancam Franda mulai takut.
Namun Bisma tidak berucap. Ia malah diam. Memandang badannya sendiri
yang sudah bertelanjang dada karna kaos merahnya ia lepas tadi.
Ia kemudian mengalihkan pandangannya. Menatap Franda dan melirik kedua tangan Franda yang diletakkan didepan dada itu.
"Gue bilang LO jangan macam-macam!!" Franda kembali berteriak. Ia
semakin ketakutan. Selimut kecil didekatnya ia raih dan ia gunakan untuk
menutupi badannya yang sebenarnya masih berpakaian sangat lengkap.
Bisma lagi-lagi malah diam. Memandangi tubuh Franda dari atas hingga bawah. Ludahnya ia telan kasar.
"Ko gue jadi kayak gini sih? Tubuhnya mendadak seksi banget dimata
gue. Wajahnya juga cantik. Aaarrggh!! Apaan sih? Gak-gak! Gue gak boleh
ngapa-ngapain tuh cewek stres! Enggak!!" batinnya seolah ingin sekali
membuang fikiran negatif didalam kepalanya. Fikiran Bisma rupanya mulai
kacau. Entah karna apa, karna ia sendiri tidak tahu.
"Buat istrimu sesegera mungkin hamil Bisma.
Papah akan membiarkanmu kembali berkuliah jika kamu sudah bisa memberikan papah cucu.
Kamu dan Franda kelak bisa kembali beraktifitas seperti biasanya.
Kalian bisa berkuliah lagi, mengejar impian kalian juga. Biar nanti
papah dan mamah juga kedua orang tua Franda yang akan merawat anak
kalian.."
"Benar Bisma. Secepatnya buat putri kesayangan papah hamil. Buat
istrimu itu hamil. Kamu tidak perlu enggan dan ragu untuk menyentuhnya.
Dia istrimu, dia sudah menjadi istri yang sah untukmu. Jadi jangan ragu
lagi. Lakukan, dan berikan kita yang terbaik. Papah dan papahmu sangat
menunggu buah cinta kalian nanti."
"Mamah sama mamahnya Franda juga sudah menunggu Bis. Cepat berikan
kita cucu yah? Anak kamu dan Franda pasti akan sangat lucu. Mamah sudah
tidak sabar Bisma.."
"Haha benar mba, saya juga sudah tidak sabar ingin menggendong anaknya Bisma dan Franda nanti.."
"GLEK!!"
Tiba-tiba Bisma kembali menelan ludahnya. Fkirannya benar-benar
semakin kacau. Keringan dingin pun mulai keluar dari keningnya. Ucapan
demi ucapan yang didengarnya sore tadi seolah terus terngiang
dibenaknya. Otaknya seolah tidak bisa berfikir dengan jernih lagi.
"Buat Franda secepatnya hamil Bisma.
Seorang perempuan itu pasti akan langsung luluh hatinya jika didalam rahimnya sudah hadir benih dari cinta kalian.
Franda nantinya akan luluh. Jangan takut untuk mewujudkan impian papah. Pejamkan matamu, lalu lakukan dengan lembut.."
"Ayo lakukan.. Tidak perlu takut. Ini bukan sebuah dosa besar karna kalian sudah resmi dan sah sebagai suami istri.."
Bisma mulai beranjak turun dari tempat tidurnya. Kedua bola matanya
menatap Franda tajam. Ia seolah merasa ada yang terus menyuruhnya agar
membujuk Franda. Dirinya pun sudah dikuasai oleh nafsu yang ia sendiri
tidak tahu kenapa bisa menjadi seperti itu.
"B..Bis, e..elo mau ngapain?" Franda bertanya takut.
Bisma tidak menjawab. Ia terus melangkah dan melangkah. Mendekali Franda tanpa mengedipkan matanya.
"E..elo jangan macam-macam.
G..gue gak mau kalau sampai lo berbuat yang macam-macam.. G..gue gak akan maafin lo kalau sampai lo apa-apain gue.
S..seumur hidup, gue gak akan maafin lo!" Franda mengancam diiringi
rasa takut. Sebenarnya tubuhnya sendiri terasa panas dan gerah. Entah
karna apa, tapi sepertinya memang ada yang tidak beres dengan kedua
insan ini.
"AAARRGGHH!! Enggak Bisma enggak!!
Lo gak boleh kayak gini, ini hanya akan mempersulit hidup lo
sendiri, jadi jangan pernah lakuin hal itu, JANGAN!!" Bisma berteriak
dalam hati. Ia menjambak rambutnya dan menghentikan aksinya yang hampir
saja tidak bisa ia kendalikan itu.
"T..tapi.. Hidup gue bisa terbebas kayak dulu lagi kalau bisa buat
cewek stres itu hamil dan kasih papah sama papah cucu. Setelah anak itu
lahir, gue bisa kuliah lagi, nerusin impian dan cita-cita gue.
J..jadi...?"
Bisma kembali memandang Franda lekat. Otaknya sudah mengalami
kekosletan. Mungkin ada beberapa kabel syaraf diotaknya yang terbelit
dan putus, makanya ia menjadi seperti ini(?)
"Sumpah demi apapun, kalau sampai terjadi apa-apa sama gue. Gue gak
akan pernah maafin lo! Seumur hidup gue, dan sampai kapan pun!!" Franda
membatin penuh emosi dan rasa takut akan sikap Bisma yang dilihatnya
aneh dan menakutkan itu.
**
"Ko papah dari tadi senyam-senyum terus?" tante Casma menoleh bingung akan sikap suaminya itu.
"Tidak mah.. Papah hanya sedang membayangkan lucunya cucu kita saja.." om Haris tersenyum lebar.
"Cucu?" tante Casma mengerutkan keningnya bingung.
"Benar mah cucu. Tidak lama lagi Bisma dan Franda pasti akan memberi
kita cucu. Papah sangat yakin itu.." jelas om Haris kembali tersenyum
lebar.
Tante Casma hanya diam. Ia masih bingung terhadap ucapan suaminya
yang entah kenapa bisa seyakin itu. Padahal ia sendiri tidak begitu
yakin kalau Bisma dan Franda bisa secepatnya memberi mereka cucu.
"Obat itu pasti sudah bereaksi..
Aku sengaja mencampurkan obat itu pada minuman Franda dan Bisma
tadi. Dengan minuman itu, cucuku tak lama lagi pasti akan hadir.. Haha
aku sangat yakin itu.." om Haris membatin penuh keyakinan dan rasa
senang. Ia tidak memikirkan kalau karna obat yang dicampurkannya fikiran
Bisma justru malah menjadi kacau dan tidak bisa terkontrol. Ayah satu
anak ini seolah benar-benar menjadi gila karna keinginan memiliki cucu
yang terlalu berlebihan.
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p