"Pokoknya papah tidak mau tahu. Kuliah kalian terpaksa dihentikan selama
satu tahun. Kalian tidak boleh kuliah dahulu sebelum kalian memberika
kita cucu. Kalian harus punya anak. Baru boleh meneruskan kuliah lagi!
Atau tidak akan selamanya kamu juga Franda untuk berkuliah lagi!" tegas
om Harison berbicara serius pada putra semata wayang juga menantu
kesayangannya itu.
"Betul! Kamu dan Bisma harus memberikan kita cucu. Kalau cucu kita
sudah lahir nanti. Kalian baru akan diperbolehkan untuk berkuliah
kembali. Tapi jika hal itu tidak juga terjadi. Jangan salahkan papah
jika kamu atau pun Bisma tidak bisa berkuliah lagi untuk selamanya."
ujar Om Stev menambahi.
Bisma dan Franda hanya diam. Saling menelan ludahnya masing-masing. Keduanya menoleh menatap penuh rasa kesal dan benci.
"Bagaimana? Apa kalian sudah siap untuk waktu yang kami berikan
selama satu tahun? Mungkin jika Bisma sudah menyentuh kamu Franda, waktu
satu tahun itu akan berkurang. Usia kehamilan normal itu selama
sembilan bulan. Jadi jika kalian ingin cepat kembali berkuliah. Maka
cepatlah Bisma kamu buat Franda hamil dan berikan kami cucu. Itu akan
membuatnya lebih mudah" om Harison kembali berujar. Ia begitu
menyepelekan sekali hal yang hampir membuat putra dan menantunya
setengah gila ini. Semuanya ia anggap enteng. Ia sampai tidak
mempedulikan bagaimana perasaan Bisma dan Franda karena ulahnya juga om
Stev ini.
"Semalam gue udah nyentuh Franda. Meski itu sebuah kecelakaan karna
gue gak sengaja. Tapi kalau itu bisa bikin dia hamil, berati gue gak
perlu nyentuh cewek stres itu lagi. Jadi? Gue rasa gue gak perlu harus
nunggu satu tahun buat bisa kuliah lagi.." Bisma membatin penuh
kemenangan.
"Enak aja satu tahun! Emangnya satu tahun itu sebentar. Itu kan lama
banget. Lagian siapa juga yang mau hamil, sampe dunia kiamat juga gue
gak mau hamil kalau sama cowok gila kayak dia. Amit-amit tujuh turunan
deh. Pokoknya gue gak mau dan gak akan pernah mau!" Franda menggerutu
dalam hati. Wajahnya sama sekali tidak mau menatap Bisma yang menurutnya
sangat menyebalkan itu.
"Oke! Diam berati kalian setuju. Sore ini kalian sudah boleh tinggal
dirumah baru kalian. Papah sudah membelikan satu rumah mewah untuk
kalian tinggali. Satu mobil baru, dan satu kunci cumah mewah tersebut.
Disana tidak ada pembantu yang menginap. Jadi kalian akan lebih leluasa
untuk memulai usaha memberikan kita cucu nanti. Ingat Bis! Papah tidak
main-main. Kalau kalian main-main. Papah dan pak Stev sepakat tidak akan
menganggap kalian sebagai anak lagi. Jadi papah harap kalian tidak
main-main akan hal ini!!" jelas om Harison serius. Bisma dan Franda
kembali menelan ludahnya. Rasanya ingin sekali ia berteriak dan marah
akan perlakuan om Harison serta om Stev yang seenaknya ini.
"Ini kunci mobil dan kunci rumah baru kalian. Baju-baju kalian nanti
akan dibawa oleh pak Amir sopir pribadi papah. Mungkin lebih baik tidak
perlu ada pembantu atau sopir disana. Kalian bisa dengan leluasa
tinggal disana dan beromantisan nanti. Bulan depan kita semua akan
kesana. Menunggu hasil dari kerja keras kamu, kalau Franda belum hamil
juga. Papah akan periksakan kamu ke Dokter!" om Stev menepuk punggung
Bisma. Ia memberikan kunci rumah mewah serta kunci mobil baru untuk
Bisma dan Franda. Rupanya semua ini sudah direncanakan sangat matang.
Bisma dan Franda sendiri sampai tercengang mendengar apa yang diucapkan
oleh kedua lelaki paruh baya tersebut.
"Yasudah. Sekarang kalian boleh pergi. Ini alamat rumah baru kalian.
Jaga istri kamu baik-baik Bisma. Bulan depan papah sama mamah dan kedua
orang tua Franda akan menemui kalian disana. Dan cepat buat istrimu
hamil. Berikan papah cucu. Jadi anak kebanggan papah tanpa kamu
membangkang sedikit pun keinginan papah. Papah yakin kamu bisa!" om
Harison menepuk pundak Bisma seraya menyodorkan secarik kertas berisikan
alamat rumah baru Bisma dan Franda.
"Mamah titip Franda ya Bis? Jaga dia, kalau dia nakal, kamu cubit
saja hidungnya, dia pasti tidak akan nakal lagi.." ujar tante Femmy
dengan sedikit candaan yang terlontar dari mulutnya.
"Jangan buat Franda marah. Jangan juga kamu sakitin dia. Perempuan
itu harus disayangi dan diberikan perhatian lebih. Jadi kamu harus bisa
menyayangi dan memberikan perhatian lebih kamu untuk Franda. Mamah yakin
kamu bisa.." tante Casma memeluk tubuh Bisma dan sedikit berbisik
ditelinga putra tunggalnya itu.
"Ko jadi kayak acara termewek-mewek gini sih? Lebay banget deh ortu
gue sama ortu si stres! Gila, lagian males banget gue harus jagain dia.
Apalagi harus ngasih mereka cucu. Gue yakin sampe kapan pun cucu yang
mereka harapkan gak akan pernah hadir, gue sangat yakin itu!!" batin
Bisma berujar ngasal. Ia sama sekali tidak serius dan mendengarkan
setiap pesan dan ucapan dari kedua orang tuanya serta orang tua Franda.
Baginya semua ucapan itu hanyalah masuk ditelinga kirinya dan langsung
keluar dari telinga kanannya. Begitu pun dengan Franda keduanya sama
sekali tidak ada yang mendengarkan ucapan kedua orang tuanya.
**
Setelah sekian lama muter-muter kota Bandung bahkan Bisma sampai
mampir dulu dibeberapa tempat makan favoritnya. Akhirnya alamat yang
sebenarnya tidak terlalu susah itu dapat juga ditemukannya. Tempat
dimana sebuah rumah mewah dan besar tempat ia dan Franda akan memulai
hidup baru disana. Bisma menghentikan jaguar hitamnya. Ia mengerem
secara mendadak sengaja agar Franda yang duduk dijok belakang terusik
dan bangun.
"BRUKK!!"
"Aww!! Lo tuh bisa bawa mobil gak sih? Sakit tau gak!!" Franda
merintih kesal memegangi keningnya yang terbentur kaca jendela mobil.
Bisma yang melihatnya hanya terkekeh karna itu memang yang ia inginkan.
"Sorry. Gue sengaja!" ujarnya dengan enteng membuat Franda hampir saja melepaskan sepatu high heels nya.
"Dasar cowok GILA!!" dengus Franda kesal.
Bisma kemudian keluar dari mobil hitamnya itu. Franda ikut keluar dan membuntuti Bisma dari belakang.
Mereka terlihat tidak seperti sepasang pengantin baru. Melainkan
seperti sepasang musuh bebuyutan yang tidak sengaja dipertemukan dan
disatukan secara paksa seperti ini.
**
"Hufh, akhirnya bisa jauh juga dari cowok gila itu. Akhirnya gue
bisa istirahaaaaat!! Fiuh..." Franda berteriak girang. Ia menjatuhkan
tubuhnya diatas kasur empuk diruangan kamar yang sepertinya akan menjadi
kamarnya itu. Ruangan yang cukup besar yang sebenarnya lebih pas untuk
ditempati berdua.
"Siapa bilang lo bisa jauh dari gue?
Kayaknya kita bakalan tidur satu kamar deh. Soalnya kamar-kamar
dirumah ini dikunci semua. Dan yang gak dikunci cuma kamar utama ini
aja. Jadi mau gak mau ya gue juga bakalan tidur disini. Dikamar ini.."
ujar Bisma tiba-tiba. Ia ikut menghempaskan tubuhnya disamping Franda.
Gaya bicaranya begitu enteng dan seenaknya. Ia tidak memikirkan ucapan
Franda sebelum masuk kerumah barunya ini. Yang tidak mau tidur satu
kamar dengannya.
"Ngapain lo disini? Gak usah ngarep deh gue bolehin lo tidur disini.
Sampe dunia kiamat juga gue gak akan mau tidur sama lo lagi!!" ketus
Franda. Ia merubah posisinya menjadi duduk membelakangi Bisma.
"Oh yah? Tapi ko semalam kayaknya lo nikmatin banget yah waktu meluk
tubuh gue. Sampe gak mau lepas lagi sampai pagi.." sindir Bisma
tersenyum jahil.
Franda mendelik ketus. Kedua bola matanya menatap Bisma tajam.
"Sebenarnya gue tuh pengen banget berontak dan nolak semua rencana
gila bokap nyokap lo sama bokap nyokap gue. Gue juga pengen pergi dan
mencari kehidupan gue sendiri.
Tapi gue gak bisa. Lo tau kenapa?" tiba-tiba Bisma bercerita tentang dirinya.
Franda hanya diam tidak menggubris. Ia bahkan tidak mempedulikan celotehan Bisma.
"Gue tuh masih menghargai mereka sebagai orang tua gue. Mereka yang
udah buat gue hadir kedunia ini, yang udah rawat dan besarin gue. Jadi?
Ya mau gak mau gue tetep nurut. Meski gue kesiksa sendiri. Tapi lo
jangan berfikir gue suka yah dengan pernikahan gila ini. Gue sama sekali
gak suka! Gue itu terpaksa karna udah kejebak sama situasi kayak gini."
ujarnya lagi menjelaskan.
"Oh.." Franda hanya ber-oh ria saja tanpa ekspresi. Membuat Bisma
menatapnya jengkel. Ingin sekali ia menelan wanita disampingnya itu
hidup-hidup karna tidak menghargai ucapannya.
"Lo masih mau kuliah?" Bisma membuka percakapannya lagi.
"Kalau enggak. Gak mungkin gue marah-marah karna harus nikah sama
cowok gila kayak lo!!" jawab Franda ketus. Bisma menelan ludahnya
mendengar jawaban dari Franda.
"Hufh, oke. Yaudah. Kalau emang lo masih mau nerusin kuliah lo.
Berati lo harus bener-bener bisa kasih gue anak. Engh, maksud gue kasih
ortu lo sama ortu gue cucu. Dan lo sama gue bisa kuliah kembali. Beres
kan?"
Franda mendelik. Bola matanya melotot kaget mendengar ucapan Bisma yang begitu mengentengkannya.
"Loh? Kenapa? Ada yang salah sama ucapan gue?" tanya Bisma polos. Alhasil satu toyoran Franda daratkan dikepalanya.
"Lo tuh kalo ngomong difikir dulu dong! Lo fikir ngasih cucu itu gampang hah?
Gue tuh harus hamil dulu, dan perut gue juga harus gede dulu.
Sedangkan gue gak mau hamil! Apalagi kalo perut gue gede dan gue jadi
gendut. Gue GAK MAU!!" bentak Franda kesal. Ia kemudian beranjak
menjauhi Bisma.
"Mau gak mau, tapi gue yakin gak lama lagi lo pasti akan hamil, apalagi kejadian semalam itu udaah.."
"Gue bakalan gugurin bayi gue kalau gara-gara kejadian semalam gue
bisa hamil!!" jelas Franda emosi. Entah ia bersungguh-sungguh atau tidak
dengan ucapannya itu. Yang pasti jika semua itu terjadi Bisma pasti
tidak akan pernah membiarkannya.
"Coba aja kalo lo berani. Se stres-stresnya elo pasti kalo udah
hamil gak akan tega gugurin bayinya sendiri. Gue yakin tuh!" ujar Bisma
tersenyum diiringi tawa kecilnya.
Franda tidak membalasnya lagi. Ia lebih memilih masuk kedalam kamar
mandinya. Menyiram tubuhnya dengan air dingin agar semua beban dan penat
hari ini bisa sedikit berkurang akibat kejadian buruk semalam juga
mimpi buruk yang tidak pernah terbayang olehnya bisa menikah dengan
lelaki seperti Bisma.
"Aduh! Gue lupa. Arrggh!! Gara-gara Franda gue sampai lupa kalau
hari ini gue ada janji sama Kiara. Arggh!! Bisa gagal kencan gue. Mana
gue udah telat lagi. Kalau kerumah Kiara sekarang. Itu pasti gak mungkin
soalnya udah malam. Trus gue..? Ahha! Gue ada ide!" Bisma buru-buru
merogoh BB hitamnya. Ia keluar dari kamarnya. Entah apa yang akan ia
lakukan. Semoga saja ia tidak mencelupkan BB nya itu kedalam bak berisi
air seperti kebiasaannya jika sudah tidak bisa menepati janji untuk
menemui gadis-gadis gebetannya itu.
"Mudah-mudahan aja Rangga gak tahu soal pernikahan gila ini. Gue gak
mau kehilangan dia. Gue juga gak mau kehilangan kedua cowok gue yang
lain.. Morgan, Ilhaaam.. Aaaarggh!! Pokoknya gue gak mau kehilangan
kalian, gue gak mau gak mauuuu!!!"
"BYURR!!"
Franda menumpahkan air dengan gayung keatas kepalanya. Selang dari
shower terus mengalir membasahi tubuhnya. Pakaian yang masih lengkap itu
pun menjadi basah. Ia seperti yang sudah kehilangan akal sehat. Dirinya
benar-benar frustasi karena masalah ini.
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p