Sebuah hamparan tanah kosong yang begitu luas dan dipenuhi rerumputan ilalang terlihat begitu sepi dan cukup terik.
Bisma berjongkok diantara puluhan batu nisan yang berjejer rapi dihamparan tanah kosong tempat pemakaman umum ini
"Hai De, kakak kesini lagi..
Kakak lagi gak mood buat ngampus, kalo kamu ada disini mungkin kamu bakalan marahin kakak karna kakak bolos.
Tapi sekarang kakak gak bisa denger ocehan cerewet kamu lagi, kakak gak bisa denger nasehat bawel kamu biar kakak gak bolos.
Kakak cuma bisa bayangin saat-saat kamu masih sama kakak, kakak kangen kamu De, kenapa kamu tega tinggalin kakak?
Kakak gak bisa sendiri, kakak butuh kamu buat support kakak, kakak
butuh kamu Adila..."lirih Bisma berbicara sendiri dengan batu nisan
bertulisakan nama Adila Karisma adik satu-satunya itu, tangannya
mengelus lembut batu nisan tersebut seakan ingin sekali Ia memeluk jasad
Dila didalam tanah kuburan sana, rasa sayang dan rindu Bisma terlalu
besar hingga belum bisa mengikhlaskan kepergian sang adik yang meninggal
1'bulan lalu ini..
Tiba-tiba mata Bisma menerawang jauh, Ia mengingat saat dimana Ia
menemukan jasad sang adik tergeletak tak bernyawa didalam kamar mandinya
"De? Dhe kamu kenapa sayang?
Kenapa kamu lakuin ini?
Bangun Dila, kamu gak boleh pergi, kamu gak boleh tinggalin kakak,
kenapa kamu lakuin ini semua kenapa?.."saat itu Bisma sangat panik
melihat tubuh Adila tergeletak dengan darah segar mengalir dipergelangan
tangannya, dadanya sungguh sesak melihat adik kesayangannya melakukan
hal buruk seperti ini. Ia merasa menjadi kakak yang buruk karna tidak
bisa menjaga adiknya sendiri.
Bisma pun langsung mengangkat tubuh Dila, Ia mengikat pergelangan
tangan Dila dengan sapu tangannya berharap agar darah segar ditangan
Dila tidak terus-menerus keluar, tubuh Bisma bergetar hebat melihat
adiknya lemah tak berdaya
"Maafin kakak.. Kamu harus kuat, kakak janji kakak akan selamatin kamu..
Kakak gak mau kamu tinggalin kakak, kamu harus kuat Dhe, kamu harus
kuat.."Bisma segera bergerak cepat untuk melarikan adiknya ini ke Rumah
Sakit terdekat, Ia sampai mengendarai mobilnya sendiri karna keadaan
dirumah sedang tidak ada siapa-siapa. Kakek satu-satunya yang Ia miliki
pun tengah mengecek kondisi kesehatan diluar kota, jadi hanya Bisma yang
berada dirumah itu bersama sang adik, sedangkan Bi Minah pembantu
rumahnya ikut menemani sang kakek untuk cek up kesehatan diluar sana.
Bisma pun segera membawa tubuh Dila masuk kedalam mobil sport
merahnya miliknya, Ia pun mulai menstaterkan mobilnya tersebut dengan
rasa panik yang begitu dahsyat luar biasa
"kamu harus kuat Dhe, kakak akan telpon Morgan, kamu pasti seneng
kalau kakak telpon Dia, kakak akan minta Morgan buat ke Rumah Sakit.
Tapi kamu harus kuat ya sayang, kamu harus kuat.."Bisma mengelus pipi
Dila lembut, matanya mendelik pergelangan tangan Dila yang terus keluar
darah segar tanpa henti. Sungguh Bisma dibuat tidak mengerti kenapa Dila
bisa melakukan hal senekat ini
"kenapa kamu harus menggoreskan benda tajam itu ditangan kamu Dhe?
Apa ini gara-gara Morgan?
Kalauini gara-gara Morgan, kakak janji sampai kapanpun kakak gak
akan maafin Dia, apalagi kalau sampai kamu kenapa-napa, kakak akan bunuh
Dia Dhe kalau perlu.. Kakak takut kehilangan kamu.."Bisma kembali
mengelus wajah Dila dengan sebelah tangannya, sedangkan tangan
sebelahnya lagi memegang stir mobil agar tetap bisa Ia kendalikan dan
cepat sampai di Rumah Sakit.
Selang beberapa waktu, Bisma begitu kaget akan pernyataan sang
Dokter kalau ternyata nyawa Adila tidak bisa diselamatkan, Dila terlalu
banyak mengeluarkan darah hingga nyawanya harus terenggut dan meninggal
"enggak Dokter, itu gak mungkin Dok, adik saya gak mungkin
meninggal, Dia gak mungkin meninggal Dokter, gak mungkin..."elak Bisma
tidak mau percaya akan berita buruk ini, tubuhnya sungguh lemas dan
hanya bisa menangis meneteskan air mata kesedihannya
sedangkan Morgan sendiri yang menjabat sebagai pacar Adila tidak
bisa datang karna tengah berada diluar Negri. Ia baru bisa datang
setelah 2'hari proses pemakaman Adila selesai..
Sungguh Bisma dibuat murka akan sosok lelaki sayng satu ini, rasanya
Bisma ingin sekali membuat Morgan menyusul adiknya dialam sana,
terlebih setelah Ia tahu kalau Dokter bilang Adila tengah mengandung
2'bulan, sungguh semakin dibuat murka Bisma bila sudah mengingat nama
Morgan.
"kakak gak tau kenapa kamu bisa sampai hamil sama Morgan, kenapa kamu gak pernah cerita Dhe sama kakak?
Kakak pasti akan buat Morgan bertanggung jawab, tapi kamu gak mau
cerita itu semua, kakak cuma bisa kasih Morgan pelajaran akan ulahnya
ini, kakak janji akan buat Morgan dan semua yang dekat dengannya
menderita, kakak janji akan buat mereka hancur biar bisa merasakan
betapa hancurnya kakak setelah kepergian kamu.
Kaka sayang kamu Dhe, kaka sayang kamu..."Bisma kembali mengelus
batu nisan Adila, Ia menciumnya lembut penuh kasih sayang, bahkan
tangannya memeluk batu nisan tersebut seolah kalau itu adalah sosok
adiknya yang ingin sekali Ia peluk.
Setelah cukup lama berbicara dan meluapkan semua cerita-ceritanya
dimakam Dila, Bisma pun beranjak pergi karna hari sudak cukup terik
membakar tubuh, Bisma pamit dan tersenyum menatap rumah terakhir sang
adik
"kakak pulang dulu yah?
Besok kakak kesini lagi, besok kakak juga bakal bawa bunga mawar
putih kesukaan kamu, kaka pamit sayang.."Bisma mengelus batu nisan Adila
sekilas dan mulai melangkah pergi meninggalkan tanah pemakaman yang
sangat sepi ini. Namun tiba-tiba terlihat sosok putih tersenyum melihat
kepergian Bisma setelah Bisma cuku berada jauhd ari makam tersebut.
Sementara itu..
Mobil Taksi berwarna biru muda ini berhenti tepat disebuah rumah
mewah bernuansa putih. Mobil itu menurunkan seorang gadis cantik yang
tak lain adalah Melody
"makasih pak.."ucap Melody ketika supir taksi tersebut membantunya
mengeluarkan koper berukuran cukup besar miliknya, Ia pun segera
membayar ongkos taksi tersebut kemudian masuk kedalam rumah mewah ini
sraya menuntun koper besarnya. Sementara supir taksi itu hanya membalas
anggukan dan senyuman kecil kemudian berlalu pergi.
"hufh.. Gara-gara ngurusin Rangga dulu Aku jadi baru sampai disini.
Kak Morgan sama Dicky pasti udah nunggu lama didalam..
Tapi untungnya Rangga gak terlalu parah gara-gara cowok tadi, jadi
bisa langsung dibawa pulang.."Melody pun segera melangkahkan kakinya
memasuki rumah mewah ini, bibirnya tersirat sedikit senyum melihat rumah
mewar milik Morgan yang akan menjadi tempat tinggalnya selama di
Jakarta.
Melody mencoba memanggil Morgan dan Dicky agar membukakakn pintu
untuknya, Ia juga mencoba mengetuk dan menekan bel berulang-ulang..
"tok-tok-tok!! Ka Morgan.. Dicky.. Mel datang kak.. Bukain pintunya
dong.. Mel mau masuk nih..."panggil Melody sedikit berteriak, Ia
mengetuk pintunya tamun tetap tidak ada sahutan sedikitpund ari dalam
"hufh.. Bukannya hari ini ka Morgan gak ada kelas yah? Gak mungkin kan kalau ngampus?
Dicky juga kemarin bilangnya lagi kosong hari ini, tapi kenapa gak
ada yang bukain pintu?.."pikir Melody dibuat bingung sendiri, Ia pun
mencari cara agar pintunya bisa dibuka. Ia meraih handle pintu tersebut
dan mencoba menariknya kebawah
"Kreeeek...!!"pintu tersebut ternyata tidak dikunci, Melody hanya mengernyitkan keningnya akan keanehan ini
"ko gak dikunci?
Hufh.. Ka Morgan bener-bener kebiasaan.."Melody kemudian masuk dan menutup pintu tersebut rapat-rapat
"ka.. Ka Morgan..!!"panggil Melody sedikit berteriak sambil
celingukan mencari sosok pria yang dicarinya itu. Namun tetap saja tidak
ada sahutan dari Morgan maupun Dicky adik dari Morgan
"issh.. Ini penghuni rumah pada kemana semuanya sih?
Masa gak ada siapa-siapa?.."dengus Melody semakin kesal. Ia pun
meninggalkan kopernya begitu saja dan berlari untuk mencari keberadaan
Morgan dan Dicky dikamar mereka.
Sementara itu...
Dicky tengah asik mengayun-ngayunkan kedua kakinya didalam kolam
ikan dibelakang rumahnya itu, sesekali Ia melemparkan makanan ikan yang
dipegangnya kedasar kolam hingga banyak ikan-ikan peliharaannya
menyambut dengan senang makanan tersebut. Namun pandnagan Dicky sendiri
melayang entah kemana
"ini bukan yang pertama kalinya loe ngambil cewek inceran Gue Bis..
Ini udah kesekian kalinya..
Gue gak tahu letak kesalahan Gue dimana, Gue juga gak tahu kenapa
loe lakuin itu sama Gue, Gue tahu Bis.. Gue gak tahu.."mata Dicky mulai
berkaca-kaca kala mengingat kejadian manisnya yang mendadak menjadi
pahit kalau sudah ada Bisma disana, Ia merasa hidupnya semakin hancur
karna ulah Bisma. Ulah si Maniac Cinta
"kalau loe bersikap kaya gini terus sama Gue. selamanya Gue gak akan
pernah bisa ngerasain cinta, selamanya Gue gak akan pernah bisa
ngerasain kasih sayang seoran gadis, selamanya Gue juga bakal sendiri..
dan itu semua karna elo Bis, gara-gara loe.."pandangan Dicky semakin
dibuat kosong menatap kearah depan, entahlah kenapa Bisma melakukan ini
padanya, padahal Dicky sendiri tidak pernah merasa mengusik atau
mengganggu Bisma
Dicky kembali melemparkan makanan ikan yang digenggamnya itu,
ikan-ikan koi dan mas itu pun menyambutnya dengan antusias dan senang
"Ehemz.. Pantesan aja dipanggilin dari tadi gak ada yang nyahut,
sampe ngetuk pintu aja gak dibukain, ternyata ada yang lagi galau
disini..."tiba-tiba terdengar suara seorang gadis dari arah belakang.
Dicky pun membalikkan badannya menoleh sumber suara tersebut
"Melody?"pekik Dicky kaget
"iya ini Mel, Melody sepupunya ka Morgan dan Dicky yang enggak unyu
itu, Mel kan emang mau tinggal disini Dick, tapi kalian gak ada satu pun
yang bukain pintu, untung aja pintunya gak dikunci jadi Mel bisa
nerobos masuk.."jelas Melody panjang lebar, Dicky tersenyum melihat
wajah sepupunya ini kemudian beranjak menghampiri Melody
"kangen banget Ichy sama Mel..
Kenapa gak bilang kalau udah sampe?
Kan bisa Ichy jemput.."Dicky berhambur memeluk tubuh Melody dan menatap penuh rasa bahagia
"Mel tadi dijemput sama Rangga, tapi dijalan Rangga malah dipukulin
sama cowok bermotor, trus mel bawa dia ke Rumah Sakit dulu, makanya bisa
telat.."jelas Melody dengan nada suara manjanya ini. Dicky melepaskan
pelukannya dan mengacak poni Melody sekilas
"Rangga sahabat kamu yang amburadul itu?
Dia kan sering Aku lihat ikut balapan liar, kamu bisa kenal Rangga dari mana?"tanya Dicky heran
"Rangga itu sahabat Aku dari kecil tau, enak aja dia pembalap liar,
Rangga itu orang baik, wle':p"protes melody tidak terima, Ia sampai
menjulurkan lidahnya bagaikan anak kecil yang meledek teman sekelasnya.
Dicky hanya terkekeh geli melihat sikap manja Melody yang tidak pernah
hilang sampai sekarang
"ka Morgan dikamarnya yah? Mel mau temuin kaMor dulu.."pamit Melody
yang langsung ngacir menuju kamar Morgan dilantai atas, tingkahnya
sungguh seperti anak kecil kalau sudah didepan Dicky ataupun Morgan,
padahal kalau didepan orang lain Ia tampak begitu dewasa dan pandai
menjaga sikap
"hemz.. Kayaknya kehadiran Melody bakal ngerubah hari-hari Gue,
sikap periang dan cerianya pasti bisa bikin Gue senyum, bahkan bukan
cuma Gue tapi orang disekelilingnya..
Gak nyesel punya sepupu kaya Melody.."batin Dicky tersenyum memandangi punggung Melody yang sudah tidak terlihat itu.
**
Morgan tengah asik memandangi wajah gadis cantik dalam bingkai photo
yang dipegangnya, tangannya mengelus lembut wajah gadis cantik
tersebut, bibirnya pun tersenyum kecil kala mengingat kenangan manisnya
bersama sang gadis
"kenapa kamu harus pergi ninggalin kakak Adila?
Kakak sayang sama kamu, kakak tahu kakak udah nyakitin kamu dengan
mutusin ikatan cinta kita, tapi kakak gak bermaksud ngelakuin itu, kakak
masih sayang sama kamu.
Kakak cuma gak bisa ngontrol emosi kakak saat melihat kamu sama pria lain, kakak hilaf uah mutusin kamu Dil..
Kakak masih sayang kamu.."lirih Morgan memeluk bingkai photo
tersebut. Ia kembali mengingat saat dimana Ia memutuskan Adila gadis
cantik yang menjadi pemilik hatinya, gadis cantik yang ternyata adik
kandung Bisma sahabat Morgan sendiri. Hanya karna kesalah fahaman dan
sikap egois Morgan Ia sampai memutuskan Adila sampai tidak mau
mendengarkan penjelasan Dila lagi. Tapi seminggu setelah kejadian itu
Morgan berusaha untuk meminta maaf dan mengajak Dila balikan lagi
dengannya, awalnya Dila menolak karna takut Morgan akan kecewa padanya,
terlebih lagi telah terjadi sesuatu padanya yang diakibatkan oleh
laki-laki lain. Namun Morgan tetap kekeuh ingin kembali pada Dila, Ia
yakin kalau Dila itu adalah gadis satu-satunya yang sangat Ia cintai dan
bisa memikat hatinya. Walaupun Dila menolak tapi akhirnya jalinan cinta
mereka kembali membaik.
Namun entah kenapa sikap Dila menjadi sedikit berubah, Ia menjadi
anak yang pendiam dan pemurung, Ia seolah menyembunyikan sesuatu dari
Morgan bahkan Bisma sendiri pun tidak tahu akan apa yang terjadi dengan
adiknya.
Hingga terjadilah peristiwa mengerikan itu. Adila memutuskan urat
nadi ditangannya sendiri dengan benda tajam sampai nyawanya terenggut.
Sungguh sampai saat ini Morgan tidak mengerti dan tidak tahu kenapa
Adila melakukan hal seperti itu..
"kamu selalu jadi adiknya kakak..
Kamu memang pacar kakak, tapi kakak lebih seneng saat kamu manggil kata 'kakak' sebagai panggilan sayang kamu.
Kakak kangen kamu manggil kakak lagi Dil, kakak kangen
kamu..."Morgan semakin erat memeluk bingkai photo tersebut, air matanya
menetes seketika itu juga, rasa cinta dan sayangnya terhadap Adila
sungguh besar hingga sulit melupakan gadis cantik yang sudah tenang
dialam sana ini...
"Kakak...?"tiba-tiba Morgan dibuat kaget akan suara tersebut,
rasanya bagaikan sebuah mimpi Ia bisa mendengar suara gadis yang
memanggilnya kakak
"Adila?"pikir Morgan mengernyitkan keningnya mencari sumber suara tersebut..
Dan...
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p