Kamis, 27 Februari 2014

Maniac Cinta #part 2

Sebuah hamparan tanah kosong yang begitu luas dan dipenuhi rerumputan ilalang terlihat begitu sepi dan cukup terik.
Bisma berjongkok diantara puluhan batu nisan yang berjejer rapi dihamparan tanah kosong tempat pemakaman umum ini


"Hai De, kakak kesini lagi..
Kakak lagi gak mood buat ngampus, kalo kamu ada disini mungkin kamu bakalan marahin kakak karna kakak bolos.
Tapi sekarang kakak gak bisa denger ocehan cerewet kamu lagi, kakak gak bisa denger nasehat bawel kamu biar kakak gak bolos.
Kakak cuma bisa bayangin saat-saat kamu masih sama kakak, kakak kangen kamu De, kenapa kamu tega tinggalin kakak?
Kakak gak bisa sendiri, kakak butuh kamu buat support kakak, kakak butuh kamu Adila..."lirih Bisma berbicara sendiri dengan batu nisan bertulisakan nama Adila Karisma adik satu-satunya itu, tangannya mengelus lembut batu nisan tersebut seakan ingin sekali Ia memeluk jasad Dila didalam tanah kuburan sana, rasa sayang dan rindu Bisma terlalu besar hingga belum bisa mengikhlaskan kepergian sang adik yang meninggal 1'bulan lalu ini..


Tiba-tiba mata Bisma menerawang jauh, Ia mengingat saat dimana Ia menemukan jasad sang adik tergeletak tak bernyawa didalam kamar mandinya


"De? Dhe kamu kenapa sayang?
Kenapa kamu lakuin ini?
Bangun Dila, kamu gak boleh pergi, kamu gak boleh tinggalin kakak, kenapa kamu lakuin ini semua kenapa?.."saat itu Bisma sangat panik melihat tubuh Adila tergeletak dengan darah segar mengalir dipergelangan tangannya, dadanya sungguh sesak melihat adik kesayangannya melakukan hal buruk seperti ini. Ia merasa menjadi kakak yang buruk karna tidak bisa menjaga adiknya sendiri.

Bisma pun langsung mengangkat tubuh Dila, Ia mengikat pergelangan tangan Dila dengan sapu tangannya berharap agar darah segar ditangan Dila tidak terus-menerus keluar, tubuh Bisma bergetar hebat melihat adiknya lemah tak berdaya

"Maafin kakak.. Kamu harus kuat, kakak janji kakak akan selamatin kamu..
Kakak gak mau kamu tinggalin kakak, kamu harus kuat Dhe, kamu harus kuat.."Bisma segera bergerak cepat untuk melarikan adiknya ini ke Rumah Sakit terdekat, Ia sampai mengendarai mobilnya sendiri karna keadaan dirumah sedang tidak ada siapa-siapa. Kakek satu-satunya yang Ia miliki pun tengah mengecek kondisi kesehatan diluar kota, jadi hanya Bisma yang berada dirumah itu bersama sang adik, sedangkan Bi Minah pembantu rumahnya ikut menemani sang kakek untuk cek up kesehatan diluar sana.



Bisma pun segera membawa tubuh Dila masuk kedalam mobil sport merahnya miliknya, Ia pun mulai menstaterkan mobilnya tersebut dengan rasa panik yang begitu dahsyat luar biasa

"kamu harus kuat Dhe, kakak akan telpon Morgan, kamu pasti seneng kalau kakak telpon Dia, kakak akan minta Morgan buat ke Rumah Sakit. Tapi kamu harus kuat ya sayang, kamu harus kuat.."Bisma mengelus pipi Dila lembut, matanya mendelik pergelangan tangan Dila yang terus keluar darah segar tanpa henti. Sungguh Bisma dibuat tidak mengerti kenapa Dila bisa melakukan hal senekat ini

"kenapa kamu harus menggoreskan benda tajam itu ditangan kamu Dhe?
Apa ini gara-gara Morgan?
Kalauini gara-gara Morgan, kakak janji sampai kapanpun kakak gak akan maafin Dia, apalagi kalau sampai kamu kenapa-napa, kakak akan bunuh Dia Dhe kalau perlu.. Kakak takut kehilangan kamu.."Bisma kembali mengelus wajah Dila dengan sebelah tangannya, sedangkan tangan sebelahnya lagi memegang stir mobil agar tetap bisa Ia kendalikan dan cepat sampai di Rumah Sakit.


Selang beberapa waktu, Bisma begitu kaget akan pernyataan sang Dokter kalau ternyata nyawa Adila tidak bisa diselamatkan, Dila terlalu banyak mengeluarkan darah hingga nyawanya harus terenggut dan meninggal

"enggak Dokter, itu gak mungkin Dok, adik saya gak mungkin meninggal, Dia gak mungkin meninggal Dokter, gak mungkin..."elak Bisma tidak mau percaya akan berita buruk ini, tubuhnya sungguh lemas dan hanya bisa menangis meneteskan air mata kesedihannya

sedangkan Morgan sendiri yang menjabat sebagai pacar Adila tidak bisa datang karna tengah berada diluar Negri. Ia baru bisa datang setelah 2'hari proses pemakaman Adila selesai..
Sungguh Bisma dibuat murka akan sosok lelaki sayng satu ini, rasanya Bisma ingin sekali membuat Morgan menyusul adiknya dialam sana, terlebih setelah Ia tahu kalau Dokter bilang Adila tengah mengandung 2'bulan, sungguh semakin dibuat murka Bisma bila sudah mengingat nama Morgan.


"kakak gak tau kenapa kamu bisa sampai hamil sama Morgan, kenapa kamu gak pernah cerita Dhe sama kakak?
Kakak pasti akan buat Morgan bertanggung jawab, tapi kamu gak mau cerita itu semua, kakak cuma bisa kasih Morgan pelajaran akan ulahnya ini, kakak janji akan buat Morgan dan semua yang dekat dengannya menderita, kakak janji akan buat mereka hancur biar bisa merasakan betapa hancurnya kakak setelah kepergian kamu.
Kaka sayang kamu Dhe, kaka sayang kamu..."Bisma kembali mengelus batu nisan Adila, Ia menciumnya lembut penuh kasih sayang, bahkan tangannya memeluk batu nisan tersebut seolah kalau itu adalah sosok adiknya yang ingin sekali Ia peluk.


Setelah cukup lama berbicara dan meluapkan semua cerita-ceritanya dimakam Dila, Bisma pun beranjak pergi karna hari sudak cukup terik membakar tubuh, Bisma pamit dan tersenyum menatap rumah terakhir sang adik

"kakak pulang dulu yah?
Besok kakak kesini lagi, besok kakak juga bakal bawa bunga mawar putih kesukaan kamu, kaka pamit sayang.."Bisma mengelus batu nisan Adila sekilas dan mulai melangkah pergi meninggalkan tanah pemakaman yang sangat sepi ini. Namun tiba-tiba terlihat sosok putih tersenyum melihat kepergian Bisma setelah Bisma cuku berada jauhd ari makam tersebut.




Sementara itu..



Mobil Taksi berwarna biru muda ini berhenti tepat disebuah rumah mewah bernuansa putih. Mobil itu menurunkan seorang gadis cantik yang tak lain adalah Melody

"makasih pak.."ucap Melody ketika supir taksi tersebut membantunya mengeluarkan koper berukuran cukup besar miliknya, Ia pun segera membayar ongkos taksi tersebut kemudian masuk kedalam rumah mewah ini sraya menuntun koper besarnya. Sementara supir taksi itu hanya membalas anggukan dan senyuman kecil kemudian berlalu pergi.


"hufh.. Gara-gara ngurusin Rangga dulu Aku jadi baru sampai disini.
Kak Morgan sama Dicky pasti udah nunggu lama didalam..
Tapi untungnya Rangga gak terlalu parah gara-gara cowok tadi, jadi bisa langsung dibawa pulang.."Melody pun segera melangkahkan kakinya memasuki rumah mewah ini, bibirnya tersirat sedikit senyum melihat rumah mewar milik Morgan yang akan menjadi tempat tinggalnya selama di Jakarta.


Melody mencoba memanggil Morgan dan Dicky agar membukakakn pintu untuknya, Ia juga mencoba mengetuk dan menekan bel berulang-ulang..

"tok-tok-tok!! Ka Morgan.. Dicky.. Mel datang kak.. Bukain pintunya dong.. Mel mau masuk nih..."panggil Melody sedikit berteriak, Ia mengetuk pintunya tamun tetap tidak ada sahutan sedikitpund ari dalam

"hufh.. Bukannya hari ini ka Morgan gak ada kelas yah? Gak mungkin kan kalau ngampus?
Dicky juga kemarin bilangnya lagi kosong hari ini, tapi kenapa gak ada yang bukain pintu?.."pikir Melody dibuat bingung sendiri, Ia pun mencari cara agar pintunya bisa dibuka. Ia meraih handle pintu tersebut dan mencoba menariknya kebawah

"Kreeeek...!!"pintu tersebut ternyata tidak dikunci, Melody hanya mengernyitkan keningnya akan keanehan ini

"ko gak dikunci?
Hufh.. Ka Morgan bener-bener kebiasaan.."Melody kemudian masuk dan menutup pintu tersebut rapat-rapat


"ka.. Ka Morgan..!!"panggil Melody sedikit berteriak sambil celingukan mencari sosok pria yang dicarinya itu. Namun tetap saja tidak ada sahutan dari Morgan maupun Dicky adik dari Morgan

"issh.. Ini penghuni rumah pada kemana semuanya sih?
Masa gak ada siapa-siapa?.."dengus Melody semakin kesal. Ia pun meninggalkan kopernya begitu saja dan berlari untuk mencari keberadaan Morgan dan Dicky dikamar mereka.






Sementara itu...


Dicky tengah asik mengayun-ngayunkan kedua kakinya didalam kolam ikan dibelakang rumahnya itu, sesekali Ia melemparkan makanan ikan yang dipegangnya kedasar kolam hingga banyak ikan-ikan peliharaannya menyambut dengan senang makanan tersebut. Namun pandnagan Dicky sendiri melayang entah kemana


"ini bukan yang pertama kalinya loe ngambil cewek inceran Gue Bis..
Ini udah kesekian kalinya..
Gue gak tahu letak kesalahan Gue dimana, Gue juga gak tahu kenapa loe lakuin itu sama Gue, Gue tahu Bis.. Gue gak tahu.."mata Dicky mulai berkaca-kaca kala mengingat kejadian manisnya yang mendadak menjadi pahit kalau sudah ada Bisma disana, Ia merasa hidupnya semakin hancur karna ulah Bisma. Ulah si Maniac Cinta

"kalau loe bersikap kaya gini terus sama Gue. selamanya Gue gak akan pernah bisa ngerasain cinta, selamanya Gue gak akan pernah bisa ngerasain kasih sayang seoran gadis, selamanya Gue juga bakal sendiri..
dan itu semua karna elo Bis, gara-gara loe.."pandangan Dicky semakin dibuat kosong menatap kearah depan, entahlah kenapa Bisma melakukan ini padanya, padahal Dicky sendiri tidak pernah merasa mengusik atau mengganggu Bisma

Dicky kembali melemparkan makanan ikan yang digenggamnya itu, ikan-ikan koi dan mas itu pun menyambutnya dengan antusias dan senang


"Ehemz.. Pantesan aja dipanggilin dari tadi gak ada yang nyahut, sampe ngetuk pintu aja gak dibukain, ternyata ada yang lagi galau disini..."tiba-tiba terdengar suara seorang gadis dari arah belakang. Dicky pun membalikkan badannya menoleh sumber suara tersebut

"Melody?"pekik Dicky kaget

"iya ini Mel, Melody sepupunya ka Morgan dan Dicky yang enggak unyu itu, Mel kan emang mau tinggal disini Dick, tapi kalian gak ada satu pun yang bukain pintu, untung aja pintunya gak dikunci jadi Mel bisa nerobos masuk.."jelas Melody panjang lebar, Dicky tersenyum melihat wajah sepupunya ini kemudian beranjak menghampiri Melody

"kangen banget Ichy sama Mel..
Kenapa gak bilang kalau udah sampe?
Kan bisa Ichy jemput.."Dicky berhambur memeluk tubuh Melody dan menatap penuh rasa bahagia

"Mel tadi dijemput sama Rangga, tapi dijalan Rangga malah dipukulin sama cowok bermotor, trus mel bawa dia ke Rumah Sakit dulu, makanya bisa telat.."jelas Melody dengan nada suara manjanya ini. Dicky melepaskan pelukannya dan mengacak poni Melody sekilas

"Rangga sahabat kamu yang amburadul itu?
Dia kan sering Aku lihat ikut balapan liar, kamu bisa kenal Rangga dari mana?"tanya Dicky heran

"Rangga itu sahabat Aku dari kecil tau, enak aja dia pembalap liar, Rangga itu orang baik, wle':p"protes melody tidak terima, Ia sampai menjulurkan lidahnya bagaikan anak kecil yang meledek teman sekelasnya. Dicky hanya terkekeh geli melihat sikap manja Melody yang tidak pernah hilang sampai sekarang

"ka Morgan dikamarnya yah? Mel mau temuin kaMor dulu.."pamit Melody yang langsung ngacir menuju kamar Morgan dilantai atas, tingkahnya sungguh seperti anak kecil kalau sudah didepan Dicky ataupun Morgan, padahal kalau didepan orang lain Ia tampak begitu dewasa dan pandai menjaga sikap

"hemz.. Kayaknya kehadiran Melody bakal ngerubah hari-hari Gue, sikap periang dan cerianya pasti bisa bikin Gue senyum, bahkan bukan cuma Gue tapi orang disekelilingnya..
Gak nyesel punya sepupu kaya Melody.."batin Dicky tersenyum memandangi punggung Melody yang sudah tidak terlihat itu.




**
Morgan tengah asik memandangi wajah gadis cantik dalam bingkai photo yang dipegangnya, tangannya mengelus lembut wajah gadis cantik tersebut, bibirnya pun tersenyum kecil kala mengingat kenangan manisnya bersama sang gadis


"kenapa kamu harus pergi ninggalin kakak Adila?
Kakak sayang sama kamu, kakak tahu kakak udah nyakitin kamu dengan mutusin ikatan cinta kita, tapi kakak gak bermaksud ngelakuin itu, kakak masih sayang sama kamu.
Kakak cuma gak bisa ngontrol emosi kakak saat melihat kamu sama pria lain, kakak hilaf uah mutusin kamu Dil..
Kakak masih sayang kamu.."lirih Morgan memeluk bingkai photo tersebut. Ia kembali mengingat saat dimana Ia memutuskan Adila gadis cantik yang menjadi pemilik hatinya, gadis cantik yang ternyata adik kandung Bisma sahabat Morgan sendiri. Hanya karna kesalah fahaman dan sikap egois Morgan Ia sampai memutuskan Adila sampai tidak mau mendengarkan penjelasan Dila lagi. Tapi seminggu setelah kejadian itu Morgan berusaha untuk meminta maaf dan mengajak Dila balikan lagi dengannya, awalnya Dila menolak karna takut Morgan akan kecewa padanya, terlebih lagi telah terjadi sesuatu padanya yang diakibatkan oleh laki-laki lain. Namun Morgan tetap kekeuh ingin kembali pada Dila, Ia yakin kalau Dila itu adalah gadis satu-satunya yang sangat Ia cintai dan bisa memikat hatinya. Walaupun Dila menolak tapi akhirnya jalinan cinta mereka kembali membaik.
Namun entah kenapa sikap Dila menjadi sedikit berubah, Ia menjadi anak yang pendiam dan pemurung, Ia seolah menyembunyikan sesuatu dari Morgan bahkan Bisma sendiri pun tidak tahu akan apa yang terjadi dengan adiknya.

Hingga terjadilah peristiwa mengerikan itu. Adila memutuskan urat nadi ditangannya sendiri dengan benda tajam sampai nyawanya terenggut. Sungguh sampai saat ini Morgan tidak mengerti dan tidak tahu kenapa Adila melakukan hal seperti itu..


"kamu selalu jadi adiknya kakak..
Kamu memang pacar kakak, tapi kakak lebih seneng saat kamu manggil kata 'kakak' sebagai panggilan sayang kamu.
Kakak kangen kamu manggil kakak lagi Dil, kakak kangen kamu..."Morgan semakin erat memeluk bingkai photo tersebut, air matanya menetes seketika itu juga, rasa cinta dan sayangnya terhadap Adila sungguh besar hingga sulit melupakan gadis cantik yang sudah tenang dialam sana ini...


"Kakak...?"tiba-tiba Morgan dibuat kaget akan suara tersebut, rasanya bagaikan sebuah mimpi Ia bisa mendengar suara gadis yang memanggilnya kakak

"Adila?"pikir Morgan mengernyitkan keningnya mencari sumber suara tersebut..




Dan...




Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p