Selasa, 18 Februari 2014

Hanya Franda (Cerpen FranBis)

Sesuatu yang begitu cepat berlalu tanpa terasa adalah waktu.
Dimana kita terkadang merasa dirugikan sendiri karna sering menyia-nyiakan banyak waktu juga kesempatan.
Waktu yang tidak dapat diputar dan diulang dimana kita merasa melakukan kesalahan agar bisa kita perbaiki.


Bisma Karisma. Lelaki bertubuh tidak terlalu besar ini terlihat menyendiri diteras luar kamarnya.
Ia duduk diatas kursi kayu dengan memangku gitar kayu kesayangannya. Suasana malam yang redup tanpa rembulan seolah menjadi pelukis gambaran hatinya yang tengah dilanda kesedihan.

Bisma menundukkan kepalanya. Ia menatap senar-senar gitar yang sudah siap untuk dipetiknya. Suara yang cukup indah dan menenangkan pun terdengar.
Bisma mulai bermain dengan gitar kesayangannya yang menjadi hadiah ulang tahun dari seorang yang sangat special dua tahun lalu itu. Mulutnya mulai bersuara, lantunan syair dari lirik lagu yang sering dinyanyikannya bersama grup boy band SMASH terdengar disana. Ia begitu lihat bermain gitar sambil bernyanyi.


"Kamulah bunga dari tidurku..
Mimpi-mimpi indahku
selalu tentang kamu..
Kamulah.. Bintang-bintang hatiku..
akan kujaga slalu
Selalu tentang kamu.."

Bisma begitu meresapi lirik lagu yang dinyanyikannya. Kedua matanya sampai ia pejamkan. Dibenaknya tengah membayangkan sosok gadis cantik yang memang menjadi pemikat sekaligus pemilik hatinya.

"Apapun yang.. Kan terjadi
ku kan selalu jadi milikmu
This is my life
this is my soul
I will be here forever..." lanjutnya dengan nada tinggi setengah berteriak. Setiap kali ia bernyanyi Bisma memang selalu menyanyikannya dengan penuh penghayatan.
Entah kenapa dirinya begitu menyukai lagu Selalu Tentang Kamu ini.
Terkadangia menyanyikan lagu ini khusus untuk fans yang selalu mensupportnya, namun terkadang juga ia menyanyikan lagu tersebut untuk seseorang yang sangat dicintainya.

Bisma memeluk gitar kayu tersebut. Bulir bening air mata tiba-tiba saja keluar dari sudut matanya.
Ia memandang lagit gelap yang mulai dihiasi dengan rintik-rintik air hujan yang jatuh.

"Aku kangen kamu Nda.
Apa kamu disana juga kangen sama aku?" lirihnya tiba-tiba.


"Mungkin kita emang gak bisa bersama lagi Bis.
Banyak juga kan yang gak suka sama hubungan kita?
Aku capek, aku lelah Bisma.
Aku ngerasa gak pantes buat kamu.
Jadi ijinkan aku buat mengakhiri semuanya, ijinkan aku untuk perlahan keluar dari kehidupan kamu. Ijinkan aku untuk membawa semua rasa sayang aku ke kamu dan menyimpannya dihati aku.
Ijinin aku buat pergi Bis. Ijinin akuu..."

Belum selesai Franda meneruskan kalimatnya. Tiba-tiba Bisma langsung menarik tubuh Franda dan mendekap kedalam pelukannya.
Memeluknya dengan erat tanpa mau melepaskannya lagi.

"Aku cuma sayang sama kamu Nda. Aku juga cintanya cuma sama kamu.
Kenapa harus kayak gini lagi?
Kenapa Nda?
Udah cukup waktu itu aku melakukan kesalahan besar karna udah lepasin kamu dari hati aku.
Cukup cuma sekali aja Nda. Aku gak mau kehilangan kamu lagi. Aku gak mau.." lirihnya hingga tak terasa mengeluarkan bulir bening air mata.

Franda menggeleng lemah. Air matanya ikut keluar dari sudut mata sipitnya.

"Aku juga sayang kamu Bis..
Tapi aku takutt, aku takut semakin kita melangkah, semakin banyak pula rintangan berat yang harus kita lewati.
Aku takut gak bisa lewati itu semua. Aku takut Bis, aku takuut..." Franda membatin lirih. Ia meletakkan kepalanya didada bidang Bisma. Merasakan dekapan yang begitu hangat dan menenangkan yang mungkin akan menjadi pelukan terakhir untuknya.

"Jangan putus yah?
Aku yakin Tuhan itu gak pernah salah.
Dia yang kasih rasa cinta dan rasa sayang sama aku buat kamu begitu besar.
Dia juga yang buat aku sangat takut kehilangan kamu.
Jangan salahkan cinta kita Nda.
Aku yakin Allah punya rencana baik dibalik ini semua.
Please jangan putus, Aku gak mau kalau kita harus putus lagi. Gak mau Nda.." Bisma memandang wajah Franda dengan mata berkaca. Ia terlihat penuh harap dan memohon agar Franda mengurungkan niatnya.

Franda menggeleng lemah. Ia perlahan melepaskan tangan Bisma yang masih merangkul dipundaknya. Ia juga mulai menjauhkan tubuhnya dari Bisma, berjalan satu langkah kebelakang seraya terus menggeleng menahan tangis.

"Maafin aku Bis..
Maafin akuu.." Franda tak kuasa lagi berlama-lama berdiri dihadapan Bisma. Ia berlari sekuat tenaga agar dapat jauh dan tidak dekat dengan lelaki tampan itu lagi. Berlari menuju mobil Jazz hitamnya lalu segera pergi tanpa menoleh lagi kebelakang.

Bisma hanya diam. Air matanya semakin tak dapat dibendungnya lagi. Ia memandang dengan lirih sosok yang sangat dicintainya itu.

"Aku cinta kamu Nda.
Aku cuma cinta sama kamu.." batinnya memejamkan mata merasakan sesak pada dada akan semua hal yang tidak pernah diduganya ini.


Bisma kembali tersadar dari lamunannya. Ia mengusap pipi putihnya yang menjadi basah akibat mengingat kejadian satu minggu lalu.
Kejadian dimana Franda sang kekasih memutuskan tali cintanya dan lebih memilih pergi dari kehidupannya.
Alasan yang Franda utarakan memang cukup dapat Bisma pahami. Makanya semenjak kejadian itu, kini ia lebih banyak berdiam diri dan merenung sendiri sambil bermain-main dengan gitar kayu kesayangannya, yang memang gitar tersebut adalah gitar pemberian Franda saat usianya menginjak tepat 21 tahun. Dan itu adalah kado terindah untuk Bisma.

"Kamu jahat Nda. Kamu buat aku jadi seperti orang gila.
Aku kangen kamu tau. Kamu tuh gak bisa rasain gimana kesiksanya aku setelah kamu tinggalin. Jahat kamu Nda.." lirihnya menatap gitar yang tadi dipeluknya. Namun entah kenapa satu kecupan justru malah Bisma daratkan pada gitar tersebut. Ia kemudian melangkah masuk kedalam rumah yang menjadi tempat tinggalnya bersama kelima personil SMASH yang lain.






**
"Bisma kenapa lagi?" Rafael memandang bingung keadaan sahabat satu boybandnya itu.

"Mungkin masih keinget sama mantannya." ujar Reza yang juga kebetulan tengah berada dengannya setelah pulang dari perfom diluar kota tadi.

"Jadi dia beneran putus?" Rafael bertanya lagi.

"Iya Raf, tapi kasihan.. Dia jadi galau terus. Mungkin kefikiran sama mantannya itu.." jelas Reza.

"Tapi ko tadi dipanggung dia biasa aja. Dia malah ceria banget, banyak senyum dan ketawa. Kenapa sekarang langsung murung?" Rafael mengerutkan keningnya bingung.

Reza malah tertawa. Ia menepuk pundak Rafael dan merubah posisinya agar lebih dekat.

"Itulah Bisma, dia tuh paling jago nyembunyiin semua perasaannya. Dajahnya bisa ceria, bibirnya bisa tersenyum, dan mulutnya bisa tertawa. Tapi hatinya? Gak ada yang bisa nebak.. Dia tuh pandai menyembunyikan perasaannya Raf.." tutur Reza sedikit berbisik kemudian langsung berlalu masuk kedalam kamarnya untuk beristirahat.

Rafael tampak diam mematung. Memang apa yang diucapkan Reza barusan itu sangat benar adanya. Tapi ia juga tidak bisa terus-menerus diam dan membiarkan Bisma sahabat baik yang sudah dianggapnya adik sendiri terus menerus berada dalam kesedihan.

"Gue harus ngelakuin apa ya?
Kalau kerumah Franda kan gak mungkin. Mana mau Franda urusan cintanya dicampuri sama orang lain termasuk gue.
Tapi kalau Bisma dibiarin terus, kasian dia.." Rafael terlihat kebingungan sendiri.

"Hemm.. Tanya yang lain aja deh, siapa tau mereka bisa cari solusi. Kasian kalau Bisma dibiarin terus. Gimana pun juga dia tetap bagian dari SMASH dan bagian dari keluarga ini." yakinnya kemudian melangkah mencari sahabatnya yang lain yang menjadi bagian dari SMASH juga.




**
Bisma calling..

"B..Bisma?" gadis cantik bermata sipit ini sedikit terkejut melihat layar handphonenya yang terdapat panggilan masuk dari Bisma. Ia tampak kebingungan mendapati lelaki yang masih sangat dicintainya menghubunginya.

"Angkat jangan yah? T..tapi Bisma mau ngapain? Bukannya ini udah tengah malam?" fikirnya bingung.

"Klik."

Akhirnya meski ragu, Franda tetap mengangkat panggilan telfon tersebut. Suara yang sangat dirindukannya pun terdengar dari seberang sana.

"Nda, kamu kerjanya udah selesai kan?
Aku sekarang diluar. Aku sengaja pingin jemput kamu. Dari jam dua belas malam tadi aku udah berangkat dari rumah.
Aku tau malam ini kamu pasti nge host, makanya aku datang langsung kesini. Aku pingin jemput kamu." ujarnya dengan nada antusias menjelaskan kenapa maksud dan tujuannya juga kenapa dirinya bisa berada disana.

Air mata Franda tiba-tiba saja keluar. Hatinya merasa tergetar mendengar penuturan Bisma. Mulutnya sampai tidak mampu untuk berkata-kata lagi. Semuanya sudah diwakilkan oleh air matanya.

"Nda, ini udah hampir jam satu malam.
Aku gak ada maksud apa-apa ko. Aku cuma khawatir aja kalau kamu pulang ng'host tengah malam kayak gini. Aku takut kamu kenapa-napa. Makanya aku jemput. Kebetulan tadi aku pulang perfom masih sore. Jadi ada waktu buat jemput kamu.
Kamu ada disana kan Nda? Disini udah sepi banget. Aku sendirian disini.."

Lagi-lagi air mata Franda keluar membasahi wajahnya. Dua sungai kecil itu semakin deras mengalir. Kepala Franda menggeleng. Ia tahu kalau ini adalah kebiasaan Bisma yang memang selalu menyempatkan diri untuk menjemputnya. Mengantarnya pulang karna tidak tega melihat Franda pulang tengah malah sendiri dan tentunya menyetir mobil sendiri saat pulang dari acara nge host.

"Ndaa..
Apa kamu gak mau ketemu aku?
Aku kangen kamu tau Nda.
Kamu bicara sedikit dong..
Aku pingin denger suara kamu.
Cukup selama satu minggu ini aku menahan semua rasa rindu aku.
Dan sekarang aku udah gak kuat nahan semua itu lagi.
Aku kangen kamu Nda. Makanya aku berani datang kesini buat jemput kamu.
Please bicara Nda, aku mohon.. Sebentar aja." terdengar suara lirih Bisma dengan nada memohon. Rupanya ia benar-benar merindukan Franda sampai berani nekat tengah malam datang ketempat dimana Franda bekerja sebagai host acara berita sepak bola.

Franda tak kuasa menahan air matanya lagi. Suara Bisma yang terus terdengar diseberang sana lewat sambungan telfonnya membuat ia semakin teriris.
Akhirnya dengan sekuat mungkin Franda mencoba mengacuhkan semua itu dan mengakhiri sambungan telfonnya bersama Bisma.

"Hiks, maafin aku Bis..
Maafin aku.
Aku gak sanggup ketemu kamu lagi. Aku takut semakin aku bertemu kamu, semakin sulit juga aku buat lupain kamu. Maafin akuu.." kelopak mata Franda terpejam lirih. Ia menggenggam kuat handphonenya lalu segera dimasukkannya kedalam tas kecil yang memang mengait dipergelangan lengan kirinya. Franda berlari masuk kembali kedalam ruangan dimana disana teman satu kerjanya masih ada yang juga belum pulang meninggalkan studio acara host berita sepak bola televisi itu.


Sementara Bisma sendiri hanya menatap handphonenya dengan perasaan yang begitu sakit dan dada yang sesak. Nafasnya seakan tersumbat karna Franda begitu mudahnya mematikan sambungan telfon tersebut. Ia jauh-jauh sengaja datang kesana ditengah malam yang sepi dan gelap seperti ini. Namun hanya rasa sakit yang Bisma dapatkan. Bahkan ingin mendengar suara Franda saja sampai tidak dapat dirasakannya.

"Kamu tega Nda. Kamu jahat..
Salah aku apa sih Nda?
Kenapa kamu jadi kaya gini?
Kenapa kamu tega sama aku?
Aku cuma kangen kamu. Aku ingin ketemu kamu dan denger suara kamu. Tapi kamu...?" Bisma seolah tidak mampu untuk meneruskan kalimatnya lagi. Hatinya semakin sakit dan sesak diacuhkan oleh Franda seperti ini.

Bisma membuka pintu mobil CR-V putihnya. Ia masuk dengan langkah yang begitu lunglai.
Meson mobilnya pun mulai ia nyalakan agar bisa segera pergi dari tempat tersebut untuk pulang dan membawa semua rasa kecewanya ditengah malam yang gelap ini.


"Hiks, maafin aku Bis..
Sekali lagi aku minta maaf..
Aku takut gak bisa lupain kamu.
Aku takut aku jadi gak bisa jauh dari kamu.
Aku ingin membuang semua rasa aku buat kamu.
Aku gak mau bebanin kamu dan membuat kamu semakin dibenci sama orang-orang yang sayang dan selalu support kamu dari awal.
Kita berpisah itu lebih baik.
semakin kita menjauh, maka aku yakin kamu akan semakin baik.
Sekali lagi aku minta maaf.." Franda terlihat memandang Bisma lirih dari kejauhan. Ia berdiri didekat Jazz hitamnya miliknya yang sebenarnya terletak tidak jauh dari mobil putih Bisma tadi.

Franda masuk kedalam mobilnya. Ia juga mulai melajukan mobilnya untuk segera pulang karna pekerjaannya yang sebagai host acara berita sepak bola itu sudah selesai.






**
Beberapa hari kini telah berlalu. Semenjak kejadian malam itu Bisma tidak sedikit pun berputus asa. Ia selalu menyempatkan diri untuk bertemu Franda meski harus secara diam-diam. Baginya mungkin ini cara yang lebih baik asalkan wajah gadis cantik itu bisa dilihatnya meski harus dari jarak jauh.

"Makin cantik aja. Tapi badan kamu kaya yang kurusan, persis kaya aku. Mungkin karna kita sehati Nda.
Hem, makan aja aku sekarang jadi males. Kalo gak dipaksa sama anak-anak kadang gak makan, tapi mamah suka ditelfon sama mereka. Makanya kalau udah mamah yang suruh aku gak bisa nolak lagi walaupun sebenarnya aku tetep gak nafsu.." bibir Bisma tersenyum kecil melihat Franda yang baru keluar dari appartemennya. Sepertinya Franda akan mengunjungi tempat kerjanya lagi sore ini. Karna selain tengah malam, sore juga siang hari Franda sering ada jadwal nge host diacara berita sepak bola.

"Kasian dia Dick. Gue jadi makin gak tega." Rangga lelaki berpipi cuaby ini rupanya nampak memperhatikan Bisma dari jauh.

"Rafael bilang sih Bisma sering diam-diam kayak gini. Frandanya egois, gak tau apa kalau Bisma sayang banget sama dia." ujar Dicky membalas ucapan Rangga.

"Berani gak bilang Franda egois depan Bisma?"

"Hah? Maksud lo?" Dicky membalikkan tubuhnya menatap Rangga.

"Haha, ekspresinya biasa aja kali.
Nih gue kasih tau, Franda itu kaya gini karna punya alasan. Kemarin sih gue sempet denger dari sahabatnya katanya Franda kaya gitu biar bisa cepet lupain Bisma. Biar gak inget Bisma terus, padahal temennya juga bilang kalau Franda juga kadang suka ngelamun dan mikirin Bisma terus.
Kisah cinta mereka berdua tuh cukup tragis. Kisah Romeo dan Juliet juga kayaknya bakalan kalah sama kisah Bisma Franda. Lo tau sendiri kan Dick kisahnya seperti apa.." tutur Rangga menjelaskan.

"Iya sih, gue juga tau. Gue malah sekarang ngalamin juga. Baru beberapa bulan aja gue udah hampir nyerah. Lah dia udah dua tahun, kuat banget.. Salut gue Ga.." balas Dicky meng-iyakan.

"Yaudah kita pulang aja yuk?
Takut Rafael sama yang lain nyariin. Katanya tar malem ada tugas khusus buat kita. Jadi jangan sampai kita telat. Ayo?" Rangga beranjak dan menarik pergelangan tangan Dicky.

"Tugas? Perasaan gak ada jadwal perfom lagi deh.. Hemm tugas apaan ya?" Dicky tampak kebingungan sendiri.

Tak lama kedua pria berparas tampan itu berlalu dari tempatnya untuk segera pulang. Begitu pun dengan Bisma yang sekarang entah sudah berada dimana karna tidak terlihat lagi.





**
"Apa? Bisma sakit? K..kamu gak becanda kan?" wajah Franda seketika panik saat mendapati kabar dari Rafael yang menelfonnya.

"Tadi pas maghrib dia kecelakaan. Mobilnya nabrak trotoar didekat lampu merah. Polisi bilang Bisma kayaknya mau menghindari motor yang tiba-tiba ngebut didepannya. Makanya dia sampe gak fokus.
Mobilnya bagian depan hancur. D..dia sekarang ada dirumah sakit.
K..kalau bisa kamu kesini, aku takut dia gak ada umur s..soalnyaa.." ucapan Rafael langsung terhenti.

"A..aku.. Aku kesana sekarang. Aku kesana sekarang Raaf.." Franda buru-buru mematikan sambungan telfonnya. Wajahnya langsung banjir dengan air mata. Mendengar kabar dari Rafael tubuhnya seolah menjadi berat dan melemas.

"Dia kecelakaan. Mobilnya nabrak trotoar didekat lampu merah. Menurut polisi diaa..
Kamu cepat kesini, aku takut dia tidak ada umur karna kondisinya semakin parah.."

"Hiks enggak! Bis.. Kamu gak boleh kenapa-napa.
Kamu gak boleh tinggalin aku Bis.. Gak boleeh.." Franda buru-buru membuang semua fikiran buruk yang berkecamuk didalam kepalanya. Kalimat demi kalimat yang Rafael ucapkan tadi terus saja terngiang difikirannya. Ia menjadi semakin takut dan gelisah akan itu semua.

Franda berlari keluar dari apartemennya. Ia buru-buru meraih kunci mobil Jazz hitamnya dan segera melesat cepat menuju rumah sakit dimana menurut Rafael tadi Bisma dilarikan kesana.




**
Ruangan serba putih berbau obat-obatan ini tampak terasa memilukan. Ditambah sebuah jasad kaku yang tertutup dengan kain putih hingga ujung kepala. Seorang perawat laki-laki mengenakan masker yang menutupi wajahnya itu mendorong ranjang rumah sakit yang terdapat jasad kaku tersebut keluar dari ruangan.

"Raaf.." Dicky menoleh takut memandang Rafael yang duduk dikursi ruang tunggu disebelahnya.

"Gue keluar dulu deh Dick, gue gak kuat lama-lama disini.." tiba-tiba Rafael beranjak dari duduknya.

"T..tapi Raf?"

"Gue mau cari Rangga Reza dulu. Mereka kenapa bisa lama. Padahal gue udah nyuruh mereka buat buru-buru kesini. Tapi sampe sekarang belum juga datang. Gak tau apa kalau ini darurat." Rafael berlalu cepat meninggalkan Dicky. Ia mengeluarkan BBnya dan mulai menghubungi dua sahabatnya itu karna sudah membuatnya bertambah panik.

Sementara Dicky sendiri hanya diam ditempatnya. Sesekali ia melihat kedalam ruangan dimana salah satu sahabatnya terdapat disana.
Kain putih, bau obat-obatan, serta benda-benda seperti gunting dan benda tajam yang biasa digunakan untuk melakukan operasi tak sengaja terlihat oleh Dicky. Bibirnya meringis iba dan takut melihat itu semua.

"Ko bisa ada gunting yah disana? Ihh tuh anak didalam diapain?
Si Rafael parah nih.. Mana Franda belum juga datang sampe sekarang.. Hufh.. Gimana urusannya nihh.." Dicky semakin dibuat gelisah dan takut.

Tak lama Franda datang dengar tergesa dan sedikit langkah cepat. Ia berlari menghampiri Dicky dengan wajah yang dipenuhi dengan air mata.

"Dick.. B..Bisma gimana?
D..dia gimana keadaannya Dick? Bisma gimana?" Franda mengguncang tubuh Dicky panik.

"B..bis.. B..bisma. D..diaa.."

"Hiks.. Bisma, Bisss... Bismaaa!!" Franda langsung melepaskan tangannya yang mengguncang bahu Dicky. Ia menerobos masuk kedalam pintu ruangan yang tertutup rapat itu.

"Bisma.. Bisma kamu kenapa Bis.?
Kamu kenapa.. Hiks. Bismaa.." Franda berlari menghampiri ranjang pasien yang sedikit tertutup gorden berwarna hijau. Disana ia mendengar suara rintihan-rintihan kecil yang semakin membuatnya takut.

"Adduh, aduh sakit dok.. Pelan-pelaan. Sakitt.." suara itu semakin jelas terdengar ditelinga Franda. Tanpa menunggu lama lagi Franda langsung membuka gorden tersebut.

"Bisma kamuu.." tiba-tiba Franda menghentikan kalimatnya. Kedua bola matanya melotot kaget karna disana ia tidak melihat Bisma, melankan Ilham yang tengah duduk diatas ranjang rumah sakit dengan lutut yang memang sedikit terdapat luka.

Franda memandang panik sekeliling ruangan yang membuatnya panik setengah mati itu. Ia mencari sosok Bisma, namun lelaki berparas tampan itu tidak didapatkannya disana.


"Ini Am, gue udah ambilin Handphone lo. Ternyata ada dimobil Rangga. Hufh, gue sampe bolak-balik nyari ini handphone, eh ternyata lagi asik dipake sama dia." tiba-tiba Bisma masuk kedalam dan berjalan menghampiri Ilham.

Franda semakin dibuat tidak mengerti. Perlahan kakinya bergerak menghampiri Bisma.

"B..bis? K..kamu gak papa Bis?
K..kamu gak papa Bisma?" Franda memandang Bisma lirih. Ia menatap tubuh Bisma dari atas hingga bawah. Memandangnya dengan mata berkaca dan pilu.

"N..nda? K..ko k..kamu bisa ada disini?
K..kamuu.." belum sempat Bisma meneruskan ucapannya tubuh Franda langsung menubruk dan mendekapnya erat.

"Hiks.. Kamu jahat tau gak Bis.. Kamu jahaat..
Aku takut banget tadi. Aku takut Bisma..
Kamu tega bohongin aku.. Hiks.. Kamu jahaat.." Franda terisak lirih serasa memukul-mukul dada Bisma.

"Jahat? M..maksudnya apa sih?
A..aku gak ngerti Nda.." Bisma menangkap tangan Franda yang memukuli dadanya agar terhenti. Kedua matanya menangkap dan mencari sesuatu yang membuatnya bingung tidak mengerti.

"Kamu bohongin aku.
Rafael bilang kamu kecelakaan. Kamu masuk rumah sakit dan kondisi kamu kritis..
Aku takut tau Bis, aku takuut..
Tapi ternyata kamu cuma bohongin aku.
Kamu gak apa-apa dan kamu enggak sakit.
Kamu jahat Bisma, kamu jahaat.." jelas Franda membalas tatapan Bisma dengan mata berkaca.

"Bisma gak jahat ko Fran, dia juga gak bohongin kamu." tiba-tiba Rafael keluar dari balik pintu.

"Iya, Bisma tuh gak bohongin kamu, ini semua gara-gara Rafael tuhh. Dia yang udah bohongin kamu." jelas Dicky menambahi dengan ucapan polosnya. Alhasil Rangga langsung menutup mulutnya yang tidak bisa menjaga rahasia itu.

"J..jadi..?" Franda menatap semuanya bingung.

"Tubuh Bisma memang enggak sakit. Dia sehat dan tidak apa-apa.
Tapi kamu tau dimana letak rasa sakitnya?
Letaknya itu disini Fran, dihatinya." Rangga berjalan mendekat lalu menunjuk dada Bisma.

"Selama ini dia selalu terlihat ceria kalau sedang perfom. Tapi setelah semuanya sepi. Dia melamun, menyendiri dan kadang dia juga menangis.
Dia gak bisa kehilangan kamu Fran. Hatinya akan sakit karna terus kamu hindari.." Rafael ikut mendekat kearah Bisma dan Franda.

"Bisma pernah bilang ke gue, kalau dia tuh sayang dan cinta sama lo tulus. Dia gak pernah bisa sesayang dan secinta ini sama cewek selain elo. Dia gak pernah berniat sedikit pun buat sakitin lo. Dia sayang elo Fran. Dia sangat cinta sama elo.." tiba-tiba Reza yang baru datang ikut berbicara menjelaskan apa yang diketahuinya tentang perasaan Bisma untuk Franda.

"Kalian udah dewasa. Masa kalian mau mempertahankan ego terus?
Kalau cinta bilang aja cinta, jangan malah menghindar hanya karna demi orang lain yang justru malah membuat orang yang dicintai sendiri menjadi sakit.
Cinta itu harus dipertahankan.
Kalau kalian saling cinta, kenapa harus pisah?" Dicky mulai mengeluarkan kata-kata mautnya.

"Sebenarnya gua tuh tadi cuma jatuh aja dari sepeda. Tapi Rafael malah nyuruh gue buat dibawa kesini. Katanya sih ini bisa dijadikan cara buat nyatuin kalian lagi.
Gue nurut, karna gue rasa Bisma itu memang masih sangat butuh lo.
Lo gak mau kan lihat Bisma beneran sakit?
Dia sayang banget sama elo Fran, ayolah.. Jangan egois, fikirkan perasaan kalian juga. Jangan kayak anak kecil. Cukup gue aja yang kaya anak kecil karna gue emang masih kecil.." jelas Ilham ikut berbicara.

Bisma hanya diam. Begitu pun dengan Franda yang tak mampu berucap apapun lagi setelah mendengar semua kalimat dari kelima sahabat baik Bisma juga lima orang yang sangat dikenal baik olehnya.

"Jujur, aku gak pernah mau maksain sesuatu hanya untuk kesenangan aku aja.
Aku mau semuanya itu berjalan berdasarkan hati dan perasaan kita sendiri.
Sesuatu yang dipaksa itu rasanya gak enak. Makanya saat kamu minta putus, meski sangat sakit, tapi aku coba terima.
Aku cinta kamu Nda.
Aku cuma cinta kamu.
Kalau kamu bilang masih banyak yang bisa bahagiain kamu dan jauh lebih baik dari kamu diluar sana, kamu salah..
Kamu salah besar Nda.
Bagi aku kamu yang terbaik. Dan hanya kamu, pemilik hati aku sekaligus pengisi hati aku. Untuk selamanya, gak ada yang lain, dan gak ada yang bisa gantiin kamu.
Cuma kamu Nda. Cuma kamu.." Bisma memandang wajah Franda dengan mata berkaca. Air matanya sampai keluar karna tak dapat dicegahnya. Baru kali ini ia menangis didepan seorang perempuan selain didepan sang mamah.

Lagi-lagi Franda diam. Ia menunduk karna tidak mampu terlalu lama manatap mata Bisma. Kedua matanya ia pejamkan. Ia menunduk dan menyembunyikan bulir bening air mata yang membasahi kedua pipinya.

"Please jangan tinggalin aku lagi.
Cuma beberapa minggu tanpa kamu aja aku ngerasa kosong.
Gak ada yang bisa hibur aku, gak ada yang bisa aku ajak bersedih disaat aku terluka dan bersenang disaat aku gembira.
Aku butuh sosok seperti kamu Nda.
Balik lagi sama aku yah?
Jangan pernah hiraukan apapun yang terjadi diluar sana.
Selama kita melakukan hal yang baik dan positif. Kita gak perlu takut.
Aku gak pernah nyuruh kamu untuk melakukan hal buruk, begitu pun kamu yang juga gak pernah nyuruh aku melakukan hal negatif dan membelok.
Cinta kita gak salah Nda.
Aku yakin kamu masih sayang sama aku.
Kita coba jalani lagi.
Aku yakin kamu sosok yang terbaik yang dikirim oleh Allah buat aku.
Aku yakin Nda. Sangat yakin.." jelas Bisma berujar penuh harap.

Franda mendongakan kepalanya. Ia menangkap sinar ketulusan serta kejujuran dari kedua bola mata Bisma yang bening. Tak lama ia melangkah mendekati Bisma dan langsung mendekap tubuh Bisma yang tidak terlalu besar itu.

"Aku sayang kamu.. Maafin aku kalau aku egois..
Aku juga gak mau kehilangan kamu Bis..
Aku gak sanggup. Aku terlalu sayang kamu.. Maafin aku.. Hiks." Franda terisak lirih dipelukan Bisma.

"Makasih Nda, makasih sayang..
Aku janji akan bahagiain kamu. Aku janji gak akan buat kamu sedih..
Karna hanya kamu yang bisa buat hati aku bahagia. Kanya kamu yang aku cinta dan hanya kamu yang selalu jadi pengisi hati aku. Hanya kamu Nda, hanya kamu Franda.." Bisma mendekap tubuh Franda begitu eratnya. Ia menangis haru penuh rasa bahagia. Puncak kepala Franda serta pundak Franda dikecupnya beberapa kali. Hatinya serasa bahagia karna kini Franda mau lagi bersamanya. Merajut tali kasih dengannya hingga kelak Tuhan akan menyatukannya dengan ikatan yang lebih serius lagi dipelaminan.


"Gue terharu. Cinta mereka kuat. Baru kali ini gue nangis lihat yang kayak gini.." ujar Dicky menyeka air mata dipipinya.

"Gue jadi pingin ngerasain jadi Bisma. Selama ini gue terlalu tertutup dan cuek sama cewek. Karna gue merasa pacar serta kekasih gue itu hanya Raflatahugs.
Tapi ternyata gue salah. Setelah gue melihat adegan ini. Gue merasa kalau gue memang butuh satu pendamping. Gue butuh teman yang bisa diajak berduka dikala gue sedih dan bersenang disaat gue bahagia.
Selain mamah, Raflatahugs dan Smashblast. Gue juga butuh pacar.. Semoga Tuhan kasih gue kekasih dan cinta sekuat kisah Bisma sama Franda. Semoga gue bisa dapat dan rasakan semua itu lagi. Semoga.." Rafael membatin penuh harap. Ia melepas kacamatanya dan ikut menyeka air matanya yang hampir saja keluar.












TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p