Kamis, 02 Mei 2013

Terpaksa BUKAN Cinta #37


Setelah acara sarapan paginya selesai, Bisma pun segera bangkit dari duduknya, Ia berjalan begitu malas menuju lantai atas kamarnya, sikapnya sungguh cuek seperti Bisma yang dulu, bahkan menengok kearah Dhira pun sepertinya sangat enggan sekali



"Hufh.. Mending Gue ke kamar atas aja deh..
Bosen kelamaan deket sama istri pembohong.."ucap Bisma melirik Dhira dengan senyuman kecutnya lalu pergi begitu saja

Dhira hanya bisa diam melihat sikap Bisma yang cuek ini, pandangan matanya sampai berkaca-kaca mendengar ucapan Bisma

"Aku emang istri pembohong Bis, tapi Demi Tuhan Aku gak bermaksud bohongin kamu apalagi ngelanggar perintah kamu, tadi itu cuma kebetulan aja Bis.. Cuma kebetulan.."batin Dhira lirih menatap punggung Bisma yang sudah mulai menjauh, air matanya tiba-tiba menetes membasahi pipi putihnya itu

"kalau Aku gak lagi hamil anak kamu, mungkin tadi kamu gak akan perhatian dan mau ngelus juga ngajak bicara bayi yang masih ada didalam perut Aku ini..
Kamu pasti akan lebih cuek lagi kaya dulu.."pikir Dhira melirik kearah perut buncitnya, Ia tersenyum miris mengingat sikap Bisma tadi yang hanya perhatian pada calon bayinya saja

"maafin Bunda yah sayang, Bunda gak bermaksud buat Ayah kamu marah, Bunda gak tau kalau sampai Ayah bisa semarah itu sama Bunda, maafin Bunda yah.."ucap Dhira mengelus pelan perutnya, rasanya Ia sungguh menyesal telah melanggar ucapan Bisma untuk tidak menemui Rafkha, walaupun tadi sebenarnya hanya sebuah kebetulan dan Rafkha juga tidak salah karna hanya berniat untuk membantu, tapi apa daya? Bisma sudah terlanjur marah karna merasa Dhira tidak mau mendengarkan ucapannya

Dhira pun segera beranjak menuju kamarnya dilantai atas, nafsu makannya pagi ini pun mendadak hilang karna rasa sesal dan sedih akibat ulahnya sendiri.



**
"Hemz.. Sebentar lagi dikamar ini pasti bakalan terdengar suara tangisan bayi.
Ayah udah gak sabar banget pengen denger tangisan kamu disini, Ayah juga gak sabar pengen gendong kamu nanti, Ayah gak sabar banget sayang.."ucap Bisma saat memasuki sebuah kamar yang cukup besar dan terlihat begitu banyak dipenuhi mainan-mainan, atap kamar yang banyak juga digantungi berbagai macam mainan pun menambah suasana kamar yang begitu lucu dan pasti akan disukai oleh setiap anak kecil.
Bisma tersenyum melihat kearah box bayi yang tidak akan lama lagi akan segera ditiduri oleh calon bayinya, Bisma sungguh tidak sabar menunggu kelahiran sang buah hati yang sangat Ia nantikan itu

"Ayah udah siapin ini semua buat kamu sayang..
Ayah yakin kalau kamu udah lahir nanti kamu pasti suka.
Disini banyak banget jenis mainan, ada mobil-mobilan..
Robot-robotan, pesawat,juga helikopter mainan udah Ayah beliin buat kamu.
Ayah bener-bener gak sabar nunggu kamu lahir..
Ayah pengen gendong kamu sayang..
Cepet lahir yah? Biar kamu bisa buat Bunda gak berpaling dari Ayah, biar kamu juga bisa bilang sama Bunda kalau Ayah itu sayaaang banget sama Bunda.."ucap Bisma lagi yang kini malah berbicara layaknya pada anak kandung nya sendiri, padahal bayi itu belum lahir, tapi Ia sungguh mambayangkan kalau didalam box bayi itu sudah terdapat bayinya, Bisma sampai tersenyum membayangkan wajah bayinya kalau sudah lahir nanti

"hufh.. Ayah beneran udah stres nih sayang..
Kamu aja belum lahir, tapi Ayah udah persiapin semuanya sampai selengkap ini, padahal belum tentu kamu itu nanti laki-laki, tapi Ayah udah siapin ini semua..
Hufh.. Aku beneran udah gila Ra gara-gara gak sabar nunggu kelahiran anak kita.
Aku gak sabar sayang.."gumam Bisma lagi, kini Ia merasa kalau yang Ia lakukan itu begitu konyol, bibir Bisma sampai tersenyum geli akan hal konyolnya ini, bahkan Ia menggaruk kepalanya sendiri yang sama sekali tidak gatal

"mudah-mudahan aja kamu gak beneran buat Ayah gila karna gak sabar nunggu kelahiran kamu.
Dan mudah-mudahan juga Ayah bisa sabar nunggu kamu lahir.."Bisma menarik nafasnya panjang seraya melihat kesekeliling kamar calon buah hatinya ini, lagi-lagi bibirnya tersenyum kalau sudah melihat seisi ruangan kamar tersebut, kemudian
Bisma pun segera keluar dan menutup pintunya rapat-rapat.



Siang harinya..


Bisma masih saja asik dengan kegiatan dihari liburnya ini, pandangan matanya begitu fokus menonton acara televisi, Ia begitu asik sampai melupakan Dhira yang entahlah sedang apa Ia sekarang


"haha baru kali ini Gue nonton acara tv, biasanya kalau libur suka ngajak Dhira jalan-jalan keluar, tapi berhubung Gue lagi kesel mending nonton aja deh, lumayan juga acara kartunnya cukup seru"gumam Bisma dengan tawaan kecil yang keluar dari mulutnya, Ia ternyata cukup menikmati hari liburnya yang walau sebenarnya sangat membosankan ini

"huh.. Kalo aja kamu udah lahir pasti Ayah gak akan kesepian gini..
Coba Bunda kamu juga gak buat Ayah kecewa, pasti weekend menjadi hari yang sangat seru dan menggembirakan buat Ayah.."pikir Bisma berandai-andai, ternyata Ia merindukan sosok Dhira juga, tapi berhubung sikap egoisnya tidak mau kalah, ya jadinya seperti ini, masih cuek sama Dhira dan tidak mau menyapa Dhira lagi

"eh tapi kira-kira Dhira lagi apa yah?..
Ko dari tadi gak kelihatan?..
Jangan-jangan Dia kenapa-napa lagi?"pikir Bisma mulai khawatir karna terakhir Ia melihat Dhira saat sarapan pagi

"issshh bego! Kenapa Gue malah bengong disini sih?
Kalo Dhira sama calon anak Gue kenapa-napa kan bisa repot..
Haduuh maafin Aku Ra, Aku gak bermaksud cuek sama kamu ko sayang.."Bisma pun segera beranjak dari duduknya, Ia keluar dari dalam kamarnya untuk mencari keberadaan Dhira sang istri.



Sementara itu..


Ternyata Dhira tengah berada diluar rumahnya, Ia sedang celingak-celinguk seperti mencari seseorang kearah luar rumahnya, tadi Ia memang mendengar suara tukang rujak yang entah datang dari mana hingga suaranya terdengar begitu kencang ketelinga Dhira. Dan entah kenapa juga Dhira merasa ingin sekali makan rujak siang-siang seperti ini, padahal biasanya tidak, bahkan tidak pernah


"duuuh.. Mana sih mamang tukang rujaknya?
Tadi perasaan Dia teriak trus lewat sini deh, tapi ko sekarang jadi gak ada?.."pikir Dhira bingung sendiri, matanya terus celingukan mencari mamang tukang rujak, Ia sampai berjalan mendekat keluar gerbang rumahnya mencari tukang rujak tersebut

"yaah.. Kayaknya udah pergi deh, padahal Aku pengen banget makan rujak.."ucap Dhira terlihat begitu lesu dan kecewa, bahkan Ia seperti yang ingin menangis karna keinginannya tidak bisa terpenuhi

"dulu Bisma sering banget nawarin Aku buat nyari rujak, tapi sekarang Bisma pasti gak mau kalau Aku suruh nyari tukang rujak, Bisma kan lagi marah.."batin Dhira benar-benar hanya bisa menelan ludahnya saja karna keinginannya untuk makan rujak sepertinya tidak akan bisa terpenuhi

"hufh.. Mudah-mudahan aja kalau kamu lahir nanti kamu gak nge'Ces ya sayang?
Bunda beneran gak bisa ngejar tukang rujaknya.."Dhira melirik kearah perut besarnya, dielusnya dengan sangat pelan dan penuh kasih sayang perut besar yang tengah tumbuh calon buah hatinya itu. Rasa sakit dihatinya terasa begitu menusuk karna Ia tidak bisa makan rujak hari ini, yapz mungkin aja Dhira lagi ngidam pengen makan rujak, makanya Ia jadi sesedih ini':(

Dengan langkah yang gontai Dhira pun akhirnya masuk kembali kedalam rumah..



**
"lagi nyari apa?
Gak usah dikeluarin semua juga kali isi kulkasnya, kaya yang gak ada kerjaan banget!"tanya Bisma yang masih saja cuek terhadap Dhira, Ia begitu heran melihat Dhira mengeluarkan semua isi lemari es didapurnya itu, sementara Bisma tadi hendak mengambil air putih karna Ia merasa haus

"B..Bis? A..aku, Akuu.. Cuma lagi nyari buah pear kesukaan Aku Bis, Aku cuma mau makan satu aja ko.
Ka..kamu gak ngelarang Aku kan kalau makan pear?
Ta..tapi kayaknya udah abis, Aku..akuu"Dhira tampak begitu gugup menjawab pertanyaan Bisma, ucapannya sampai terbata dan terpotong-potong

"dari dua hari kemaren juga pear nya udah abis, ya udah nanti Aku cariin!
Tapi kamu jangan jongkok kaya gitu, kasian nanti perut kamu nya sakit trus bayi Aku nya nanti jadi kejepit juga.."ucap Bisma yang ternyata walaupun cuek tapi tetap perhatian pada istri dan calon bayinya itu

"i..iya Bis, A..aku berdiri sekarang, ma..makasih yah?"Dhira pun langsung merubah posisinya menjadi berdiri karna posisi jongkok memang membuat perutnya sakit, namun berhubung Ia tengah mengubek-gubek isi kulkasnya, makanya tadi Ia sampai berjongkok

Bisma berjalan menghampiri Dhira, pandangan matanya kembali tertuju pada perut buncit Dhira hingga seukir senyum pun mengembang dibibir manisnya

"jadi jagoan Ayah pengen buah pear?
Bilang dong sayang, pasti Ayah cariin ko..
Tunggu sebentar yah? Ayah beli dulu, mmmuuaach.."ucap Bisma seraya mengelus lembut perut Dhira, bahkan sampai mengecupnya juga. Dan ini sungguh menjadi pemandangan yang membuat air mata Dhira jatuh

"Aku minta maaf sama kamu Bis, Aku minta maaf.."tiba-tiba Dhira langsung berhambur memeluk tubuh Bisma, rasanya Ia tidak sanggup kalau Bisma hanya memberikan perhatian pada calon bayinya saja

"hiks, maafin Aku..
Aku tau Aku salah, Aku tau gak seharusnya Aku gak nurut sama ucapan kamu, tapi sumpah Demi apapun, Aku sama Rafkha gak sengaja ketemu, kamu salah faham.. Aku gak kuat kalau kamu cuekkin terus..
Aku butuh perhatian kamu juga Bis, Aku sayang kamu..."lirih Dhira yang terus berusaha memeluk tubuh Bisma padahal perutnya terasa sesak karna bersentuhan dengan perut Bisma, maklum perut Dhira kan sudah besar, jadi memang sangat sulit kalau ingin memeluk tubuh suaminya ini

Bisma terdiam sejenak mendengarkan ucapan Dhira, namun perlahan tangannya mencoba melepaskan tangan Dhira yang memeluk tubuhnya

"Aku mau cari buah pear nya dulu..
Gak usah nangis, Aku udah lupain semuanya, hanya ada sedikit rasa kecewa yang gak bisa hilang dari hati Aku.
Aku pergi!"ucap Bisma lagi-lagi sikapnya sangat dingin, Ia pun langsung pergi meninggalkan Dhira tanpa menoleh lagi

Dhira hanya bisa diam mematung mendengar ucapan Bisma, hatinya sungguh teriris karna Bisma masih marah padanya

"kenapa kamu gak cegah Ayah kamu sayang?..
Bunda gak butuh pear nya, Bunda cuma butuh Ayah, Bunda butuh maaf dari Ayah, cuma itu sayang, cuma itu.."air mata Dhira pun semakin deras mengalir, Ia mengelus perut buncitnya seraya melihat kearah Bisma yang sudah mulai menjauh

"Aku terima kalau kamu emang masih marah Bis, tapi Aku gak kuat kalau sikap kamu dingin terus kaya gini..
Aku butuh kamu Bisma..
Aku butuh perhatian kamu,
Aku butuh kamu.."batin Dhira semakin terisak, kemudian Ia pun segera kembali kedalam kamarnya yang terletak dilantai atas.




**
Akhirnya apa yang Bisma cari pun telah Ia temukan, Ia membawa 2'kantung plastik buah-buahan kesukaan Dhira, bahkan entah kenapa tadi Bisma juga sempat membelikan rujak karna ingat kalau Dhira juga suka sama rujak, sepertinya nasib memang sedang berpihak pada Dhira, tanpa Ia minta ternyata juga Bisma sudah memiliki pemikiran yang sama dengan keinginannya


"hufh.. Akhirnya sampe dirumah juga..
Aku udah bawain semua buah-buahan kesukaan kamu Ra, bahkan Aku beliin rujak juga nih..
Yaa kalau kamu gak suka tapi tetep bakal Aku makan ko, soalnya tiba-tiba Aku mendadak pengen makan rujak.."ucap Bisma tersenyum kecil, Ia pun segera meraih kantung belanjaannya dan keluar dari dalam mobil sedan hitamnya itu untuk masuk kedalam rumah

"Aku emang kesel sama kamu Ra, tapi gak bisa Aku pungkirin kalau rasa sayang dan cinta Aku terlalu besar sama kamu.
Jadi walaupun Aku marah Aku akan tetep perhatian sama kamu, terutama sama baby kita.."gumam Bisma tersenyum begitu manisnya, hatinya sungguh merasa bahagia karna menurutnya sikap dinginnya itu hanya karna Ia terlalu sayang dan cinta pada Dhira, dan itu sudah pasti hanya bersifat sementara saja

Bisma pun semakin mempercepat langkah kakinya, Ia sudah tidak sabar memberikan apa yang dibawanya itu kepada Dhira, Dhira pasti senang melihat apa yang Ia bawa dan belikan




namun....



Tiba-tiba


Langkah Bisma langsung terhenti saat hendak membuka pintu rumahnya, Ia begitu kaget melihat kearah rumah yang berhadapan dengan rumahnya itu karna terlihat cukup ramai

"Hah? Bendera Kuning???"pikir Bisma benar-benar dibuat kaget dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya ini

"siapa yang meninggal?
Aah pasti Gue cuma salah lihat..
Udahlah mending Gue masuk aja sekarang.."pikir Bisma yang langsung membuang semua fikiran buruknya, mungkin saja Ia memang hanya salah lihat. Lalu Ia pun segera masuk untuk menemui Dhira..





Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p