Tempat untuk Smashblast Indonesia membaca cerpen cerbung karya Dheana Smashblast
Kamis, 02 Mei 2013
Terpaksa BUKAN Cinta #40
Sore itu Dhira dan Bisma berkunjung langsung ketempat pemakaman Rafkha.
Awalnya Bisma menolak dan tidak ingin menuruti keinginan Dhira dengan alasan tidak perlu karna tidak penting berkunjung pada tempat peristirahatan terakhir seseorang yang telah mengambil jantung kakaknya itu.
Namun Dhira tetap memaksa dan memohon agar Bisma mengantarkan Dhira ketempat pemakaman Rafkha Rahadi.
"ini yang kedua kalinya Aku harus kehilangan kamu Raf, kedua kalinya juga Aku nangis didepan gundukan tanah merah ini.
kenapa harus seperti ini Raf?
Kenapa harus kamu?
Aku gak tau kenapa jantung kamu bisa berada ditubuh Rafkha.
Aku gak tau ternyata jawaban hati Aku yang selalu bingung akan sosok Rafkha ini karna jantung kamu..
Aku gak tau Rafa.."lirih Dhira berderai air mata menatap gundukan tanah merah bertuliskan RAFKHA RAHADI atau Rafkha.
Ia memang tengah berada didepan tempat peristirahatan terakhir Rafkha, namun entah kenapa Ia justru malah membayangkan kalau didepannya itu adalah rumah terakhirnya Rafael bukan Rafkha
"udah sayang, kita pulang sekarang yah?
Udah sore, gak baik kalau wanita hamil terlalu lama disini..
Aku gak mau kalau sampai kamu sama calon bayi kita kenapa napa, kita pulang yah?"tiba-tiba Bisma yang sedari tadi berdiri dibelakang Dhira pun mendekat dan menyentuh pelan pundak Dhira
"tapi Aku masih pengen disini Bis, sebentar lagi yah?"pinta Dhira menoleh kearah Bisma
Bisma malah tersenyum dan berjongkok disamping Dhira, Ia mengelus papan kayu bertuliskan nama RAFKHA dan menatapnya sendu
"Aku emang benci sama Rafkha Ra, tapi bukan berarti Aku seneng karna sekarang Ia sudah pergi.
Aku hanya takut kehilangan kamu, dan sekarang Aku hanya bisa ngucapin kata maaf atas semua sikap buruk Aku sama Rafkha.
Aku tau Thari juga gak sepenuhnya bersalah, mungkin kalau Aku ada diposisi Thari pun Aku akan lakuin hal yang sama.
Aku udah ikhlasin semua, dan biar Aku sama kamu aja yang tau tentang ini, mamah sama papah gak perlu tau sayang..
Aku udah ikhlas.."jelas Bisma yang ternyata sudah tidak marah pada Rafkha lagi, Ia bahkan tidak menuntut apa-apa pada Thari, Ia rasa menuntut apapun itu tidak akan membuat Rafael kembali hidup, jadi jalan satu-satunya hanya ikhlas dan mensyukuri semuanya
Dhira tersenyum mendengar ucapan Bisma yang benar-benar bijaksana. Ia pun beranjak dan menarik pelan tangan Bisma
"Aku seneng sama sikap kamu yang sekarang..
Sikap kamu udah gak kaya dulu lagi Bis.
Kita pulang sekarang yah?
Aku takut baby kita malah kenapa-napa kalau kelamaan disini.."ajak+kagum Dhira melihat sikap Bisma yang sekarang
Bisma hanya menjawab dengan anggukan kecil dan seuntai senyum, Ia pun ikut beranjak untuk segera pergi meninggalkan pemakaman yang cukup luas itu..
**
Semenjak kejadian itu, hubungan Dhira dan Bisma pun semakin romantis dan harmonis.
Bisma selalu berusaha memberikan apa yang Dhira mau walaupun Dhira tidak pernah meminta apa-apa tapi Bisma selalu memaksa agar Dhira mau menuruti keinginannya.
Sedangkan Dhira sendiri hanya bisa pasrah setiap kali Bisma meminta hal-hal aneh padanya, dan itu tidak terjadi seperti pada ibu hamil pada umumnya, karna ini justru Bisma lah yang sering minta yang macem-macem terhadap Dhira.
"uhh.. Udah dong Yah, perut Bunda nya sesek nih..
Ayah meluknya udah kelamaan, sesek yaah.."terlihat Dhira tengah berusaha melepaskan tangan Bisma yang menarik pinggangnya kedalam pelukan Bisma, Ia sungguh kehabisan nafas akan ulah suaminya ini, sedangkan Bisma sendiri malah asik memejamkan matanya menikmati kehangatan tubuh Dhira yang menempel diperutnya
"Yaah.. Aduh perut Bunda jadi sakit nih..
Udah dong meluknya, katanya cuma sebentar? Ini udah 15'menit loh..
Sesak yaah.."keluh Dhira lagi, Ia pun kembali mencoba mendorong tubuh Bisma agar mau melepaskan pelukannya
"isssh bohong banget sih kamu Bun, baru juga 10'menit..
Lagian Baby kita gak akan ngerasa sakit kalau deket sama Ayahnya, Dia pasti seneng..
Iya kan sayang? Muaaach, Ayah sayang banget sama kamu.."Bisma pun melepaskan pelukannya, Ia tersenyum menatap wajah Dhira dan sekilas melirik kearah perut buncit Dhira, lalu mengecupnya lembut. Dhira hanya tersenyum kecil melihat sikap Bisma yang begitu menyayangi calon buah hatinya ini
"kamu selalu mengistimewakan bayi ini Bis..
Aku bener-bener gak bisa bayangin kalau bayi ini udah lahir..
Aku jadi gak sabar pengen lihat ekspresi wajah kamu kalau lihat baby kita nanti, pasti seneng banget.. Iya Aku yakin kamu pasti seneng banget..."batin Dhira tersenyum menatap wajah Bisma, Ia mengelus perut buncitnya dan membayangkan saat bayinya sudah lahir nanti, sungguh bayangan yang begitu indah dan tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata
"aissh malah senyum-senyum sendiri lagi?
Kamu kenapa sih Bun? Kesambet ketampanan Ayah yah?"Bisma mengerutkan keningnya melihat Dhira yang malah senyam-senyum sendiri sambil mengelus perut buncitnya
"issh apaan sih? Pede banget kamu yah..
Udah keluar sana, Bunda mau mandi dulu, gerah banget nih.."risih Dhira mengalihkan pembicaraan, Ia pun segera beranjak menuju kamar mandi didalam rumahnya
"mau Ayah temenin gak?"tanya Bisma sedikit berteriak dan menahan tawanya
"enggak usah, kalo sama Ayah bisa dua jam Bunda mandinya.."tolak Dhira ketus yang langsung masuk kedalam kamar mandinya. Bisma hanya terkekeh geli mendengar ucapan Dhira
"ahaha fitnah nih kamu Bun, cuma sejam juga bukan dua jam, ahaha.."protes Bisma tertawa kecil.
"hemz.. Sambil nunggu Dhira selesai mandi, mending Gue buatin Dhira makanan aja deh, Dhira kan belum makan dari tadi siang.
Uhhh spagheti buatan Bisma Karisma pasti enak banget tuh..
Dhira kan suka bangett, Gue bikin ahh"pikir Bisma tersenyum yakin, Ia pun segera keluar dari dalam kamarnya untuk membuat makanan yang menurutnya disukai Dhira itu.
**
"aduuhhh.. Kenapa jadi kaya gini sih?..
Arrgghh!! BEGO, kenapa Gue gak bisa jagain istri Gue sendiri? Kenapa Gue se bodoh ini?.."Bisma terlihat begitu panik mengendarai mobil hitamnya, pandangannya begitu panik melihat kearah jalanan dan kearah Dhira yang terus menerus merintih disampingnya.
Tadi Dhira sempat jatuh dikamar mandi, dan sekarang Bisma dalam perjalanan menuju Rumah Sakit karna Dhira mengalami pendarahan yang cukup hebat akibat benturan diperutnya
"ssshh.. Bisss, sakkiitt aarrggh, Bisma sakit Biss.."rintih Dhira memegangi perut besarnya, Ia sampai menggigit bibirnya sendiri menahan rasa sakit yang teramat sangat ini
"sabar ya sayang, maafin Aku Ra, Aku udah gak bisa jagain kamu.
Kamu yang sabar yah sayang? Kamu harus kuat, kamu pasti bisa Ra, kamu pasti bisa sayang.."Bisma mencoba menenangkan meskipun Ia sendiri sangat panik, Ia mengelus perut Dhira yang terus Dhira cengkrang karna sangat sakit, sedangkan pandangan matanya sibuk memperhatikan jalan raya dan juga keadaan Dhira
"Aaaaaaaaww!! Bisss, sakit Bismaaa aku gak kuaat.."rintih Dhira yang terus menjerit menahan sakit, Ia pun mencengkram kuat tangan Bisma karna bayi didalam kandungannya itu terus berkontraksi menambah rasa sakit diperutnya
"sabar yah sayang sabar..
Sebentar lagi kita sampe ko, kamu harus kuat, kamu pasti bisa Ra, kamu pasti bisa.."ucap Bisma lagi, Ia pun semakin mempercepat laju mobilnya agar cepat sampai di Rumah Sakit
"Ya Allah.. Tolong kuatkan istri dan Anak hamba..
Jangan biarkan keduanya kenapa-napa, selamatkan Dhira dan Rama ya Allah.."batin Bisma menatap miris keadaan istrinya ini, sedangkan Dhira terus merintih dan menjerit menahan rasa sakit.
@Rumah Sakit
Dhira pun langsung masuk kedalam Ruangan Bersalin karna Ia memang akan segera melahirkan.
Begitupun dengan Bisma yang ikut masuk kedalam ruangan tersebut karna ingin mendampingi Dhira saat proses persalinan
"Ayo Bu, dorong.. Sedikit lagi, iya terus dorong.. Sekit lagi Bu.."ucap seorang Dokter perempuan yang membantu proses persalinan Dhira
sementara Dhira sendiri seperti kehabisan tenaga karna tidak mampu mengejan lagi
"uh..uhh.. Aaaa.. Sakiitt..
Uuh aku gak kuat Bis, sakiit.."rintih Dhira melirik kearah Bisma yang berdiri disampingnya, rasanya Ia sudah hampi menyerah mengeluarkan bayi pertamanya ini karna rasanya sangat sakit seperti akan melepas nyawa
"enggak sayang, kamu pasti bisa Ra, kamu pasti Bisa.
Ayo sayang ikutin kata Dokternya, kamu pasti bisa sayang.. Ayo Ra.."ucap Bisma terus menyemangati, dahinya sampai mengeluarkan keringat karna ikut panik juga melihat proses persalinan istrinya sendiri
Dhira melirik kearah Bisma dan menggelengkan kepalanya seolah Ia memang tidak sanggu lagi karna tenaganya sudah terkuras habis menahan rasa sakit diperutnya
"enggak sayang kamu gak boleh nyerah, kamu pasti bisa.
Ayo Ra, demi bayi kita sayang, demi baby kita Ra, kamu pasti bisa.."ucap Bisma lagi, matanya pun berkaca-kaca karna takut melihat ekspresi wajah Dhira yang tidak bertenaga itu
"sakit Bis.. Aku udah gak kuaat..
Aaarrrggh!!"ritih Dhira lagi-lagi menggelengkan kepalanya
"ayo Bu, sedikit lagi.
Itu kepala bayinya sudah kelihatan, Ibu pasti bisa, ayo Bu.. Dorong yang kuat, Ibu pasti bisa.."suruh Dokter perempuan ini, kedua tangannya sudah siap ditengah-tengah kaki Dhira untuk meraih bayi Dhira kalau sudah lahir nanti
Bisma pun semakin mempererat genggaman tangannya dan menatap penuh harap agar Dhira bisa melakukannya
"Aaaaaaaaaa...!!
Saakiiit Bisss.. AAAAAAAA!!!!"teriak Dhira seraya mendorong bayinya agar keluar, Ia mengeluarkan seluruh tenaganya agar bayinya bisa cepat lahir dengan selamat tanpa melalui proses operasi atau lainnya
"Oeeekkk-oeeeekk!!!"akhirnya suara tangisan bayi yang begitu nyaring pun terdengar saat Dhira berteriak tadi, sungguh air mata Bisma dibuat menetes saat suara tangis bayinya terdengar dikedua telinganya sendiri
"bayinya udah lahir sayang..
Bayinya udah lahir Ra, bayi kita Ra.. Bayi kita sayang.."dengan perasaan haru dan bahagia Bisma pun mengecup tangan Dhira berkali-kali. Ia juga mengecup kening Dhira karna saking bahagianya melihat bayi pertamanya sudah lahir kedunia ini dengan selamat
"sebaiknya Anda tunggu diluar dulu karna Ibu dan Bayinya harus dibersihkan terlebih dahulu.."suruh seorang suster yang mendampingi Dokter perempuan ini
"Baik sus.
Aku keluar dulu ya sayang..
Sekali lagi makasih ya Ra, makasih banyak sayang... Muaaach.."Bisma kembali mengecup kening Dhira, Ia pun segera keluar dari ruangan bersalin itu dan sesekali melirik kearah bayi mungil yang masih berlumuran darah ditangan sang Dokter.
Sedangkan Dhira hanya tersenyum kecil kearah Bisma tanpa mengucapkan sepatah katapun karna tubuhnya teramat sangat lemah.
Sementara itu...
"Pokoknya kita harus ke Indonesia sekarang mah.
Raja sudah lahir.. Papah udah gak sabar buat gendong Raja mah, dia pasti ganteng kaya papah..
Papah udah gak sabar mah.."ucap om lelaki paruh baya yang ternyata om Landry ini begitu antusias, Ia sampai mengemas cepat baju-bajunya kedalam koper agar bisa segera pulang kembali ke Indonesia
"sabar pah sabar..
Ini mamah lagi kemasih bulu pakaian kita nya.
Lagian Bisma bilang namanya Rama pah bukan Raja. Kenapa papah selalu manggil bayi Bisma itu Raja? Bayinya aja baru lahir sekarang dan Bisma bilang namanya Rama pah bukan Raja.."jelas+protes tante Nela sedikit kesal akan sikap suaminya ini, apalagi om Landry terus memanggil nama Raja. Padahal Bisma sudah memberitahu kalau kelak jika bayinya lahir dan laki-laki akan diberinama Rama bukan Raja
"namanya akan tetap RAJA mah, gak ada Rama-Rama an.."tegas om Landry kekeuh. Tante Nela hanya menghela nafasnya panjang dan kembali mengemas cepat koper pakaiannya
"ya udah terserah papah aja, mamah yakin sebentar lagi pasti akan ada debat besar antara anak sama papahnya.
Huh, paling males mamah kalau udah lihat papah debat sama Bisma, pasti Bisma yang bakalan ngalah ngadepin sikap keras kepala papah.
Tapi semoga ada keajaiban deh, biar nama bayinya tetap Rama BUKAN Raja!"jelas tante Nela melirik kesal kearah om Landry. Namun om Landry malah membalas dengan senyuman devilnya
"haha itu enggak mungkin mah, Bisma itu gak mungkin bisa nolak keinginan papah.
Dia anak papah, dan Bisma pasti gaka akan ngecewain papah.."batin om Landry tersenyum senang..
Bersambung....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p