Tempat untuk Smashblast Indonesia membaca cerpen cerbung karya Dheana Smashblast
Kamis, 02 Mei 2013
Terpaksa BUKAN Cinta #38
Bisma terus melangkahkan kakinya memasuki rumah yang sangat mewah ini, bibirnya tak berhenti tersenyum karna sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Dhira sang istri dan ingin melihat ekspresi wajah Dhira kalau apa yang Ia mau sudah Bisma belikan
"Aku jadi gak sabar pengen lihat kamu makan buah-buahan yang Aku bawa ini Ra, pasti kamu bakalan gak berhenti senyum karna Aku bawain macam-macam buah-buahan yang kamu suka, Aku yakin kamu pasti seneng.."bibir Bisma kembali tersenyum kecil, sesekali Ia pun melirik kearah kantung plastik yang dibawanya, rasa bahagianya sungguh tidak bisa Ia sembunyikan lagi walaupun sebenarnya masih kecewa pada Dhira, tapi semua kekecewaan itu seolah sirna kalau sudah terbayang wajah cantik Dhira sang istri
"hemp.. Ternyata masih setia nungguin Ayah yah?.."ucap Bisma tiba-tiba saat melihat Dhira duduk diatas sofa ruang tamunya.
Bisma berjalan cepat menghampiri Dhira dan mengelus perut Dhira yang sudah membesar itu
"maaf ya sayang, jagoan Ayah pasti udah nunggu kelamaan.."ucap Bisma lagi yang kini berjongkok seraya mengelus perut Dhira, Ia sungguh sangat menyayangi calon buah hatinya ini, bahkan kalau sudah seperti ini Dhira minta apapun pasti akan Bisma berikan karna Bisma tau apa yang Dhira mau itu adalah kemauan calon bayinya juga
"gak papa ko Yah, Ayah enggak lama perginya, jadi Bunda sama baby kita gak terlalu kesal nungguinnya.."balas Dhira tersenyum manis, Ia mengelus lembut rambut Bisma dengan perasaan yang sungguh bahagia hingga membuat Bisma pun ikut tersenyum kearahnya
"buah Pear nya dimakan yah Bun?
Tadi udah Ayah beliin.."ucap Bisma tiba-tiba yang membuat Dhira sungguh kaget tidak percaya
"a..apa Bis?
Kamu udah mau manggil Aku Bun lagi?
A..aku gak salah denger kan?.."batin Dhira menatap Bisma seolah tidak percaya kalau Bisma bersikap seperti biasanya lagi, padahal Ia tau sendiri kalau semalam dan tadi Bisma sangat cuek padanya
"hey.. Ko Bunda malah diem? Katanya tadi mau Pear?
Atau mau Ayah kupasin?
Ya udah Ayah kupasin dulu yah?
Bunda tunggu disini.."ucap Bisma lagi yang berhasil membuyarkan lamunan Dhira, Ia pun segera membawa beberapa buah Pear untuk Ia kupas dan potong-potong terlebih dahulu agar Dhira bisa langsung memakannya
"Ya Allah.. Ternyata Bisma beneran udah gak marah lagi, Aku beneran beruntung bisa punya suami kaya Bisma, terimakasih ya Allah.."lirih Dhira terharu melihat sikap Bisma yang sungguh sangat baik dan penuh perhatian ini. Ia melirik perut buncitnya dan mengelusnya pelan, Ia merasa kalau bayi yang tengah dikandungnya itu adalah sumber kebahagiaan yang bisa membuat Bisma begitu baik dan penuh kasih sayang
"makasih yah sayang, makasih karna kamu udah mau tumbuh dirahim Bunda.
Bunda gak tau kalau kamu gak ada disini, mungkin Ayah kamu udah gak akan sayang sama Bunda lagi, tapi karna kehadiran kamu sikap Ayah menjadi begitu tulus dan pehuh kasih sayang..
Bunda sayang banget sama kamu nak, Bunda sayang..."lirih Dhira sampai meneteskan air mata bahagianya, tangan halusnya begitu lembut mengelus perutnya yang buncit yang kini tengah tumbuh buah cintanya bersama Bisma.
**
Bisma kini tengah memperhatikan Dhira yang asik memakan potongan-potongan buah Pear yang Bisma sodorkan tadi, Ia begitu seksama melihat wajah Dhira saat melahap buah-buahan yang sangat manis itu
"seneng deh bisa wujudin apa yang kamu mau Bun, rasanya hati Ayah lega banget.."batin Bisma tersenyum menatap wajah Dhira
"ko lihatinnya kaya gitu banget sih?
Aku jelek yah?.."tanya Dhira heran, Ia pun menghentikan acara makan buah pear nya karna merasa aneh Bisma menatapnya seperti itu
"e..enggak ko sayang..
Aku tuh justru seneng banget, maafin Aku yah Ra, Aku gak bermaksud ko cuekkin kamu, Aku minta maaf sayang..
Maafin Ayah ya Bun?.."balas Bisma tersenyum begitu manis, matanya menatap teduh wajah Dhira, sungguh Dhira dibuat tersipu malu mendengar ucapan suaminya ini
"kamu gak perlu minta maaf Bis, harusnya Aku yan minta maaf..
Maafin Bunda yah? Bunda janji gak akan ngecewain Ayah lagi, Bunda janji yah.."balas Dhira pelan seraya menyenderkan kepalanya didada bidang Bisma, tangannya pun merangkul pinggang Bisma meskipun cukup sulit karna perut Dhira yang besar
"Ayah sayang banget sama kamu Bun, sayaaang banget..
Jadi Ayah gak mungkin kalau gak maafin Bunda, apalagi sebentar lagi Bunda akan kasih Ayah baby, Ayah sungguh bahagia Bun, makasih banyak ya sayang?
Aku beneran bahagia atas semua ini.."Bisma menempelkan dagunya diatas kepala Dhira, tangan kanannya mengusap bahu Dhira, sedangkan tangan kirinya mengelus perut Dhira yang besar, Bisma bahkan mengecup perut Dhira yang tengah tumbuh calon bayinya itu dengan sangat penuh kasih sayang
"cepet lahir yah jagoan Ayah..
Ayah gak sabar pengen gendong kamu sayang, Ayah juga gak sabar pengen kasih kamu nama yang udah Ayah siapin dari dulu, Ayah tunggu kamu jagoan emuuuaach"ucap Bisma mendaratkan satu kecupan yang begitu lembut diperut Dhira
"iya Ayah, dede juga udah gak sabar pengen Ayah gendong..
Tapi Ayah harus tetep sabar nunggu kelahiran dede nya.."balas Dhira menirukan nada suara anak kecil, Bisma pun menoleh kearah Dhira dan tersenyum
"namanya Rama sayang bukan dede.."ucap Bisma tiba-tiba yang membuat Dhira mengerutkan keningnya
"ko Rama? Kan belum ketahuan laki-laki atau perempuannya, masa maen dikasih nama aja?
Lagian baby kita nya kan belum lahir, jadi gak boleh dikasih nama dulu.."protes Dhira tidak setuju
"gak papa donk, lagian Aku yakin banget sayang kalau bayi kita itu laki-laki, jadi Aku akan kasih Dia nama RAMA yang artinya DhiRA dan BisMA, iya kan Rama? Muach.."jelas Bisma kekeuh, Ia pun kembali melirik perut Dhira dan mengecupnya sekilas membuat Dhira terkekeh geli melihat sikap suaminya ini
"ya udah terserah kamu aja.. tapi kan dulu papah udah bilang kalau cuma papah yang berhak kasih nama buat baby kita, jadi kamu siap-siap kecewa aja nanti yah?"ucap Dhira melirik kearah suaminya dengan candaan kecilnya itu
"Aku Ayahnya sayang, jadi Aku lebih berhak.
Papahkan cuma Eyang nya aja, Dia gak ada hak buat kasih baby kita nama.
Jadi cuma Aku yang paling berhak, iya kan sayang? Muach-muach.."balas Bisma tetap kekeuh dan kembali mendaratkan kecupan-kecupan lembutnya diperut besar Dhira
"ya Allah.. Belum lahir aja kamu udah kaya gini Bis, kamu beneran sayang sama anak ini.
Aku gak bisa bayangin kalau bayinya udah lahir nanti, kamu pasti akan lebih sayang sama bayi ini.."batin Dhira tersenyum kecil melihat tingkah Bisma.
Sementara itu..
Terlihat seorang perempuan cantik menatap penuh kesedihan pada sebuah gundukan tanah merah yang masih basah dihadapannya, air matanya tak henti menetes melihat papan kayu yang menancap diatas gundukan tanah tersebut bertuliskan nama lelaki yang sangat dicintainya
"Hiks.. Aku gak tau apa Aku bakal sanggup tanpa kamu Raf, Aku tau ini pasti akan terjadi, tapi kenapa harus secepat ini?..
Kenapa kamu harus pergi sekarang? Kenapa Raf, kenapa?.."air matanya pun kembali menetes, tubuhnya seolah dibuat lemas karna kini suami yang sangat dicintainya telah pergi dan berbaring didalam gundukan tanah merah yang masih basah ini.
"Asal kamu tau aja Raf, sekarang diperut Aku lagi ada anak kamu. Aku belum sempet kasih tau kamu karna Aku pengen disaat ulang tahun kamu yang ke 22 besok Aku kasih taunya, tapi kamu udah pergi sebelum waktu itu tiba, maafin Aku Raf Aku gak bermaksud nyembunyiin kebahagiaan yang sangat kamu impikan ini..
Aku gak bermaksud nyembunyiin semuanya dari kamu, Aku minta maaf Rafkha Aku minta maaf..."perempuan bernama Lestari atau Thari ini terus menangis dan merasa menyesal karna Rafkha belums empat tahu tentang kabar kehamilannya, padahal itu adalah sesuatu yang sangat Rafkha dambakan sejak 2'tahun yang lalu. Dan sekarang Thari hanya bisa menangis dan menangis..
Ia tau kalau Rafkha pasti akan pergi meninggalkannya, namun Ia tidak menyangka kalau harus secepat ini
"Aku janji akan besarin anak kita nanti Raf, Aku juga janji akan menjaga dan merawat anak kita.
Bahkan Aku juga jani secepatnya Aku akan ceritain tentang siapa yang udah membuat kamu bertahan selama beberapa bulan terakhir ini.
Aku akan minta maaf dan berterimakasih sama orang itu Raf, kamu gak usah khawatir yah?
Aku janji Aku akan kuat disini, karna itu yang selalu kamu pesan saat kamu masih hidup.
Kamu mau Aku kuat dan enggak nangis kalau kamu pergi.
Aku akan coba lakuin itu semua meski sangat sulit, Aku akan coba Raf, Aku sayang kamu..."Thari mencium patok kuburan bertuliskan nama RAFKHA RAHADHI atau Rafkha suaminya.
Kemudian Ia pun segera bangkit dan bergegas meninggalkan tempat peristirahatan terakhir Rafkha karna keluarganya yang lain sudah berhamburang pulang..
Bersambung...
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p