Kamis, 02 Mei 2013

Terpaksa BUKAN Cinta #39


Hari ini Bisma sengaja tidak masuk kantor karna Ia berencana untuk mengajak Dhira sang istri untuk berbelanja perlengkapan bayi. Entahlah kenapa tiba-tiba Bisma ingin sekali mengajak Dhira pergi, padahal perut Dhira sudah semakin membesar saja, tapi Bisma tidak peduli dan tetap saja kekeuh ingin mengajak Dhira pergi.



"hufh.. Ayah kamu itu bener-bener keras kepala sayang, gak tau apa kalau Bunda udah susah jalan gini? Tapi tetep aja Ayah kamu itu ngajakin Bunda pergi, padahal semua alat-alat perlengkapan kamu kan udah kumplit semuanya, Ayah kamu mau beli apalagi coba sayang?"terlihat Dhira terus menggerutu gak jelas saking kesalnya dengan sikap Bisma ini, Ia bagaikan orang yang tidak waras karna berbicara dengan perutnya sendiri yang buncit itu

"udah deh sayang.. Cuma belanja aja juga, lagian Aku pasti jagain ko, jadi gak mungkin kamu sama baby kita kenapa-napa.."Bismakeluar lebih dulu dari dalam mobilnya. Ia membantu Dhira untuk keluar karna memang sedikit kesulitan

"tapi perlengkapan baby kita semuanya udah lengkap kan Bis?
Mau beli apalagi coba?"Dhira menatap Bisma masih dengan tatapan kesal

"beli apa ajalah, beli baju buat Bundanya juga boleh, iya kan sayang? Muach.."Bisma menjawab ngasal seraya mengecup perut besar Dhira. Ia terlihat begitu bahagia dengan raut wajahnya yang berseri itu

"hemz.. Ya udah terserah Ayah aja, tapi jangan lama-lama ya Yah belanja nya.."pasrah Dhira akhirnya mau mengikuti apa yang diinginkan oleh suaminya ini

Bisma pun kembali tersenyum dan segera menggandeng mesra tangan Dhira untuk memasuki area perbelanjaan yang cukup ramai.



**
"yang ini bagus ya Bun? Warnanya merah hitam, trus ada gambar lucunya juga, kita beli yah?"Bisma menunjuk sebuah pakaian bayi kearah Dhira, Ia begitu antusias sendiri memilih berbagai macam baju atau perlengkapan bayi lainnya. Sedangkan Dhira dari tadi hanya menghela nafasnya karna bingung dengan sikap Bisma yang tidak seperti biasanya ini

"itu kan buat anak yang usianya satu tahunan yah, baby kita aja belum lahir, Dia masih disini nih.. Masa udah beli baju ukuran balita gitu??"protes Dhira menunjuk perut buncitnya, Ia semakin tidak mengerti akan sikap Bisma hari ini

"hehe gak papa dong sayang, biar punya stok banyak, jadi kalau usianya udah beberapa bulan, baju ini pasti bisa Ia pake, boleh ya sayang?"pinta Bisma menatap melas wajah Dhira

"hufh.. Ya udah terserah Ayah aja deh, Bunda udah pengap disini nih yah, dimobil juga udah banyak kan yang Ayah beli?
Kita pulang aja yuk?
Capek yah.."pasrah+ajak Dhira yang sudah kelelahan ini

"capek Bun?"Bisma masih saja melontarkan pertanyaan yang konyol ini

"banget yaaah, pulang ya?
Bunda takut nanti baby kita malah kenapa-napa lagi.."jawab Dhira memasang muka melas

Bisma melirik perut besar Dhira, Ia juga menatap wajah Dhira yang memang sangat terlihat lelah itu

"maafin Ayah ya Bun?
Ayah gak ada maksud buat Bunda capek ko, ya udah kita pulang yah?
Muach, maafin Ayah juga yah sayang?.."ajak Bisma akhirnya. Ia mengecup lembut perut Dhira kemudian segera beranjak untuk pulang, baju yang tadi dipilihnya pun tidak jadi Ia beli karna tidak tega melihat wajah Dhira yang sangat kelelahan ini.



**
Mobil sedan Hitam Bisma terlihat sudah terparkir rapi didepan rumahnya. Ia pun segera turun dan membantu Dhira untuk keluar


"awas Bun, pelan-pelan.."ucap Bisma begitu hati-hati membantu istrinya keluar dari dalam mobil

"iya Yah, ini juga udah pelan.."balas Dhira tersenyum kecil

Bisma pun menggandeng tangan Dhira untuk memasuki rumah mewahnya ini. Perlahan Ia melangkahkan kedua kakinya untuk masuk.
Namun entah kenapa tiba-tiba Bisma dan Dhira menghentikan langkahnya melihat sosok perempuan berdiri tepat didepan rumah Dhira


"Le..lestari?"pekik Dhira kaget melihat sosok perempuan tersebut yang ternyata adalah Lestari atau Thari, istri dari Rafkha tetangga disebelah rumahnya itu

"Akhirnya kalian berdua pulang juga..
Aku nungguin kalian disini dari tadi"ucap Thari tersenyum kecil menoleh kearah Bisma dan Dhira

"kamu nungguin Aku sama Bisma?
Memangnya ada hal apa?
Apa itu penting?"tanya Dhira melangkahkan kakinya mendekati Thari. Sedangkan Bisma terlihat begitu cuek tanpa mau melirik apalagi menyapa Thari

"sebenarnya Akuu..aku kesini mauu"ucapan Thari terpotong

"kita bicara didalam aja ya?
Enggak enak kalau disini, yuk? Kita masuk.."ajak Dhira begitu ramah dengan senyumannya yang sangat khas itu

"i..iya makasih.."balas Thari mengangguk kecil, Ia pun segera mengikuti Dhira untuk masuk kedalam rumahnya

"heufh.. Mudah-mudahan aja nih cewek gak buat emosi Gue meluap lagi. Udah cuku suaminya aja yang Gue tonjok, karna Gue gak mungkin kalau harus nyakitin fisik seorang cewe"batin Bisma menatap sinis Thari, Ia sungguh tidak suka kepada Thari apalagi Rafkha yang selalu membuat keharmonisan rumah tangganya renggang dan bermasalah terus

Bisma pun ikut masuk kedalam rumahnya membuntuti Dhira dari belakang. Ia juga masih penasaran dengan maksud kedatangan Thari, apalagi bendera kuning didepan rumah Thari yang dilihatnya semalam itu masih jadi pertanyaan yang terus terngiang diotaknya, karna Bisma memang tidak tau dan tidak mau tahu lebih tepatnya lagi tentang keadaan tetangganya itu.


**
"maaf kalau sebelumnya Aku datang kesini secara tiba-tiba seperti ini, jujur Aku gak berani kalau harus bicara langsung sama kalian berdua.
Sekali lagi Aku minta maaf, tapi ini atas permintaan Rafkha, Dia yang udah maksa Aku untuk bicara yang sebenarnya sama kalian, sekali lagi Aku minta maaf sebelumnya.
Aku..aku gak bermaksud buat ngelakuin ini semua, Aku beneran gak ada maksud, tapi keadaan yang memaksa Aku buat ngelakuin ini semua, Aku minta maaf.."ucap Thari menundukkan kepalanya, Ia terlihat begitu ketakutan dan sangat takut hingga tidak berani menatap wajah Dhira dan Bisma yang duduk didepannya itu, sedangkan Dhira dan Bisma sendiri hanya cengo tidak mengerti apa yang dimaksud Thari akan ucapan yang membingungkan ini

"ma..maksud kamu apa sih Thar? Ka..kamu kenapa?
Kenapa kamu harus minta maaf?
Trus i..itu suami kamu, maksud kamu apa sih? Aku beneran gak ngerti.."bingung Dhira yang sulit memahami apa yang Thari maksud ini

"udah deh kalo bicara yang jelas, gak usah berbelit-belit, bikin orang bingung aja"ucap Bisma tiba-tiba dengan nada bicaranya yang sangat dingin itu

"Bis?"Dhira menyikut pelan lengan Bisma agar Bisma menjaga bicaranya

"ma..maaf, Aku..akuuu"Thari masih terlihat begitu gugup dan takut, apalagi Bisma sampai berbicara seperti itu, sungguh sudah bisa ditebak watak Bisma seperti apa, dan sebentar lagi Bisma pasti akan memarahinya habis-habisan kalau Ia sudah menjelaskan semuanya

"udah, kamu bicara pelan-pelan aja yah.
Kalau memang ada yang mau kamu bicarain, kamu pelan-pelan aja jelasinnya, gak perlu minta maaf terus.."ucap Dhira tersenyum lembut kearah Thari, Ia mengubah posisinya menjadi duduk disebelah Thari agar bisa lebih dekat dan Thari mau menjelaskan apa maksud dan tujuannya ini

"hufh.. Ya udah Aku akan jelasin semuanya.."Thari menarik nafasnya panjang melirik kearah Dhira dan Bisma

"ya udah jelasin aja, gak usah bertele-tele deh, suami sama istrinya sama aja"gumam Bisma masih saja sinis


"Sebenarnya Rafkha itu...."Thari pun memulai semua yang ingin disampaikannya pada Bisma dan Dhira. Ia menjelaskan dari awal sampai akhir.
Dimana saat beberapa waktu lalu Ia sungguh kalut karna kondisi Rafkha sungguh drop dan sangat sulit untuk bisa diselamatkan.
Thari sungguh takut kalau sampai Tuhan mengambil nyawa suaminya itu, suami yang memang menderita suatu penyakit yang sangat mematikan dan sangat sulit untuk disembuhkan.
Rafka mengidap kelainan Jantung, jantungnya memang sangat bermasalah setelah peristiwa kecelakaan beberapa tahun silam.
Dokter memang sudah berkali-kali menyarankan agar Rafkha melakukan operasi pencangkokan jantung, namun semua itu tidak bisa dilakukan karna tidak ada pendonor jantung yang cocok untuk Rafkha.
Mulanya Rafkha tidak mau dioperasi karna menurutnya itu percuma dan tidak bisa membuatnya bertahan hidup lebih lama, kalaupun operasi itu dilakukan pasti hanya bertahan beberapa bulan saja karna penyakit yang dideritanya tidak hanya jantung, melainkan kanker hati yang sudah memasuki stadium lanjut itu.
Namun Thari selalu menyemangati Rafkha kalau di Duniaini itu tidak ada yang tidak mungkin, apalagi profesi Thari sendiri sebagai seorang Dokter ahli.

Tepatnya saat itu kondisi Rafkha sudah benar-benar parah, kondisinya sangat kritis, bahkan Dokter yang sangat ahli pun sudah angkat tangan akan penyakit Rafkha ini, dan jalan satu-satunya harus melakukan oprasi pencangkokan jantung, dan mencari satu jantung yang cocok dengan Rafkha itu sungguh sulit, bahkan sangat sulit.
Hingga akhirnya Thari tidak sengaja melihat suatu jasad yang terbujur kaku diruang mayat, jasad itu memang masih segar karna menurut keterangan yang ada, jasad laki-laki yang wajahnya sangat mirip dengan Rafkha itu membuat hati Thari bergetar dan ingin sekali menghampiri jasad yang sudah terlihat kaku itu, jasad yang membuatnya kaget karna wajahnya begitu mirip dengan Rafkha suaminya yang saat itu sangat kritis.

"semoga jantung lelaki ini cocok dengan jantung Rafkha.
Ya Tuhan, maaf kalau Aku harus melakukan hal ini tanpa sepengetahuan keluarga lelaki ini, tapi Aku sungguh memerlukannya Tuhan, Aku sudah tidak punya banyak waktu lagi.."batin Thari lirih, Ia pun segera membawa ranjang rumah sakit untuk memindahkan jasad laki-laki tersebut keruangan lain untuk segera melakukan oprasi, padahal seharusnya Ia tidak melakukan semua ini, namun keadaanlah yang membuatnya melakukan hal yang sangat konyol ini.


Setelah operasi selesai, ternyata kondisi Rafkha cukup membaik. Oprasi berjalan dengan lancar, dan donor jantung untuk Rafka memang sangat cocok bahkan begitu cocok.
Thari sendiri sempat tidak mempercayai, namun kenyataannya memang seperti itu.
Jasad laki-laki yang menjadi pendonor jantung untuk Rafkha pun kini sudah dibawa oleh pihak keluarganya untuk segera dimakamkan agar tidak membusuk jika terlalu lama dibiarkan.
Namun Thari seolah lupa akan jasad tersebut, bahkan Ia tidak memberi tahu pihak keluarga pendonor jantung untuk Rafkha itu kalau jantung nya sudah Ia ambil, Thari seolah lupa itu semua, hingga sampai saat ini Thari tidak tahu siapa lelaki itu dan siapa keluarganya.

Semalam sebelum kondisi Rafkha memburuk Rafkha sempat bertanya pada Thari tentang siapa pendonor jantung untuknya?
Ia bertanya kenapa jantungnya selalu berdebar kencang saat bertemu dengan Dhira perempuan yang Rafkha sendiri tidak terlalu kenal dan akrab. Rafkha selalu merasa berdebar tidak karuan kalau dekat dengan Dhira, apalagi saat itu Rafkha sempat mengangkat tubuh Dhira dan membantu Dhira masuk kedalam kamar. Sungguh itu menjadi pertanyaan besar dalam benak Rafkha tentang siapa Dhira? Dan apa hubungannya dengan jantung yang masih berdebar didalam tubuhnya.
Ia juga sempat memberitahu Thari kalau Ia melihat ada sebuah bingkai photo yang wajahnya sangat begitu mirip dengan wajahnya, bahkan bukan hanya mirip, tapi begitu sama percis dengan wajahnya.
Rafkha pun semakin dibuat heran akan keganjilan itu semua. Apalagi saat Rafkha bertanya pada Dhira tentang siapa sosok lelaki yang sangat mirip dengannya itu, Rafkha pun semakin penasaran dan berfikir kalau lelaki itu adalah pendonor jantung untuknya karna waktu itu Thari sempat bilang kalau pendonor jantung untuknya itu memiliki wajah yang sangat mirip dengan Rafkha.

Hingga akhirnya Thari pun berfikiran kalau lelaki yang Rafkha maksud itu memang pendonor yang waktu itu.
Thari sungguh kaget karna semua yang Rafkha bilang itu sangat menunjukkan kalau lelaki yang Rafkha maksud memang benar pendonor yang jantungnya Thari ambil untuk Rafkha.
Ia sungguh menyesal dan merasa bersalah telah membuat Rafkha bertanya-tanya sendiri, apalagi keluarga Dhira dan Bisma sampai tidak tau sedikitpun akan hal ini.
Namun entah sudah kehendak yang Maha Kuasa atau memang sudah takdir. Tiba-tiba jantung Rafkha terasa begitu sakit saat itu juga, Ia pun merasa kalau Ia tidak bisa bertahan lebih lama lagi, sampai akhirnya Ia meninggal setelah tau semuanya, Ia juga meminta agar Thari segera memberi tahu pihak keluarga Dhira dan Bisma agar kelak Ia bisa tenang dialam sana.
Thari menjelaskan itu semua dari awal hingga selesai, sampai akhirnya Dhira dan Bisma pun membuka suaranya mendengar penjelasan yang mengagetkan itu


"Hiks.. Ja..jadi?..
Jadi? Jadi itu jantung Rafael?.."tanya Dhira menyimpulkan, air matanya pun tumpah seketika itu juga, Ia sungguh tidak percaya dengan penjelasan dari Thari. Hatinya begitu sakit mendengar kabar tidak mengenakkan hati ini

"Loe bener-bener perempuan gak tau diri!
Loe fikir yang udah loe lakuin itu udah bener HAH?
loe GILA!! loe bener-bener perempuan GILA!!"bentak Bisma sungguh murka, Ia tidak terima dengan yang Thari lakukan pada jasad yang ternyata jasad Rafael kakaknya sendiri, apalagi setelah Ia berfikir kalau ternyata Rafael dikuburkan tanpa jantung

"hiks.. Maaf.. Aku minta maaf..
Aku bener-bener terpaksa ngelakuin itu semua, Aku minta maaf.."lirih Thari menyesal, Ia menangis dihadapan Bisma dan Dhira. Apalagi mendengar bentakkan Bisma yang sangat murka itu membuat Thari semakin takut dan menyesal

"hiks.. Jadi Rafael..
Jadi selama ini jasad Rafael dimakamkan tanpa jantung Bis..
Tanpa jantung Bismaaaa, kenapa kamu tega?
Kenapa? Kenapa kamu lakuin semua ini?
Kenapa juga kamu gak pernah bilang, kenapaa??.."lirih Dhira terus menangis mendengar kabar yang sulit diterima akal sehat ini

"maaf.. Sekali lagi Aku minta maaf..
Aku siap menerima semuanya, Aku siap menerima apapun dari kalian, Aku siaap.."lirih Thari pasrah

"hiks, pantes aja Aku selalu bertanya-tanya tentang siapa Rafkha sebenarnya, pantas aja jantung Aku selalu ngerasa deket kalau lihat Rafkha, pantas aja hati Aku selalu bergetar tak karuan kalau udah deket sama Rafka, pantas aja itu semua terjadi karna Rafael.. Karna jantung Rafael ada didalam tubuh Rafkha..
Hiks,, kamu kejaam kamu kejam Thari, kamu kejjaaam.."jelas Dhira terlihat begitu marah dan semua tanda tanya besar dalam hatinya akhirnya terjawab semua dengan kenyataan yang sulit diterima akal sehat ini. Ia pun terus menangis dan menangis dipelukan Bisma. Sedangkan Thari hanya menunduk takut dan menangis..


"kamu tenang dulu sayang..
Kamu gak boleh kaya gini, kamu harus bisa ngontrol emosi kamu Ra, inget baby kita sayang, kamu gak boleh kaya gini..
Nanti baby kita bisa kenapa-napa Ra, kamu sabar ya sayang? Kamu harus tenang..."Bisma merangkul tubuh Dhira, Ia menyenderkan kepala Dhira didada bidangnya, kepala Dhira pun Ia kecup agar Dhira mau tenang dan tidak terus menerus emosi karna itu bisa berpengaruh buruk akan janin yang dikandungnya

"hiks, tapi Rafa Bis.. Rafael meninggal tanpa jantung..
Aku gak bisa bayangin itu semua, aku enggak bisa Bisma.. Aku gak bisa.."lirih Dhira masih menangis dipelukan Bisma.

"iya sayang iya, tapi kamu harus tenang, kamu tenang ya sayang?
Rafa akan lebih sakit kalau lihat kamu nangis kaya gini..
Plis kamu harus tenang..."Bisma semakin erat memeluk tubuh Dhira meski sedikit sulit karna perut besar Dhira. Ia sungguh takut kalau sampai Dhira stres dan banyak fikiran memikirkan hal ini, karna itu dapat berpengaruh buruk pada calon bayinya


"mending sekarang loe pergi..
Gue gak mau kalau istri Gue tambah shock lagi.."Bisma melirik kearah Thari yang masih duduh dihadapannya itu, Ia benar-benar kecewa akan apa yang Thari lakukan, mungkin kalau Thari bukan perempuan sudah habis Bisma pukul dan Bisma tonjok dengan bogem mentahnya, tapi kali ini Bisma tidak melakukan hal itu karna Ia tahu Thari seorang perempuan..

Thari pun pergi dengan isak tangis yang masih membasahi pipinya, rasa sesal atas semuanya pun terasa sia-sia karna semua telah terjadi..



Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p