Kamis, 12 Februari 2015

Perjanjian Cinta #Part59

Sungguh sesuatu yang tidak pernah di sangka dan tidak bisa di prediksi oleh sebelumnya. Bahkan Rafael sendiri sangat terkejut luar biasa saat mengetahui jikalau bocah kecil yang di temukan papahnya ternyata adalah Elfaris putra dari sahabatnya sendiri.
 
"Jadi kamu benar mengenal anak ini Raf?" sang papah meliriknya masih dengan tatapan tidak percaya.
 
Rafael mengangguk mantap seiring untaian senyum melebar dari bibir tipisnya.
 
"Kao ini sih Arfa juda kenal eyang. Ini kan si Fais temen Arfa yan aneh ituh.." celetuk Arfa dengan nada lucunya.
 
Om Jhoni selaku papah Rafael hanya terkekeh mendengar ocehan Arfa cucu semata wayangnya
 
"Namanya Elfaris Fa, bukan Fais. Dia juga enggak aneh, kayaknya Arfa deh yang aneh.." goda Rafael meledek.
 
"Tapi Fais emang aneh ko pah. Siyus deh Arfa ga boong. Arfa lihat sendii ko, tapi Arfa udah teneman sana dia skaang. Baati Fais udah jadi kawan Arfa pah.." jelasnya dengan kalimat yang masih sulit di pahami.
 
Rafael, om Jhoni, serta Indah hanya terkekeh mendengar ocehan lucu Arfa. Pasalnya bocah kecil yang selalu mengaku paling ganteng ini masih belepotan saja cara berbicaranya. Padahal usianya dengan Elfaris hanya selisih satu tahun. Namun Arfa tidak peduli dengan semua itu. Baginya berbicara dengan cara sepertinya adalah takdir sekaligus anugrah dari Tuhan. Haha benar-benar sangat menggemaskan bocah kecil yang satu ini.
 
 
"Kayaknya aku harus beritahu Bisma dan Franda. Mereka pasti khawatir sama Elfaris. Apalagi kabar yang aku dengar Elfaris menghilang sejak beberapa hari lalu. Yah aku harus kasih tau Bisma secepatnya." Rafael membatin yakin.
 
 
 
 
 
 
Sementara itu ..
 
 
Ternyata dugaan Rafael benar. Bisma dan Franda masih sibuk mencari dimana keberadaan Elfaris.
Franda bahkan ssmpai mengabaikan kesehatannya yang masih belum stabil. Putri kecilnya pun ikut ia bawa saat mencari Elfaris bersama Bisma.
 
"Harusnya kamu di rumah aja. Kamu sama putri kita gak usah ikut Nda. Biar aku yang cari Ais, aku janji pasti akan cari dia terus sampai ketemu, aku..akuu.."
 
"Udah lah Bis, kamu gak perlu banyak bicara dan protes terus. Kamu tinggal jalanin  aja mobilnya dan kamu fokus cari Elfaris!" ketus Franda kesal. Rupanya ia masih saja marah terhadap Bisma.
 
"Hufh, iya yaudah terserah kamu aja." Bisma membuang nafas pasrah.
 
Mobil Pajero Sport berwarna putih ini pun kembali Bisma lajukan menelusuri jalanan ibukota. Tidak mengenal panas atau pun hujan. Bahkan Bisma tidak mempedulikan perusahaannya yang tengah bermasalah. Ia tetap berusaha mencari putra kecilnya yang hilang akibat kesalahannya sendiri.
 
"Ais sebenernya dimana? Kenapa ayah susah sekali cari Ais?
Pulang sayang.. Ayah gak bisa tanpa Ais. Ayah bener-bener minta maaf.
Sekarang bunda sangat marah sama ayah.
Ayah mohon Ais pulang.." Bisma membatin lirih. Ia begitu sedih atas kejadian ini. Tubuhnya pun tampak sedikit kurus karna kurang tidur dan kurang istirahat.
 
 
"Maafin aku Bis kalau aku terus-terusan marah sama kamu. Aku cuma masih gak nyangka aja kamu bisa ninggalin anak kamu sendiri gitu aja di rumah sakit. Bahkan sampai sekarang Ais belum ketemu juga. Aku marah sama kamu Bis, aku benci sama kamu. Aku, aku beneran benci sama kamu Bisma.." Franda membatin sedih dengan rasa sesak yang memenuhi isi hatinya. Putri kecilnya yang tengah ia pangku pun di peluknya erat. Franda rupanya cukup terpuruk karna hilangnya Elfaris. Ia tidak menyangka bisa berpisah dengan Elfaris disaat keluarga kecilnya bertambah satu penghuni baru yaitu putri kecilnya. Sampai saat ini bayi yang Franda pangku belum juga di berikan nama. Entah kenapa Franda tidak mau memberikan nama dahulu. Padahal Bisma sudah menyiapkan nama yang sangat cantik untuk putri kecilnya.
 
 
 
 
 
 
**
Elfaris rupanya sudah tersadar dari pingsannya. Ia kini tengah di suapi oleh Indah istri Rafael.
Elfaris sangat lahap, mungkin ia merasa nyaman berada diantara keluarga Rafael. Makanya ia mau makan lagi setelah beberapa hari ia tidak mau makan terus.
 
"Kamu tuh sebenernya laper apa doyan sih Fais? Ko pasaan dai tadi makannya banak teus? Tal Arfa bisa keabisan kao gini caanya." lagi-lagi Arfa nyeletuk dengan nada lucunya. Ia sampai menelan salivanya disaat memperhatikan Elfaris makan.
 
"Ais gak lapel kok kak Arfa. Ais cuma seneng aja ketemu sama klualga kak Arfa, makanya Ais makannya lahap." balas Elfaris diiringi senyuman melebar yang begitu manis.
 
"Yee sama aja nananya laper! Dasal Fais rabut mangkok!" Arfa mengacak rambut Elfaris gemas. Hampir saja ia membuat Elfaris oleng dan terjatuh.
 
"Arfa gak boleh gitu. Aisnya masih sakit, jangan nakal dong sayang.." ujar Indah mencoba melerai.
 
"Sapa yan nakal? Oang Arfa cuna becanda aja. Ladian mamah aneh, masa Arfa anaknya ga isuapin, tapi Fais yan bukan sapa-sapa di suapin. Kan Arfa jadi sebel.." Arfa memalingkan wajahnya. Ia melipat kedua tangannya di atas dada. Ekspresinya sungguh lucu dan sangat menggemaskan.
 
"Kan Aisnya lagi sakit. Nanti Arfa mamah suapin juga deh. Tapi sehabis Elfaris ya? Udah ah jangan ngambek gitu. Nanti gantengnya luntur loh.." jelas Indah mencoba membujuk putra kecilnya.
 
"Ais makannya udah tante. Skalang Ais mau lasung pulang aja, om Laffa bilang mau antelin Ais pulang. Ais pulang skalang kan tan?" Elfaris menatap Indah penuh harap.
 
"Puang aja sendii. Napain minta anter sama papah Arfa. Suuh aja ayah kamu kesini jeput kamu!" lagi-lagi Arfa berbicara dengan nada ketusnya. Entah kenapa Arfa selalu saja sensitif jika bertemu dengan Elfaris. Mungkin ia punya dendam atau entah apa.
 
"Kan Ais gatau jalan pulang klumahnya. Ais juga gak hafal nomol hendponnya ayah."
 
"Ya kenapa ga kamu hafalin? Masa nomor hempon ayahnya sendii ga hafal? Arfa aja hafal nomol papah!"
 
Elfaris hanya diam menunduk mendengar ucapan sinis Arfa.
 
"Lain kai kao gatau jaan puang tuh gausah main jauh-jauh. Kao kamu nasar kan papah Arfa juda yan ikutan lepot. Utung aja papah baik, coba kao papah Arfa jahat. Mungkin kamu udah di ekspor kual negli bat di jadiin tkw isana. Atau mukin kamu udah di muasi tus mayatnya ilempar ke tengah laut bat jadi makanan ikan." jelas Arfa menakut-nakuti.
 
"Gamau. Ais gamau di mutasi, Ais mau pulang aja ketemu ayah.. Ais mau pulang kak Arfaa.." Elfaris menggeleng takut.
 
Arfa malah terkekeh menahan tawa. Sungguh sangat jahil sekali bocah kecil yang satu ini.
 
"Yaudah kao eman kamu mau puang. Arfa tal bakan antein kamu. Tapi kamu haus bayal sama Arfa nati."
 
"Iya ntal Ais bongkal celengan buat bayal sama kak Arfa."
 
"Eman kamu puna ceengan? Ahh paing isinya cuna lecehan. Arfa ganau!"
 
"Yaudah tal Ais minta sama ayah aja. Ayah Ais kan olang kaya. Uangnya pasti banyak."
 
"Nahh oke deh kao begitu Arfa sesuju." Arfa tersenyum melebar.
 
"Makasih kak Arfa.." Elfaris ikut tersenyum. Keduanya pun lalu berpelukan layaknya teletabis yang baru hertemu lagi(?).
 
"Hemmh dasar bocah. Tingkahnya selalu ada-ada saja.." Indah hanya menggelengkan kepala mendengar obrolan Arfa dan Elfaris yang sangat lucu dan konyol ini.
 
Indah kemudian beranjak dan berlalu keluar membiarkan Arfa dan Elfaris berdua. Mungkin dua bocah kecil ini memang harus sering di biarkan berdua agar keduanya bisa cepat akrab dan dapat berteman baik.
 
 
 
 
 
**
"Bis, sekarang lo dimana?" suara Rafael terdengar dari handphone hitam yang Bisma dekatkan ke telinganya.
 
"Gue lagi di jalan Raf, k..kenapa ya?" Bisma bertanya bingung.
 
"Lo lagi ngapain di jalanan? Lo gak lagi jadi pengemis kan Bis?" canda Rafael renyah.
 
"Gue gak lagi pengen becanda Raf. G..gue lagi sibuk. Lain kali aja lo telfon gue lagi. Bye!" Bisma tiba-tiba saja langsung mematikan sambungan telponnya.
 
 
"Yahh langsung di matiin. Sensitif banget nih nih anak. Kaya lagi dapet aja." Rafael menggelengkan kepala menatap layar handphonenya. Ia kemudian mencoba menghubungi Bisma lagi karna ingin memberitahukan tentang keberadaan Elfaris di rumahnya.
 
 
"Apaan sih nelpon lagi? Gak tau apa kalo gue lagi stres mikirin anak gue. Rese banget si Rafa!" ketusnya kesal. Bisma langsung menolak panggilan masuk dari Rafael. Ia bahkan langsung me-non aktifkan handphonenya dan melemparnya begitu saja kearah jok belakang.
 
"Gak usah berisik bisa gak sih?! Gak tau apa kalo anaknya lagi tidur! Rese banget jadi orang!" ketus Franda tiba-tiba. Ia rupanya tengah menyusui putri kecilnya yang terbangun karna suara berisik Bisma.
 
"I..iya maaf, tadi itu handphone aku bunyi terus. Sekarang udah aku matiin ko. Maaf ya Nda.." balas Bisma gugup.
 
Franda hanya memalingkan wajahnya. Ia semakin di buat muak saja akan sikap suaminya ini. Kebenciannya pun semakin bertambah besar terhadap Bisma
 
 
"Sekarang gue sama Franda jadi kaya musuh bebuyutan. Franda juga kelihatannya benci banget sama gue. Hufhh.. Andai Elfaris ada disini, pasti semuanya gak akan serumit ini." Bisma membatin sedih menatap wajah cantik istrinya yang hanya dapat ia pandangi lewat kaca depan spionnya.
 
"Lagi marah aja kamu tuh tetep cantik Nda. Kapan yah aku bisa dapet perhatian kamu lagi. Aku kangen kamu sayang.. aku kangen kasih sayang serta perhatian kamu. Sekarang badan aku sampe gak keurus Nda karna terus-terusan mikirin kamu sama Elfaris. Sampai kapan kamu terus marah dan jutek sama aku.." lagi-lagi Bisma hanya dapat membatin meratapi nasibnya yang cukup menyedihkan ini.
 
 
 
 
 
 
**
"Gimana om, Ais bisa pulang skalang kan?" Elfaris menatap Rafael penuh harap.
 
"I..iya sayang. Ais bisa pulang ko, tapi gak sekarang yah? Ais kan masih sakit, nanti kalau udah bener-bener sehat baru om Rafa anterin ke rumah Ais." jelas Rafael mencoba membujuk.
 
"Tapi Ais bnelan udah sembuh ko om. Skalang aja om antelin Ais pulangnya. Ais mau pulang om, Ais mau pulang,, Ais mau ktemu ayah sama bunda sama dede bayi juga. Ais mau pulang..." pinta Elfaris sesikit memaksa.
 
"Om sih bisa aja anterin Ais pulang sekarang juga. Tapi masalahnya om gak tau dimana rumah Ais. Bahkan Ais sendiri pun gak hafal alamat rumah Ais yang baru. Apalagi om? Om Rafa sama sekali enggak tahu sayang.."
 
Wajah Elfaris seketika menjadi murung dan sedih.
 
 
"Nomor ayah kamu juga langsung enggak aktif. Padahal baru aja om mau ngasih tau kalau Ais ada disini sama om." lanjut Rafael menjelaskan.
 
"Baati ayah kamu udah ga sayan lagi sama kamu is.." celetuk Arfa polos membuat Elfaris semakin saja di buat sedih.
 
"Ayah emang udah gak sayang lagi sama Ais. Ayah bahkan udah tinggalin Ais, ayah udah buang Ais om..hikss.." Elfaris tiba-tiba saja teringat kejadian beberapa hari lalu saat Bisma membentak dan meninggalkannya di rumah sakit sendirian.
 
Rafael tampak bingung. Ia mendelik kesal kearah Arfa. Tubuh bocah tampan itu lalu di raih dan di dekapnya agar tenang.
 
"Usstt Ais gak boleh ngomong kaya gitu. Ayah Ais pasti sayang sama Ais. Om sangat yakin itu. Ais gak boleh sedih yah?" bujuk Rafael lembut.
 
"Enggak om, tapi ayah emang bnelan udah gak sayang sama Ais. Ayah udah bentak Ais, ayah juga malahin Ais telus, ayah bahkan tinggalin Ais bgitu aja. Ayah udah bialin Ais sndilian, Ais tlus di bawa pelgi sama papahnya Layan, Ais di bawa jauh. Sampe ahilnya Ais kabul tlus ktemu sama eyang Jhon, ktemu sama om Laffa dan tante Indah juga sama kak Arfa. Ini semua mungkin sengaja ayah lakuin bial Ais jauh dali ayah om. Ayah udah gak sayang lagi sama Ais. Ayah udah benci sama Ais om.." jelas Elfaris menceritakan semua yang telah terjadi padanya. Bulir bening air mata pun tak terelakan jatuh membasahi pipi chuabinya.
 
 
"Wahh ini sih nananya ketelaluan. Kamu yan sabar ya Fais, Arfa bakaan jagain kamu ko. Kamu gapeu hawatir. Arfa jaji gak akan minta bayalan lagi. Arfa kasian sana kamu.." Arfa memeluk tubuh Elfaris lalu mencoba menenangkannya.
 
Rafael dan Indah hanya terpelongo kaget melihat kebersamaan Arfa dan Elfaris yang tiba-tiba menjadi akrab seperti ini. Padahal biasanya mereka selalu saja ribut dan ribut.
 
 
 
 
 
 
 
 
Bersambung....
 
 
 
 
 
@dheana92
 
@Elfaris_Karisma
 
@Arfa_ElfanoTan
 

4 komentar:

Nggak Komentar, Nggak Kece :p