Kamis, 12 Februari 2015

Perjanjian Cinta #Part51

Pagi menjelang...

Seperti hari-hari biasanya. Pagi ini Bisma sudah tampak rapi dan siap untuk berangkat ke kantor. Ia tak lupa mengajak Elfaris jagoan kecilnya untuk sekalian ia antar ke sekolah.
Beberapa bulan lalu memang biasanya Franda yang mengantar Elfaris untuk sekolah maupun menjemputnya saat pulang. Namun setelah kandungannya semakin membesar, kini justru Bisma lebih meluangkan waktunya untuk mengantar jemput Elfaris karna takut terjadi apa-apa dengan Franda dan kandungannya.

"Buku PR-nya udah dimasukkin belum?" Franda membuka tas sekolah Elfaris mengecek tugas putra kecilnya.

"Udah bun. Kan kmalin sole udah Ais keljain. Bunda gapelu cek tas sekolah Ais lagi. Ntal ayah kebulu manggil bun." Elfaris buru-buru merebut tas sekolahnya yang tengah Franda periksa.

"Ayah kan masih diatas, ayah belum masuk mobil.." Franda mencoba merebut kembali tas gendong yang sudah Elfaris kaitkan di punggungnya.

"Engh, tapi kan sbental lagi ayah pasti tulun bun. Tlus ajak Ais deh buat bulu-bulu blangkat." ujar Elfaris terus mencari alasan.

Franda menatap aneh sosok bocah tampan dihadapannya itu. Bibirnya seketika tersenyum saat mengingat Elfaris sering kali tertangkap tangan membawa mainan ke sekolah.

"Mainan apalagi yang Ais bawa?" bidiknya curiga.

Dengan cepatnya Elfaris menggeleng. Tas sekolahnya terus ia sembunyikan dibalik punggungnya agar Franda tidak dapat melihat isi tas tersebut.

"Anaknya bunda udah mulai nakal yah? Mau bunda aduin ke ayah? Atau mau bunda hukum satu minggu gak boleh, .."

"Iya-iya jangan. Ais minta maaf. Tapi Ais ga bawa apa-apa ko bun. Cuma bawa satu lobot-lobotan aja. Itu juga yang kecil bunda.." jelas Elfaris memelas.

Bibir Franda mengulas senyum. Sudah dapat di duga kalau putra kecilnya ini menyembunyikan sesuatu. Dan dia membawa mainan lagi ke sekolah.

"Jangan diambil bunda, Ais di kelas tuh suka males main sama temen-temen. Mleka suka jahilin Ais bun, jadi mendingan Ais main sama lobot-lobotan aja dali pada mleka.." jelas Elfaris sedikit memohon.

"Tapi disekolah itu gak boleh bawa mainan. Ais harusnya main sama temen-temen dari pada sama robot-robotan karna itu jauh lebih menyenangkan. Jadi bunda harap Ais mau keluarin mainan didalam tas Ais lalu kasih ke bunda sekarang." pinta Franda mengulurkan tangannya.

"Yaah bunda.." Elfaris memasang wajah lemas. Ia melepas tas sekolah yang sudah ia kaitkan dipunggungnya lalu merogoh isinya dan mengeluarkan mainan robot-robotan yang memang ia masukkan tadi.

"Naah itu lebih bagus.." Franda tersenyum mengacak poni lurus Elfaris.

"Ais blangkat dulu." pamit Elfaris melangkah gontai meninggalkan sang bunda. Terlihat sekali raut wajahnya sangat sedih tidak bersemangat.

Franda hanya terkekeh melihat tingkah putra kecilnya itu. Ia kemudian bergegas cepat menyusul Elfaris dan meraih tubuh bocah tampan itu.

"Jangan marah, maafin bunda yah? Bunda cuma gak mau aja kalau Ais jadi anak yang nakal..
Di sekolah itu kan tempat untuk belajar, bukan untuk bermain robot-robotan." Franda memeluk Elfaris dari belakang. Langkah bocah tampan itu terhenti sejenak dan diam sesaat mendengar penuturan Franda.

Elfaris diam tidak bersuara. Kepalanya menunduk menunjukkan ekspresi marahnya yang lucu.

"Uumm ngambek. Masa anak laki-laki suka ngambek cih? Muuach. Maafin bunda dong. Yaudah deh Ais boleh bawa mainannya. Tapi hanya untuk hari ini, dan ini UNTUK terakhir kalinya Ais bawa mainan ke sekolah." jelas Franda berusaha membujuk putra kecilnya.

Sedetik kemudian bibir Elfaris langsung mengembangkan senyum. Ia berhambur memeluk tubuh Franda yang membungkuk menyamai tingginya. Ia memeluknya, memeluk dengan begitu erat lalu mengecupi pipi Franda lembut.

"Makasih bundaa. Maafin tadi Ais udah malah sama bunda.
Ais janji ini yang tlakhil bun, besok Ais gak bawa mainan lagi deh, Ais janji." ujarnya mantap.

"Iya sayang, yaudah Ais sekarang tunggu di mobil. Bunda mau panggil ayah dulu." suruh Franda lembut.

Elfaris mengangguk setuju. Ia mengelus perut besar Franda lalu mengusap dan mengecupnya. Mainan yang masih Franda genggam pun diambilnya untuk ia bawa ke sekolah.

"Kakak blangkat dulu. Dede jangan nakal yah? Mmuuuah.. Kakak sayang sama dede." ujarnya lembut membuat Franda terkekeh lucu.

"Iya kakak, dedenya gak akan nakal ko. Kakak belajarnya yang pinter yah di sekolah.." Franda membalas ucapan Elfaris seraya mengelusi perut besarnya.

"Hihii dedenya udah bisa ngomong." Elfaris terkekeh.

Tanpa menunggu lama, bocah tampan itu pun kemudian berlalu pergi menuju mobil ayahnya yang sudah terparkir diluar. Tak lupa ia berpamitan kembali pada sang bunda dan mendaratkan satu kecupan di pipi bundanya.

"Anak yang lucu. Gak nyangka dia sekarang sudah sebesar ini.
Keluarga ini terasa semakin lengkap, apalagi bayi keduaku sebentar lagi akan lahir.
Aku benar-benar merasa bahagia. Semoga selamanya akan terus seperti ini. Aku bahagia banget Bis.." Franda bergumam memandangi sosok putra kecilnya yang mulai menjauh dan tidak terlihat. Perut besarnya terus ia elusi lembut. Bibirnya tak henti mengulas senyum.
Tak lama kakinya pun segera melangkah untuk memanggil Bisma sang suami yang entah mengapa belum juga turun sejak tadi.




**
"Yaudah ayah berangkat dulu ya bun? Kalau ada apa-apa langsung telfon aja, ayah pasti langsung pulang ko.
Hari ini ayah usahain pulang cepet. Jaga kandungannya juga ya?" Bisma mengecup kening Franda lembut lalu mengusap perut besar Franda dan mengecupnya juga.

"Iya. Nda pasti jaga diri baik-baik ko. Jangan lupa Ais dijemput yah, jangan telat jemput dia. Nda takut kenapa-napa nantinya." balas Franda mengingatkan.

"Siap komandan! Laksanakan segera."

Franda terkekeh. Setiap pagi bahkan setiap hari, Bisma memang selalu saja bisa membuatnya tersenyum.

"Bagi morning kissnya." pinta Bisma tiba-tiba saja menagih. Ini juga memang menjadi kebiasaannya setiap pagi.

Tanpa membuat Bisma menunggu, Franda langsung mengalungkan tangannya dan bergelayut manja dileher Bisma.

"Jangan menggoda deh bun.." Bisma tersenyum geli melihat bibir Franda yang membuat nafsunya muncul.

"Siapa juga yang menggoda? Ih pede banget." Franda mengelus pipi Bisma lalu menepuknya pelan.

"Kalau gak menggoda, trus barusan apa dong? Hem?" Bisma tiba-ti menarik pinggang Franda hingga perut besar istrinya itu menyentuh perutnya.

"Issh pelan-pelan. Inget sama ini." Franda menunjuk perut besarnya. Mungkin Bisma sedikit lupa kalau istrinya ini tengah berbadan dua hingga ia ingin memeluknya saja.

"Hehe lupa bun. Abis kamu tuh meskipun lagi hamil, tapi tetep aja seksi.." Bisma tersenyun nakal. Tangannya tetap memegang kedua pinggang Franda.

"Udah sana berangkat, nanti kamunya telat.
Tadi kan cuma minta morning kiss, jadi cepetan kiss bibir Ndanya. Biar kamu bisa cepet berangkat ke kantor."

"Tapi Nda gak boleh protes ya?"

"Mau protes juga tetep aja kan gak bisa?"

"Hehe. Yaudah kali ini Nda nikmatin aja." Bisma terkekeh kecil dan mulai melakukan aksinya.

Franda hanya menghela nafas pasrah. Ini memang sesuatu yang paling Bisma sukai disaat pagi hari. Karna Franda jarang menolak keinginannya, jadi dengan leluasa dan senangnya ia dapat meminta jatah morning kiss pada sang istri.

Bisma menyentuh kedua pipi Franda. Ia mengusapnya begitu lembut, lalu tak lama bibirnya segera ia daratkan di kening Franda. Cukup lama Bisma mengecupnya. Dan itu membuat Franda terasa nyaman dan tenang.

Franda melingkarkan kedua tangannya dipinggang Bisma. Ia mengelus punggung suaminya itu lembut seolah menerima dengan tulus akan kecupan yang Bisma daratkan di keningnya.
Meskipun sedikit kesulitan karna perutnya yang sudah sangat membesar. Namun itu tidak membuatnya ragu untuk membuat Bisma selalu berkesan padanya.

Bisma melepaskan kecupannya. Kali ini bibirnya ia daratkan di hidung mancung Franda, dengan sangat lembutnya kecupan itu berjalan dan berpindah kebawah. Hingga tak terasa kecupan itu pun mendaratlah dengan sempurna diatas bibir tipis Franda.

Franda merespon apa yang dilakukan suaminya terhadapnya. Ia sama sekali tidak menolak. Baginya, membuat Bisma senang dan bahagia itu adalah kebahagiaab juga untuknya.
Apalagi Bisma selalu menuruti apapun yang ia mau. Jadi mungkin kalau hanya kecupan atau ciuman saja, itu tidak sebanding dengan semua yang Bisma berikan untuknya juga keluarga kecilnya ini.

"Ya Tuhan.. Semakin hari rasa cinta dan sayangku ini semakin bertambah untuknya.
Aku gak tahu bisa se-gila apa aku kalau nanti aku harus kehilangan dia.
Aku sangat mencintai Franda melebihi apapun.
Dan aku gak mau buat dia kecewa sama aku.
Meski aku udah pernah melakukan kesalahan, tapi gak ada sedikit pun maksud untuk menyakiti dia.
Itu hanya masa lalu, dan aku sudah melupakan masa lalu itu.
Semoga Nadin gak bicara yang macam-macam sama Franda. Semoga dia juga gak bicara tentang masa lalu aku sama dia dulu. Karna aku gak akan pernah siap untuk kehilangan Franda. Aku gak mau kehilangan dia.." dengan ciuman yang masih berlangsung. Bisma terus berucap penuh harap didalam hatinya. Entah kenapa terasa begitu sakit saat Bisma mengingat sosok Nadin. Entah apa yang pernah terjadi antara ia dan Nadin dulu hingga bisa membuatnya setakut ini.




**
"J..jadi itu beneran Bisma?! D..dan perempuan itu?
Astaga.. G..gue beneran gak nyangka kalau sekarang ada di rumah laki-laki yang dulu pernah gue sukai. Dan gue ada di rumah mewahnya."

Sosok perempuan yang mengaku bernama Nadin Cestara ini cukup terkejut saat melihat keromantisan Bisma dan Franda dilantai bawah. Dirinya sekarang tengah berdiri didekat tangga dilantai atas karna baru saja bangun tadi tidurnya.

"Bisma. Ini bener-bener sulit dipercaya. Tapi gue bisa jadiin dia buat balas dendam gue sama laki-laki baj*ngan itu.
Yah gue bisa jadikan Bisma alat untuk ngancurin Reza.
Mungkin ini anugrah dari Tuhan biar gue bisa balasin semua sakit hati gue sama Reza.
Dan Bisma pasti mau bantu gue.
Kalau dia gak mau bantu gue, gue akan bongkar masa lalu dia saat sama gue dulu. Dia pasti gak mau kalau istrinya tahu dia pernah ngelakuin dosa besar sama gue."

Nadin tersenyum lebar penuh kemenangan. Ia rupanya merencanakan sesuatu yang sepertinya akan merugikan Bisma dan keluarga kecilnya.
Entah kenapa Bisma bisa membawa perempuan berfikiran licik ini kerumahnya. Padahal jika ia menuruti ucapan Franda untuk membawa Nadin kerumah sakit. Mungkin Nadin tidak akan muncul lagi dikehidupannya.

"Tunggu semua permainan gue Ja!
Gue janji akan secepatnya ngancurin hidup lo sama seperti lo ngancurin hidup gue.
Dan mungkin gue akan gunakan Rayan untuk jadi alat agar bisa membuat Bisma nurut sama semua ucapan gue.
Yah, gue bisa gunakan anak kesayangan lo itu buat memperalat Bisma untuk ngancurin Reza." Nadin tersenyum penuh kelicikan dengan rencana yang akan segera dirangkainya.

Perempuan yang memiliki satu anak itu pun kembali masuk kedalam kamarnya karna tidak mau kalau sampai Franda atau pun Bisma curiga terhadapnya.
Entah apa maksud dari semua ucapannya. Yang pasti Bisma maupun Franda harus lebih berhati-hati dengan perempuan licik satu ini.




Sementara itu...


Pemuda tampan yang belum juga mau melepas masa lajangnya ini terlihat seperti orang yang tengah mengintai.
Ia memberhentikan mobil hitamnya tanpa mau keluar dari mobilnya tersebut.

Sebut saja dia Dicky Prasetyo. Sahabat dari Bisma dan laki-laki yang sampai saat ini masih saja menyimpan perasaan terhadap Franda.

Dicky memperhatikan keadaan rumah Franda yang kini terlihat sepi. Beberapa menit yang lalu, Bisma memang baru saja keluar dari rumahnya untuk berangkat ke kantor dan mengantar Elfaris ke sekolah. Dan kini Dicky dengan senyuman lebarnya merasa kalau ini saat yang tepat untuk bisa bertemu dengan Franda.

"Jujur sampai saat ini aku gak pernah bisa lupain kamu dari fikiran aku.
Aku juga gak bisa buang semua rasa sayang aku terhadap kamu.
Aku bahkan gak peduli kamu sekarang sudah punya suami dan anak. Aku juga gak peduli kalau suami kamu itu adalah sahabat aku sendiri.
Aku tetap sayang sama kamu Fran, aku cinta sama kamu. Dan aku akan tetap sabar nunggu kamu sampai bisa aku miliki nanti." ujar Dicky membatin yakin.

Lelaki berpostur tidak beda jauh dengan Bisma itu pun keluar dari mobilnya. Ia berjalan dengan satu kantung plastik berisikan buah-buahan. Mungkin Dicky sengaja membawa buah-buahan untuk Franda karna Franda memang sangat suka buah-buahan.

"Aku mungkin gak bisa milikin kamu seperti Bisma.
Tapi perlu kamu ketahui, bisa berada didekat kamu dan bisa buat kamu senang aja itu udah lebih dari cukup buat aku." Dicky melukis senyuman bahagia diwajahnya. Ia pun semakin mempercepat langkahnya agar bisa cepat bertemu dengan Franda dan melihat wajah cantik pujaan hatinya.







Bersambung...

@dheana92
@Elfaris_Karisma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p