Kamis, 12 Februari 2015

Perjanjian Cinta #Part54

Pagi yang cerah di tambah dengan suasana yang cukup berisik..

Sedari tadi, Elfaris bocah tampan ini terus saja berceloteh ria. Ia bertanya tiada henti pada bundanya. Celotehan-celotehan lucunya pun terus keluar. Ia juga memprotes dan terlihat masih ngambek saat bertemu dengan Bisma sang ayah.


"Semalam ayah pulang jam blapa bun? Ayah pulangnya malam yah?" tanyanya melirik Franda sang bunda.

"Semalam ayah pulang jam setengah dua pagi. Ayahnya sibuk sayang, makanya ayah pulang telat." jelas Franda lembut.

"Ayah tuh skalang makin nyebelin bunda. Masa seling telat-telat telus. Ais dadinya sebel sama ayah."

"Loh ko gitu sih? Gak boleh dong sayang. Kan ayah kerja juga buat Ais. Kalau ayahnya telat, ya Ais harus bisa maafin. Harus bisa maklumin sayang."

"Ya tapi kan Ais kmalin dadi lama nunggu ayah jemput Ais. Tlus semalam juga bunda jadi sedih kalna ayah belum pulang-pulang. Ais semalam lihat bunda loh bun waktu bunda nungguin ayah." jelas Elfaris masih saja tidak terima akan kepulangan Bisma yang terlalu larut.

Franda hanya menggeleng dan tersenyum melihat tingkah putra kecilnya yang cukup bawel dan cerewet ini.

"Bunda buatin susu coklat dulu yah buat Ais." ujar Franda kemudian beranjak menuju dapur.
Elfaris hanya membalas dengan anggukan kecil.


"Hali ini Ais gamau blangkat sama ayah. Ntal bisa-bisa Ais telat lagi di jemputnya kaya kemalin." ujarnya tiba-tiba saja menyindir saat Bisma ikut duduk bersamanya.

"Yaudah kalo gak mau berangkat sama ayah. Berati ayah gak perlu dong repot-repot antar sama jemput Ais ke sekolah lagi. Lagian ayah juga males antar jemput Ais." balas Bisma cuek seraya meraih segelas air putih di hadapannya.

"Ko aya jawabnya kaya gitu? Ihh Ais dadi makin sebel sama ayah." Elfaris membatin menatap Bisma sebal.

Bisma terkekeh melihat ekspresi sebal Elfaris. Bocah tampan itu memang selalu saja bisa membuat orang tuanya tertawa dengan tingkah lucunya.

"Apa ayah lihat-lihat?!" ketus Elfaris melipat tangannya di dada.

"Siapa juga yang lihatin Ais? Ih GeER.." Bisma masih saja menggoda.

"Pokoknya Ais sebel sama ayah! Ais gamau blangkat sekolah di antal ayah lagi!"

"Yaudah. Ayah juga ga mau anter Ais lagi." balas Bisma enteng.

"Yaudah. Ais juga udah males sama ayah!" Elfaris membuang wajahnya tanpa mau menatap Bisma. Rupanya ia benar-benar marah pada ayahnya.

"Berati kita Deal ya? Ais berangkat sekolah sendiri dan ayah gak perlu antar jemput Ais lagi." goda Bisma dengan sesendok nasi goreng yang kini mulai di kunyahnya.

Elfaris menatap Bisma tajam. Rasanya semakin menyebalkan saja ayahnya ini. "Ayah jahat! Ais benci sama ayah! Silahkan ayah blangkat aja sendili. Ais gapeduli! Ayah jahaaat!!" teriaknya kesal. Ia beranjak kemudian berlari meninggalkan ayahnya.

Bisma semakin terkekeh. Ia tertawa begitu puas melihat putra kecilnya ini marah.

"Ahaha dia marah.. Hahaa lucu banget sumpah." Bisma memegang perutnya menahan tawanya yang meluap-luap.

Franda yang baru saja datang dan sempat di tubruk Elfaris pun hanya menggeleng melihat tingkah suaminya ini.

"Seneng banget ya godain anaknya. Gak tau apa kalo tadi dia marah banget. Barusan aja dia hampir nabrak perut aku. Dia marah loh Bis.." Franda menatap geram akan ulah Bisma pagi ini.

Bisma tidak mempedulikan ucapan Franda. Ia malah asik melanjutkan sarapan paginya tanpa merasa bersalah sedikit pun.

"Kamu rese ya lama-lama. Gak tau apa Ais itu kalo udah marah susah baiknya. Kasian tau Bis, tega kamu.."

Bisma melemparkan senyumnya menoleh memandang Franda.

"Gak usah senyum! Sana samperin anaknya. Dia belum sarapan, kamu udah main godain aja." ambek Franda tampak kesal.

Namun lagi-lagi Bisma malah tersenyum bahkan terkekeh melihat ekspresi kesal Franda.

"Bisma aku serius tau! Aku lagi gak becanda Bis!" Franda semakin geram.

"Iya-iya maaf. Cuma becanda juga bun. Yaudah ayah lihat Ais dulu.." Bisma beranjak dari duduknya.

"Gak usah panggil bun lagi deh. Ngeselin kamu!" ambek Franda masih saja kesal.

Bisma tidak mempedulikan. Rasanya pagi ini memang pagi yang cukup beda dan entah kenapa suasana hatinya sangat riang sekali pagi ini.

"Baru satu anak yang keluar aja udah di godain terus. Di ledekin lah, di ajakin berantem lah, ribut lah. Gak tau apa anaknya itu kalau udah ngambek kaya apa.
Gimana kalau anak yang di perut aku udah keluar. Mungkin aku bisa stres lihat anak-anak ini kamu godain semua Bis. Dasar ayah yang aneh." dumel Franda emosi. Wanita berbadan dua ini terus saja ngedumel akan sikap suaminya yang memang cukup menyebalkan pagi ini.






**
"Ayah jahat! Kalo kaya gini telus, Ais lasanya ga betah di lumah ini.
Ais mau pelgi aja deh. Ais mau kabul bial gak ketemu ayah lagi. Ais sebel sama ayah!"

Elfaris tampak tengah mengemasi mainan-mainan kesukaannya. Ia memasukkan beberapa robot-robotan serta mobil remote control yang sangat di sukainya. Entahlah apa yang di lakukan bocah tampan ini.
Seharusnya ia mengemasi bajunya jika memang benar ingin pergi dari rumah. Namun ini ia justru hanya mengemasi mainan-mainannya saja.

"Ais mau kabul! Pokoknya Ais halus pelgi dali lumah ini." ujarnya yakin kemudian meraih tas sekolahnya yang telah ia isi penuh dengan mainan.

Elfaris tersenyum miris saat melihat bingkai photo yang terpajang poto dirinya dengan sang ayah.

"Kmalin-kmalin Ais emang sayang sama ayah. Tapi skalang Ais dadi sebel sama ayah. Uhh!" ia langsung menutup bingkai photo tersebut hingga gambarnya tidak terlihat lagi.

Elfaris benar-benar marah. Ia memang masih kecil. Tapi jika sudah di kecewakan dan di buat kesal. Ia bisa berbuat nekat.


"Ehemm.. Jagoannya ayah mau kemana nih? Ko kayaknya kesel gitu?" ujar Bisma tiba-tiba.

"Telselah Ais dong mau kemana juga. Inu bukab ulusan ayah! Awas minggil!" ketus Elfaris mendorong tubuh Bisma yang menghalanginya saat hendak keluar kamar.

Bisma benar-benar tidak habis fikir akan sikap putra kecilnya ini. Ia menggelengkan kepala dengan senyum yang tak henti tersungging dari bibirnya.

"Jadi beneran marah nih sama ayah?" tanyanya dengan sebelah halis yang ia naikkan.

"Menulut ayah?!" Elfaris menoleh jutek.

Bisma menghela nafasnya. Ia berjalan mendekati Elfaris lalu meraih tubuh jagoan kecilnya itu.

"Ngapain ayah gendong-gendong Ais? Tulunin gak?!" Elfaris memprotes.

"Ais kan anak ayah. Jadi gak papa dong kalo ayah gendong anak ayah sendiri?" balas Bisma enteng.

"Tapi kan Ais lagi sebel sama ayah. Ais tuh lagi malah tau gak sama ayah!" jelas Elfaris memalingkan wajahnya.

Bisma terkekeh. Ia langsung menyentuh puncak kepala Elfaris lalu mengacak poni lurusnya. Membuat bocah tampan ini semakin menunjukkan ekspresi kesalnya.

"Ayah! Lambut Ais dadi blantakan tau gak. Ayah lese ihh.. Dali tadi bikin Ais kesel telus!" Elfaris menepis tangan Bisma. Bibirnya ia bentuk menjadi seperti kerucut, membuat Bisma semakin gemas saja melihatnya.

"Mmmuach! Udah ah jangan marah terus. Kan ayah cuma becanda." Bisma mengecup kening Elfaris seraya kembali mengacak poninya.

"Ayah gak lucu! Ais sebbel sama ayah! Ayo tulunin Ais. Ais mau pelgi tau gak!" rupanya Elfaris masih saja marah.

Bisma tidak mempedulikan ocehan Elfaris. Ia tetap menggendong jagoan kecilnya yang cukup cerewet ini lalu membawanya menuruni anak tangga untuk kembali meneruskan sarapan pagi di meja makan.

"Ais tuh lagi malah yah sama ayah. Dadi ayah gausah deh gendong-gendong Ais telus."

"Kalo ayah tetep pengen gendong Ais. Emangnya Ais mau apa hem?"

"Yang pasti Ais gak mau di gendong sama ayah!"

"Oh ya? Yaudah kalo gitu ayah akan terus gendong Ais kaya gini."

"Ssshhh ayaaaaahh!!"

"Hahaa" Bisma tertawa puas melihat ekspresi lucu Elfaris yang berhasil di godanya hingga marah dan kesal seperti ini.







**
"Udah dong marahnya. Itu bibir jangan di manyunin terus. Kan tadi ayah udah minta maaf.."

"Gamau! Ais gamau maapin ayah!"

"Ko gitu sih? Kan tadi ayah cuma becanda. Ayah itu kemarin siang ada ketemu sama client ayah. Jadi ayah telat jemput Ais. Trus malamnya kerjaan ayah banyak banget. Makanya ayah pulang telat." ujar Bisma menjelaskan.

Elfaris tidak mempedulikan penjelasan ayahnya. Ia  malah memalingkan wajahnya tanpa mau menatap Bisma. Rupanya memang cukup sulit membujuk bocah tampan ini.

"Gini aja deh. Gimana kalau ayah kasih Ais satu permintaan. Nanti Ais boleh minta apapun dari ayah. Ayah janji bakalan ayah turutin." ujar Bisma memberikan penawaran.

"Tiga pelmintaan. Balu Ais setuju." Elfaris tampak tersenyum menyeringai.

"Satu aja deh. Kalo tiga kebanyakan. Ais nanti malah minta yang aneh-aneh lagi." Bisma tidak setuju.

"Ya udah. Kalo gitu Ais gabakal maapin ayah." Elfaris hendak beranjak dan turun dari tempat duduknya.

"Oke oke. Yaudah ayah setuju. Ayah janji akan turutin tiga permintaan dari Ais." pasrah Bisma akhirnya.

Sedetik kemudian bibir Elfaris langsung mengembangkan senyuman lebar.

"Yess! Blati Ais bisa minta apapun dali ayah. Yeaaahh." Elfaris membatin penuh kemenangan.

"Mudah-mudahan aja dia gak minta yang aneh-aneh.
Hufhh, kenapa jadi malah kena sendiri? Padahal kan awalnya cuma becandaan." Bisma membuang nafasnya. Ia mengusap puncak kepala Elfaris lalu di acaknya gemas.


"Dasar Bisma! Kelakuannya kadang-kadang masih aja kaya anak kecil. Kadang dewasa banget, tapi kadang juga ngeselin banget.
Mudah-mudahan Ais gak ikutin jejak buruk ayahnya." Franda tersenyum memperhatikan suami dan jagoan kecilnya yang tengah bercakap ria ini. Perut besarnya sesekali ia usap. Memang sangat penuh warna kehidupannya kini. Terlebih setelah Elfaris hadir di tengah-tengah keluarga kecilnya.









Malam harinya..


Bisma dan Franda terlihat tengah berdua berada di kamar mereka.
Bisma sedang asik berbaring dengan Franda yang ikut berbaring dan menyender pada dada bidangnya.
Bisma juga asik mengelusi perut besar Franda dengan mulut yang tak henti berceloteh menceritakan apa yang terjadi pagi hingga sore tadi.


"Anak kamu parah banget Nda. Aku beneran kapok deh bikin dia marah lagi. Permintaannya aneh-aneh tau gak."

"Ya salah sendiri. Siapa suruh coba bikin dia marah, hem?"

"Ya kan awalnya cuma becanda godain dia. Tapi dia nganggepnya malah serius. Malah katanya mau kabur segala lagi. Sampe mainan dia di kemasin. Beneran aneh anak kamu itu."

"Ihh itu juga anak kamu tau gak. Masa giliran dia nakal, kamu bilangnya anal aku. Tapi giliran dia baik aja kamu akuin anak kamu sendiri. Ihh curang tau gak.." protea Franda menarik hidung Bisma sebal.

Bisma terkekeh. Ia menarik kepala Franda lalu mengecup puncak kepala istrinya itu. Sesekali rambut hitam Franda di usapnya juga di acaknya.

"Oh iya. Tadi emang Ais minta apa aja sih? Ko kayaknya kamu sampe kewalahan gitu?" Franda menatap Bisma penasaran.
Tadi ia memang tidak ikut pergi menemani Bisma juga jagoan kecilnya.

"Ya pokoknya bukan kewalahan lagi sih. Tapi bikin emosi juga. Apalagi pas kita ke mall. Dia sampe ngambil apapun yang dia suka. Dompet aku aja sampe jebol Nda." Bisma menjelaskan.

"Yaa gak papa kali sesekali bikin anaknya seneng."

"Ya tapi takutnya nanti dia keterusan."

"Ya asal kita tegas aja mendidik dianya. Ais pasti bisa jadi anak yang penurut ko Bis. Asal kita bener-bener mendidik dia."

"Iya. Aku juga pasti akan didik dia dengan baik. Tapi hari ini aku gak masuk kantor dan Elfaris juga gak masuk sekolah. Itu lebih gila lagi Nda. Hufh kerjaan aku di kantor gimana coba? Trus kalau nanti Ais minta bolos sekolah lagi untuk yang kedua kalinya gimana?"

"Ya jangan sampai lah Bis. Kamu ayahnya. Jadi kamu harus bisa tegas dan bisa memanjakan dia disaat yang tepat. Jangan di manjakan tapi dengan permintaan yang membuat dia jadi anak yang pemalas. Aku yakin kamu bisa ko."

"Aku sebenarnya gak mau terlalu keras sama Ais. Aku gak tega Nda."

"Ya kita gak perlu keras sama dia.  Kita itu hanya perlu tegas Bisma."

"Iya sayangkuu. Lain kali aku akan lebih tegas deh sama anak pertama kita itu, tapi tanpa berlaku keras."

"Nah itu baru suami aku.." Franda mengecu pipi Bisma dan memeluknya manja.

"Sayang banget deh sama kamu Nda." Bisma mengecup puncak kepala Franda lembut.

"Nda juga Bis.." balas Franda seraya menaruh tangan Bisma diatas perut besarnya.

Kehangatan dan keromantisan pun kembali di rasakan oleh kedua pasangan ini.








**
Satu bulan kemudian..



Bisma tampak tergesa-gesa membawa Franda masuk kedalam mobilnya. Perempuan cantik berbadan dua itu tampak kesakitan dan sesekali meremas perut besarnya.


"Sshh Bisma sakitt.."

"Iya sabar Nda. Kita ke rumah sakit sekarang."

"Enggh, tapi sakitt Biss.. Nghh, Bisma sakiit.."

"Sabar yah, kamu jangan buat aku tambah panik." Bisma mengusap wajah Franda yang di penuhi keringat.

"Duhh Elfaris mana lagi? Kenapa dia lama banget?
Aku keluar dulu sebentar yah?"

"Jangan lama-lama Bis. Perut aku udah sakit banget. Enggh."

"Iya sayang. Tahan dulu sebentar yah? Aku gak mungkin tinggalin Ais sendiri disini." Bisma beranjak keluar dari mobilnya. Ia kemudian mencari sosok jagoan kecilnya yang sepertinya masih tertinggal di dalam.

Franda hanya bisa menahan rasa sakit di perutnya yang semakin lama semakin terasa sakit.

"Bismaa..enggh.. Aku udah gak kuat Bisss.. Errghh ssshh.." Franda mencengkram bajunya sendiri yang kini sudah terlihat basah akibat air ketubannya yang sudah pecah.





**
"Kamu ngapain aja sih disini?! Gak tau apa kalo bundanya udah kesakitan! Seneng yah lihat bundanya sakit kaya gitu hah?!" tiba-tiba saja Bisma memarahi dan membentak Elfaris.

"M..maapin Ais yah, t..tadi Ais.."

"Halaah! Udah cepetan masuk! Kamu mau apa kalau bundanya kenapa-napa! Bandel banget sih jadi anak!" bentak Bisma cukup keras. Elfaris hanya menunduk takut melihat ayahnya marah seperti ini.

"Knapa ayah dadi malahin Ais ya? Jan-jangan ayah udah benci sama Ais, tlus ayah udah gak sayang lagi sama Ais.." Elfaris menerka-nerka bingung.

"Eeerggh! Malah bengong lagi. Bisa CEPET gak sih Ais tuh jalannya?! Bunda kamu udah kesakitan disana ELFARISS!!" teriak Bisma semakin emosi. Tangan Elfaris sampai di tariknya kuat tanpa sadar.

Elfaris menangis. Pasalnya baru kali ini Bisma membentak dan memarahinya sampai seperti ini. Padahal sebelumnya tidak pernah sekali pun Bisma berani membentak Elfaris.

"Hiks, kenapa ayah dadi kasal sama Ais? Apa Ais udah nakal sama ayah? Hiks..
Jan-jangan nanti kalau dede bayinya udah lahil, ayah dadi benci lagi sama Ais. Ntal kalau ayah benci sama Ais. Tlus yang sayang sama Ais siapa dong? Ais gamau di benci sama ayah..hikss ayaah..." Elfaris membatin terisak. Ia sesekali memandangi lirih sosok ayahnya yang tengah kepanikan dengan mobil pajero sport yang sudah di lajukannya.

"Bisma bisa lebih cepet gak Bis? Aku udah gak kuaat.. Air ketubannya udah keluar banyak. Aku takut Biss.. Ngghh, sakit Bis.."

"I..iya Nda. Sabar sayang sabar. A..aku pasti usahain cepet ko. Kamu sabar yah? Bayi kita pasti gak akan kenapa-napa ko Nda. Percaya sama aku.."

"Nggh, sakiitt.."

Wajah Bisma semakin terlihat panik. Darah segar kini bahkan sudah terlihat mengalir dari betis Franda. Ia cemas. Bahkan sangat-sangat cemas kalau sampai terjadi apa-apa terhadap istri juga calon bayi keduanya.

"Ayah bunda kenapa yah? Kenapa bunda nangis? Bunda sakit yah, ayah.. Pelut bunda kenapa? Ayaah jawab Ais. Ayah bunda kenapa yah? Ayaaah.."

"DIAAMM!!"

"Hiks, ayaah..." air mata Elfaris kembali jatuh membasahi pipinya.
Bisma kembali membentaknya begitu keras.


"Sshh Biss..." suara Franda terdengar parau. Sedetik kemudian ia langsung tak sadarkan diri dan pingsan.

"Franda?! Nda.. Nda bangun.." Bisma mencoba menepuk pelan pipi Franda. Namun tetap saja Franda tidak bangun tak sadarkan diri.

"Aaaaarrgghh!!!" Bisma tampak marah dan emosi. Ia menoleh kebelakang menatap tajam Elfaris.

"SEKALI lagi kamu bikin ayah panik. Ayah akan turunin kamu di jalan!" ancam Bisma membuat Elfaris diam tanpa berani mengeluarkan suara lagi.

"Hiks.. Bundaa.. Hiks, buun.. Ais takut.." suara isakan lirih Elfaris terdengar parau. Air matanya terus mengalir membasahi pipi putihnya.










Bersambung...





@dheana92
@Elfaris_karisma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p