Wajah Bisma tampak begitu panik. Ia berjalan cepat menelusuri setiap lorong rumah sakit untuk mencari keberadaan Elfaris.
Namun sedikit pun Bisma tidak melihat sosok bocah tampan berambut poni itu. Ia bahkan sampai bertanya pada setiap orang yang ia temui berharap diantara mereka ada yang melihat jagoan kecilnya.
"P..permisi mba, lihat anak kecil umur 4 tahun, kulitnya putih trus matanya sipit, rambutnya di poni lewat sini gak?"
"Maaf mas, saya gak lihat."
"Oh i..iya makasih."
Wajah Bisma semakin terlihat panik dan cemas. Pasalnya tidak ada satu pun orang yang melihat putra kecilnya di area rumah sakit yang cukup luas ini.
"Kamu dimana sih Ais? Ayah udah gak tau harus cari kamu kemana.
Kenapa kamu jadi menghilang gini?" Bisma mengusap wajahnya lemas. Ia duduk di sebuah kursi ruang tunggu dengan perasaan yang bercampur aduk.
Bisma mengeluarkan dompet hitamnya. Ia membuka dompet tersebut yang terdapat sebuah photo Franda dan Elfaris yang sengaja ia simpan disana.
Tangan Bisma mengusap wajah polos Elfaris pada photo tersebut.
Seketika Bisma teringat akan perlakuannya pada Elfaris beberapa saat tadi.
"Ayah udah bentakkin Ais terus dari tadi. Bahkan ayah marahin Ais terus-terusan. Maafin ayah sayang..
Ayah sama sekali gak bermaksud kasar sama Ais. Ayah hanya panik, sekali lagi maafin ayah.." Bisma memejamkan matanya lirih. Bulir bening air matanya tiba-tiba saja keluar dari sudut matanya.
Bisma kembali beranjak. Ia tidak mungkin terus-menerus mencari Elfaris sementara Franda ia tinggalkan sendirian di ruang rawatnya.
Ayah dua anak ini pun melangkah gontai meninggalkan area depan rumah sakit dan kembali masuk menemui Franda disana.
**
Franda sendiri kini tengah berkemas. Ia tidak mau berlama-lama di rumah sakit karna merasa kondisinya sudah kuat kembali.
Perempuan cantik yang baru melahirkan putri keduanya ini tampak tidak sabar untuk pulang.
"Kreekk..."
Tiba-tiba Franda menoleh mendengar suara pintu yang di buka. Ia mendapati sosok Bisma berdiri di ambang pintu lalu berjalan gontai kearahnya.
"Tadi Nda udah tanya sama dokter tentang kondisi Nda sama si kecil. Nda rasa Nda udah cukup baik, putri kita juga gak rewel atau apapun. Jadi Nda minta biar cepet pulang. Trus dokternya juga langsung izinin karna kondisi Nda sama si kecil emang gak ada apa-apa." tutur Franda menjelaskan.
Bisma hanya menatapnya sekilas. Ia lalu mengusap puncak kepala putri kecilnya yang tengah Franda gendong dan mengecupnya.
"Nanti kamu tinggal tebus obatnya aja Bis, dokter bilang kamu harus tebus obat aku dulu sama sekalian bayar biaya administrasinya.
Nda udah gak betah lama-lama disini, Nda pingin pulang.." ujarnya lagi. Bisma tersenyum kecil memandangnya.
"Iya sayang, nanti Ima tebus obatnya. Kalo soal administrasi, semuanya udah Ima bayar." balas Bisma lembut. Ia berusaha menyembunyikan kesedihannya di depan Franda.
"Makasih, Nda udah gak sabar buat pulang. Nda juga gak sabar pingin ketemu sama Ais. Dari tadi kefikiran dia terus. Gak tau kenapa rasanya Nda khawatir aja sama dia."
"Ais gak papa ko. Dia udah ada di rumah, tadi Ima suruh temen buat yang anterin dia pulang. D..dia kaya yang ngantuk gitu, makanya Ima suruh pulang duluan." jelas Bisma berbohong.
"Yaudah gak papa. Yang penting Ais gak kenapa-napa.
Kamu cepetan tebus obatnya, biar kita bisa langsung cepet pulang. Nda gak betah lama-lama disini Bis."
"Iya sayang, yaudah Ima keluar dulu ya? Mmuach." Bisma mengecup kening Franda kemudian berlalu meninggalkan Franda.
Franda hanya membalas dengan anggukan kecil dan seuntai senyum. Entah kenapa Bisma tiba-tiba saja bisa berbohong kepada Franda dan menyatakan kalau Elfaris sudah pulang. Padahal sampai detik ini saja ia tidak tahu Elfaris ada dimana.
"Ayah kamu itu memang laki-laki hebat. Selalu aja bisa buat bunda seneng. Dia udah gak pernah ngeselin lagi kaya dulu." Franda menatap sosok Bisma yang kini sudah mulai hilang dari pandangan matanya. Ia beralih menatap wajah cantik putri kecilnya yang ia gendong lalu di kecupnya begitu lembut.
**
"Om ini lumah siapa? Ko Ais di bawa kesini?" Elfaris memandang bingung sebuah rumah mewah di hadapannya.
"Ini rumah om." jawab pemuda berkumis tipis ini datar. Ia membantu Elfaris keluar dari mobilnya lalu di gendongnya.
"Tapi kenapa om bawa Ais jauh-jauh om?
Ais aja sampe ketidulan tadi di mobil kalna gak sampe-sampe. Tlus ini juga speltinya bukan di Jakalta lagi. Om bawa Ais kemana omm?" tanya Elfaris semakin di buat bingung.
"Udah kamu gak usah banyak tanya. Ayo kita masuk." lelaki bersuara nge-bass ini menggendong tubuh kecil Elfaris untuk memasuki rumah mewahnya.
Elfaris langsung diam. Meski ia merasa heran dan aneh, namun sepertinya dengan diam ia akan lebih baik dari pada terus berbicara dan memprotes.
"Ayah Ais ingin pulang.. Ais takut disini yah, Ais pingin ketemu ayah, Ais mau pulang.." batinnya lirih.
Meski tadi Elfaris sempat mendapat bentakan dan amarah dari Bisma. Namun ia tetap saja merasa lebih nyaman berada bersama ayahnya di bandingkan bersama orang lain yang sama sekali tidak ia kenali ini.
Lelaki berkumis yang memiliki postur tubuh cukup kekar ini terus membawa Elfaris memasuki area rumah mewahnya. Ia berjalan menuju lantai atas tanpa banyak berucap.
Sebenarnya lelaki ini adalah Reza sahabat dari Bisma sendiri.
"Kalo gak salah, lo pernah bilang sama gue kalo anak ini adalah pewaris tunggal semua harta kekayaan lo. Termasuk semua aset-aset perusahaan lo yang banyak itu.
Mungkin gue bisa sedikit manfaatin dia buat bikin lo panik Bis.
Biar lo tau gimana paniknya gue pas lo so jadi pahlawan kesiangan dan bantuin cewek sialan itu buat ngerebut Rayan dari gue." batin Reza tersenyum licik. Entah apa yang akan ia lakukan terhadap Elfaris yang kini berada di tangannya.
**
Setelah tiba di rumah, Franda cukup terkejut karna tidak mendapati sosok Elfaris disana.
Bisma pun menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Elfaris. Ia juga menceritakan kalau ia tadi sempat meninggalkan Elfaris karna terlalu panik melihat Franda. Bisma menceritakan semuanya. Bahkan saat ia membentak dan marahi Elfaris pun Bisma ceritakan semua.
Franda rupanya cukup marah besar dan murka saat mendengar semua penjelasan dari Bisma tentang hilangnya Elfaris. Franda begitu marah dan emosi. Ia sampai-sampai tidak bisa mengendalikan diri dan berani mendaratkan satu tamparan di pipi kiri Bisma.
"PLAKK!!"
Tamparan dari telapak tangan Franda begitu mulus mendarat di pipi Bisma.
"TEGA kamu! Masa anak sendiri sampai kamu bentakkin dan kamu marahin. Kamu tega Bis!
Ais masih kecil, dia gak sepantasnya kamu marahin kaya gitu. Dia masih kecil Bisma, hiks.." Franda menangis terisak.
Bisma diam seketika. Ia menunduk seraya memegangi pipi kirinya yang cukup terasa sakit akibat Franda tampar. Ia tidak berani menatap Franda karna ia tahu kalau dirinya memang bersalah telah membuat Elfaris hilang.
"Pokoknya aku gak mau tau.
Sekarang juga kamu cari Elfaris sampai ketemu.
Aku gak mau dia kenapa-napa Bis. Ais itu masih kecil, kalau nanti dia kenapa-napa di luar sana gimana?
Aku takut Bisma, Ais itu terlalu polos, aku takuut." Franda menatap Bisma gelisah.
"Aku pasti akan cari dia Nda. Aku janji akan cari dia sampai ketemu. Aku janji." ujar Bisma yakin.
"Sekarang juga kamu cari Ais. Mungkin dia masih di rumah sakit dan tersesat.
Aku mohon cari dia sampai ketemu.
Aku gak mau terjadi hal-hal buruk sama Ais Bis."
"Iya sayang aku janji aku pasti cari dia. Tapi mungkin aku gak bisa sekarang karna sekarang udah malam. Jadi besok aja aku cari.."
"GAK! Aku gak mau kamu cari Ais besok. Aku mau kamu pergi cari dia sekarang juga Bis.
Pokoknya kamu harus sekarang juga cari dia."
"T..tapi ini udah malam Nda. Aku gak mungkin cari dia malam-malam gini. Aku juga gak mungkin tinggalin kamu dengan kondisi kaya gini di rumah sendirian. A..akuu.."
"PLAKK!!"
Entah kenapa tiba-tiba saja Franda kembali mendaratkan satu tamparan di pipi Bisma untuk yang kedua kalinya.
Bisma terpelongo kaget. Ia tidak menyangka kalau Franda bisa semarah ini sampai berani dua kali menamparnya.
"KAMU yang udah buat Ais pergi dan hilang. Jadi KAMU juga yang harus cari dia sampai ketemu.
Aku gak mau tau Bis. Pokoknya CARI Ais malam ini juga!" tegas Franda berbicara cukup keras dengan mata yang memerah menahan amarah.
Bisma lagi-lagi hanya diam. Ia tahu ia salah, jadi Bisma tidak mau banyak berbicara yang nantinya hanya akan memperkeruh keadaan.
"Sekarang Bis!" ujar Franda lagi. Ia cukup memaksa karna sangat mengkhawatirkan keadaan Elfaris.
"Iya aku pergi sekarang. Aku bener-bener minta maaf Nda karna udah lalai jagain Ais. Aku minta maaf.." mata Bisma seketika berkaca-kaca.
Franda tidak berucap. Rasanya kali ini cukup memuakkan melihat wajah Bisma. Ia sampai memalingkan wajahnya tanpa mau lama-lama Bisma tatap.
"Aku pergi yah? Aku janji akan berusaha cari Ais sampai ketemu.
Kamu disini baik-baik. Jangan kemana-mana Nda, aku titip putri kita. Aku pamit.." ujar Bisma berpamitan hendak pergi.
Franda masih saja tetap diam. Tidak ada sedikit pun kalimat yang ia lontarkan pada suaminya. Hanya air mata yang terus mengalir mewakili suasana hatinya saat ini.
"Ini udah malam. Gimana sama anak aku di luar sana?
Ais pasti kedinginan.. Ya Tuhan, tolong jaga putraku, aku mohon jaga dia baik-baik.." Franda membatin pilu.
Sementara itu...
Elfaris sendiri kini tengah berada di sebuah kamar yang terdapat di rumah mewah milik Reza. Ia tengah Reza paksa agar mau makan karna Reza tidak mau Elfaris sampai kenapa-napa.
"Ayo cepetan buka mulutnya." suruh Reza seraya menyodorkan sesendok makanan kearah Elfaris.
"Gamau. Ais gamau makan. Ais mau pulang om, Ais mau ketemu ayah, Ais mau pulang.." Elfaris menggeleng terisak. Wajahnya kini sudah basah dengan air mata yang tak henti mengalir.
Reza menaruh piring beserta sendok yang tengah di pegangnya diatas meja kecik di sampingnya. Ia menarik nafas panjang kemudian mendekat meraih tubuh kecil Elfaris.
"Ais mo'on om jangan sakitin Ais.
Ais mau pulang om, Ais gamau disini, Ais mau pulang aja, Ais mau pulang..." Elfaris menatap Reza takut.
"Dengerin om baik-baik.
Om janji gak akan sedikit pun nyakitin kamu, asalkan kamu mau nurut sama om. Jadi kalau kamu mau baik-baik aja disini, kamu harus nurut sama om. Mengerti?" ujar Reza menjelaskan.
"Tapi Ais mau pulang, Ais gamau disini, Ais mau pulang om. Tolong antelin Ais pulang..hiks." Elfaris menatap Reza lirih.
"Om nanti akan anterin kamu pulang. Kamu tenang aja, kamu gak perlu takut sama om. Asalkan kamu nurut sama om, om janji akan pastiin kamu baik-baik aja disini. Dan om janji akan anterin kamu pulang nanti." jelas Reza meyakinkan.
"Tapi Ais mau pulang skalang om. Ais gamau disini.."
"Kalo untuk sekarang gak bisa. Kamu harus tetap disini sampai apa yang om inginkan bisa tercapai.
Pokoknya kamu harus nurut sama om kalau kamu mau baik-baik aja." Reza menurunkan Elfaris dari pangkuannya lalu ia beranjak hendak meninggalkan Elfaris.
Elfaris hanya bisa diam dan menangis. Ia memeluk kedua lututnya yang ia tekuk. Wajahnya sangat ketakutan karna takut lelaki yang tidak di kenalinya itu berbuat macam-macam padanya.
"Bund, ayah.. Tolongin Ais..hiks. Ais mau pulang, Ais mau pulang yah..hiks." isaknya terdengar memilukan.
Bersambung...
@dheana92
@Elfaris_Karisma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p