Tiga hari kini telah berlalu.
Namun sampai saat ini Bisma rupanya belum juga dapat mengetahui dimana keberadaan Elfaris. Bahkan pihak polisi pun belum bisa membantunya.
Bisma benar-benar di buat panik akan hilangnya Elfaris. Hubungannya dengan Franda menjadi sedikit renggang karna Franda terus menyalahkannya.
Keluarga kecil ini memang tengah di landa masalah yang cukup besar dan rumit.
"Gimana keberadaan anak aku sekarang..
Apa dia udah makan? Apa dia udah minum? Apa dia disana baik-baik aja? Aku beneran gak bisa bayangin nasib anak aku di luar sana. Dia pasti lagi nangis, dia pasti lagi ketakutan karna jauh dari orang tuanya. Aku gak bisa bayangin kalau itu semua sedang terjadi sama anak aku.." Franda menatap pilu dengan setetes air mata yang jatuh membasahi pipinya. Ia kini hanya bisa memandangi wajah Elfaris dari sebingkai poto yang tengah di pegangnya.
Bisma tidak tahu harus bagaimana agar Franda dapat bersabar dan berhenti untuk menyalahkannya. Ia sendiri merasa takut saat berusaha menenangkan Franda karna perempuan yang sangat di sayanginya itu pasti langsung memarahinya.
"Kalau aja waktu itu kamu gak tinggalin dia Bis, mungkin sekarang Ais bisa ada disini sama kita.." Franda mengelus pipi Elfaris pada bingkai poto yang masih tetap di pegangnya. Ia rupanya sangat terpuruk karna rasa sayangnya terhadap Elfaris begitu teramat besar.
Bisma lagi-lagi hanya diam. Tidak sepatah kata pun terlontar dari mulutnya. Ia beranjak lalu berjalan menghampiri Franda.
"Sekarang udah hampir mau malam lagi. Dia tidur dimana Bis? Dia pasti kedinginan, Ais itu alergi dingin kaya kamu. Aku takut dia sakit. Aku gak bisa kaya gini terus Bis, aku mau Ais pulang, aku mau Ais.." Franda menatap Bisma lirih.
Sedetik kemudian Bisma langsung merangkul Franda dan memeluk tubuh istrinya itu agar dapat ia tenangkan.
Franda menangis. Kali ini ia tidak dapat lagi menahan rasa rindunya terhadap Elfaris. Entah sudah berapa banyak air mata yang di keluarkannya. Semenjak Elfaris menghilang, Franda memang terus-menerus menangisi Elfaris.
"Sekali lagi maafin aku yah? Aku emang udah gagal jadi ayah yang baik, aku udah gagal jagain Ais, aku bener-bener minta maaf Nda, maafin aku.." ujar Bisma penuh sesal.
Franda tidak membalas ucapan Bisma. Yang keluar dari mulutnya hanya suara isakan tangis. Rasanya begitu sakit saat jauh dari darah dagingnya sendiri. Apalagi Elfaris hilang tanpa jejak sedikit pun.
"Sekarang kamu tidur ya? Putri kita juga udah tidur, kamu jangan terus nangis. Aku gak kuat Nda kalau lihat kamu nangis terus.
Besok pagi aku janji akan cari Ais lagi, aku janji aku pasti akan terus berusaha cari dia. Kamu istirahat ya? Aku gak mau kalau sampai kamu sakit nantinya.." Bisma melepaskan pelukannya.
Franda mengangguk kecil meng-iyakan. Ia kemudian mendekati putri kecilnya yang sudah terlelap di sampingnya.
"Bunda peluk kamu ya sayang, bunda gak mau kalau harus kehilangan kamu juga, bunda sayang sama kamu.." Franda mengecup pipi putri kecilnya yang tiga hari lalu ia lahirkan. Malaikat kecil yang sangat cantik ini di peluknya dan di ciuminya penuh kasih sayang.
"Harusnya ini jadi momen yang paling membahagiakan buat keluarga kecilku.
Elfaris, kamu dimana sayang? maafin ayah..." Bisma membatin pilu mengingat sosok Elfaris yang tidak berada bersamanya. Air matanya hingga tak terasa hampir saja menetes.
**
"Iya ada apa bi?"
"Ngh, m..maaf tuan, i..itu den Ais badannya panas, d..dia nangis terus manggil-manggil bundanya. B..bibi.."
"Udah tinggal kasih obat penurun panas aja, kan di kotak obat banyak. Bibi gak perlu cemas berlebihan. Anak kecil kena demam itu udah biasa."
"T..tapi tuan, bibi..."
"Saya banyak kerjaan. Saya sengaja bayar bibi cuma buat ngurusin Ais aja. Masa cuma ngurusin anak satu aja gak bisa?
Pokoknya bibi jangan telfonin saya lagi kalau saya yang gak telfon bibi. Mengerti?!"
"I..iya tuan, bibi ngerti."
"Bagus. Yaudah sekarang bibi urusin lagi dia. Jangan lupa kasih obat dan kasih dia makan. Saya gak mau kalau sampe dia kenapa-napa."
"B..baik tuan."
Reza langsung mengakhiri pembicaraannya lewat telfonnya. Entaj kenapa ia bisa menjadi jahat dan kejam seperti ini. Padahal Bisma itu adalah sahabat baiknya sendiri.
"Saham di perusahaan lo turun drastis Bis? Haha ini benar-benar kabar terbaik buat gue.
Baru tiga hari aja lo kehilangan anak, hidup lo jadi kacau begini. Gimana kalau selamanya lo kehilangan dia? Mungkin lo akan kehilangan segalanya. Hahaha.." Reza tertawa begitu puas melihat berita di koran tentang turun drastisnya saham di perusahaan Bisma yang mendadak.
Reza ternyata begitu sakit hati karna Bisma telah mengambil paksa hak asuh Rayan dari tangannya. Ia menjadi pendendam dan berambisi besar untuk membuat Bisma hancur.
"Andai lo gak ikut campur urusan pribadi gue dan lo gak bantuin cewek sialan itu buat ngambil hak asuh Rayan dari gue. Mungkin lo gak akan menderita kaya sekarang Bis.
Sekarang lo bisa rasain gimana rasanya kehilangan seorang anak yang sangat lo sayangin. Dan itu rasanya sangat sakit Bisma, sakitt." Reza membatin dengan senyuman licik penuh dendam.
**
Pagi harinya...
Bisma rupanya sudah terbangun lebih awal dari Franda. Pagi ini ia memang hendak mencari Elfaris lagi, entah apa hari ini pencariannya akan membuahkan hasil atau tidak. Bisma tetap berusaha dan bersemangat mencari jagoan kecilnya.
Bisma merogoh handphonenya. Ia mencoba menghubungi salah satu karyawan kepercayaannya di kantor.
"Meeting pagi ini saya batalkan lagi. Saya masih belum bisa ke kantor karna harus mencari putra saya. Jadi saya harap kamu bisa meng-handle semuanya."
"T..tapi pak, maaf bukannya saya lancang. Saham di perusahaan kita sekarang sedang turun, saya harap untuk hari ini pak Bisma ke kantor dulu. Selain itu meeting hari ini juga sangat penting pak. Client kita yang dari Jerman datang langsung kesini. Saya dan staf yang lain tidak bisa berbuat apa-apa tanpa bapak. Saya mohon, ini demi kelangsungan perusahaan ini pak.."
"DEGG!!"
Bisma langsung terdiam. Rupanya masalah baru kini sudah muncul lagi untuknya.
"Saya mohon pak. Perusahaan ini sangat berpengaruh besar terhadap perusahaan-perusahaan pak Bisma yang lain. Kalau perusahaan ini tidak bapak pimpin. Saya takut banyak para client besar yang mengurungkan niat untuk menanamkam saham lagi di perusahaan bapak. Jadi saya harap untuk kali ini pak Bisma datang ke kantor pak.. S..sayaa.."
"Tuut-tut-tuut..."
Belum sempat orang kepercayaannya itu meneruskan kalimatnya. Bisma sudah memutuskan sambungan telfonnya. Ia benar-benar sangat frustasi dengan semua ini. Semuanya menjadi berantakan dan membuat hidupnya perlahan hancur.
"Aaaarrggghh!!!! BRAKSSS!?"
Bisma berteriak emosi Handphone yang di genggamnya ia banting kuat diatas lantai hingga hancur berserakan.
"Gue gak bisa konsentrasi sama perusahaan karna gue terus mikirin Elfaris. Gue gak bisa, gue bener-bener gak bisa. AAAARRRGHH!!!" Bisma menjambak rambutnya frustasi. Ia tidak bisa menyalahkan siapapun karna dirinya sendiri yang terus ia salahkan atas semua masalah ini.
"Ayah sayang sama Ais, ayah sangat sayang Ais, sekarang Ais dimana? Ayah mohon kamu cepat pulang.. Ayah bisa hancur tanpa Ais.." isaknya terdengar lirih.
Bersambung...
@elfaris_karisma
@dheana92
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p