Rabu, 20 Desember 2017

Senyuman Bisma #part7


Rakhel Adinda rupanya memang gadis yang sangat baik, meskipun ia berkarakter tomboy, namun dalam berteman ia tidak memilah-milih atau pun membatasi harus berteman dengan siapa. Ia juga bisa akrab dengan siapa pun dengan mudahnya. Begitu juga dengan Bisma, bahkan keduanya kini tengah berada di sebuah hutan kecil, dimana disana terdapat tempat biasanya Rakhel bermain basket.


"Ternyata di hutan kecil yang sepi ini ada lapangan basketnya juga.." ujar Bisma menatap tidak percaya sekelilingnya.

Rakhel hanya tersenyum. Ia men-dribble bola basket di tangannya lalu melemparnya keatas ring.

"Hebat!" satu kata yang spontan Bisma lontarkan saat melihat Rakhel bermain dengan bola basketnya.

Rakhel terkekeh, ia menghentikan aksinya lalu berjalan mendekati Bisma. "thanks yah.." ujarnya tersenyum.

"Thanks buat apa?" Bisma mengerutkan dahinya bingung.

Lagi-lagi Rakhel terkekeh, kali ini Bisma dapat melihat senyuman yang begitu manis dari bibir Rakhel.

"Manis banget.." gumamnya tanpa sadar.

"Ya makasih aja Bis, kamu udah mau anterin aku kesini.
Ini tuh tempat favorit aku dari kecil. Yang buat lapangan basket disini itu almarhum papah, dulu dia sembunyi-sembunyi kasih kejutan tempat ini buat aku, alasannya sih karna mamah emang gak suka aku jadi anak yang tomboy, sedangkan papah justru mendukung banget. Katanya supaya aku kuat dan bisa jaga diri." jelas Rakhel mencoba mengingat masa kecilnya dan menceritakannya pada Bisma.

"Jadi ini sengaja di buat sama papah kamu? Pantesan aja tempatnya rapi, trus suasananya juga nyaman disini." balas Bisma mencoba berucap rileks dan menyembunyikan kegugupannya. Maklum, baru kali ini Bisma bisa berduaan bersama seorang gadis di tempat yang sepi dan jauh dari keramaian.

"Tempat ini aku rawat pastinya Bis, makanya bisa tetep rapi dan bersih. Aku selalu merasa bersama papah kalau udah ke tempat ini, makanya aku suka tempat ini." Rakhel kembali mengingat masa lalu indahnya saat bersama sang papah. Sosok gadis kecil yang sedang bermain basket dengan pria paruh baya yang tak lain adalah dirinya dan sang papah tiba-tiba saja terbayang di benaknya.

"Apa Rafael pernah kamu ajak kesini?" Bisma menatap Rakhel.

"Gak pernah, mana mau dia ke hutan yang sepi kaya gini. Dia kan penakut Bis.." cibir Rakhel seraya beranjak lalu melempar kembali bola basketnya keatas ring.

Bisma hanya tertawa kecil mendengar ucapan Rakhel. Ia semakin di buat kagum saja akan sosok gadis cantik pujaan hatinya ini.

"Oh iya, Rafael bilang kamu itu adik angkatnya, apa itu benar Bis?" Rakhel bertanya lagi seraya asik memainkan bola basket di tangannya.


"DEGG!!"

Bisma tiba-tiba saja terkejut mendengar pertanyaan Rakhel. Ia memicingkan matanya tidak percaya akan yang Rakhel tanyakan.

"Awalnya sih dia bilang kamu itu adiknya, tapi pas aku tanya lagi dia bilang kalau kamu cuma adik angkat aja. Pantesan wajah kalian gak terlalu mirip. Lagian setau aku sih Rafael itu anak tunggal, jadi gak mungkin punya adik kandung.." jelas Rakhel diiringi senyuman manisnya yang melebar.

Bisma diam, tidak satu kalimat pun keluar dari mulutnya, yang ada hanya cairan bening yang tak sengaja ia tumpahkan dari sudut matanya.

Rakhel yang masih asik bermain dengan bola basketnya tidak menyadari kalau Bisma menangis saat mendengar penuturannya tentang ucapan Rafael.

"Ko malah diem sih Bis? Emang ucapan aku ada yang salah ya?" tegur Rakhel lagi.

Bisma buru-buru menggeleng dan menunjukkan senyuman manisnya. "E..enggak kenapa-napa ko Hel.." ujarnya tersenyum.

"Oh iya, tapi katanya Rafa bilang kalau kedua orang tua kamu itu udah meninggal karna kecelakaan, apa itu benar Bis? Trus kebetulan papah sama mamahnya Rafa itu sepupunya orang tua kamu, makanya kamu di angkat anak sama mereka dan kamu juga tinggal di rumahnya Rafa semenjak kedua orang tua kamu itu meninggal. Apa itu benar Bis?" pertanyaan Rakhel kali ini berhasil membuat air mata Bisma keluar kembali. Pasalnya Rafael sudah mengarang cerita tentang dirinya kepada Rakhel.

"Kenapa Lo harus bohongin Rakhel Raf?
Kalau emang lo gak mau nganggep gue ini adik lo, gue ikhlas Raf.. tapi gak seharusnya lo sampe ngarang cerita kaya gini sama Rakhel.." Bisma hanya dapat membatin mendengar semua omong kosong yang di rekayasa Rafael ini.

"M..maaf Bis, aku gak bermaksud buat kamu sedih. Aku faham ko, kamu pasti keinget sama kedua orang tua kamu yang udah gak ada. Aku juga bisa rasain itu karna papah aku sendiri udah gak ada. Sekali lagi aku minta maaf yah?" Rakhel duduk di samping Bisma lalu mengusap pundak kiri Bisma pelan. Ia rupanya salah mengartikan ekspresi sedih Bisma yang sama sekali bukan bersedih karna mengingat orang tuanya, Bisma justru sedih karna ucapan Rafael yang membohongi Rakhel tentang dirinya.

"Aku gak papa ko Hel, kamu gak perlu minta maaf.." Bisma berusaha tersenyum di depan gadis pujaan hatinya ini.

Rakhel ikut tersenyum, ia tiba-tiba saja menyenderkan kepalanya di pundak kiri Bisma. Wajahnya menatap lurus kedepan dengan pandangan menerawang masa lalu.

"K..kenapa gue begitu nyaman sekali dengan posisi ini?
Mungkin kata-kata Rafael emang cukup menyakitkan, tapi dengan sikap Rakhel yang kaya gini bisa membuat hati gue nyaman dan gak sakit lagi.
Gue rela deh gak di akuin sama lo Raf, asalkan bisa terus deket sama Rakhel kaya sekarang ini.." Bisma membatin penuh senyuman melihat wajah Rakhel yang dapat di pandangnya dari jarak yang begitu dekat. Ia memberanikan mengangkat tangan kirinya untuk mengelus rambut panjang Rakhel yang terurai bebas.

"Andai aja yang lagi duduk sama gue ini bukan Bisma tapi Rafael, mungkin ini adalah hari yang paling menyenangkan. Papah pasti akan tersenyum dari atas sana saat melihat putri kesayangannya berdua dengan orang yang ia sayangi. Rakhel sayang papah pah.." Rakhel ikut membatin seraya memejamkan matanya. Ia tidak mempedulikan dada siapa yang di topangnya untuk bersandar. Yang ia rasakan hanya rasa nyaman dan bayangan wajah tampan Rafael lelaki yang di kaguminya.






**
Berbeda dengan Rakhel dan Bisma. Rafael sendiri kini masih asik bersama kekasih hatinya.
Setelah selesai menonton film di bioskop, kini Rafael tengah berada di salah satu salon kecantikan untuk mengantar Sheryl memanjakan diri disana. Selain menata rambutnya, Sheryl juga melakukan beberapa perawatan di salon tersebut agar dirinya selalu terlihat cantik. Hal ini sering Sheryl lakukan dan Rafael juga sering mengantar Sheryl ke salon tersebut.

"Sayang jangan lama-lama ya? Aku ada janji sama mamah soalnya, jadi aku gak bisa kalau harus nunggu disini terus, mamah bisa marah nanti.." ujar Rafael sedikit berteriak dari ruang tunggu.

"Kalau kamu lebih sayang sama mamah kamu, yaudah kamu pulang aja sana dan lupain aku!" balas Sheryl ketus.

"Bukan gitu sayang, aku tetep sayang ko sama kamu, masa gitu aja marah sih?" Rafael beranjak lalu berjalan menghampiri Sheryl.

"Tau ah! Kamu tuh nyebelin! Masa cuma nunggu aku disini aja gak bisa, kan habis ini kita mau ke mall, katanya mau beliin aku sepatu sama handphone baru. Tapi masa udah mau buru-buru pulang? Kamu keterlaluan tau gak!" ambek Sheryl marah. Rupanya selain matrealistis, perempuan berambut pirang ini cukup menyebalkan juga.

"Hufh, yaudah iya aku disini. Kamu jangan marah-marah kaya gitu dong? Masa pacarnya sendiri di marahin?"

"Ya abis kamu nyebelin!"

"Iya, yaudah aku gak jadi anterin mamah, biar aku disini aja sama kamu, asalkan kamu seneng dan kamu gak marah-marah lagi.." Rafael melingkarkan tangannya merangkul Sheryl yang tengah duduk.

"Beneran?" Sheryl menoleh ragu.

Rafael mengangguk mantap diiringi senyuman yang begitu manis dari bibir tipisnya.

"Aaa makasih Rafa sayang.. Gitu dong, itu baru namanya pacar aku.." Sheryl berhambur mengalungkan tangannya di leher Rafael, ia sampai melonjak senang karna lagi-lagi Rafael mau menuruti keinginannya.

"Iya sayang sama-sama. Ini semua aku lakuin karna aku sangat-sangat sayang dan cinta sama kamu, mmuach! Nanti aku beliin handphone yang paling terbaru yah, biar kamu makin seneng.." ujar Rafael semakin membuat Sheryl senang saja karna terus ia manjakan.

"Aku beruntung banget punya pacar sebaik kamu. Udah ganteng, baik, trus perhatian lagi. Jadi makin sayang sama kamu.." Sheryl bergelayut manja di leher Rafael. Kepalanya sejenak ia senderkan di dada bidang Rafael.

Entah kenapa Rafael bisa begitu mudahnya Sheryl perdaya. Ia bahkan sangat nurut dan patuh pada Sheryl, ia juga selalu memanjakan Sheryl, memberikan apapun yang Sheryl inginkan. Padahal sudah sangat jelas terlihat kalau Sheryl hanya memanfaatkan dirinya saja agar dapat di poroti kekayaannya.






**
"Duuh, Rafa kemana sih? Katanya gak pulang terlalu sore, tapi udah hampir jam 4 aja dia belum pulang juga. Padahal aku mau ajakin dia ke rumahnya jeng Ratna. Ya ampuun Rafaa, please jangan kecewain mamah Raf.."

Tante Faras terlihat cukup gelisah menunggu anak kesayangannya yang belum juga pulang. Padahal pagi tadi Rafael sudah berjanji untuk tidak pulang terlalu sore, sementara hingga pukul 4 saja ia belum juga pulang.

"Bisma saja udah pulang Raf dari tadi, masa kamu belum juga? Kamu gak lupa kan buat anterin mamah sore ini? Mamah gak mungkin minta tolong sama Bisma, nanti mamah bisa malu Rafa.." tante Faras kembali melirik arloji perak yang ia kenakan di lengan kirinya.

Entah kenapa wanita paruh baya ini harus malu jika mengajak Bisma pergi bersamanya. Toh Bisma juga putra kandungnya, darah daging ia sendiri dan lahir dari rahimnya. Apa pantas jika Bisma terus-menerus ia asingkan dan tidak ia akui?

"Gak, gak mau Rafa.. Mamah gak mau kalau harus minta antar sama Bisma, please Raf pulang, mamah cuma mau ajak kamu kesana, cuma sebentar ko Raf, paling cuma satu atau dua jam aja, enggak sampai lama.." tante Faras tiba-tiba saja menempelkan handphone ketelinganya.

"Duh mamah, Rafa tetep gak bisa. Sama Bisma aja sih, nanti kalau ada yang tanya Bisma siapa, ya tinggal jawab aja keponakan mamah, sopir mamah atau tukang kebun mamah kek, yang penting mamah bisa berangkat aja kesana.
Kali ini Rafa beneran gak bisa mah, Rafa minta maaf, Rafa ada keperluan mendadak soalnya."

"T..tapi Raf mamah.."

"Udah gak perlu pake tapi-tapian lagi. Pokoknya ajak aja Bisma. Dia bisa nyetir ko.
Rafa pulangnya agak larut, dah mamah,, bye.. Mmuach!" Rafael langsung buru-buru mematikan sambungan telfonnya.

"Masa harus pergi sama Bisma?" tante Faras masih saja ragu dan merasa gengsi pergi ke rumah teman arisannya dengan membawa Bisma.

Padahal wajah Bisma sendiri tidak terlalu buruk. Bisma justru memiliki wajah yang sangat berkarisma. Bola mata yang bening dan wajah yang cukup tampan, ia juga manis saat tersenyum. Hanya saja memang postur tubuhnya jauh lebih kecil dari Rafael.

"Yasudah gak apa-apa deh. Rafael mungkin emang sedang sibuk. Rafa benar, aku bisa aja kenalin Bisma sebagai keponakan, sopir atau bahkan tukang kebun di rumah ini.
Tapi apa aku akan tega berbuat seperti itu pada anakku sendiri?" tante Faras tiba-tiba saja diam.

"Gak, aku gak mungkin setega itu. Ahh tapi ini darurat, maafin mamah ya Bis.. Mamah belum siap kenalin kamu sebagai anak mamah. Nanti papah kamu juga bisa marah kalau tahu kamu itu anaknya mamah sama papah. Mungkin selamanya kamu memang lebih baik menjadi orang asing di rumah ini. Sekali lagi mamah minta maaf.." tante Faras berlalu masuk ke dalam rumahnya menuju kamar Bisma.




**
"Aduh mah, memangnya tamu-tamu mamah ini berapa banyak sih? Kenapa harus sebanyak ini makanannya? Trus kenapa harus sore-sore? Biasanya pagi atau siang mah?"

"Nabil, udah jangan banyak berprotes, lebih baik sekarang kamu ganti baju kamu sama yang lebih rapi. Nanti ada tamu istimewa mamah, kebetulan dia bawa anak tunggalnya kesini.."

"Trus apa hubungannya sama Biel?" Nabila mengerutkan kening bingung.

"Ya ampuun anak mamah ini. Ya kan siapa tau aja nanti dia cocok sama kamu. Kamu kan udah dewasa, kamu udah waktunya punya pasangan, jadi yaa siapa tau aja kamu cocok nantinya.." jelas tante Ratna tersenyum menatap wajah cantik putri kesayangannya ini.

"Ihh mamah. Kan Biel udah bilang beberapa kali sama mamah. Biel itu pingin sukses dulu sama karir Biel, Biel pingin jadi dokter yang hebat dulu mah. Nanti baru mikirin pasangan. Lagian Biel masih muda, trus Biel juga udah punya pilihan sendiri. Jadi mamah gak perlu repot-repot mencarikan Biel pasangan.."

"Mamah gak repot ko sayang, kan mamah hanya mencoba aja, siapa tau nanti cocok. Kalau gak cocok, ya mamah gak akan maksa."

"Hemm.. Yaudah terserah mamah aja, tapi beneran ya? Kalau Biel gak cocok, mamah gak boleh paksa Biel.."

"Iya sayang mamah janji."

"Yaudah Biel ganti baju dulu."

"Iya, jangan lama-lama ya? Sebentar lagi pasti jeng Faras datang.."

"Iya mamah.."

Tak lama Nabila pun lenyap dari pandangan tante Ratna. Ia segera menuruti perintah mamahnya untuk berganti pakaian yang lebih rapi. Mungkin ucapan tante Ratna benar jika tamunya kali ini cukup istimewa dari tamu-tamunya yang lain.

"Semoga aja Nabila cocok sama anaknya jeng Faras nanti. Uhh pasti bahagia sekali kalau aku bisa besanan sama jeng Faras.." harap tante Ratna dengan senyuman yang tak henti terukir dari bibirnya.






Bersambung...

2 komentar:

Nggak Komentar, Nggak Kece :p