Rabu, 20 Desember 2017

Senyuman Bisma #part3


No edit apalagi Copas!!!

***
Sore menjelang...


Semenjak pulang dari kampusnya, Rafael memang terlihat asik sendiri didalam kamarnya.
Hampir satu jam lebih ia berbicara dengan Sheryl kekasih hatinya lewat sambungan telfon.
Lelaki sipit berlesung pipi itu nampaknya memang sangat mencintai Sheryl, terbukti dengan kalimat-kalimat yang ia ucapkan selalu penuh perasaan.


"Nanti malam jadi kan ajak aku nonton?" suara Sheryl rupanya masih terdengar disana.

"Jadi dong pastinya. Nanti aku pasti jemput kamu.." Rafael menjawab dengan mantap. Ia membaringkan tubuh kekarnya diatas tempat tidur tanpa melepaskan headset yang terpasang dikedua telinganya.

Bibir Sheryl tersenyum lebar. Wajahnya nampak sangat senang dan ceria. Dikepalanya sudah penuh memikirkan benda mahal apalagi yang akan dimintanya pada Rafael nanti.

"Oh iya, nanti kamu mau aku beliin apa Sher?" tanya Rafael tiba-tiba.

Senyuman Sheryl nampak semakin melebar saja. Ternyata kebaikan Rafael memang melebihi apapun. Tanpa ia minta, Rafael sudah menawari terlebih dahulu. Jadi sangat mudah untuk Sheryl memanfaatkannya.

"Hey, ko diem sih? Atau nanti aku beliinnya abis kita nonton aja. Gimana?" Rafael kembali berujar.

"Ngh, yaudah terserah kamu aja. Aku percaya ko kalau kamu pasti selalu bisa buat aku seneng.." yakin Sheryl.

Rafael tersenyum. Rupanya mendengar Sheryl senang saja dia sangat bahagia sekali. Entah hal bodoh apalagi nanti yang akan dilakukannya untuk kekasih tercintanya itu. Yang pasti cinta buta Rafael sudah menutup segala keburukan Sheryl yang selalu memanfaatkannya.

"Yaudah sayang, aku mau mandi dulu yah? Kayaknya udah cukup sore juga. Nanti biar aku bisa cepet temuin kamu dan ajak kamu nonton. Aku mauu.."

"Iya yaudah sana mandi. Aku juga mau siap-siap dulu. Mau dandan yang cantik buat kamu. Pokoknya aku tunggu kamu disini secepatnya."

"Ahaha oke cantik... Miss you. Tunggu aku yah.. Emmuaach. Aku sayang banget sama kamu.."


"PIP!"


Sheryl langsung mematikan sambungan telfonnya tanpa membalas ucapan Rafael lagi.

"Hufh kebiasaan. Tapi gak papa deh, yang penting nanti malam bisa jalan sama Sheryl dan tentunya bisa berduaan sama dia." Rafael tersenyum lebar membayangkan romantisnya saat malam nanti.

Lelaki tampan bermata sipit itu bangkit. Ia melepas headset yang masih menempel dikedua telinganya. Kedua kakinya pun melangkah menuju kamar mandi agar bisa cepat membersihkan diri.






**
Berbeda dengan Rafael. Kondisi Bisma kini justru sangat mengkhawatirkan. Tubuhnya tergeletak dibawah tempat tidur. Nafasnya masih terasa sesak. Dadanya naik turun semakin lambat. Rupanya rasa sakit itu baru bisa Bisma atasi setelah cukup lama menyiksa dirinya.


"Hosh-hosh-hosh...
Ya Allah.. Kenapa bisa separah ini? Biasanya gak selama ini sakit dan sesaknya. Hosh-hosh.. Hosh.."

Bisma mengatur nafasnya yang tidak beraturan. Ia mencoba serileks mungkin agar dadanya tidak terus sesak dan sakit.

"Obat itu. Gue harus temuin om Reno lagi dirumah sakit buat minta obatnya. Hosh-hosh.." Bisma berujar yakin. Ia kemudian mencoba untuk bangun dsn berdiri.

"Bisma ternyata salah. Bisma gak kuat om tanpa obat itu, om Reno bener. Bisma gak akan kuat nahan sakit dan sesaknya.." Bisma membatin mengingat perkataan om Reno yang selalu diremehkannya.

Bisma duduk ditepian tempat tidurnya. Wajahnya terlihat pucat dan dibanjiri keringat dingin. Dadanya masih naik turun dengan tempo yang belum stabil.
Bisma diam. Ia memandang pilu akan apa yang selama ini dirasakannya.

"Coba aja pas Bisma lagi sakit tadi mamah atau papah masuk kamar Bisma dan lihat apa yang terjadi sama Bisma.
Mungkin Bisma bisa rasain perhatian mamah papah..
Bisma ikhlas deh mah pah kalau pun penyakit Bisma harus kumat terus, asal bisa dapat perhatian mamah papah aja.."

Bisma berucap ngasal. Bibirnya sekilas terukir senyuman. Rupanya keinginan agar dapat perhatian serta kasih sayang dari kedua orang tuanya masih sangat Bisma harapkan.

Bisma kemudian membaringkan tubuh lelahnya. Tubuh yang kurus dan tampak tonjolan tulangnya terlihat. Sangat berbeda jauh sekali jika dibandingkan dengan Rafael sang kakak. Rafael justru sangat sehat dan tubuhnya berisi.


"Si Bisma kenapa lagi?
Ko gue jadi sering banget lihat penyakit dia kumat?
Apa penyakitnya makin parah? Atau jangan-jangan diaa..." Rafael terlihat berdiri diluar pintu kamar Bisma. Ia rupanya tengah memperhatikan Bisma saat tidak sengaja melintas didepan kamarnya.

"Rafael..? Kamu ngapain disini?"

Tiba-tiba suara tante Faras sang mamah mengejutkan Rafael.

"M..mamah? Mamah ngapain disini?" dengan polosnya Rafael malah berbalik tanya.

"Loh, perasaan mamah duluan deh yang tanya kamu disini ngapain. Tapi kamu malaah.."

"Ah udah deh terserah mamah. Rafa mau ke kamar dulu. Bye!" Rafael berlalu dengan cueknya dan langsung meninggalkan tante Faras begitu saja.

"R..Rafa tunggu!! Raaf.."

Rafael sama sekali tidak menghiraukan teriakan tante Faras. Ia terus saja berjalan menuju kamarnya dengan handuk putih yang masih ia lilitkan dilehernya.

Tante Faras menghela nafasnya. Ia memandang sosok putra yang selalu dibanggakan oleh suaminya itu dengan tatapan lirih.

"Selalu aja kaya gini. Kapan sih kamu gak cuek sama mamah Raf?
Padahal tadinya mamah mau ajak kamu ketemu temen-temen mamah, mamah pingin kenalin kamu ke mereka. Tapi kayaknya kamu gak bakalan bisa lagi.." ujarnya terlihat sedih.

Tante Faras mengalihkan pandangannya. Ia menatap pintu kamar Bisma yang sedikit terbuka itu. Sosok darah dagingnya pun terlihat disana tengah berbaring memejamkan mata.

"Bisma memang anakku. Tapi sekalipun aku gak pernah kenalin dia sama teman, sahabat atau pun saudara. Jadi gak banyak yang tau kalau aku punya anak laki-laki lain selain Rafael." tante Faras membatin menatap Bisma yang sampai saat ini selalu dibedakan dengan Rafael.

Tante Faras kemudian berlalu. Ia meninggalkan Bisma tanpa mau mendekatinya atau pun masuk kedalam kamarnya. Padahal hati kecil tante Faras sendiri ingin sekali membelai serta memberikan kasih sayangnya untuk Bisma. Namun ia tidak mau menunjukkan semua itu. Selain takut om Roy akan marah. Tante Faras juga tidak ingin kalau Bisma tahu dirinya menyayangi Bisma seperti menyayangi Rafael.







**
Rakhel Adinda. Perempuan cantik ini nampak terlihat gelisah. Ia berdiri didepan balkon kamarnya. Wajahnya terlihat sedih. Entah kesedihan apa yang menimpanya. Mungkin suasana malam yang dingin gelap serta diiringi rintikan gerimis kecil ini mampu menyamai dengan apa yang dirasakannya.


"Dia mau jalan sama cewek super genitnya aja sampe nelfon dulu kesini. Lo tuh lama-lama ngeselin ya Raf! Gak tau apa kalau gue cemburu.
Isshh kenapa juga gue harus suka sama lo! Cuma makan hati doang tau gak." Rakhel ngedumel pun emosi. Gadis cantik itu tidak dapat lagi menyembunyikan perasaannya kalau ia sangat menyukai Rafael.

Rakhel menatap BB hitam yang masih digenggamnya. Terdapat satu bbm masuk dari Rafael yang memberitahunya kalau Rafael tengah membelikan sesuatu untuk Sheryl.

"Terus aja laporan sama gue!
Lagi makan berdua laporan, lagi nonton berdua laporan, lagi beli barang buat si cewek genit itu juga laporan. Lo tuh sebenernya polos atau terlalu bodoh sih jadi cowok?
Udah selalu dimanfaatin, gak pernah percaya, trus gak mau peka lagi. Padahal gue disini berharap banget sama lo tau gak. Tapi lo malah kaya gini. Sakit tau Raf, sakit... Hiks."

Rakhel berlari masuk kedalam kamarnya. Ia sudah tidak tahu harus bersikap apalagi agar perasaannya terhadap Rafael tidak terus tumbuh. Namun ia tidak bisa melakukannya. Semakin lama perasannya justru semakin bertambah besar untuk Rafael.





**
Esok paginya...


Bisma sangat kaget sekali saat mendapati pesan masuk dari Rafael. Ia bingung sekaligus gugup karna Rafael menyuruhnya menjemput Rakhel. Dan ini kali pertamanya Rafael menyuruh Bisma menjemput seorang gadis. Terlebih gadis itu adalah Rakhel gadis yang Bisma kagumi.


"Ini kaya mimpi. Tapi Rafael beneran nyuruh gue? Dia bahkan ngasil alamat rumah Rakhel ke gue. B..berati guee..."

Bibir Bisma seketika melebar. Bayangan indahnya melintas. Mungkin ini adalah awal yang baik untuk Bisma agar bisa lebih dekat dengan Rakhel.

Bisma memang mengetahui kalau Rakhel adalah sahabat Rafael, karna Rakhel sendiri sering Rafael ajak main kerumah. Namun Rakhel tidak tahu kalau Bisma adalah adik dari Rafael karena mereka belum pernah sekali pun mengobrol bareng kecuali tanpa disengaja dan itu pun hanya terjadi beberapa menit saja.


"Jemput sekarang aja deh. Kasian kalau nanti nunggunya kelamaan. Gadis cantik itu gak boleh dibiarin nunggu. Jadi....?" Bisma meraih ransel hitamnya. Namun tiba-tiba matanya terkejut mendapati kunci mobilnya yang berubah.


"Gue pinjem mobil lo. Ini juga mobil bekas gue yang gue kasih ke elo. Jadi kalau pun gue mau pake lagi. Itu hak gue.
Nanti lo ke kampus naik motor gue aja."


Bisma baru mengingat ucapan Rafael sebelum ia berangkat menjemput Sheryl tadi. Entah kenapa harus mobil Bisma. Padahal mobilnya sendiri masih ada dan bisa digunakan untuk berangkat ke kampus.

"Naik motor? Apa gue bisa? Motor Rafael kan cukup gede. Trus.. Gue juga gak biasa naik motor, bisa-bisa alergi gue kambuh. Anginnya pasti kerasa banget kalo naik motor. Duuhh gimana dong?" wajah Bisma seketika panik dan cemas.

"Gue pake jaket aja deh. Trus nanti jalanin motornya gak perlu kenceng. Yang penting bisa sampe kampus dan jemput Rakhel seperti yang disuruh Rafael.
Iya bener.. Gue pasti bisa ko. Hufhh.. Bismillah.." Bisma menarik nafasnya yakin. Ia meraih jaket jeansnya untuk ia kenakan saat mengendarai motor nanti.

"Rakhel.. Ini bakalan jadi pagi terindah buat aku.. Mudah-mudahan kamu bisa rasain kekaguman aku ke kamu ini.
Udah lama aku suka sama kamu Hel, semenjak kamu sahabatan sama Rafael dan kenal sama dia.." Bisma membatin penuh senyuman harap. Ia kemudian beranjak keluar dari kamarnya untuk segera berangkat menjemput Rakhel menuju kampusnya.









Bersambung...



Ciyeee yang mau jemput pujaan hati.. Hahah..
Duuh kayaknya Bisma seneng banget. Rafael ternyata biss juga bikin adiknya seneng. Walau secara gak disengaja. Tapi ini mimpi baik banget buat Bisma.


Ayo ah coment.. Jan pada pelit lohh.. Aku males sama orang pelit..



Gak koment, Gak KECE':p


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p