Rabu, 20 Desember 2017

Senyuman Bisma #part2


"Jadi mobilnya beneran lo kasih sama Sheryl?" Rakhel menatap Rafael tajam.

Rafael hanya mengangguk kecil dan tersenyum.

"Kenapa harus dikasih terus sih Raf?
Lo tuh jangan terlalu berlebihan sama dia.
Kalian tuh berstatus cuma baru pacaran, belum sampe merrid. Jadi gue harap sih lo jangan mau kalau..."

"Ussstt.. Rakhel sayaang.. Lo tuh gak perlu khawatir.
Pokoknya gue yakin, Sheryl itu bukan cuma jadi pacar gue aja. Dia pasti bakalan jadi istri gue nantinya.
Jadi Rakhel jangan terus-terusan berfikiran negatif. Ngerti?!" jelas Rafael menatap wajah Rakhel lekat. Suaranya begitu pelan dan lembut. Senyumnya bahkan terlihat begitu tulus dan selalu membuat Rakhel luluh karenanya.

"Hufh, yaudah terserahh..
Tapi jangan dikasihin terus barang-barang lo nya. Nanti lo pulang pake apa coba kalo mobilnya lo kasihin?" tanya Rakhel bingung.

"Itu sih gampang.. Gue masih bisa pake mobilnya Bisma."

"Hah? Siapa Bisma?" Rakhel menatap Rafael terkejut.

"Hehe ada deeh..
Udah gak perlu kepo. Gak penting ko.
Gue cabut dulu yah? Bye Rakhel sayang.." Rafael beranjak seraya mengacak pelan poni hitam Rakhel.

Rakhel hanya diam mematung akan sikap sahabat baiknya itu. Rafael selalu membuat Rakhel salah tingkah sendiri.
Sikapnya yang begitu lembut dan ramah membuatnya sampai menaruh hati pada Rafael.
Padahal Rakhel tau sendiri kalau type Rafael itu bukan seperti dirinya. Dan Rakhel juga tau kalau Rafael sudah memiliki pacar.

"Andai gue bisa milikin hati lo Raf. Pasti gue adalah satu-satunya perempuan yang bahagia didunia ini.." Rakhel membatin memandangi sosok Rafael yang mulai berlalu pergi meninggalkannya. Bibirnya sedikit terukir senyum saat membayangkan khayalannya.




**


Senyuman itu..
Wajah cantiknya yang lucu,
serta tawa kecilnya yang berbeda..
Andai bisa aku miliki dirimu..
andai bisa aku ungkapkan semua rasaku ini.
Aku ingin bersamamu,
bersama dirimu...


Bisma menulis setiap bait kata didalam hatinya diatas kertas. Kata demi kata itu terangkai indah hingga menjadi bait kecil puisi.
Tangannya dengan lihai menulis menumpahkan segala isi hatinya.

"Nahh, udah selesai.." ucapnya senang. Kertas putih itu kemudian ia robek dan dilipatnya menjadi dua bagian.

"Rakhel.. Rasanya mengagumi dari jauh aja udah bisa bikin aku sebahagia ini.
Aku gak pernah minta lebih Hel, bagi aku, cukup melihat dari jauh aja itu udah lebih dari cukup.
Aku emang gak bisa milikin kamu.
Dan aku yakin sampai kapan pun aku gak akan pernah bisa milikin kamu.."

Bisma beranjak dari duduknya. Ia berjalan mendekati danau kecil, yang terdapat dibelakang area kampusnya.

Tempat yang begitu sunyi dan tenang ini memang menjadi tempat favorit Bisma selama ini.

Bisma berjongkok ditepian danau. Selembar kertas putih tadi kini telah dirubahnya menjadi perahu kertas berukuran kecil. Ia lalu mengulurkan tangannya dan menaruh perahu kecil itu hingga mengambang diatas permukaan air.

"Mungkin orang kaya gue gak pantes buat ngerasain cinta.
Cukup untuk mengagumi aja gue udah seneng banget.
Rakhel Adinda.. Hufhh..." Bisma menghembuskan nafas panjangnya. Kedua matanya ia pejamkan sejenak. Sosok wajah cantik gadis pujaannya pun tiba-tiba muncul dari benaknya.
Sosok yang begitu cantik dimata Bisma dan sangat sempurna menurutnya.

Bisma kemudian beranjak. Ia kembali berjalan menjauhi danau yang terdapat beberapa perahu kertas kecil buatannya itu. Ternyata bukan hanya kali ini saja Bisma membuat perahu kertas dan menaruhnya diatas permukaan air danau. Bisma justru sudah melakukannya beberapa kali, hingga danau tersebut terdapat beberapa buah perahu kertas buatannya.







**
Tante Faras terlihat begitu cemas menunggu Rafael yang belum juga pulang sejak tadi. Ia sampai berkali-kali mencoba menghubungi Rafael meski telfonnya tidak Rafael hiraukan.
Wanita paruh baya ini begitu mencemaskan keadaan putra pertamanya. Berbeda halnya dengan Bisma.
Meski Bisma belum pulang sampai larut pun tidak pernah ada yang mempedulikannya.

"Astaga.. Akhirnya kamu pulang juga Raaf..
Ya ampuun.. Mamah sampai cemas mikirin kamu." tante Faras berlari cepat menghampiri Rafael yang baru saja datang.

"Duuhh.. Mamah Rafa capek. Rafa mau langsung istirahat aja. Rafa lemes maah.." Rafael menyingkirkan lengan sang mamah yang menyentuh wajahnya.

"Iya sayang, yaudah kamu istirahat dulu. Kamu masuk kamar yah?
Yang penting kamu udah pulang mamah udah seneng..
Nanti mamah antarin kue kesukaan kamu kekamar.
Ayo kita masuk, ayo Raf?.." tante Faras dengan begitu lembutnya mengajak Rafael masuk. Ia sama sekali tidak marah atau apapun jika Rafael mengacuhkannya bahkan sering tidak mendengarkan ucapannya. Karna dimata tante Faras, Rafael adalah sosok anak kebanggaannya yang begitu sempurna.



"Kapan yah Bisma bisa dikhawatirin sama mamah?
Kayaknya Bisma pingin banget mah bisa rasain itu.
Bisma sakit aja mamah sama papah gak pernah peduliin..
Tapi Bisma gak marah ko mah, bisa lihat mamah senyum aja, itu udah kebahagiaan besar buat Bisma.
Bisma tetep akan sayang mamah sama papah.." Bisma hanya bisa memandang lirih sosok tante Faras sang mamah juga Rafael kakaknya. Ia masih berdiri jauh dari pintu utama karna dirinya baru saja tiba dirumah mewahnya.

Bisma kemudian segera masuk tanpa berdiam diri lebih lama lagi. Hatinya memang benar-benar tegar dan kuat. Wajahnya yang tampan dan tidak pernah menunjukkan raut kebencian terhadap orang-orang terdekatnya.




**
Bisma menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur berukuran cukup untuk satu orang itu. Ia membuka kaca jendela kamarnya agar angin dari luar dapat masuk dan membuat ruangan kamarnya nyaman.
Memang tidak terpasang ac didalam kamarnya itu. Dan ukuran kamar Bisma sendiri sangat berbeda jauh dengan kamar Rafael.


"Hemmh.. Kakek bilang, hidup itu emang gak selamanya sesuai dengan keinginan.
Tapi Bisma selalu berusah tetap bersyukur ko kek..
Bagi Bisma hidup itu begitu indah, jadi gak boleh disia-siakan, apalagi sampai banyak berkeluh kesah. Bersyukur cara termudah untuk menikmati hidup.
Dan hidup Bisma terasa indah meski merasa terasingkan dirumah sendiri.." gumam Bisma pelan. Ia menutup kedua kelopak matanya, merasakan hembusan angin luar yang masuk dan terasa begitu sejuk menyentuh kulitnya.


"Rafa pingin beli mobil-mobilan baru, pokoknya Rafa mau mobil-mobilan yang baru paah.."

"Iya-iya. Nanti papah belikan. Tapi sekarang kan udah malam. Rafa bobo dulu yah?"

"Gak mau, Rafa maunya sekarang, pokoknya sekarang pah, Rafa mau sekarang.."

Om Roy dan tante Faras saling memandang. Mereka menarik nafas panjang akan keinginan putra kesayangannya itu.
Sementara Bisma kecil, hanya berdiri mematung melihat apa yang sang papah lakukan terhadap kakak kandungnya.


Bibir Bisma terukir senyum. Semua bayangan masa lalunya itu muncul satu persatu.
Bayangan dimana sang papah menggendong Rafael dan mengajaknya berbelanja mainan baru yang Rafael inginkan. Bahkan apapun keinginan Rafael pasti selalu dituruti. Dan om Roy tidak pernah menolaknya walau hanya satu kali pun. Itu tidak pernah terjadi.


"Yeee.. Makasih papaah!!
Rafa suka banget mainannya pah, ini kereeen..." suara Rafael kecil bersorak senang mendapati mainan barunya yang begitu banyak.

Om Roy tersenyum lebar. Hatinya merasa puas jika sudah melihat ekspresi Rafael bisa sesenang ini.

"Nanti papah akan buka toko mainan yang sangat besar. Dan itu khusus papah buat untuk Rafael.
Pokoknya apapun yang Rafa mau, pasti papah kasih.." jelas om Roy lembut.

"Yeee.. Makasih paah. Mmuach! Rafa sayang sama papah.." Rafael kecil meloncat senang. Ia mengecup pipi sang papah walau hanya sekilas.

Bisma kecil lagi-lagi hanya memandangnya pilu.
Mainan sang kakak begitu banyak memenuhi ruangan kamarnya. Bahkan disediakan ruangan khusus berisi semua mainan-mainan Rafael.
Sangat berbeda dengannya yang sama sekali tidak memiliki mainan satu pun.


"Papah baiknya cuma sama kak Rafa aja.
Papah salu kasih kak Rafa mainan. Mobil-mobilan, robot, helikopter. Trus sepeda juga.
Papah beneran baik.
Tapi kenapa papah gak pernah kasih Bisma mainan?
Bisma ulang tahun aja papah gak penah kasih hadiah..
Padahal Bisma pingin papah inget aja sama papah ucapin. Tapi papah gapenah lakuinn..
Bisma sayang papah pah..
Bisma sayang papah.." Bisma kecil membatin lirih melihat adegan yang membuat hatinya iri. Kedua mata beningnya berkaca. Ia kemudian perlahan menjauh dari pintu kamar kakaknya untuk segera pergi menjauh.


Kejadian demi kejadian hanya bisa Bisma jadikan kenangan.
Semuanya memang terasa pahit dan menyakitkan.
Namun dirinya tetap berusaha setegar dan sekuat mungkin menghadapi itu semua.
Ia sadar, dirinya memang tidak diinginkan dirumah ini, namun karna rasa sayangnya terhadap kedua orang tua, ia tetap bertahan dan tinggal dirumah mewah milik kedua orang tuanya.


"Andai Bismma ada diposisi Rafael.
Bisma pingin banget ngerasain makan disuapin papah..
Diperhatiin mamah, dan diperlakukan seistimewa Rafael.
Kapan yah, itu semua bisa Bisma rasain?"

Tiba-tiba Bisma mengakhiri lamunan panjangnya. Kini dirinya beralih menghayal berandai-andai membayangkan berada di posisi Rafael yang sangat jauh berbeda darinya.

"Maah.. Mudah-mudahan suatu saat Bisma bisa rasain yah kasih sayang dari mamah..
Sebenernya Bisma lagi sakit mah..
Bisma pengeen banget, sekali aja mamah tanyain keadaan Bisma.
Mamah tanyain kondisi Bisma.
Bisma takut mah.. Sakit Bisma cukup parah..
Bisma takut nanti Bisma nyusul kakek tapi Bisma belum bisa rasain kasih sayang mamah..
Bisma takut.."

Bulir bening air mata jatuh membasahi pipi Bisma. Lelaki berwajah tampan ini menangis. Rupanya ia memiliki sebuah rahasia lain dibalik sosoknya yang kuat dan tegar ini.
Sama sekali tidak disangka kalau Bisma tengah sakit. Padahal ia tidak pernah terlihat mengeluh atau apapun akan penyakitnya.

"Tuh maah.. Dada Bisma udah sakit lagi.
Kenapa yah, kalau Bisma nangis sakitnya suka kerasa?
Apa mungkin Bisma gak boleh nangis?
Oke, yaudah Bisma gak akan nangis mah..
Bisma gak mau dada ini sakit terus.
Jadi Bisma gak boleh nangis.." Bisma buru-buru mengusap air mata yang membasahi pipinya. Ia menarik nafasnya panjang agar dadanya tidak terasa sesak lagi.

Sejak kecil sebenarnya Bisma sering merasakan keanehan terhadap tubuhnya. Sering terasa sakit dibagian-bagian tertentu. Namun tidak pernah dirasa oleh lelaki tampan ini.
Akhirnya hingga ia dewasa pun rasa sakit itu tetap ada. Bisma bahkan sangat terkejut saat memeriksaan diri kedokter dan mendapati kabar buruk kalau jantung serta paru-parunya ternyata mengalami sedikit masalah serius.

"Aww.. Sshh.." tiba-tiba Bisma mencengkram kuat bagian dadanya. Ternyata rasa sakit itu mulai muncul lagi.
Tubuh kurus yang terbalut kaos dan jaket merah itu dicengkramnya sangat kuat.
Bisma memang sangat tidak menyukai rasa sakit ini, rasanya ia tidak mampu menahannya terlalu lama. Bahkan Bisma pernah pingsan karna tidak tahan akan rasa sakit tersebut.

"Aduuhh maah sakit bangeet..
Tolongin Bisma maaah..
Ini sakiitt.. Bisma gak kuaat.. Aarrgghh!!" Bisma terus merintih seraya mencengkram sprei diatas kasurnya. Posisinya ia berubah menjadi setengah duduk karna kalau berbaring, nafasnya justru menjadi sangat sesak.

Bisma buru-buru merogoh tas hitamnya. Ia mencari obat penghilang rasa sakitnya.
Wajahnya seketika berubah menjadi panik karna ia baru mengingat kalau ia belum membeli obatnya lagi.

"Aarrgghh!! Kenapa gue sampe lupa sih?
Eerrrggh!! Sakiitt..
Maaahh.." nafas Bisma semakin tersenggal. Dadanya naik turun dengan tempo cepat. Rupanya penyakit asmha Bisma kambuh lagi.

Dan seperti ini lah dia.
Bisma memiliki banyak sekali penyakit yang menimpa tubuhnya.
Mungkin karna saat dalam kandungan, tante Faras selalu berusaha membunuhnya agar kandungannya gugur. Bermacam obat keras pun ia minum agar bayi didalam kandungannya bisa mati dan keluar sebelum waktunya.
Om Roy bahkan sempat memberikan obat yang sangat berbahaya untuk ibu hamil dan tante Faras disuruh meminumnya.

Om Roy memang kejam. Ia terlihat seperti binatang yang begitu membenci janin kedua yang dikandung tante Faras.
Padahal janin itu sendiri tumbuh akibat dirinya.
Namun karna sifat egoisnya yang tetap tidak menginginkan bayi kedua. Ia sampai melupakan janin darah dagingnya itu.
Om Roy tidak ingin memiliki anak lain selain Rafael. Makanya ia berusaha mati-matian agar kandungan tante Faras bisa gugur dan membiarkan janin itu keluar sebelum waktunya.

Namun semua itu sia-sia. Bisma tetap lahir meski dalam keadaan dan kondisi yang cukup memprihatinkan.
Berat badannya tidak terlalu besar. Bahkan pertumbuhannya sendiri cukup terhambat. Badannya hingga saat ini pun jauh lebih kecil dibandingkan Rafael sang kakak.









Bersambung...



Hiks.. Mbisnya kasiann..
Gatega sebenernya. Tapi ini tuntutan cerita.
Maap ya mbis..*pelukmbis*


hummbb pokoknya nanti bakalan lebih kesiksa lagi mbisnya.
Jadi yaaa siap-siapin aja tisu yg banyak*hhee 

1 komentar:

  1. Ishhhhh kok mbissnya kasian bgt sih😐 aku jd sdh bgrmt liatnya 😭😭

    BalasHapus

Nggak Komentar, Nggak Kece :p