***
Terlihat Bisma tengah duduk merenung memandang langit malam yang cukup gelap.
Jendela kamarnya ia buka lebar hingga dengan mudahnya ia dapat duduk menyender disana untuk melihat pemandangan malam yang cukup menenangkan hatinya.
"Kira-kira Bisma sakit apa om?"
Tiba-tiba Bisma mengingat percakapannya dengan om Reno saat dirumah sakit tadi.
"Kayaknya sekarang penyakit kamu sudah mulai menjalar ke hati Bis.." om Reno berujar dengan memasang wajah serius. Ia menutup bagian dada Bisma yang telah selesai diperiksanya.
"Hah? S..serius om? T..tapi gak terlalu parah kan?" Bisma terperanjak kaget mendengar penuturan dari dokter yang dikenalnya sejak kecil itu.
"Tidak. Om tidak serius, om hanya bercanda.."
"M..maksud om?" Bisma mengerutkan keningnya bingung.
Om Reno terkekeh. Ia beranjak dan duduk disamping Bisma. Kepalanya menggeleng dengan senyuman kecil yang tersungging dari bibirnya.
"Barusan om bilang apa sih? Ko Bisma jadi bingung sendiri..?" wajah Bisma terlihat semakin polos dan lucu. Ia menatap om Reno seraya masih saja memikirkan dan mencerna ucapan om Reno tadi.
"Sepertinya sekarang penyakit kamu sudah menjalar ke kepala juga.." om Reno mengusap puncak kepala Bisma. Senyumnya semakin melebar menahan tawa.
"Issh omm! Bisma seriuss." Bisma berdecak sebal menatap dokter dihadapannya. Wajahnya terlihat semakin lucu karna dirinya cukup panik dan kaget.
Om Reno berjalan menuju kursi diruangan prakteknya itu. Ia merogoh laci dibawah meja dihadapannya lalu mengeluarkan secarik kertas dan pulpen.
"Pasti resep obat lagi." Bisma ikut beranjak menghampiri om Reno.
"Obatnya harus di ambil. Jangan sampai enggak. Nanti om gak mau tangani kamu lagi kalau kamu bandel terus." om Reno memberikan resep obat yang harus Bisma tebus nanti.
"Iya om. Kali ini Bisma pasti bakalan nurut sama om. Soalnya sekarang cuma om yang sayang dan selalu perhatian sama Bisma." Bisma memandang secarik kertas yang berisi resep obat untuknya.
"Hati-hati sama hati kamu ya Bis.." ujar om Reno tiba-tiba.
Bisma mendonga. Matanya menatap om Reno bingung. "Emangnya hati Bisma kenapa om?" tanyanya polos.
"Yaa pokoknya hati-hati saja. Jangan sampai dia ikutan sakit. Apalagi cuma karna seorang perempuan.." om Reno berujar diiringi senyuman jahilnya.
"Aahh! Jadi maksud om tuhh..?" Bisma rupanya mulai konek dan mengerti apa maksud dokter yang sangat menyayanginya ini.
"Haha. Lucu sekali kamu Bis.
Kayaknya kamu perlu merasakan cinta." om Reno terkekeh lalu beranjak dari kursi yang didudukinya.
Bisma hanya tersenyum menahan malu. Bagaimana mungkin dokter yang baru memiliki satu anak itu bisa mengetahui apa yang ada didalam hatinya tentang seorang gadis apalagi cinta.
"Yasudah om pamit. Masih banyak pasien lain yang harus om tangani.
Ingat, jangan lupa obatnya.
Nanti om akan kasih kamu sesuatu. Siapa tau cocok untuk kamu.." om Reno mulai berjalan keluar dari ruangannya lalu diikuti langkah Bisma yang membuntutinya.
"I..iya om. Makasih banyak yah. Bisma janji akan tebus obatnya." Bisma mengangguk setuju diiringi senyuman manisnya.
"Sama-sama." om Reno menepuk punggung Bisma. Mengusapnya pelan kemudian berlalu meninggalkan Bisma untuk memeriksa pasiennya yang lain.
Bibir Bisma kembali melebar. Ia mengingat betapa ramah dan baiknya dokter Reno tersebut.
Meski tidak memiliki hubungan darah, namun Bisma sangat-sangat bersyukur bisa mengenal sosok dokter Reno atau yang sering disapanya om Reno.
"Kek, ternyata ada yang masih sangat sayang dan peduli sama Bisma selain kakek.
Om Reno baik banget kek. Tapi Bisma penasaran apa maksud om Reno yang mau kasih Bisma sesuatu. Dari tadi Bisma kepikiran terus kek. Apalagi pas Bisma gak sengaja lihat dia lagi ngobrol sama seorang perempuan. Duhh hati Bisma malah jadi deg-degan kek.."
Bisma memeluk satu lututnya yang ia tekuk. Wajahnya ia dongakan keatas. Matanya memandang satu bintang yang cahayanya cukup terang dan bersinar. Bisma meyakini kalau itu adalah bintang sang kakek yang sudah ada di surga sana.
"Om Reno. Nanti kalau ada waktu, Bisma pingin main ke rumahnya kek. Sekalian ketemu anak angkatnya.
Om Reno itu benar-benar manusia yang punya hati kaya malaikat.
Tapi sayangnya dia gak punya anak kandung. Om Reno terlalu setia sama istrinya. Sampe-sampe dia gak mau punya istri lagi setelah istrinya meninggal sama anak yang waktu itu lagi dikandung sama istrinya.
Om Reno lebih memilih mengadopsi anak orang lain buat dia rawat dan dia besarkan.
Bisma salut kek. Bener-bener salut dan pengen bisa kaya om Reno.." Bisma membatin masih dengan pandangan menatap kearah langit yang cukup terang bertabur bintang malam.
**
Pagi-pagi sekali Rafael sudah nampak rapi dan siap untuk berangkat ke kampus. Ia berjalan menuruni anak tangga dengan ransel hitam yang ia kaitkan di pundak kanannya.
Bibirnya sesekali bersiul ria. Tangan kanannya melempar-lempar sebuah kunci mobil yang baru saja dibelinya kemarin.
"Saatnya jemput Sheryl. Uhh pasti dia seneng banget aku jemput pake mobil baru.
Mobil yang waktu itu aja dia sampe suka banget. Apalagi mobil ini. Uhh jadi gak sabar.." ujar Rafael tak sabar.
Lelaki tampan berpostur tinggi putih itu mempercepat langkah kakinya. Ia sungguh tidak sabar melihat ekspresi Sheryl sang kekasih saat di jemputnya nanti.
"Kamu gak sarapan dulu Rafa..?" tegur tante Faras tiba-tiba.
Rafael menghentikan langkahnya. Ia memutar badan dan mendekat memandang sosok wanita paruh baya yang menjadi ibu kandungnya.
"Sarapan dulu, mamah takut nanti kamu sakit kalau gak sarapan.." tawar tante Faras lembut.
"Mm..mah, Rafa lagi buru-buru. Sarapannya dimobil aja deh ya? Muach! Dah mamaah.." Rafael meraih segelas susu coklat hangat yang memang sudah tante Faras buatkan untuknya. Ia lalu mengecup pipi tante Faras dan mengambil sehelai roti yang sudah juga tante Faras siapkan.
"T..tapi Rafa mamah.."
"Rafa usahain pulang cepet. Rafa janji akan tepatin ucapan Rafa buat anter mamah.
Mamah gak perlu khawatir. Rafa pasti anter mamah.." jelas Rafael memotong ucapan sang mamah seraya beranjak pergi.
Tante Faras tersenyum. Ia tidak melarang putranya lagi untuk pergi.
"Mamah tunggu Raf, jangan terlalu sore yah pulangnya.."
"Iya mah, Rafa usahain.."
Sosok Rafael pun sudah berlalu meninggalkan rumah. Ia menggunakan mobil sport merah barunya yang ia beli kemarin. Sedangkan tante Faras hanya tersenyum memandang kepergian putra kesayangannya.
"Akhirnya kamu mau juga mamah ajak pergi.
Mamah jadi gak sabar Raf buat sore nanti.." tante Faras membayangkan betapa bahagianya sore hari nanti.
"M..mah, B..Bisma pamit dulu yah? B..Bisma mauu.."
Tante Faras menoleh cepat saat mendengar suara yang sangat tidak asing ditelinganya.
Sosok yang selalu terasingkan itu berdiri disampingnya untuk ikut berpamitan juga.
"B..Bisma pamit mah, mm.." Bisma nampak gugup dan sedikit takut. Ia hendak meraih tangan kanan tante Faras untuk diciumnya.
Tante Faras tiba-tiba menjauhkan tangannya. Ia tidak membiarkan Bisma menyentuh apalagi mencium punggung tangannya.
"M..mah? B..Bisma cuma mau pamitan aja. Bisma gak akan minta apa-apa mah, B..Bisma cuma pingin cium punggung tangan mamah. B..Bismaa.." ucapan Bisma terhenti.
"Sarapan dulu yah?
Mamah udah siapin disana.
Rafael gak makan, masa kamu juga gak mau makan? Trus buat apa mamah buatin sarapan kalo gak ada yang makan?"
"DEGG!!"
Jantung Bisma serasa berhenti berdetak detik itu juga. Tubuhnya mematung tak bergerak. Kedua bola matanya berlinang dan hampir saja mengeluarkan bulir bening air mata.
"Papah kamu masih di luar kota. Dia belum pulang sejak kemarin.
Jadi apa salahnya kalau kamu temani mamah sarapan dulu?" ujar tante Faras memandang wajah Bisma yang tanpa terasa meneteskan air mata.
"B..Bisma mau mah. B..Bisma mau." Bisma mengusap pipinya yang basah. Mungkin ia terharu karna ini pertama kalinya tante Faras sang mamah mengajaknya sarapan bersama. Walau tanpa Rafael dan sang papah.
"Yaudah ayo duduk.." tante Faras mempersilahkan Bisma duduk di kursi kosong sebelahnya.
Bisma mengangguk kecil. Ia meski masih sangat ragu namun hatinya yakin kalau kali ini ia tidak sedang bermimpi dapat menikmati sarapan bersama sang mamah.
"Dimakan, jangan cuma dilihat.." ucapan tante Faras membuat Bisma sedikit kikuk dan gugup.
"I..iya mah." Bisma lagi-lagi hanya bisa menganggukan kepalanya pelan.
Tante Faras melemparkan senyuman manisnya. Ia pun mulai menikmati sarapan pagi yang telah disiapkannya.
"Maah.. Ini bener-bener pagi yang paling indah buat Bisma.
Bisma gak nyangka mah, ternyata Bisma bisa juga makan sarapan pagi dalam satu meja makan sama mamah.
Ini kaya mimpi mah, kaya mimpi yang suka datang kalau Bisma lagi tidur.
Mudah-mudahan aja ini awal yang baik buat Bisma.
Bisma sayang banget mah sama mamah, sama papah juga. Bisma sayang kalian.."
Bukannya langsung menyantap makanan dipiring makannya. Bisma justru malah memperhatikan tante Faras sang mamah. Bibirnya tersenyum melebar. Air mata bahagianya kembali keluar.
Baru kali ini Bisma merasakan kebahagiaan yang menurutnya sangat luar biasa, meski hanya sekedar sarapan dengan sang mamah saja.
"Rafael, mamah jadi gak sabar buat sore nanti Raf.
Teman-teman mamah pasti akan kaget lihat anak kesayangan mamah yang sangat ganteng ini." tante Faras membatin penuh senyuman membayangkan betapa Bahagianya sore hari nanti.
Rupanya dikepala tante Faras hanya memikirkan Rafael saja, padahal Bisma sendiri berada dihadapannya. Namun ia tidak menghiraukan dan tetap saja hanya teringatkan Rafael dan Rafael.
**
"Lo kenapa Hel?" Reza menegur sahabatnya yang tengah duduk menyendiri dibangku kayu dekat taman kampus.
"Apa sih? Gak usah ganggu gue deh!" Rakhel memalingkan wajahnya ketus.
Reza terkekeh. Ia lalu duduk disamping Rakhel dan menaruh tangan kanannya diatas pundak Rakhel.
"Gak usah rangkul-rangkul deh Ja! Gue lagi pengen sendiri!!" Rakhel melepaskan tangan Reza dan hendak beranjak pergi.
"Ngambek terus! Pasti cemburu lagi kan sama Sheryl?"
Rakhel langsung menghentikan langkahnya dan berbalik badan memandang Reza.
"Kenapa?
Kalau lo emang suka sama Rafael, kenapa gak bilang aja sih?
Dari pada lo jadinya makan hati terus, kan lo juga yang.."
"Isssh gak usah so tau deh lo!!
Ini urusan gue! BUKAN urusan lo!" ketus Rakhel menatap Reza kesal penuh emosi. Ia kemudian kembali membalikkan tubuhnya dan berlalu meninggalkan Reza.
"Haha lucu. Tapi gue yakin Hel, lo itu pasti suatu saat akan bisa sama Rafael.
Gue yakin Rafael itu tulang rusuk lo. Dia gak bisa tanpa lo.
Cuma aja sekarang matanya lagi ketutup sama tuh cewek matre. Jadi lo harus nunggu mata si Rafa kebuka dulu, biar dia bisa lihat lo yang selalu ada bua dia." Reza tersenyum lebar melihat tingkah cemburu Rakhel yang memang selalu mengundang tawa untuknya.
Tak lama Reza ikut beranjak pergi. Suasana kampus kini sudah cukup sepi, jadi tidak mungkin ia berlama-lama disana terus hanya seorang diri.
**
"Jadi kan ke mall sekarang?" Sheryl bergelayut manja merangkul tangan kiri Rafael yang tengah duduk menyetir.
"Jadi dong sayang. Ini kan kita lagi diperjalanan ke mall.." Rafael melemparkan senyuman manisnya.
"Nanti kita nonton juga yah? Ada film terbaru loh yang baru tayang hari ini. Aku pingin nontoon.." pinta Sheryl manja.
"Tentu. Jangankan nonton. Kamu mau apapun pasti aku turutin. Aku kan sayang kamu."
"Aahh Rafa so sweet.. Aku jadi makin sayang deh sama kamu." Sheryl semakin merekatkan posisi duduknya dan bersender manja dipundak kiri Rafael.
Padahal Rafael sendiri tengah menyetir didalam mobil.
"Kalo makin sayang. Kiss dong." Rafael menyodorkan pipi kirinya.
"MUACH!" tanpa ragu Sheryl langsung mengecup pipi kiri Rafael.
"Satu lagi." Rafael menunjuk pipi kanannya.
"Mmmuach!"
"Yang ini..?" Rafael kini memajukan bibirnya.
"Ihh kalo itu gak boleh!"
"Ahaha. Aku becanda sayaang..." Rafael mengacak poni Sheryl dengan tawa riangnya.
Entah kenapa Rafael bisa sampai begitu cintanya terhadap Sheryl, padahal kalau dibandingkan dengan Rakhel, sudah jelas sangat berbeda jauh. Karna lebih baik dan lebih cantik Rakhel. Hanya saja Rakhel terlihat cuek karna tidak pernah mau dandan.
Mobil sport terbaru berwarna merah cerah yang Rafael kendarai itu pun terus melaju mengitari jalanan ibukota.
Tujuannya kali ini adalah menuju salah satu mall yang terdapat di Jakarta, lalu menonton film terbaru di bioskop.
Sepertinya kali ini Rafael akan mengecewakan sang mamah lagi karna melupakan janjinya untuk pulang tidak terlalu sore.
**
"Hey, k..ko belum pulang?
Kampus kan udah mulai sepi. K..ko enggak.." ucapan Bisma terpotong.
"Gue boleh minta tolong?" tiba-tiba gadis cantik yang Bisma tegur ini menoleh seolah penuh harap.
"Minta tolong? Untuk...?" Bisma mengerutkan keningnya bingung.
"Anterin gue pulang.. Hehee." dengan sangat ragu, gadis cantik yang ternyata Rakhel ini berujar diiringi senyuman melebar.
"A..anterin?" Bisma memekik tidak percaya.
"Kenapa? Gak bisa yah?
Y..yaudah gak papa kalo gak bisa.
Tadinya gue sengaja nungguin lo karna emang lo kan udah tau rumah gue. Tapi kalau emang gak bisa y..yaudah gak papa. Gue bisa pulang sendiri.." Rakhel buru-buru beranjak hendak meninggalkan Bisma.
"Eh, e..enggak papa ko. Y..yaudah nanti akuu.."
"Gak papa kalau emang gak bisa.
Gue pulang sendiri aja. Maaf kalau gue udah ganggu." Rakhel hanya melemparkan senyuman kecilnya kemudian benar-benar pergi meninggalkan Bisma.
Bisma diam. Ia mematung memandang Rakhel seraya ikut melemparkan senyumannya.
"Kenapa gue diem?
Kenapa gue gak kejar Rakhel?
Aahh Bismaaa.. Padahal kan ini kesempatan langka, tapi....? Hufh.."
Bisma menghentakkan kakinya kesal. Nafasnya ia buang berat karena telah membiarkan rakhel pergi berlalu begitu saja.
Bersambung....
Nah loh? Mbisnya ngelewatin kesempatan langka. Nyesel kan akhirnya?':p
Rafaelnya lagi diporotin lagi ama Sheryl. Siap-siap aja jebol.
Hummbb next part bakalan cukup seru nihh.
Ada adegan yang lumayan nyenenginnn..
Hayoo ada yang bisa nebak adegan apa....?
Koment dulu ahh..
Gak koment GAK KECE':p
Tempat untuk Smashblast Indonesia membaca cerpen cerbung karya Dheana Smashblast
Rabu, 20 Desember 2017
Senyuman Bisma #part6
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p