No edit apalagi Copas!!
***
Motor ninja merah yang Bisma kendarai kini sudah tiba didepan rumah Rakhel. Lelaki tampan bertubuh tidak terlalu besar itu membuka helm hitamnya. Bibirnya seketika melebar saat mendapati Rakhel sudah berdiri didepan pagar rumahnya.
"Duhh, ko gue jadi deg-degan gini sih? Rakhel ngelihatin terus kesini lagi. Jangan-jangan dia marah karna gue kelamaan, atau mungkin Rakheel..."
Belum sempat Bisma meneruskan kalimatnya. Tiba-tiba Rakhel sudah berjalan kearahnya dan berdiri disampingnya.
"Kamu adiknya Rafael?" tanya Rakhel menunjuk Bisma.
"I..iya a..aku a..akuu.."
"Manis juga. Aku Rakhel, salam kenal yah.." tiba-tiba Rakhel tersenyum seraya mengulurkan tangannya.
Tubuh Bisma semakin dibuat kaku saja mendapati sikap Rakhel yang tidak diduganya bisa seramah dan sebaik ini. Tangan kanan Bisma coba diulurkan meski bergetar karna gugup.
"B..Bi..Bisma." ujarnya tersenyum lebar menjabat tangan halus Rakhel.
"Kayaknya kita pernah ketemu deh. K..kamu satu kampus juga kan sama Rafa?" Rakhel membidik dan mengingat-ingat wajah Bisma yang menurutnya tidak asing.
"Engh, a..aku. Mending kita berangkat sekarang ja deh yuk? N..nanti takut telat.." Bisma menarik kembali tangannya dan berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Yaudah. Ayok..?" Rakhel mengangguk kecil diiringi senyuman manisnya. Ia kemudian naik keatas motor Bisma dan duduk tepat dibelakang Bisma.
"DEGG!!"
Jantung Bisma seakan berhenti berdetak saat kedua tangan Rakhel melingkar diatas perutnya. Rakhel berpegangan karna takut jatuh, dan ia refleks memeluk Bisma dari belakang.
"K..ko gue jadi makin gugup gini sih?.. K..kenapa Rakhel langsung meluk? P..padahal kan gue gak nyuruh dia b..buat meluk a..atau.."
"Bis, kamu kenapa? Ko malah diem sih? Kamu sakit?" ujar Rakhel membuyarkan lamunan Bisma.
"Engh, i..iya. S..sorry. I..ini juga udah mau jalan. S..sebentar yah, a..aku starterin dulu mesinnya." Bisma berucap sangat gugup. Dahinya sampai berkeringat dingin karna kegugupan yang luar biasa menerpa hatinya.
Rakhel tersenyum tanpa banyak bicara lagi. Kedua tangannya terus melingkar diperut Bisma.
Saat motor Bisma melaju, kepala Rakhel ia senderkan dipunggung Bisma. Terlihat sekali kedua insan ini seperti sepasang kekasih.
"Tubuh Bisma kecil banget. Beda jauh kalo dibanding Rafael. Trus dari wajah mereka juga beda, apalagi sifatnya. Bisma kayaknya lebih sopan dan lembut. Tapi tetep aja Rafael yang gue suka.
Hufh Raf Raf.. Kapan sih lo bisa peka. Capek tau gak gue jadi obat nyamuk lo terus.." Rakhel membatin dengan mata yang ia pejamkan. Tanpa disadari kedua tangannya semakin erat memeluk Bisma dari belakang.
"Rasanya nyaman banget. Baru kali ini gue ngerasain pelukan seorang cewek. Apalagi ini pelukan Rakhel.." Bisma membatin dengan senyuman melebar dibibir tipisnya.
"Kek, Bisma seneng banget kek.. Baru kali ini Bisma bisa seseneng ini.. Bisma sampe terharu kek.. Apa Rakhel bisa rasain yah gimana perasaan Bisma sama dia?
Bisma suka sama Rakhel kek.." tiba-tiba bulir bening air mata tak terasa keluar dari sudut mata Bisma. Air mata bahagia itu keluar seiring kebahagiaan yang Bisma rasakan saat ini.
**
"Jadi kan jeng nanti ajak anaknya kesini. Kita juga kan pingin kenal sama anak jeng Faras yang ganteng itu. Sekalian saya mau kenalin sama putri saya jeng. Siapa tau nanti cocok.." ujar seorang ibu paruh baya saat tengah berkumpul bersama tante Faras dan teman-teman lainnya.
"Iya jeng, sekalian saya juga pingin tau. Uhh pasti ganteng banget ya jeng. Pak Roynya aja ganteng, terus jeng Farasnya cantik. Jadi anaknya pasti gak akan kalah ganteng kaya orang tuanya.." tambah ibu paruh baya yang lain.
"Iya. Sekalian nanti saya kenalin sama Nabilah jeng, kebetulan besok lusa dia pulang. Katanya sih mau liburan disini.. Siapa tau aja cocok jeng.." tiba-tiba seorang wanita paruh baya berwajah cantik natural datang dengan membawakan minuman untuk ketiga tamunya.
Tante Faras hanya tersenyum saja melihat keantusiasan ketiga teman arisannya yang penasaran akan wajah putra kesayangannya.
"Bagaimana jeng? Jeng Faras ko diem terus dari tadi? Besok lusa kan kita ketemu lagi nih jeng. Nanti anaknya dibawa yah.. Saya pingin lihat jeng.."
"I..iya jeng Asri, jeng Ratna dan jeng Arin.. Nanti saya usahakan. Anak saya itu suka sibuk terus.. Jadi jarang ada waktu. Maklum anak kuliahan jeng. Jadi yaa.. Tugas-tugasnya banyak.." jelas tante Faras mencoba memberikan alasan yang cukup masuk akal agar ketiga sahabatnya tidak curiga. Karna ia tahu sendiri kalau Rafael pasti tidak akan pernah mau diajaknya pergi apalagi ketempat arisan.
"Ohh yasudah jeng. Kita semua maklumin. Tapi minggu depan semoga bisa yah jeng.. Soalnya saya gak sabar banget pengen lihat. Kan siapa tau nanti cocok buat anak saya jeng.. Iya kan jeng Ratna? Jeng Arin?"
Tante Faras lagi-lagi hanya bisa tersenyum. Ia sebenarnya sangat bangga bisa memiliki anak setampan Rafael. Sudah bisa ia bayangkan pasti anaknya itu akan jadi rebutan ketiga sahabat arisannya itu untuk dikenalkan pada anak-anak mereka.
"Mudah-mudahan minggu depan Rafael mau aku ajak kesini. Kalau aku ajak Bisma kan tidak mungkin. Bisa diledek habis-habisan aku kalau mereka tau aku punya anak bertubuh kurus seperti Bisma." batin tante Faras penuh harap.
Perbincangan hangat lain pun terus mereka bicarakan. Mulai dari keseharian, tentang kelebihan anak-anaknya, juga tentang keluarganya masing-masing. Obrolan ibu-ibu rumah tangga ini seolah tidak ada habisnya.
**
Rafael kini baru saja tiba dirumahnya. Setelah selesai dari kegiatan kampusnya tadi ia memang tidak langsung pulang, melainkan menemani Sheryl dulu untuk membeli sepatu serta tas terbaru yang Sheryl inginkan.
Rafael terlalu sayang kepada Sheryl, hingga hampir setiap hari Sheryl selalu mendapatkan barang-barang baru nan mahal darinya.
"Hufhh... Seneng banget rasanya kalo udah bikin Sheryl seneng..." Rafael menghempaskan tubuh lelahnya diatas tempat tidur.
Lelaki tampan bermata sipit ini tersenyum. Ia mengingat kejadian romantis saat bersama sang kekasih tadi.
"Aku seneng banget Raf, kamu tuh emang pacar aku yang paling baiiik banget. Baik pokoknya. Muach! Makasih yah.." Sheryl mengecup pipi kiri Rafael seraya meloncat senang.
"Ko cuma sebelah? Yang ininya enggak?" Rafael tersenyum jahil menunjuk pipi kanannya.
"Issh ko nawar sih? Kan barusan udah akuu.."
"Ohh yaudah, kalo gitu biar aku deh yang..." Rafael menghentikan ucapannya. Ia menatap wajah Sheryl yang sangat dekat dengannya. Kedua bola mata mereka bertemu pada satu titik yang sama.
Sheryl hanya bisa diam saat Rafael mulai mendekatkan wajahnya. Ia sudah bisa menebak kalau Rafael pasti hendak mendaratkan kecupan diwajahnya.
"Muach! Aku sayang kamu Sher, apapun yang kamu mau aku pasti kan coba kasih, kalau kamu seneng, aku pasti akan lebih seneng. Jadi apapun itu pasti akan aku lakuin untuk kebahagiaan kamu." ujarnya lembut seraya mendaratkan satu kecupan dibibir Sheryl.
"Aku juga sayang kamu Raf, sangat sayang kamu.." Sheryl berhambur memeluk tubuh Rafael dan mendekapnya erat.
Kejadian saat dimall tadi terus saja terekam dimemori ingatan Rafael. Ia bahkan tanpa sadar sampai memelul guling disampingnya mengingat pelukan mesra Sheryl tadi.
"Kamu udah buat aku gila Sher, aku gak bisa hidup tanpa kamu. Aku cinta sama kamu, aku cinta banget Sher..." Rafael semakin erat mendekap gulingnya. Guling berbalut kain bercorak coklat bergambar tedy bear itu dikecupnya, diciuminya layaknya wajah Sheryl yang sangat membuatnya tergila-gila.
**
Berbeda dengan Rafael, Bisma kini justru tengah duduk didepan meja belajarnya. Ia tengah menuangkan apa yang dirasakannya kedalam kertas putih yang nanti pasti dilipatnya membentuk perahu kertas.
Diruangan kamar Bisma memang cukup terdapat banyak perahu kertas, Bisma sangat menyukai perahu, jadi tak heran kertas-kertas yang terdapat tulisan isi hatinya selalu Bisma lipat-lipat membentuk perahu.
"Hari ini hari yang sangat-sangat menyenangkan.
Aku bisa dekat dengan dia.
Bahkan aku bisa merasakan dipeluk oleh dia.
Tuhan..
Aku ingin sekali menarik kata-kataku yang sempat berucap Engkau tidak adil.
Engkau sungguh adil Ya Rob..
Maafkan aku jika aku sering mengeluh.
Aku sangat menyukai Rakhel,
Semoga dia bisa mendengar isi hatiku ini.
Aku mengaguminya Ya Robb..."
Bisma terus menuliskan apa yang dirasakannya. Semuanya Bisma tuangkan diatas kertas putih itu.
Tak lama kertasnya ia sobek dan dilipatnya hingga membentuk sebuah perahu kertas.
"Ini perahu pertama yang berisi kebahagiaan aku hari ini.
Kek, andai kakek masih ada, Bisma pasti gak akan cerita sama kertas kaya gini.
Bisma pasti akan cerita sama kakek.
Kek, Bisma rindu kakek.
Kakek apakabar disana..?" Bisma membatin lirih menatap perahu kertas yang dipegangnya. Ia teringat akan sosok kakeknya yang sangat-sangat ia sayangi meski kini telah tiada.
Bisma beranjak dari duduknya. Ia menaruh perahu kertasnya itu diatas lemari bajunya. Entah apa maksud dari semua ini. Namun Bisma sangat menyukainya dan perahu-perahu itu bagaikan saksi bisu akan semua yang pernah Bisma rasakan baik itu sedih maupun senang.
"Tidur aja deh, udah cukup malem juga. Kalo sampe papah tau Bisma belum tidur, yang ada pintu kamar papah tendang. Papah kan diam-diam juga suka merhatiin.." Bisma tersenyum mendekati tempat tidurnya. Jendela kaca kamarnya yang masih terbuka ia tutup.
Meski selalu diacuhkan dan tidak pernah dianggap keberadaannya. Namun om Roy memang sering memperhatikan Bisma.
Bisma tahu kalau papahnya itu sayang terhadap dia. Namun Bisma juga tahu kalau om Roy tidak akan mungkin mau mengaku dan berbicara pada orang lain kalau ia mempedulikan Bisma anak keduanya.
"Untung hari ini penyakit Bisma gak kambuh kek, tadi agak sedikit sesek aja sih soalnya gugup bisa dipeluk Rakhel.
Tapi besok Bisma akan temui om Reno ko. Kakek tenang aja.. Bisma pasti baik-baik aja.." Bisma menarik selimut tebalnya. Ia seolah tengah berbicara dengan kakeknya karna sedari tadi hanya kakekny saja yang ia sebut terus menerus.
"Selamat malam mah, pah.. Rafael, kakek dan Rakhel.. Bisma menyayangi kalian.." Bisma memejamkan kedua kelopak matanya. Lampu kamarnya ia matikan hingga keadaan kamarnya menjadi gelap gulita.
"Selamat malam juga Bis. Mamah juga sayang kamu..
Maafin mamah ya sayang...
Mamah belum bisa kasih apa-apa buat kamu.
Seharusnya kamu gak perlu hadir ditengah keluarga ini.
Seharusnya kamu gak perlu lahir kedunia ini.
Mamah gak tega lihat kamu kaya gini terus.
Maafin mamah Bisma, maafin mamah..."
Tanpa disadari ternyata sosok tante Faras memperhatikan Bisma sejak tadi. Ia berdiri diambang pintu kamar Bisma yang sedikit terbuka. Tante Faras menangis. Rupanya ia masih memiliki hati nurani melihat keadaan darah dagingnya yang selalu terasingkan.
Tante Faras kemudian segera.beranjak dan pergi. Ia tidak mau kalau sampai om Roy suaminya tahu kalau dia memperhatikan Bisma.
Bersambung...
Huhu ko aku nangis sih?
Perasaan gak ada adegan nyesek deh.. Tapi napa air mata keluar?*lap'ingus*
Aahh pokoknya mbisnya kasiann.. Ntar bakalan lebih menderita lagi.
Tapi ada satu cewek lagi lohh disini. Namanya "Nabilah"
dia bakalan sayang banget sama mbis.
Yuk ahh dikoment..
Jangan pelit koment yaahh biar akunya semangaaat..':)
Gak koment Gak kece':P
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p