Senin, 16 Februari 2015

Perjanjian Cinta #Part58

"Ayah, Ais mau pulang.. Ais mau ketemu ayah, Ais mau pulang yah.. Ais mau pulang.." Elfaris terus mengigau dalam tidurnya.

Pembantu paruh baya yang Reza bayar untuk menjaga Elfaris pun tampak kebingungan dan panik. Pasalnya panas di tubuh Elfaris dari semalam belum juga turun. Bahkan kini kondisinya cukup lemas dan wajahnya pun mulai memucat.

"Hiks, bunda.. Ais mau ketemu bunda, Ais mau pulang, Ais mau sama bunda, hiks.." tiba-tiba Elfaris menangis terisak.

Wanita paruh baya ini semakin panik. Berkali-kali ia mengompres kening Elfaris berharap kalau suhu panas di tubuh Elfaris bisa menurun. Namun sepertinya usahanya hanya sia-sia karna badan Elfaris tetap saja panas.

"Duhh, kayaknya harus di bawa ke rumah sakit. Kalau terus-terusan di biarin, nanti sakitnya bisa tambah parah. Bibi jadi takut, tuan Reza harus tau tentang ini.." wanita paruh baya tersebut pun kemudian beranjak keluar untuk mencoba menghubungi Reza lagi.

"Hiks, ayah.. maapin Ais, Ais janji gamau nakal lagi.. Ais mau pulang yah, Ais gamau disini, Ais mau pulang..hiks ayaah.." Elfaris membuka kelopak matanya yang terlihat sayu. Ia mencoba bangun dan beranjak dari tempat tidurnya.

Tubuh Elfaris terasa sangat lemas. Bahkan untuk berjalan saja sepertinya tidak bisa ia lakukan dengan cepat, langkahnya sangat pelan karna kondisi fisiknya memang tengah menurun drastis.

"Ais halus pulang, Ais gamau disini telus, Ais mau pulang.." ujarnya entah sadar atau tidak. Kini Elfaris keluar dari ruangan kamar dimana ia di sekap disana selama hampir empat hari ini.




**
"Kenapa lagi sih bi?! Kan saya udah bilang, jangan telfon saya lagi kalo saya yang gak nelfon duluan. Bibi bisa ngerti gak sih?!" Reza tampak kesal menerima telfon dari bi Ipah wanita paruh baya yang di suruhnya untuk menjaga Elfaris.

"M..maaf tuan, t..tapi bibi beneran takut. K..kondisi den Ais semakin mengkhawatirkan tuan, panasnya dari semalam gak turun-turun, bibi takut den Ais kenapa-napa. Dia juga nangis terus tuan, bibi..bibi beneran takut.." ujar bi Ipah menjelaskan.

"Ah bibi ini gimana sih? Masa cuma di suruh ngurusin anak satu aja gak becus?!" sentak Reza kesal.

"M..maaf tuan, b..bibi beneran minta maaf." bi Ipah menunduk takut.

"Yaudah nanti saya ke Bandung. Sekarang saya masih di Jakarta soalnya. Mungkin nanti siang saya baru sampai disana."

"I..iya tuan, b..bibi pasti tunggu tuan sam.."

"Tuut tuut..."

Belum sempat bi Ipah meneruskan kalimatnya, Reza sudah mematikan sambungan telfonnya terlebih dahulu.

"Mudah-mudahan tuan Reza cepat kesini, bibi takut disini sendirian jagain den Ais.
Lagian kenapa den Ais bisa di bawa kesini. Biasanya den Rayan yang tuan Reza bawa kesini. Kalau den Rayan biasanya juga gak pernah rewel. Den Rayan justru senang kalau udah disini karna tuan Reza selalu nemenin dia setiap hari.." bi Ipah rupanya memang sangat polos dan tidak tahu apa-apa kalau sebenarnya Reza sengaja membawa Elfaris kesana untuk di sembunyikan.




**
"Mah, Ray mau main mobil-mobilan dulu ya?" bocah kecil seusia Elfaris ini berlari keluar dari rumahnya.

"Jangan jauh-jauh sayang mainnya, nanti mamah ambilin Rayan makanan yah biar sekalian mamah suapin.." terdengar suara Nadin menyahuti dari dalam.

"Iya mah.." balas Rayan tampak begitu menurut.

Bocah kecil berwajah cukup tampan ini menaruh mobil-mobilan remote controlnya diatas jalanan kompleks depan rumahnya. Ia mulai memainkan mobil-mobilan berwarna putih miliknya itu dengan begitu senang dan cerianya.

"Ray, papah kangen sama Rayan.." tidak disangka ternyata Reza tengah memperhatikan jagoan kecilnya dari dalam mobil yang sengaja ia parkirkan tak jauh dari rumah Nadin mantan istrinya.

"Rayan sayang, sini makan dulu, mainnya sekalian sambil mamah suapin.." panggil Nadin berjalan menghampiri Rayan.

"Iya mah, Ray mau makan di suapin mamah.." ujar Rayan menyahuti lalu dengan lahapnya ia menyantap makanan yang di suapkan sang mamah untuknya.

"Umm pinter anaknya mamah.."

"Ray main lagi ya mah.." Rayan kembali berlari membawa mobil-mobilan miliknya.

Nadin hanya mengangguk kecil dengan senyuman yang tak henti terukir dari bibirnya. Ia tampak begitu menikmati kebersamaan bersama buah hati kecilnya yang baru bisa di rasakannya lagi setelah hanpir satu tahun lamanya Rayan di bawa oleh Reza saat perceraian selesai.

"Terimakasih Bis, berkat kamu aku bisa bersama anak aku lagi sekarang.. Maaf kalau aku sempat ngancam kamu, aku cuma gak mau kehilangan anak aku lagi.." batinnya tersenyum kecil menatap tingkah Rayan yang memang sangat baik dan penurut.

"Rayan kelihatan nyaman banget sama cewek sialan itu. Apa dia bahagia tinggal sama mamahnya sekarang?
Awas aja kalo sampe Rayan kenapa-napa. Gue bakalan ambil Rayan paksa dari lo Nadin! Gue gak akan peduli dengan sidang hak asuh yang lo dapat, gue bakalan ambil Rayan lagi kalau sampe lo gak becus lagi ngurusin dia!" ancam Reza masih memperhatikan Rayan dari dalam mobilnya. Sepertinya ancaman Reza tidak main-main. Ia memang selalu serius dengan ucapannya, apalagi menyangkut soal Rayan putra satu-satunya yang sangat ia sayangi.




Sementara itu..

Elfaris kini tengah terbaring lemas di sebuah sofa panjang. Ia di temukan tak sadarkan diri dan tergeletak di pinggiran jalan. Beruntung ia tidak sampai tertabrak oleh kendaraan yang lewat maupun oleh kendaraan milik Pak Jhon ini. Dan lelaki paruh baya yang baru memiliki satu cucu itu langsung membawa Elfaris ke rumahnya.

"Anak siapa ini? Sepertinya bukan anak jalanan. Kulitnya saja putih dan bersih, tidak mungkin kalau ia seorang gembel atau anak jalanan. Lalu kenapa dia ada di pinggir jalan dalam keadaan pingsan? Perasaan tadi aku tidak sampai menabraknya." pak Jhon Tanubrata ini tampak kebingungan sendiri menatapi sosok Elfaris yang masih belum juga sadarkan. Ia memperhatikan wajah serta tubuh Elfaris yang putih bersih tanpa cacat sedikit pun.

"Apa anak ini tersesat? Dia tidak tahu jalan pulang dan akhirnya dia kecapean sendiri lalu pingsan?" pikirnya kembali.

"Ahh sudahlah, mendingan aku tunggu Rafael. Siapa tahu dia kenal dengan anak ini. Kasian dia, kondisi tubuhnya juga sedang sakit, untungnya aku dokter. Jadi aku bisa langsung memberikan pertolongan untuknya." om Jhon tersenyum lebar. Tak lama ia berinisiatif untuk membawa Elfaris kedalam kamarnya di lantai atas.




**
"Pah sebenernya kita nau kemana sih? Pasaan kita ga sampe-sampe pah? Arfa udah pegel nih duduk teus dai tadi.." ujar Arfa memprotea dengan celotehan lucunya.

"Ya gimana mau sampai sayang, kita kan lagi kena macet, mobilnya aja dari tadi gak maju-maju nih.." balas Indah sang mamah seraya mengelusi perutnya yang terlihat mulai membesar. Rupanya Indah tengah hamil anak pertamanya dari Rafael.

Rafael sendiri hanya tersenyum jika sudah mendengar celotehan Arfa. Ia mengelusi pelan perut Indah istrinya.

"Papah, ko pasaan papah eusin peut mamah teus dai tadi? Emang adik bayinya kenapa pah? Adik bayinya potes juda yah kaya Arfa?" Arfa kembali bertanya dengan pertanyaan asalnya.

"Adik bayinya gak mungkin kegerahan lah Fa. Kan masih di dalam perut mamah.." balas Rafael tersenyum kecil.

"Ohh baati di daam peut mamah duh udah ada ac nya ya pah? Jadinya adik bayinya egak kegeahan kaya Arfa isini.." Arfa mengusap keringan di dahinya.

"Ahaha ya enggak gitu juga sayang.. Adik bayinya gak mungkin kegerahan karna memang belum lahir, kan masih di dalam perut mamah, jadi masih kecil, belum bisa merasakan gerah kaya Arfa." jelas Indah mengelus rambut Arfa lembut.

Arfa hanya terkekeh kecil. Ia mengecup pipi Indah lalu berdiri di tengah-tengah Rafael dan Indah.

"Bahagia banget aku bisa ada diantara kamu dan Arfa Raf. Apalagi aku udah bisa hamil, aku udah gak sabar lihat anak ini lahir nanti, walaupun usia kandungan aku masih kecil, tapi kasih sayang kamu sangat bertambah besar buat aku. Dan Arfa juga sangat sayang sama aku dan calon adiknya. Aku benar-benar bahagia Raf, sangat bahagia.." Indah membatin memandangi wajah tampan Rafael. Perutnya yang mulai terlihat membesar terus di elusinya penuh rasa bahagia.








Bersambung...




@dheana92
@Elfaris_Karisma

Perjanjian Cinta #Part58

"Ayah, Ais mau pulang.. Ais mau ketemu ayah, Ais mau pulang yah.. Ais mau pulang.." Elfaris terus mengigau dalam tidurnya.

Pembantu paruh baya yang Reza bayar untuk menjaga Elfaris pun tampak kebingungan dan panik. Pasalnya panas di tubuh Elfaris dari semalam belum juga turun. Bahkan kini kondisinya cukup lemas dan wajahnya pun mulai memucat.

"Hiks, bunda.. Ais mau ketemu bunda, Ais mau pulang, Ais mau sama bunda, hiks.." tiba-tiba Elfaris menangis terisak.

Wanita paruh baya ini semakin panik. Berkali-kali ia mengompres kening Elfaris berharap kalau suhu panas di tubuh Elfaris bisa menurun. Namun sepertinya usahanya hanya sia-sia karna badan Elfaris tetap saja panas.

"Duhh, kayaknya harus di bawa ke rumah sakit. Kalau terus-terusan di biarin, nanti sakitnya bisa tambah parah. Bibi jadi takut, tuan Reza harus tau tentang ini.." wanita paruh baya tersebut pun kemudian beranjak keluar untuk mencoba menghubungi Reza lagi.

"Hiks, ayah.. maapin Ais, Ais janji gamau nakal lagi.. Ais mau pulang yah, Ais gamau disini, Ais mau pulang..hiks ayaah.." Elfaris membuka kelopak matanya yang terlihat sayu. Ia mencoba bangun dan beranjak dari tempat tidurnya.

Tubuh Elfaris terasa sangat lemas. Bahkan untuk berjalan saja sepertinya tidak bisa ia lakukan dengan cepat, langkahnya sangat pelan karna kondisi fisiknya memang tengah menurun drastis.

"Ais halus pulang, Ais gamau disini telus, Ais mau pulang.." ujarnya entah sadar atau tidak. Kini Elfaris keluar dari ruangan kamar dimana ia di sekap disana selama hampir empat hari ini.




**
"Kenapa lagi sih bi?! Kan saya udah bilang, jangan telfon saya lagi kalo saya yang gak nelfon duluan. Bibi bisa ngerti gak sih?!" Reza tampak kesal menerima telfon dari bi Ipah wanita paruh baya yang di suruhnya untuk menjaga Elfaris.

"M..maaf tuan, t..tapi bibi beneran takut. K..kondisi den Ais semakin mengkhawatirkan tuan, panasnya dari semalam gak turun-turun, bibi takut den Ais kenapa-napa. Dia juga nangis terus tuan, bibi..bibi beneran takut.." ujar bi Ipah menjelaskan.

"Ah bibi ini gimana sih? Masa cuma di suruh ngurusin anak satu aja gak becus?!" sentak Reza kesal.

"M..maaf tuan, b..bibi beneran minta maaf." bi Ipah menunduk takut.

"Yaudah nanti saya ke Bandung. Sekarang saya masih di Jakarta soalnya. Mungkin nanti siang saya baru sampai disana."

"I..iya tuan, b..bibi pasti tunggu tuan sam.."

"Tuut tuut..."

Belum sempat bi Ipah meneruskan kalimatnya, Reza sudah mematikan sambungan telfonnya terlebih dahulu.

"Mudah-mudahan tuan Reza cepat kesini, bibi takut disini sendirian jagain den Ais.
Lagian kenapa den Ais bisa di bawa kesini. Biasanya den Rayan yang tuan Reza bawa kesini. Kalau den Rayan biasanya juga gak pernah rewel. Den Rayan justru senang kalau udah disini karna tuan Reza selalu nemenin dia setiap hari.." bi Ipah rupanya memang sangat polos dan tidak tahu apa-apa kalau sebenarnya Reza sengaja membawa Elfaris kesana untuk di sembunyikan.




**
"Mah, Ray mau main mobil-mobilan dulu ya?" bocah kecil seusia Elfaris ini berlari keluar dari rumahnya.

"Jangan jauh-jauh sayang mainnya, nanti mamah ambilin Rayan makanan yah biar sekalian mamah suapin.." terdengar suara Nadin menyahuti dari dalam.

"Iya mah.." balas Rayan tampak begitu menurut.

Bocah kecil berwajah cukup tampan ini menaruh mobil-mobilan remote controlnya diatas jalanan kompleks depan rumahnya. Ia mulai memainkan mobil-mobilan berwarna putih miliknya itu dengan begitu senang dan cerianya.

"Ray, papah kangen sama Rayan.." tidak disangka ternyata Reza tengah memperhatikan jagoan kecilnya dari dalam mobil yang sengaja ia parkirkan tak jauh dari rumah Nadin mantan istrinya.

"Rayan sayang, sini makan dulu, mainnya sekalian sambil mamah suapin.." panggil Nadin berjalan menghampiri Rayan.

"Iya mah, Ray mau makan di suapin mamah.." ujar Rayan menyahuti lalu dengan lahapnya ia menyantap makanan yang di suapkan sang mamah untuknya.

"Umm pinter anaknya mamah.."

"Ray main lagi ya mah.." Rayan kembali berlari membawa mobil-mobilan miliknya.

Nadin hanya mengangguk kecil dengan senyuman yang tak henti terukir dari bibirnya. Ia tampak begitu menikmati kebersamaan bersama buah hati kecilnya yang baru bisa di rasakannya lagi setelah hanpir satu tahun lamanya Rayan di bawa oleh Reza saat perceraian selesai.

"Terimakasih Bis, berkat kamu aku bisa bersama anak aku lagi sekarang.. Maaf kalau aku sempat ngancam kamu, aku cuma gak mau kehilangan anak aku lagi.." batinnya tersenyum kecil menatap tingkah Rayan yang memang sangat baik dan penurut.

"Rayan kelihatan nyaman banget sama cewek sialan itu. Apa dia bahagia tinggal sama mamahnya sekarang?
Awas aja kalo sampe Rayan kenapa-napa. Gue bakalan ambil Rayan paksa dari lo Nadin! Gue gak akan peduli dengan sidang hak asuh yang lo dapat, gue bakalan ambil Rayan lagi kalau sampe lo gak becus lagi ngurusin dia!" ancam Reza masih memperhatikan Rayan dari dalam mobilnya. Sepertinya ancaman Reza tidak main-main. Ia memang selalu serius dengan ucapannya, apalagi menyangkut soal Rayan putra satu-satunya yang sangat ia sayangi.




Sementara itu..

Elfaris kini tengah terbaring lemas di sebuah sofa panjang. Ia di temukan tak sadarkan diri dan tergeletak di pinggiran jalan. Beruntung ia tidak sampai tertabrak oleh kendaraan yang lewat maupun oleh kendaraan milik Pak Jhon ini. Dan lelaki paruh baya yang baru memiliki satu cucu itu langsung membawa Elfaris ke rumahnya.

"Anak siapa ini? Sepertinya bukan anak jalanan. Kulitnya saja putih dan bersih, tidak mungkin kalau ia seorang gembel atau anak jalanan. Lalu kenapa dia ada di pinggir jalan dalam keadaan pingsan? Perasaan tadi aku tidak sampai menabraknya." pak Jhon Tanubrata ini tampak kebingungan sendiri menatapi sosok Elfaris yang masih belum juga sadarkan. Ia memperhatikan wajah serta tubuh Elfaris yang putih bersih tanpa cacat sedikit pun.

"Apa anak ini tersesat? Dia tidak tahu jalan pulang dan akhirnya dia kecapean sendiri lalu pingsan?" pikirnya kembali.

"Ahh sudahlah, mendingan aku tunggu Rafael. Siapa tahu dia kenal dengan anak ini. Kasian dia, kondisi tubuhnya juga sedang sakit, untungnya aku dokter. Jadi aku bisa langsung memberikan pertolongan untuknya." om Jhon tersenyum lebar. Tak lama ia berinisiatif untuk membawa Elfaris kedalam kamarnya di lantai atas.




**
"Pah sebenernya kita nau kemana sih? Pasaan kita ga sampe-sampe pah? Arfa udah pegel nih duduk teus dai tadi.." ujar Arfa memprotea dengan celotehan lucunya.

"Ya gimana mau sampai sayang, kita kan lagi kena macet, mobilnya aja dari tadi gak maju-maju nih.." balas Indah sang mamah seraya mengelusi perutnya yang terlihat mulai membesar. Rupanya Indah tengah hamil anak pertamanya dari Rafael.

Rafael sendiri hanya tersenyum jika sudah mendengar celotehan Arfa. Ia mengelusi pelan perut Indah istrinya.

"Papah, ko pasaan papah eusin peut mamah teus dai tadi? Emang adik bayinya kenapa pah? Adik bayinya potes juda yah kaya Arfa?" Arfa kembali bertanya dengan pertanyaan asalnya.

"Adik bayinya gak mungkin kegerahan lah Fa. Kan masih di dalam perut mamah.." balas Rafael tersenyum kecil.

"Ohh baati di daam peut mamah duh udah ada ac nya ya pah? Jadinya adik bayinya egak kegeahan kaya Arfa isini.." Arfa mengusap keringan di dahinya.

"Ahaha ya enggak gitu juga sayang.. Adik bayinya gak mungkin kegerahan karna memang belum lahir, kan masih di dalam perut mamah, jadi masih kecil, belum bisa merasakan gerah kaya Arfa." jelas Indah mengelus rambut Arfa lembut.

Arfa hanya terkekeh kecil. Ia mengecup pipi Indah lalu berdiri di tengah-tengah Rafael dan Indah.

"Bahagia banget aku bisa ada diantara kamu dan Arfa Raf. Apalagi aku udah bisa hamil, aku udah gak sabar lihat anak ini lahir nanti, walaupun usia kandungan aku masih kecil, tapi kasih sayang kamu sangat bertambah besar buat aku. Dan Arfa juga sangat sayang sama aku dan calon adiknya. Aku benar-benar bahagia Raf, sangat bahagia.." Indah membatin memandangi wajah tampan Rafael. Perutnya yang mulai terlihat membesar terus di elusinya penuh rasa bahagia.








Bersambung...




@dheana92
@Elfaris_Karisma

Perjanjian Cinta #part57

Tiga hari kini telah berlalu.
Namun sampai saat ini Bisma rupanya belum juga dapat mengetahui dimana keberadaan Elfaris. Bahkan pihak polisi pun belum bisa membantunya.

Bisma benar-benar di buat panik akan hilangnya Elfaris. Hubungannya dengan Franda menjadi sedikit renggang karna Franda terus menyalahkannya.
Keluarga kecil ini memang tengah di landa masalah yang cukup besar dan rumit.

"Gimana keberadaan anak aku sekarang..
Apa dia udah makan? Apa dia udah minum? Apa dia disana baik-baik aja? Aku beneran gak bisa bayangin nasib anak aku di luar sana. Dia pasti lagi nangis, dia pasti lagi ketakutan karna jauh dari orang tuanya. Aku gak bisa bayangin kalau itu semua sedang terjadi sama anak aku.." Franda menatap pilu dengan setetes air mata yang jatuh membasahi pipinya. Ia kini hanya bisa memandangi wajah Elfaris dari sebingkai poto yang tengah di pegangnya.

Bisma tidak tahu harus bagaimana agar Franda dapat bersabar dan berhenti untuk menyalahkannya. Ia sendiri merasa takut saat berusaha menenangkan Franda karna perempuan yang sangat di sayanginya itu pasti langsung memarahinya.

"Kalau aja waktu itu kamu gak tinggalin dia Bis, mungkin sekarang Ais bisa ada disini sama kita.." Franda mengelus pipi Elfaris pada bingkai poto yang masih tetap di pegangnya. Ia rupanya sangat terpuruk karna rasa sayangnya terhadap Elfaris begitu teramat besar.

Bisma lagi-lagi hanya diam. Tidak sepatah kata pun terlontar dari mulutnya. Ia beranjak lalu berjalan menghampiri Franda.

"Sekarang udah hampir mau malam lagi. Dia tidur dimana Bis? Dia pasti kedinginan, Ais itu alergi dingin kaya kamu. Aku takut dia sakit. Aku gak bisa kaya gini terus Bis, aku mau Ais pulang, aku mau Ais.." Franda menatap Bisma lirih.

Sedetik kemudian Bisma langsung merangkul Franda dan memeluk tubuh istrinya itu agar dapat ia tenangkan.

Franda menangis. Kali ini ia tidak dapat lagi menahan rasa rindunya terhadap Elfaris. Entah sudah berapa banyak air mata yang di keluarkannya. Semenjak Elfaris menghilang, Franda memang terus-menerus menangisi Elfaris.

"Sekali lagi maafin aku yah? Aku emang udah gagal jadi ayah yang baik, aku udah gagal jagain Ais, aku bener-bener minta maaf Nda, maafin aku.." ujar Bisma penuh sesal.

Franda tidak membalas ucapan Bisma. Yang keluar dari mulutnya hanya suara isakan tangis. Rasanya begitu sakit saat jauh dari darah dagingnya sendiri. Apalagi Elfaris hilang tanpa jejak sedikit pun.

"Sekarang kamu tidur ya? Putri kita juga udah tidur, kamu jangan terus nangis. Aku gak kuat Nda kalau lihat kamu nangis terus.
Besok pagi aku janji akan cari Ais lagi, aku janji aku pasti akan terus berusaha cari dia. Kamu istirahat ya? Aku gak mau kalau sampai kamu sakit nantinya.." Bisma melepaskan pelukannya.

Franda mengangguk kecil meng-iyakan. Ia kemudian mendekati putri kecilnya yang sudah terlelap di sampingnya.

"Bunda peluk kamu ya sayang, bunda gak mau kalau harus kehilangan kamu juga, bunda sayang sama kamu.." Franda mengecup pipi putri kecilnya yang tiga hari lalu ia lahirkan. Malaikat kecil yang sangat cantik ini di peluknya dan di ciuminya penuh kasih sayang.

"Harusnya ini jadi momen yang paling membahagiakan buat keluarga kecilku.
Elfaris, kamu dimana sayang? maafin ayah..." Bisma membatin pilu mengingat sosok Elfaris yang tidak berada bersamanya. Air matanya hingga tak terasa hampir saja menetes.



**
"Iya ada apa bi?"

"Ngh, m..maaf tuan, i..itu den Ais badannya panas, d..dia nangis terus manggil-manggil bundanya. B..bibi.."

"Udah tinggal kasih obat penurun panas aja, kan di kotak obat banyak. Bibi gak perlu cemas berlebihan. Anak kecil kena demam itu udah biasa."

"T..tapi tuan, bibi..."

"Saya banyak kerjaan. Saya sengaja bayar bibi cuma buat ngurusin Ais aja. Masa cuma ngurusin anak satu aja gak bisa?
Pokoknya bibi jangan telfonin saya lagi kalau saya yang gak telfon bibi. Mengerti?!"

"I..iya tuan, bibi ngerti."

"Bagus. Yaudah sekarang bibi urusin lagi dia. Jangan lupa kasih obat dan kasih dia makan. Saya gak mau kalau sampe dia kenapa-napa."

"B..baik tuan."

Reza langsung mengakhiri pembicaraannya lewat telfonnya. Entaj kenapa ia bisa menjadi jahat dan kejam seperti ini. Padahal Bisma itu adalah sahabat baiknya sendiri.

"Saham di perusahaan lo turun drastis Bis? Haha ini benar-benar kabar terbaik buat gue.
Baru tiga hari aja lo kehilangan anak, hidup lo jadi kacau begini. Gimana kalau selamanya lo kehilangan dia? Mungkin lo akan kehilangan segalanya. Hahaha.." Reza tertawa begitu puas melihat berita di koran tentang turun drastisnya saham di perusahaan Bisma yang mendadak.

Reza ternyata begitu sakit hati karna Bisma telah mengambil paksa hak asuh Rayan dari tangannya. Ia menjadi pendendam dan berambisi besar untuk membuat Bisma hancur.

"Andai lo gak ikut campur urusan pribadi gue dan lo gak bantuin cewek sialan itu buat ngambil hak asuh Rayan dari gue. Mungkin lo gak akan menderita kaya sekarang Bis.
Sekarang lo bisa rasain gimana rasanya kehilangan seorang anak yang sangat lo sayangin. Dan itu rasanya sangat sakit Bisma, sakitt." Reza membatin dengan senyuman licik penuh dendam.




**
Pagi harinya...

Bisma rupanya sudah terbangun lebih awal dari Franda. Pagi ini ia memang hendak mencari Elfaris lagi, entah apa hari ini pencariannya akan membuahkan hasil atau tidak. Bisma tetap berusaha dan bersemangat mencari jagoan kecilnya.

Bisma merogoh handphonenya. Ia mencoba menghubungi salah satu karyawan kepercayaannya di kantor.

"Meeting pagi ini saya batalkan lagi. Saya masih belum bisa ke kantor karna harus mencari putra saya. Jadi saya harap kamu bisa meng-handle semuanya."

"T..tapi pak, maaf bukannya saya lancang. Saham di perusahaan kita sekarang sedang turun, saya harap untuk hari ini pak Bisma ke kantor dulu. Selain itu meeting hari ini juga sangat penting pak. Client kita yang dari Jerman datang langsung kesini. Saya dan staf yang lain tidak bisa berbuat apa-apa tanpa bapak. Saya mohon, ini demi kelangsungan perusahaan ini pak.."

"DEGG!!"

Bisma langsung terdiam. Rupanya masalah baru kini sudah muncul lagi untuknya.

"Saya mohon pak. Perusahaan ini sangat berpengaruh besar terhadap perusahaan-perusahaan pak Bisma yang lain. Kalau perusahaan ini tidak bapak pimpin. Saya takut banyak para client besar yang mengurungkan niat untuk menanamkam saham lagi di perusahaan bapak. Jadi saya harap untuk kali ini pak Bisma datang ke kantor pak.. S..sayaa.."

"Tuut-tut-tuut..."

Belum sempat orang kepercayaannya itu meneruskan kalimatnya. Bisma sudah memutuskan sambungan telfonnya. Ia benar-benar sangat frustasi dengan semua ini. Semuanya menjadi berantakan dan membuat hidupnya perlahan hancur.

"Aaaarrggghh!!!! BRAKSSS!?"

Bisma berteriak emosi Handphone yang di genggamnya ia banting kuat diatas lantai hingga hancur berserakan.

"Gue gak bisa konsentrasi sama perusahaan karna gue terus mikirin Elfaris. Gue gak bisa, gue bener-bener gak bisa. AAAARRRGHH!!!" Bisma menjambak rambutnya frustasi. Ia tidak bisa menyalahkan siapapun karna dirinya sendiri yang terus ia salahkan atas semua masalah ini.

"Ayah sayang sama Ais, ayah sangat sayang Ais, sekarang Ais dimana? Ayah mohon kamu cepat pulang.. Ayah bisa hancur tanpa Ais.." isaknya terdengar lirih.







Bersambung...



@elfaris_karisma
@dheana92

Perjanjian Cinta #Part56

Wajah Bisma tampak begitu panik. Ia berjalan cepat menelusuri setiap lorong rumah sakit untuk mencari keberadaan Elfaris.
Namun sedikit pun Bisma tidak melihat sosok bocah tampan berambut poni itu. Ia bahkan sampai bertanya pada setiap orang yang ia temui berharap diantara mereka ada yang melihat jagoan kecilnya.

"P..permisi mba, lihat anak kecil umur 4 tahun, kulitnya putih trus matanya sipit, rambutnya di poni lewat sini gak?"

"Maaf mas, saya gak lihat."

"Oh i..iya makasih."

Wajah Bisma semakin terlihat panik dan cemas. Pasalnya tidak ada satu pun orang yang melihat putra kecilnya di area rumah sakit yang cukup luas ini.

"Kamu dimana sih Ais? Ayah udah gak tau harus cari kamu kemana.
Kenapa kamu jadi menghilang gini?" Bisma mengusap wajahnya lemas. Ia duduk di sebuah kursi ruang tunggu dengan perasaan yang bercampur aduk.

Bisma mengeluarkan dompet hitamnya. Ia membuka dompet tersebut yang terdapat sebuah photo Franda dan Elfaris yang sengaja ia simpan disana.
Tangan Bisma mengusap wajah polos Elfaris pada photo tersebut.
Seketika Bisma teringat akan perlakuannya pada Elfaris beberapa saat tadi.

"Ayah udah bentakkin Ais terus dari tadi. Bahkan ayah marahin Ais terus-terusan. Maafin ayah sayang..
Ayah sama sekali gak bermaksud kasar sama Ais. Ayah hanya panik, sekali lagi maafin ayah.." Bisma memejamkan matanya lirih. Bulir bening air matanya tiba-tiba saja keluar dari sudut matanya.

Bisma kembali beranjak. Ia tidak mungkin terus-menerus mencari Elfaris sementara Franda ia tinggalkan sendirian di ruang rawatnya.
Ayah dua anak ini pun melangkah gontai meninggalkan area depan rumah sakit dan kembali masuk menemui Franda disana.



**
Franda sendiri kini tengah berkemas. Ia tidak mau berlama-lama di rumah sakit karna merasa kondisinya sudah kuat kembali.
Perempuan cantik yang baru melahirkan putri keduanya ini tampak tidak sabar untuk pulang.

"Kreekk..."

Tiba-tiba Franda menoleh mendengar suara pintu yang di buka. Ia mendapati sosok Bisma berdiri di ambang pintu lalu berjalan gontai kearahnya.

"Tadi Nda udah tanya sama dokter tentang kondisi Nda sama si kecil. Nda rasa Nda udah cukup baik, putri kita juga gak rewel atau apapun. Jadi Nda minta biar cepet pulang. Trus dokternya juga langsung izinin karna kondisi Nda sama si kecil emang gak ada apa-apa." tutur Franda menjelaskan.

Bisma hanya menatapnya sekilas. Ia lalu mengusap puncak kepala putri kecilnya yang tengah Franda gendong dan mengecupnya.

"Nanti kamu tinggal tebus obatnya aja Bis, dokter bilang kamu harus tebus obat aku dulu sama sekalian bayar biaya administrasinya.
Nda udah gak betah lama-lama disini, Nda pingin pulang.." ujarnya lagi. Bisma tersenyum kecil memandangnya.

"Iya sayang, nanti Ima tebus obatnya. Kalo soal administrasi, semuanya udah Ima bayar." balas Bisma lembut. Ia berusaha menyembunyikan kesedihannya di depan Franda.

"Makasih, Nda udah gak sabar buat pulang. Nda juga gak sabar pingin ketemu sama Ais. Dari tadi kefikiran dia terus. Gak tau kenapa rasanya Nda khawatir aja sama dia."

"Ais gak papa ko. Dia udah ada di rumah, tadi Ima suruh temen buat yang anterin dia pulang. D..dia kaya yang ngantuk gitu, makanya Ima suruh pulang duluan." jelas Bisma berbohong.

"Yaudah gak papa. Yang penting Ais gak kenapa-napa.
Kamu cepetan tebus obatnya, biar kita bisa langsung cepet pulang. Nda gak betah lama-lama disini Bis."

"Iya sayang, yaudah Ima keluar dulu ya? Mmuach." Bisma mengecup kening Franda kemudian berlalu meninggalkan Franda.

Franda hanya membalas dengan anggukan kecil dan seuntai senyum. Entah kenapa Bisma tiba-tiba saja bisa berbohong kepada Franda dan menyatakan kalau Elfaris sudah pulang. Padahal sampai detik ini saja ia tidak tahu Elfaris ada dimana.

"Ayah kamu itu memang laki-laki hebat. Selalu aja bisa buat bunda seneng. Dia udah gak pernah ngeselin lagi kaya dulu." Franda menatap sosok Bisma yang kini sudah mulai hilang dari pandangan matanya. Ia beralih menatap wajah cantik putri kecilnya yang ia gendong lalu di kecupnya begitu lembut.


**
"Om ini lumah siapa? Ko Ais di bawa kesini?" Elfaris memandang bingung sebuah rumah mewah di hadapannya.

"Ini rumah om." jawab pemuda berkumis tipis ini datar. Ia membantu Elfaris keluar dari mobilnya lalu di gendongnya.

"Tapi kenapa om bawa Ais jauh-jauh om?
Ais aja sampe ketidulan tadi di mobil kalna gak sampe-sampe. Tlus ini juga speltinya bukan di Jakalta lagi. Om bawa Ais kemana omm?" tanya Elfaris semakin di buat bingung.

"Udah kamu gak usah banyak tanya. Ayo kita masuk." lelaki bersuara nge-bass ini menggendong tubuh kecil Elfaris untuk memasuki rumah mewahnya.

Elfaris langsung diam. Meski ia merasa heran dan aneh, namun sepertinya dengan diam ia akan lebih baik dari pada terus berbicara dan memprotes.

"Ayah Ais ingin pulang.. Ais takut disini yah, Ais pingin ketemu ayah, Ais mau pulang.." batinnya lirih.

Meski tadi Elfaris sempat mendapat bentakan dan amarah dari Bisma. Namun ia tetap saja merasa lebih nyaman berada bersama ayahnya di bandingkan bersama orang lain yang sama sekali tidak ia kenali ini.

Lelaki berkumis yang memiliki postur tubuh cukup kekar ini terus membawa Elfaris memasuki area rumah mewahnya. Ia berjalan menuju lantai atas tanpa banyak berucap.
Sebenarnya lelaki ini adalah Reza sahabat dari Bisma sendiri.

"Kalo gak salah, lo pernah bilang sama gue kalo anak ini adalah pewaris tunggal semua harta kekayaan lo. Termasuk semua aset-aset perusahaan lo yang banyak itu.
Mungkin gue bisa sedikit manfaatin dia buat bikin lo panik Bis.
Biar lo tau gimana paniknya gue pas lo so jadi pahlawan kesiangan dan bantuin cewek sialan itu buat ngerebut Rayan dari gue." batin Reza tersenyum licik. Entah apa yang akan ia lakukan terhadap Elfaris yang kini berada di tangannya.




**
Setelah tiba di rumah, Franda cukup terkejut karna tidak mendapati sosok Elfaris disana.
Bisma pun menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada Elfaris. Ia juga menceritakan kalau ia tadi sempat meninggalkan Elfaris karna terlalu panik melihat Franda. Bisma menceritakan semuanya. Bahkan saat ia membentak dan marahi Elfaris pun Bisma ceritakan semua.

Franda rupanya cukup marah besar dan murka saat mendengar semua penjelasan dari Bisma tentang hilangnya Elfaris. Franda begitu marah dan emosi. Ia sampai-sampai tidak bisa mengendalikan diri dan berani mendaratkan satu tamparan di pipi kiri Bisma.

"PLAKK!!"

Tamparan dari telapak tangan Franda begitu mulus mendarat di pipi Bisma.

"TEGA kamu! Masa anak sendiri sampai kamu bentakkin dan kamu marahin. Kamu tega Bis!
Ais masih kecil, dia gak sepantasnya kamu marahin kaya gitu. Dia masih kecil Bisma, hiks.." Franda menangis terisak.

Bisma diam seketika. Ia menunduk seraya memegangi pipi kirinya yang cukup terasa sakit akibat Franda tampar. Ia tidak berani menatap Franda karna ia tahu kalau dirinya memang bersalah telah membuat Elfaris hilang.

"Pokoknya aku gak mau tau.
Sekarang juga kamu cari Elfaris sampai ketemu.
Aku gak mau dia kenapa-napa Bis. Ais itu masih kecil, kalau nanti dia kenapa-napa di luar sana gimana?
Aku takut Bisma, Ais itu terlalu polos, aku takuut." Franda menatap Bisma gelisah.

"Aku pasti akan cari dia Nda. Aku janji akan cari dia sampai ketemu. Aku janji." ujar Bisma yakin.

"Sekarang juga kamu cari Ais. Mungkin dia masih di rumah sakit dan tersesat.
Aku mohon cari dia sampai ketemu.
Aku gak mau terjadi hal-hal buruk sama Ais Bis."

"Iya sayang aku janji aku pasti cari dia. Tapi mungkin aku gak bisa sekarang karna sekarang udah malam. Jadi besok aja aku cari.."

"GAK! Aku gak mau kamu cari Ais besok. Aku mau kamu pergi cari dia sekarang juga Bis.
Pokoknya kamu harus sekarang juga cari dia."

"T..tapi ini udah malam Nda. Aku gak mungkin cari dia malam-malam gini. Aku juga gak mungkin tinggalin kamu dengan kondisi kaya gini di rumah sendirian. A..akuu.."

"PLAKK!!"

Entah kenapa tiba-tiba saja Franda kembali mendaratkan satu tamparan di pipi Bisma untuk yang kedua kalinya.

Bisma terpelongo kaget. Ia tidak menyangka kalau Franda bisa semarah ini sampai berani dua kali menamparnya.

"KAMU yang udah buat Ais pergi dan hilang. Jadi KAMU juga yang harus cari dia sampai ketemu.
Aku gak mau tau Bis. Pokoknya CARI Ais malam ini juga!" tegas Franda berbicara cukup keras dengan mata yang memerah menahan amarah.

Bisma lagi-lagi hanya diam. Ia tahu ia salah, jadi Bisma tidak mau banyak berbicara yang nantinya hanya akan memperkeruh keadaan.

"Sekarang Bis!" ujar Franda lagi. Ia cukup memaksa karna sangat mengkhawatirkan keadaan Elfaris.

"Iya aku pergi sekarang. Aku bener-bener minta maaf Nda karna udah lalai jagain Ais. Aku minta maaf.." mata Bisma seketika berkaca-kaca.

Franda tidak berucap. Rasanya kali ini cukup memuakkan melihat wajah Bisma. Ia sampai memalingkan wajahnya tanpa mau lama-lama Bisma tatap.

"Aku pergi yah? Aku janji akan berusaha cari Ais sampai ketemu.
Kamu disini baik-baik. Jangan kemana-mana Nda, aku titip putri kita. Aku pamit.." ujar Bisma berpamitan hendak pergi.

Franda masih saja tetap diam. Tidak ada sedikit pun kalimat yang ia lontarkan pada suaminya. Hanya air mata yang terus mengalir mewakili suasana hatinya saat ini.

"Ini udah malam. Gimana sama anak aku di luar sana?
Ais pasti kedinginan.. Ya Tuhan, tolong jaga putraku, aku mohon jaga dia baik-baik.." Franda membatin pilu.





Sementara itu...

Elfaris sendiri kini tengah berada di sebuah kamar yang terdapat di rumah mewah milik Reza. Ia tengah Reza paksa agar mau makan karna Reza tidak mau Elfaris sampai kenapa-napa.

"Ayo cepetan buka mulutnya." suruh Reza seraya menyodorkan sesendok makanan kearah Elfaris.

"Gamau. Ais gamau makan. Ais mau pulang om, Ais mau ketemu ayah, Ais mau pulang.." Elfaris menggeleng terisak. Wajahnya kini sudah basah dengan air mata yang tak henti mengalir.

Reza menaruh piring beserta sendok yang tengah di pegangnya diatas meja kecik di sampingnya. Ia menarik nafas panjang kemudian mendekat meraih tubuh kecil Elfaris.

"Ais mo'on om jangan sakitin Ais.
Ais mau pulang om, Ais gamau disini, Ais mau pulang aja, Ais mau pulang..." Elfaris menatap Reza takut.

"Dengerin om baik-baik.
Om janji gak akan sedikit pun nyakitin kamu, asalkan kamu mau nurut sama om. Jadi kalau kamu mau baik-baik aja disini, kamu harus nurut sama om. Mengerti?" ujar Reza menjelaskan.

"Tapi Ais mau pulang, Ais gamau disini, Ais mau pulang om. Tolong antelin Ais pulang..hiks." Elfaris menatap Reza lirih.

"Om nanti akan anterin kamu pulang. Kamu tenang aja, kamu gak perlu takut sama om. Asalkan kamu nurut sama om, om janji akan pastiin kamu baik-baik aja disini. Dan om janji akan anterin kamu pulang nanti." jelas Reza meyakinkan.

"Tapi Ais mau pulang skalang om. Ais gamau disini.."

"Kalo untuk sekarang gak bisa. Kamu harus tetap disini sampai apa yang om inginkan bisa tercapai.
Pokoknya kamu harus nurut sama om kalau kamu mau baik-baik aja." Reza menurunkan Elfaris dari pangkuannya lalu ia beranjak hendak meninggalkan Elfaris.

Elfaris hanya bisa diam dan menangis. Ia memeluk kedua lututnya yang ia tekuk. Wajahnya sangat ketakutan karna takut lelaki yang tidak di kenalinya itu berbuat macam-macam padanya.

"Bund, ayah.. Tolongin Ais..hiks. Ais mau pulang, Ais mau pulang yah..hiks." isaknya terdengar memilukan.






Bersambung...





@dheana92
@Elfaris_Karisma

Kamis, 12 Februari 2015

Perjanjian Cinta #Part59

Sungguh sesuatu yang tidak pernah di sangka dan tidak bisa di prediksi oleh sebelumnya. Bahkan Rafael sendiri sangat terkejut luar biasa saat mengetahui jikalau bocah kecil yang di temukan papahnya ternyata adalah Elfaris putra dari sahabatnya sendiri.
 
"Jadi kamu benar mengenal anak ini Raf?" sang papah meliriknya masih dengan tatapan tidak percaya.
 
Rafael mengangguk mantap seiring untaian senyum melebar dari bibir tipisnya.
 
"Kao ini sih Arfa juda kenal eyang. Ini kan si Fais temen Arfa yan aneh ituh.." celetuk Arfa dengan nada lucunya.
 
Om Jhoni selaku papah Rafael hanya terkekeh mendengar ocehan Arfa cucu semata wayangnya
 
"Namanya Elfaris Fa, bukan Fais. Dia juga enggak aneh, kayaknya Arfa deh yang aneh.." goda Rafael meledek.
 
"Tapi Fais emang aneh ko pah. Siyus deh Arfa ga boong. Arfa lihat sendii ko, tapi Arfa udah teneman sana dia skaang. Baati Fais udah jadi kawan Arfa pah.." jelasnya dengan kalimat yang masih sulit di pahami.
 
Rafael, om Jhoni, serta Indah hanya terkekeh mendengar ocehan lucu Arfa. Pasalnya bocah kecil yang selalu mengaku paling ganteng ini masih belepotan saja cara berbicaranya. Padahal usianya dengan Elfaris hanya selisih satu tahun. Namun Arfa tidak peduli dengan semua itu. Baginya berbicara dengan cara sepertinya adalah takdir sekaligus anugrah dari Tuhan. Haha benar-benar sangat menggemaskan bocah kecil yang satu ini.
 
 
"Kayaknya aku harus beritahu Bisma dan Franda. Mereka pasti khawatir sama Elfaris. Apalagi kabar yang aku dengar Elfaris menghilang sejak beberapa hari lalu. Yah aku harus kasih tau Bisma secepatnya." Rafael membatin yakin.
 
 
 
 
 
 
Sementara itu ..
 
 
Ternyata dugaan Rafael benar. Bisma dan Franda masih sibuk mencari dimana keberadaan Elfaris.
Franda bahkan ssmpai mengabaikan kesehatannya yang masih belum stabil. Putri kecilnya pun ikut ia bawa saat mencari Elfaris bersama Bisma.
 
"Harusnya kamu di rumah aja. Kamu sama putri kita gak usah ikut Nda. Biar aku yang cari Ais, aku janji pasti akan cari dia terus sampai ketemu, aku..akuu.."
 
"Udah lah Bis, kamu gak perlu banyak bicara dan protes terus. Kamu tinggal jalanin  aja mobilnya dan kamu fokus cari Elfaris!" ketus Franda kesal. Rupanya ia masih saja marah terhadap Bisma.
 
"Hufh, iya yaudah terserah kamu aja." Bisma membuang nafas pasrah.
 
Mobil Pajero Sport berwarna putih ini pun kembali Bisma lajukan menelusuri jalanan ibukota. Tidak mengenal panas atau pun hujan. Bahkan Bisma tidak mempedulikan perusahaannya yang tengah bermasalah. Ia tetap berusaha mencari putra kecilnya yang hilang akibat kesalahannya sendiri.
 
"Ais sebenernya dimana? Kenapa ayah susah sekali cari Ais?
Pulang sayang.. Ayah gak bisa tanpa Ais. Ayah bener-bener minta maaf.
Sekarang bunda sangat marah sama ayah.
Ayah mohon Ais pulang.." Bisma membatin lirih. Ia begitu sedih atas kejadian ini. Tubuhnya pun tampak sedikit kurus karna kurang tidur dan kurang istirahat.
 
 
"Maafin aku Bis kalau aku terus-terusan marah sama kamu. Aku cuma masih gak nyangka aja kamu bisa ninggalin anak kamu sendiri gitu aja di rumah sakit. Bahkan sampai sekarang Ais belum ketemu juga. Aku marah sama kamu Bis, aku benci sama kamu. Aku, aku beneran benci sama kamu Bisma.." Franda membatin sedih dengan rasa sesak yang memenuhi isi hatinya. Putri kecilnya yang tengah ia pangku pun di peluknya erat. Franda rupanya cukup terpuruk karna hilangnya Elfaris. Ia tidak menyangka bisa berpisah dengan Elfaris disaat keluarga kecilnya bertambah satu penghuni baru yaitu putri kecilnya. Sampai saat ini bayi yang Franda pangku belum juga di berikan nama. Entah kenapa Franda tidak mau memberikan nama dahulu. Padahal Bisma sudah menyiapkan nama yang sangat cantik untuk putri kecilnya.
 
 
 
 
 
 
**
Elfaris rupanya sudah tersadar dari pingsannya. Ia kini tengah di suapi oleh Indah istri Rafael.
Elfaris sangat lahap, mungkin ia merasa nyaman berada diantara keluarga Rafael. Makanya ia mau makan lagi setelah beberapa hari ia tidak mau makan terus.
 
"Kamu tuh sebenernya laper apa doyan sih Fais? Ko pasaan dai tadi makannya banak teus? Tal Arfa bisa keabisan kao gini caanya." lagi-lagi Arfa nyeletuk dengan nada lucunya. Ia sampai menelan salivanya disaat memperhatikan Elfaris makan.
 
"Ais gak lapel kok kak Arfa. Ais cuma seneng aja ketemu sama klualga kak Arfa, makanya Ais makannya lahap." balas Elfaris diiringi senyuman melebar yang begitu manis.
 
"Yee sama aja nananya laper! Dasal Fais rabut mangkok!" Arfa mengacak rambut Elfaris gemas. Hampir saja ia membuat Elfaris oleng dan terjatuh.
 
"Arfa gak boleh gitu. Aisnya masih sakit, jangan nakal dong sayang.." ujar Indah mencoba melerai.
 
"Sapa yan nakal? Oang Arfa cuna becanda aja. Ladian mamah aneh, masa Arfa anaknya ga isuapin, tapi Fais yan bukan sapa-sapa di suapin. Kan Arfa jadi sebel.." Arfa memalingkan wajahnya. Ia melipat kedua tangannya di atas dada. Ekspresinya sungguh lucu dan sangat menggemaskan.
 
"Kan Aisnya lagi sakit. Nanti Arfa mamah suapin juga deh. Tapi sehabis Elfaris ya? Udah ah jangan ngambek gitu. Nanti gantengnya luntur loh.." jelas Indah mencoba membujuk putra kecilnya.
 
"Ais makannya udah tante. Skalang Ais mau lasung pulang aja, om Laffa bilang mau antelin Ais pulang. Ais pulang skalang kan tan?" Elfaris menatap Indah penuh harap.
 
"Puang aja sendii. Napain minta anter sama papah Arfa. Suuh aja ayah kamu kesini jeput kamu!" lagi-lagi Arfa berbicara dengan nada ketusnya. Entah kenapa Arfa selalu saja sensitif jika bertemu dengan Elfaris. Mungkin ia punya dendam atau entah apa.
 
"Kan Ais gatau jalan pulang klumahnya. Ais juga gak hafal nomol hendponnya ayah."
 
"Ya kenapa ga kamu hafalin? Masa nomor hempon ayahnya sendii ga hafal? Arfa aja hafal nomol papah!"
 
Elfaris hanya diam menunduk mendengar ucapan sinis Arfa.
 
"Lain kai kao gatau jaan puang tuh gausah main jauh-jauh. Kao kamu nasar kan papah Arfa juda yan ikutan lepot. Utung aja papah baik, coba kao papah Arfa jahat. Mungkin kamu udah di ekspor kual negli bat di jadiin tkw isana. Atau mukin kamu udah di muasi tus mayatnya ilempar ke tengah laut bat jadi makanan ikan." jelas Arfa menakut-nakuti.
 
"Gamau. Ais gamau di mutasi, Ais mau pulang aja ketemu ayah.. Ais mau pulang kak Arfaa.." Elfaris menggeleng takut.
 
Arfa malah terkekeh menahan tawa. Sungguh sangat jahil sekali bocah kecil yang satu ini.
 
"Yaudah kao eman kamu mau puang. Arfa tal bakan antein kamu. Tapi kamu haus bayal sama Arfa nati."
 
"Iya ntal Ais bongkal celengan buat bayal sama kak Arfa."
 
"Eman kamu puna ceengan? Ahh paing isinya cuna lecehan. Arfa ganau!"
 
"Yaudah tal Ais minta sama ayah aja. Ayah Ais kan olang kaya. Uangnya pasti banyak."
 
"Nahh oke deh kao begitu Arfa sesuju." Arfa tersenyum melebar.
 
"Makasih kak Arfa.." Elfaris ikut tersenyum. Keduanya pun lalu berpelukan layaknya teletabis yang baru hertemu lagi(?).
 
"Hemmh dasar bocah. Tingkahnya selalu ada-ada saja.." Indah hanya menggelengkan kepala mendengar obrolan Arfa dan Elfaris yang sangat lucu dan konyol ini.
 
Indah kemudian beranjak dan berlalu keluar membiarkan Arfa dan Elfaris berdua. Mungkin dua bocah kecil ini memang harus sering di biarkan berdua agar keduanya bisa cepat akrab dan dapat berteman baik.
 
 
 
 
 
**
"Bis, sekarang lo dimana?" suara Rafael terdengar dari handphone hitam yang Bisma dekatkan ke telinganya.
 
"Gue lagi di jalan Raf, k..kenapa ya?" Bisma bertanya bingung.
 
"Lo lagi ngapain di jalanan? Lo gak lagi jadi pengemis kan Bis?" canda Rafael renyah.
 
"Gue gak lagi pengen becanda Raf. G..gue lagi sibuk. Lain kali aja lo telfon gue lagi. Bye!" Bisma tiba-tiba saja langsung mematikan sambungan telponnya.
 
 
"Yahh langsung di matiin. Sensitif banget nih nih anak. Kaya lagi dapet aja." Rafael menggelengkan kepala menatap layar handphonenya. Ia kemudian mencoba menghubungi Bisma lagi karna ingin memberitahukan tentang keberadaan Elfaris di rumahnya.
 
 
"Apaan sih nelpon lagi? Gak tau apa kalo gue lagi stres mikirin anak gue. Rese banget si Rafa!" ketusnya kesal. Bisma langsung menolak panggilan masuk dari Rafael. Ia bahkan langsung me-non aktifkan handphonenya dan melemparnya begitu saja kearah jok belakang.
 
"Gak usah berisik bisa gak sih?! Gak tau apa kalo anaknya lagi tidur! Rese banget jadi orang!" ketus Franda tiba-tiba. Ia rupanya tengah menyusui putri kecilnya yang terbangun karna suara berisik Bisma.
 
"I..iya maaf, tadi itu handphone aku bunyi terus. Sekarang udah aku matiin ko. Maaf ya Nda.." balas Bisma gugup.
 
Franda hanya memalingkan wajahnya. Ia semakin di buat muak saja akan sikap suaminya ini. Kebenciannya pun semakin bertambah besar terhadap Bisma
 
 
"Sekarang gue sama Franda jadi kaya musuh bebuyutan. Franda juga kelihatannya benci banget sama gue. Hufhh.. Andai Elfaris ada disini, pasti semuanya gak akan serumit ini." Bisma membatin sedih menatap wajah cantik istrinya yang hanya dapat ia pandangi lewat kaca depan spionnya.
 
"Lagi marah aja kamu tuh tetep cantik Nda. Kapan yah aku bisa dapet perhatian kamu lagi. Aku kangen kamu sayang.. aku kangen kasih sayang serta perhatian kamu. Sekarang badan aku sampe gak keurus Nda karna terus-terusan mikirin kamu sama Elfaris. Sampai kapan kamu terus marah dan jutek sama aku.." lagi-lagi Bisma hanya dapat membatin meratapi nasibnya yang cukup menyedihkan ini.
 
 
 
 
 
 
**
"Gimana om, Ais bisa pulang skalang kan?" Elfaris menatap Rafael penuh harap.
 
"I..iya sayang. Ais bisa pulang ko, tapi gak sekarang yah? Ais kan masih sakit, nanti kalau udah bener-bener sehat baru om Rafa anterin ke rumah Ais." jelas Rafael mencoba membujuk.
 
"Tapi Ais bnelan udah sembuh ko om. Skalang aja om antelin Ais pulangnya. Ais mau pulang om, Ais mau pulang,, Ais mau ktemu ayah sama bunda sama dede bayi juga. Ais mau pulang..." pinta Elfaris sesikit memaksa.
 
"Om sih bisa aja anterin Ais pulang sekarang juga. Tapi masalahnya om gak tau dimana rumah Ais. Bahkan Ais sendiri pun gak hafal alamat rumah Ais yang baru. Apalagi om? Om Rafa sama sekali enggak tahu sayang.."
 
Wajah Elfaris seketika menjadi murung dan sedih.
 
 
"Nomor ayah kamu juga langsung enggak aktif. Padahal baru aja om mau ngasih tau kalau Ais ada disini sama om." lanjut Rafael menjelaskan.
 
"Baati ayah kamu udah ga sayan lagi sama kamu is.." celetuk Arfa polos membuat Elfaris semakin saja di buat sedih.
 
"Ayah emang udah gak sayang lagi sama Ais. Ayah bahkan udah tinggalin Ais, ayah udah buang Ais om..hikss.." Elfaris tiba-tiba saja teringat kejadian beberapa hari lalu saat Bisma membentak dan meninggalkannya di rumah sakit sendirian.
 
Rafael tampak bingung. Ia mendelik kesal kearah Arfa. Tubuh bocah tampan itu lalu di raih dan di dekapnya agar tenang.
 
"Usstt Ais gak boleh ngomong kaya gitu. Ayah Ais pasti sayang sama Ais. Om sangat yakin itu. Ais gak boleh sedih yah?" bujuk Rafael lembut.
 
"Enggak om, tapi ayah emang bnelan udah gak sayang sama Ais. Ayah udah bentak Ais, ayah juga malahin Ais telus, ayah bahkan tinggalin Ais bgitu aja. Ayah udah bialin Ais sndilian, Ais tlus di bawa pelgi sama papahnya Layan, Ais di bawa jauh. Sampe ahilnya Ais kabul tlus ktemu sama eyang Jhon, ktemu sama om Laffa dan tante Indah juga sama kak Arfa. Ini semua mungkin sengaja ayah lakuin bial Ais jauh dali ayah om. Ayah udah gak sayang lagi sama Ais. Ayah udah benci sama Ais om.." jelas Elfaris menceritakan semua yang telah terjadi padanya. Bulir bening air mata pun tak terelakan jatuh membasahi pipi chuabinya.
 
 
"Wahh ini sih nananya ketelaluan. Kamu yan sabar ya Fais, Arfa bakaan jagain kamu ko. Kamu gapeu hawatir. Arfa jaji gak akan minta bayalan lagi. Arfa kasian sana kamu.." Arfa memeluk tubuh Elfaris lalu mencoba menenangkannya.
 
Rafael dan Indah hanya terpelongo kaget melihat kebersamaan Arfa dan Elfaris yang tiba-tiba menjadi akrab seperti ini. Padahal biasanya mereka selalu saja ribut dan ribut.
 
 
 
 
 
 
 
 
Bersambung....
 
 
 
 
 
@dheana92
 
@Elfaris_Karisma
 
@Arfa_ElfanoTan
 

Perjanjian Cinta #Part55

Mobil Pajero Sport berwarna putih milik Bisma ini tampaknya baru tiba di rumah sakit.
Bisma buru-buru keluar dari mobilnya untuk membawa Franda menuju ruang bersalin. Ia sampai tergesa dan lupa akan jagoan kecilnya yang masih di dalam mobil.

"Uh! Ayah ini pintunya kelas. Susah di buka yah, uh!" ujar Elfaris mencoba mendorong pintu mobil ayahnya.

Bocah kecil ini tampak kesulitan. Ia beberapa kali berteriak memanggil Bisma ayahnya agar mau membantunya keluar dari mobil.

"Ayah tungguin Ais. Ayah jangan dulu pelgi, hiks.. Ayah tolongin Ais. Ais gabisa kelual yah, hiks ayaah." Elfaris menangis terisak. Ia menggedor pintu kaca mobil di sampingnya, berharap kalau Bisma mendengarnya dan mau berbalik arah sebentar.


"Errghhh anak ituu!!" Bisma mengepalkan tangannya geram. Saat berbalik arah ia tidak mendapati Elfaris di belakangnya. Bocah kecil itu justru ia lihat masih di dalam mobil dan berteriak seraya menggedor kaca mobil. Emosi Bisma semakin memuncak saja melihat putra kecilnya ini.

Bisma buru-buru berbalik arah dan berlari menghampiri Elfaris. Tubuh lemah Franda masih tetap di gendongnya dari depan.

"Bisa gak sih untuk SE-HARI ini aja kamu gak usah bikin ayah marah?!
Bunda kamu lagi kesakitan ELFARIS!
Masa cuma buka pintu mobil aja gak bisa?! Apa kamu mau terjadi apa-apa sama bunda HAH?!" sebuah bentakan keras kembali keluar dari mulut Bisma. Ia tampak sangat marah dan benar-benar habis kesabaran.

"Hiks, ma'apin Ais ayah. Ais gamau bunda kenapa-napa.
Tapi pintu mobilnya emang kelas, ini masih kekunci yah, Ais gabisa bukanya." Elfaris menatap Bisma lirih. Berharap kalau ayahnya ini bisa mengerti dan berhenti memarahinya.

Bisma langsung membuka paksa pintu mobilnya hingga terbuka. Meski sedikit kesulitan karna tangannya masih mengangkat tubuh Franda. Namun akhirnya Elfaris bisa keluar juga.

"SE-KALI lagi kamu bikin ayah marah. Ayah GAK AKAN mau lagi akuin kamu sebagai anak ayah!" jelas Bisma menatap wajah Elfaris seolah ingin menerkamnya hidup-hidup.

Elfaris tidak menjawab. Air matanya justru meleleh mendengar ayahnya berbicara seperti itu. Ia diam, menunduk dan menangis.

"CEPAT ELFARIS!!" lagi-lagi Bisma berteriak membentak.

"I..iya ayah. I..ini Ais.." Elfaris tersentak kaget mendengar teriakan ayahnya. Ia lebih kaget saat melihat Bisma sudah hampir masuk ke dalam rumah sakit, sementara dirinya sendiri masih di dekat area parkir.

"Ayah kenapa tinggalin Ais? Hiks..ayaaah.." tanpa menunggu lama lagi Elfaris langsung berlari dengan langkah kecilnya menyusul sang ayah. Ia sampai tidak melihat apapun di dekatnya. Bahkan ia tidak melihat saat ada pot bunga di depannya.


"BRUKK!!"

"Aduh! Awws." Elfaris meringis kesakitan karna terjatuh.

Lutut dan siku bocah tampan ini berdarah akibat terjatuh.

"Uhh sakit. Ayaah tolongin Ais. Ais jatuh yah, tangan sama kaki Ais beldalah.." teriaknya meringis kesakitan.

Namun tidak ada satu pun yang mempeeulikannya. Orang-orang yang berlalu lalang, bahkan Bisma sendiri tidak menghiraukan Elfaris. Padahal ia sempat melihat Elfaris saat terjatuh tadi. Mungkin Bisma lebih fokus akan keselamatan Franda dan bayi keduanya.

"Hiks, ayah kemana? Kaki Ais sakit yah.. Dalahnya kelual telus. Tangan Ais juga sakit. Ayaah..hiks." Elfaris menatap sendu sosok ayahnya yang kini sudah menghilang dari pandangan matanya.
Hatinya benar-benar sakit karna Bisma meninggalkannya begitu saja.

"Kenapa ayah tinggalin Ais? Ayah dimana? Ais takut yah, Ais gamau di tinggal sendili disini. Ayaah.." lirihnya sedih.

Elfaris mencoba bangun untuk mencari keberadaan Bisma ayahnya. Kakinya sedikit ia seret karna sepertinya terkilir saat terjatuh tadi. Ia tidak mempedulikan lagi rasa sakit di kaki maupun tangannya.

"Ayah jangan tinggalin Ais.. Ais gamau sendilian disini yah.. Ayaaah..hiks.. Ayah.." Elfaris tampak ketakutan sendiri karna tidak melihat keberadaan ayahnya. Terlebih tidak ada satu pun orang yang ia kenali di area rumah sakit ini.






Sementara itu..


"Maaf pak. Sebaiknya anda tunggu di luar. Biar kami dan Dokter saja yang menangani istri bapak." ujar seorang suster seraya mendorong tubuh Bisma keluar dari ruangan persalinan.

"T..tapi sus saya suaminya. Dan saya mau menemani istri saya suster."

"Maaf pak. Ini sudah prosedur rumah sakit."

"Enggak suster. Saya mohon ijinkan saya masuk. Saya mau menemani istri saya. Saya sudah janji sama istri saya suster, saya mohon.." pinta Bisma memaksa. Ia sampai menahan pintu ruangan tersebut agar ia di izinkannya masuk.

Seorang dokter yang akan menangani Franda untuk proses persalinan ini hanya mengangguk pasrah saat melihat Bisma memohon pada suster tadi.

"Baiklah. Ya sudah anda boleh masuk." ujar suster muda ini akhirnya.

"M..makasih suster." bibir Bisma tersenyum melebar.

Suster tersebut hanya membalas dengan anggukan saja kemudian menutup pintu ruangan saat Bisma sudah masuk bersamanya.




**
"Kamu pasti bisa Nda. Tadi kamu udah gak pingsan lagi sayang. Jadi kamu gak perlu operasi. Kamu pasti bisa melahirkan dengan normal kaya dulu.
Aku yakin kamu pasti bisa.
Kamu harus bisa sayang.." Bisma menggenggam erat jemari Franda. Ia berdiri di samping Franda untuk memberikan semangat pada istrinya ini.

"Ssh.. Sakit Bis, sakitt.. Aku gak kuat. Aku takut aku gak bisa. Sakit Bisma..sshh sakitt." Franda mencengkram kuat tangan Bisma menahan rasa sakit di perutnya.

"Enggak sayang kamu pasti bisa. Kamu gak boleh bilang kaya gitu. Aku yakin kamu pasti bisa. Ayo sayang, ayo Nda.." Bisma mengusap puncak kepala Franda. Ia mengecup beberapa kali jemari Franda yang tetap di genggamnya.

Franda hanya menggeleng lemah. Rasanya memang benar-benar sakit, bahkan sangat sakit.

"Ayo bu dorong lagi. Kepalanya sudah kelihatan. Coba tarik nafas lalu dorong. Dorong yang kuat bu. Sedikit lagi pasti keluar. Ayo bu dorong.." ujar sang dokter menyemangati.

Franda mencoba mengikuti arahan dari dokter perempuan tersebut. Ia mencoba menarik nafas panjang dan mengejan sekuat mungkin dengan sisa tenaganya yang masih ada.

"Ayo sayang. Kamu pasti bisa. Dorong Nda. Ima yakin Nda pasti bisa." Bisma ikut menyemangati Franda di sampingnya.

Franda menarik nafasnya panjang. Ia tidak mau mengecewakan suaminya ini. Karna bagaimana pun juga Franda harus bisa. Ia tidak boleh lemah palagi kalau harus menyerah. Meskipun sakit, namun harus tetap Franda lewati.

"Nggh.. Eenggh.. Huh huh eeeeeeeerrrghh...!!!"

Dengan dorongan sekuat tenaga. Akhirnya sang bayi keluar diiringi suara tangisan yang begitu nyaring.

"Alhamdulillah.. Alhamdulillah ya Allah.." air mata Bisma menetes haru mendengar suara tangisan bayi keduanya.

Franda menghela nafas lega melihat sosok bayi mungil yang masih berlumuran darah telah berhasil ia lahirkan.
Air matanya ikut menetes haru melihat darah dagingnya telah lahir dengan selamat.

"Terimakasih Tuhan.. Terimakasih.." batinnya bahagia.

"Selamat Pak Bu, bayinya sudah lahir. Dia sehat dan tidak kurang suatu apapun." ujar sang dokter seraya menunjukkan bayi merah yang di gendongnya kepada Bisma dan Franda.

"B..bayinya perempuan Dok?" tanya Bisma tidak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Iya pak. Bayinya perempuan. Sekali lagi selamat.." balasnya tersenyum begitu ramah.

Bisma benar-benar bahagia. Ia seperti mimpi saat tahu bayi keduanya ini berjenis kelamin perempuan. Karna Bisma dan Franda memang ingin memiliki putri kecil.

"M..maaf ibu dan bayinya mau di bersihkan dahulu. Bapak bisa menunggu diluar, silahkan.." ujar suster muda ini ramah.

"I..iya suster. Saya permisi keluar dulu.
Sayang aku keluar dulu yah? Kamu baik-baik disini. Aku nunggunya di luar, mmuach. Sekali lagi makasih Nda." Bisma mengecup puncak kepala Franda kemudian bergegas keluar dari ruangan.

Franda hanya mengangguk dan tersenyum kecil. Tubuhnya masih sangat lemah setelah berjuang melahirkan putri kecilnya tadi.






**
"Om, sbenelnya kita mau kemana sih om?" Elfaris menatap bingung lelaki yang menggendongnya.

"Kamu gak perlu banyak tanya. Kan tadi om udah bilang, om mau obatin luka kamu." ujarnya seraya membuka pintu mobil Jazz putihnya lalu mendudukkan Elfaris di jok depan.

"Tapi kan tadi om bilangnya mau bantuin Ais cali ayah omm." protes Elfaris tidak terima.

Lelaki berkumis tipis ini hanya tersenyum kecil lalu mulai menstaterkan mesin mobilnya.

"Om ko malah senyum? Om gak akan bohongin Ais kan?" bidik Elfaris mulai curiga.

"Gak mungkinlah kalau om bohong.
Om itu mau obatin luka kamu dulu. Nanti baru kita cari ayah kamu."

"Tapi kan Ais gapapa om. Kita skalang cali ayah aja. Ais gamau ayah malah lagi om. Ais mau ketemu ayah aja." pinta Elfaris memaksa.

"Tapi tangan sama kaki kamu berdarah. Jadi om harus obatin luka kamu dulu, habis itu kita cari ayah."

"T..tapi om Ais maunya ketemu ayah aja. Kaki sama tangan Ais gapelu di obatin juga gapapa om. Ais udah gapapa ko."

"Udah, kamu gak perlu takut sama om. Kita obatin luka kamu dulu, nanti kita balik lagi kesini buat cari ayah kamu. Setuju?"

"Yaudah deh, tapi ntal om jangan boongin Ais yah?"

"Iya. Om gak mungkin bohong sama kamu."

"Janji?" Elfaris mengacungkan jari kelingkingnya.

"Iya om janji." lelaki berkumis tipis ini mengaitkan kelingkingnya dengan jari kelingking Elfaris.

"yudah kalo gitu Ais pelcaya sama om." bibir Elfaris tersenyum melebar.

Sama halnya dengan lelaki muda ini. Ia juga ikut tersenyum. Namun senyumannya berbeda dengan senyum tulus Elfaris.

"Lo udah ambil paksa anak kandung gue Bis.
Lo so jadi pahlawan kesiangan dan bantuin cewek sial itu buat dapetin hak asuh Rayan dari tangan gue.
Dan sekarang lo bisa lihat sendiri. Gue dengan mudahnya bisa ambil anak lo ini dari tangan lo." batinnya tersenyum licik menatap Elfaris dari kaca spion mobilnya.





**
Franda kini sudah di pindahkan keruangan rawat. Ia terlihat duduk berbaring memangku putri kecilnya diatas tempat tidur. Rupanya putri kecilnya itu tengah ia berikan Asi. Sedari tadi bayi cantik ini memang menangis terus. Padahal Franda sudah memangkunya dan memberikan Asi untuknya.


"Ko putrinya ayah nangis terus sih? Kamu kenapa sayang, hem?" Bisma mengecup kening putri kecilnya ini. Ia sedikit kebingungan karna bayi mungilnya ini menangis terus.

"Aku juga gak tau putri kita kenapa. Padahal Asi aku keluar banyak, tapi dia minumnya cuma sedikit-sedikit trus langsung di lepasin dan nangis." jelas Franda yang juga kebingungan melihat putri kecilnya.

"Yaudah sini biar sama aku. Mungkin putri kecil kita ini pingin di gendong sama ayahnya." ujar Bisma menerka.

Franda melepaskan Asi-nya lalu memberikan bayi mungil di pangkuannya itu agar beralih Bisma gendong.

Namun bukannya berhenti menangis. Bayi mungil itu justru malah kembali menangis, bahkan kali ini tangisannya semakin kencang.

"Ya ampuun. Udah sini aja biar sama aku. Ko kamu yang gendong malah tambah kenceng nangisnya." Franda kembali meraih putri kecilnya dan berusaha menenangkannya.

Bisma menatap bingung dengan apa yang terjadi di hadapannya ini.

"Kalau ada Ais, dia pasti bisa hibur adiknya." fikir Franda tiba-tiba saja mengingat sosok jagoan kecilnya.

Sedetik kemudian matanya melotot mengingat sedari tadi Elfaris sama sekali tidak terliht olehnya.

"Bis, Elfaris kemana? Kenapa dari tadi Aku gak lihat dia?" tanya Franda menoleh menatap Bisma.


"DEGG!!"

Bisma seolah diingatkan pada  sosok jagoan kecilnya yang sedari tadi tidak ia pedulikan.

"Astaga Aiss?!" jantung Bisma tiba-tiba berdebar tidak karuan. Bagaimana mungkin ia bisa lupa pada jagoan kecilnya itu hingga sedikit pun ia tidak mengingatnya.

"Bisma kamu kenapa? Ais dimana Bis? Kenapa dia gak sama kita? Bukannya tadi dia sama kamu?" Franda semakin di buat bingung.

Bukannya menjawab. Bisma malah langsung berlari keluar meninggalkan Franda. Ia panik bahkan sangat-sangat panik.

"Bis? Bisma?!" panggil Franda sedikit berteriak. Namun Bisma tidak menghiraukan dan tetap berlari keluar untuk mencari putra kecilnya.

Franda semakin dibuat bingung. Namun entah kenapa tiba-tiba saja putri kecil yang masih di pangkunya langsung terlelap dan berhenti menangis. Ia tidak terdengar rewel lagi saat Bisma sang ayah keluar mencari kakaknya.

"Bayi ini diam pas Bisma pergi keluar. Dia bahkan langsung tertidur pulas.
Apa memang dia sengaja nangis dari tadi karna ingin ayahnya pergi?
Atau dia ingin ayahnya keluar dari sini buat mencari kakaknya? T..tapi.." Franda menerka-nerka bingung.

"Kenapa wajah Bisma langsung panik pas aku tanya tentang keberadaan Ais?
Apa yang sebenarnya terjadi sama Aia anakku? Kenapa perasaan aku jadi gak enak.." Franda membatin gelisah. Hatinya mulai tidak tenang mengingat sosok jagoan kecilnya.

"Semoga kamu gak kenapa-napa sayang. Semoga perasaan bunda ini salah. Semoga kamu baik-baik aja dimana pun kamu berada. Bunda sayang sama kamu."










Bersambung...










@dheana92
@Elfaris_Karisma

Perjanjian Cinta #Part54

Pagi yang cerah di tambah dengan suasana yang cukup berisik..

Sedari tadi, Elfaris bocah tampan ini terus saja berceloteh ria. Ia bertanya tiada henti pada bundanya. Celotehan-celotehan lucunya pun terus keluar. Ia juga memprotes dan terlihat masih ngambek saat bertemu dengan Bisma sang ayah.


"Semalam ayah pulang jam blapa bun? Ayah pulangnya malam yah?" tanyanya melirik Franda sang bunda.

"Semalam ayah pulang jam setengah dua pagi. Ayahnya sibuk sayang, makanya ayah pulang telat." jelas Franda lembut.

"Ayah tuh skalang makin nyebelin bunda. Masa seling telat-telat telus. Ais dadinya sebel sama ayah."

"Loh ko gitu sih? Gak boleh dong sayang. Kan ayah kerja juga buat Ais. Kalau ayahnya telat, ya Ais harus bisa maafin. Harus bisa maklumin sayang."

"Ya tapi kan Ais kmalin dadi lama nunggu ayah jemput Ais. Tlus semalam juga bunda jadi sedih kalna ayah belum pulang-pulang. Ais semalam lihat bunda loh bun waktu bunda nungguin ayah." jelas Elfaris masih saja tidak terima akan kepulangan Bisma yang terlalu larut.

Franda hanya menggeleng dan tersenyum melihat tingkah putra kecilnya yang cukup bawel dan cerewet ini.

"Bunda buatin susu coklat dulu yah buat Ais." ujar Franda kemudian beranjak menuju dapur.
Elfaris hanya membalas dengan anggukan kecil.


"Hali ini Ais gamau blangkat sama ayah. Ntal bisa-bisa Ais telat lagi di jemputnya kaya kemalin." ujarnya tiba-tiba saja menyindir saat Bisma ikut duduk bersamanya.

"Yaudah kalo gak mau berangkat sama ayah. Berati ayah gak perlu dong repot-repot antar sama jemput Ais ke sekolah lagi. Lagian ayah juga males antar jemput Ais." balas Bisma cuek seraya meraih segelas air putih di hadapannya.

"Ko aya jawabnya kaya gitu? Ihh Ais dadi makin sebel sama ayah." Elfaris membatin menatap Bisma sebal.

Bisma terkekeh melihat ekspresi sebal Elfaris. Bocah tampan itu memang selalu saja bisa membuat orang tuanya tertawa dengan tingkah lucunya.

"Apa ayah lihat-lihat?!" ketus Elfaris melipat tangannya di dada.

"Siapa juga yang lihatin Ais? Ih GeER.." Bisma masih saja menggoda.

"Pokoknya Ais sebel sama ayah! Ais gamau blangkat sekolah di antal ayah lagi!"

"Yaudah. Ayah juga ga mau anter Ais lagi." balas Bisma enteng.

"Yaudah. Ais juga udah males sama ayah!" Elfaris membuang wajahnya tanpa mau menatap Bisma. Rupanya ia benar-benar marah pada ayahnya.

"Berati kita Deal ya? Ais berangkat sekolah sendiri dan ayah gak perlu antar jemput Ais lagi." goda Bisma dengan sesendok nasi goreng yang kini mulai di kunyahnya.

Elfaris menatap Bisma tajam. Rasanya semakin menyebalkan saja ayahnya ini. "Ayah jahat! Ais benci sama ayah! Silahkan ayah blangkat aja sendili. Ais gapeduli! Ayah jahaaat!!" teriaknya kesal. Ia beranjak kemudian berlari meninggalkan ayahnya.

Bisma semakin terkekeh. Ia tertawa begitu puas melihat putra kecilnya ini marah.

"Ahaha dia marah.. Hahaa lucu banget sumpah." Bisma memegang perutnya menahan tawanya yang meluap-luap.

Franda yang baru saja datang dan sempat di tubruk Elfaris pun hanya menggeleng melihat tingkah suaminya ini.

"Seneng banget ya godain anaknya. Gak tau apa kalo tadi dia marah banget. Barusan aja dia hampir nabrak perut aku. Dia marah loh Bis.." Franda menatap geram akan ulah Bisma pagi ini.

Bisma tidak mempedulikan ucapan Franda. Ia malah asik melanjutkan sarapan paginya tanpa merasa bersalah sedikit pun.

"Kamu rese ya lama-lama. Gak tau apa Ais itu kalo udah marah susah baiknya. Kasian tau Bis, tega kamu.."

Bisma melemparkan senyumnya menoleh memandang Franda.

"Gak usah senyum! Sana samperin anaknya. Dia belum sarapan, kamu udah main godain aja." ambek Franda tampak kesal.

Namun lagi-lagi Bisma malah tersenyum bahkan terkekeh melihat ekspresi kesal Franda.

"Bisma aku serius tau! Aku lagi gak becanda Bis!" Franda semakin geram.

"Iya-iya maaf. Cuma becanda juga bun. Yaudah ayah lihat Ais dulu.." Bisma beranjak dari duduknya.

"Gak usah panggil bun lagi deh. Ngeselin kamu!" ambek Franda masih saja kesal.

Bisma tidak mempedulikan. Rasanya pagi ini memang pagi yang cukup beda dan entah kenapa suasana hatinya sangat riang sekali pagi ini.

"Baru satu anak yang keluar aja udah di godain terus. Di ledekin lah, di ajakin berantem lah, ribut lah. Gak tau apa anaknya itu kalau udah ngambek kaya apa.
Gimana kalau anak yang di perut aku udah keluar. Mungkin aku bisa stres lihat anak-anak ini kamu godain semua Bis. Dasar ayah yang aneh." dumel Franda emosi. Wanita berbadan dua ini terus saja ngedumel akan sikap suaminya yang memang cukup menyebalkan pagi ini.






**
"Ayah jahat! Kalo kaya gini telus, Ais lasanya ga betah di lumah ini.
Ais mau pelgi aja deh. Ais mau kabul bial gak ketemu ayah lagi. Ais sebel sama ayah!"

Elfaris tampak tengah mengemasi mainan-mainan kesukaannya. Ia memasukkan beberapa robot-robotan serta mobil remote control yang sangat di sukainya. Entahlah apa yang di lakukan bocah tampan ini.
Seharusnya ia mengemasi bajunya jika memang benar ingin pergi dari rumah. Namun ini ia justru hanya mengemasi mainan-mainannya saja.

"Ais mau kabul! Pokoknya Ais halus pelgi dali lumah ini." ujarnya yakin kemudian meraih tas sekolahnya yang telah ia isi penuh dengan mainan.

Elfaris tersenyum miris saat melihat bingkai photo yang terpajang poto dirinya dengan sang ayah.

"Kmalin-kmalin Ais emang sayang sama ayah. Tapi skalang Ais dadi sebel sama ayah. Uhh!" ia langsung menutup bingkai photo tersebut hingga gambarnya tidak terlihat lagi.

Elfaris benar-benar marah. Ia memang masih kecil. Tapi jika sudah di kecewakan dan di buat kesal. Ia bisa berbuat nekat.


"Ehemm.. Jagoannya ayah mau kemana nih? Ko kayaknya kesel gitu?" ujar Bisma tiba-tiba.

"Telselah Ais dong mau kemana juga. Inu bukab ulusan ayah! Awas minggil!" ketus Elfaris mendorong tubuh Bisma yang menghalanginya saat hendak keluar kamar.

Bisma benar-benar tidak habis fikir akan sikap putra kecilnya ini. Ia menggelengkan kepala dengan senyum yang tak henti tersungging dari bibirnya.

"Jadi beneran marah nih sama ayah?" tanyanya dengan sebelah halis yang ia naikkan.

"Menulut ayah?!" Elfaris menoleh jutek.

Bisma menghela nafasnya. Ia berjalan mendekati Elfaris lalu meraih tubuh jagoan kecilnya itu.

"Ngapain ayah gendong-gendong Ais? Tulunin gak?!" Elfaris memprotes.

"Ais kan anak ayah. Jadi gak papa dong kalo ayah gendong anak ayah sendiri?" balas Bisma enteng.

"Tapi kan Ais lagi sebel sama ayah. Ais tuh lagi malah tau gak sama ayah!" jelas Elfaris memalingkan wajahnya.

Bisma terkekeh. Ia langsung menyentuh puncak kepala Elfaris lalu mengacak poni lurusnya. Membuat bocah tampan ini semakin menunjukkan ekspresi kesalnya.

"Ayah! Lambut Ais dadi blantakan tau gak. Ayah lese ihh.. Dali tadi bikin Ais kesel telus!" Elfaris menepis tangan Bisma. Bibirnya ia bentuk menjadi seperti kerucut, membuat Bisma semakin gemas saja melihatnya.

"Mmmuach! Udah ah jangan marah terus. Kan ayah cuma becanda." Bisma mengecup kening Elfaris seraya kembali mengacak poninya.

"Ayah gak lucu! Ais sebbel sama ayah! Ayo tulunin Ais. Ais mau pelgi tau gak!" rupanya Elfaris masih saja marah.

Bisma tidak mempedulikan ocehan Elfaris. Ia tetap menggendong jagoan kecilnya yang cukup cerewet ini lalu membawanya menuruni anak tangga untuk kembali meneruskan sarapan pagi di meja makan.

"Ais tuh lagi malah yah sama ayah. Dadi ayah gausah deh gendong-gendong Ais telus."

"Kalo ayah tetep pengen gendong Ais. Emangnya Ais mau apa hem?"

"Yang pasti Ais gak mau di gendong sama ayah!"

"Oh ya? Yaudah kalo gitu ayah akan terus gendong Ais kaya gini."

"Ssshhh ayaaaaahh!!"

"Hahaa" Bisma tertawa puas melihat ekspresi lucu Elfaris yang berhasil di godanya hingga marah dan kesal seperti ini.







**
"Udah dong marahnya. Itu bibir jangan di manyunin terus. Kan tadi ayah udah minta maaf.."

"Gamau! Ais gamau maapin ayah!"

"Ko gitu sih? Kan tadi ayah cuma becanda. Ayah itu kemarin siang ada ketemu sama client ayah. Jadi ayah telat jemput Ais. Trus malamnya kerjaan ayah banyak banget. Makanya ayah pulang telat." ujar Bisma menjelaskan.

Elfaris tidak mempedulikan penjelasan ayahnya. Ia  malah memalingkan wajahnya tanpa mau menatap Bisma. Rupanya memang cukup sulit membujuk bocah tampan ini.

"Gini aja deh. Gimana kalau ayah kasih Ais satu permintaan. Nanti Ais boleh minta apapun dari ayah. Ayah janji bakalan ayah turutin." ujar Bisma memberikan penawaran.

"Tiga pelmintaan. Balu Ais setuju." Elfaris tampak tersenyum menyeringai.

"Satu aja deh. Kalo tiga kebanyakan. Ais nanti malah minta yang aneh-aneh lagi." Bisma tidak setuju.

"Ya udah. Kalo gitu Ais gabakal maapin ayah." Elfaris hendak beranjak dan turun dari tempat duduknya.

"Oke oke. Yaudah ayah setuju. Ayah janji akan turutin tiga permintaan dari Ais." pasrah Bisma akhirnya.

Sedetik kemudian bibir Elfaris langsung mengembangkan senyuman lebar.

"Yess! Blati Ais bisa minta apapun dali ayah. Yeaaahh." Elfaris membatin penuh kemenangan.

"Mudah-mudahan aja dia gak minta yang aneh-aneh.
Hufhh, kenapa jadi malah kena sendiri? Padahal kan awalnya cuma becandaan." Bisma membuang nafasnya. Ia mengusap puncak kepala Elfaris lalu di acaknya gemas.


"Dasar Bisma! Kelakuannya kadang-kadang masih aja kaya anak kecil. Kadang dewasa banget, tapi kadang juga ngeselin banget.
Mudah-mudahan Ais gak ikutin jejak buruk ayahnya." Franda tersenyum memperhatikan suami dan jagoan kecilnya yang tengah bercakap ria ini. Perut besarnya sesekali ia usap. Memang sangat penuh warna kehidupannya kini. Terlebih setelah Elfaris hadir di tengah-tengah keluarga kecilnya.









Malam harinya..


Bisma dan Franda terlihat tengah berdua berada di kamar mereka.
Bisma sedang asik berbaring dengan Franda yang ikut berbaring dan menyender pada dada bidangnya.
Bisma juga asik mengelusi perut besar Franda dengan mulut yang tak henti berceloteh menceritakan apa yang terjadi pagi hingga sore tadi.


"Anak kamu parah banget Nda. Aku beneran kapok deh bikin dia marah lagi. Permintaannya aneh-aneh tau gak."

"Ya salah sendiri. Siapa suruh coba bikin dia marah, hem?"

"Ya kan awalnya cuma becanda godain dia. Tapi dia nganggepnya malah serius. Malah katanya mau kabur segala lagi. Sampe mainan dia di kemasin. Beneran aneh anak kamu itu."

"Ihh itu juga anak kamu tau gak. Masa giliran dia nakal, kamu bilangnya anal aku. Tapi giliran dia baik aja kamu akuin anak kamu sendiri. Ihh curang tau gak.." protea Franda menarik hidung Bisma sebal.

Bisma terkekeh. Ia menarik kepala Franda lalu mengecup puncak kepala istrinya itu. Sesekali rambut hitam Franda di usapnya juga di acaknya.

"Oh iya. Tadi emang Ais minta apa aja sih? Ko kayaknya kamu sampe kewalahan gitu?" Franda menatap Bisma penasaran.
Tadi ia memang tidak ikut pergi menemani Bisma juga jagoan kecilnya.

"Ya pokoknya bukan kewalahan lagi sih. Tapi bikin emosi juga. Apalagi pas kita ke mall. Dia sampe ngambil apapun yang dia suka. Dompet aku aja sampe jebol Nda." Bisma menjelaskan.

"Yaa gak papa kali sesekali bikin anaknya seneng."

"Ya tapi takutnya nanti dia keterusan."

"Ya asal kita tegas aja mendidik dianya. Ais pasti bisa jadi anak yang penurut ko Bis. Asal kita bener-bener mendidik dia."

"Iya. Aku juga pasti akan didik dia dengan baik. Tapi hari ini aku gak masuk kantor dan Elfaris juga gak masuk sekolah. Itu lebih gila lagi Nda. Hufh kerjaan aku di kantor gimana coba? Trus kalau nanti Ais minta bolos sekolah lagi untuk yang kedua kalinya gimana?"

"Ya jangan sampai lah Bis. Kamu ayahnya. Jadi kamu harus bisa tegas dan bisa memanjakan dia disaat yang tepat. Jangan di manjakan tapi dengan permintaan yang membuat dia jadi anak yang pemalas. Aku yakin kamu bisa ko."

"Aku sebenarnya gak mau terlalu keras sama Ais. Aku gak tega Nda."

"Ya kita gak perlu keras sama dia.  Kita itu hanya perlu tegas Bisma."

"Iya sayangkuu. Lain kali aku akan lebih tegas deh sama anak pertama kita itu, tapi tanpa berlaku keras."

"Nah itu baru suami aku.." Franda mengecu pipi Bisma dan memeluknya manja.

"Sayang banget deh sama kamu Nda." Bisma mengecup puncak kepala Franda lembut.

"Nda juga Bis.." balas Franda seraya menaruh tangan Bisma diatas perut besarnya.

Kehangatan dan keromantisan pun kembali di rasakan oleh kedua pasangan ini.








**
Satu bulan kemudian..



Bisma tampak tergesa-gesa membawa Franda masuk kedalam mobilnya. Perempuan cantik berbadan dua itu tampak kesakitan dan sesekali meremas perut besarnya.


"Sshh Bisma sakitt.."

"Iya sabar Nda. Kita ke rumah sakit sekarang."

"Enggh, tapi sakitt Biss.. Nghh, Bisma sakiit.."

"Sabar yah, kamu jangan buat aku tambah panik." Bisma mengusap wajah Franda yang di penuhi keringat.

"Duhh Elfaris mana lagi? Kenapa dia lama banget?
Aku keluar dulu sebentar yah?"

"Jangan lama-lama Bis. Perut aku udah sakit banget. Enggh."

"Iya sayang. Tahan dulu sebentar yah? Aku gak mungkin tinggalin Ais sendiri disini." Bisma beranjak keluar dari mobilnya. Ia kemudian mencari sosok jagoan kecilnya yang sepertinya masih tertinggal di dalam.

Franda hanya bisa menahan rasa sakit di perutnya yang semakin lama semakin terasa sakit.

"Bismaa..enggh.. Aku udah gak kuat Bisss.. Errghh ssshh.." Franda mencengkram bajunya sendiri yang kini sudah terlihat basah akibat air ketubannya yang sudah pecah.





**
"Kamu ngapain aja sih disini?! Gak tau apa kalo bundanya udah kesakitan! Seneng yah lihat bundanya sakit kaya gitu hah?!" tiba-tiba saja Bisma memarahi dan membentak Elfaris.

"M..maapin Ais yah, t..tadi Ais.."

"Halaah! Udah cepetan masuk! Kamu mau apa kalau bundanya kenapa-napa! Bandel banget sih jadi anak!" bentak Bisma cukup keras. Elfaris hanya menunduk takut melihat ayahnya marah seperti ini.

"Knapa ayah dadi malahin Ais ya? Jan-jangan ayah udah benci sama Ais, tlus ayah udah gak sayang lagi sama Ais.." Elfaris menerka-nerka bingung.

"Eeerggh! Malah bengong lagi. Bisa CEPET gak sih Ais tuh jalannya?! Bunda kamu udah kesakitan disana ELFARISS!!" teriak Bisma semakin emosi. Tangan Elfaris sampai di tariknya kuat tanpa sadar.

Elfaris menangis. Pasalnya baru kali ini Bisma membentak dan memarahinya sampai seperti ini. Padahal sebelumnya tidak pernah sekali pun Bisma berani membentak Elfaris.

"Hiks, kenapa ayah dadi kasal sama Ais? Apa Ais udah nakal sama ayah? Hiks..
Jan-jangan nanti kalau dede bayinya udah lahil, ayah dadi benci lagi sama Ais. Ntal kalau ayah benci sama Ais. Tlus yang sayang sama Ais siapa dong? Ais gamau di benci sama ayah..hikss ayaah..." Elfaris membatin terisak. Ia sesekali memandangi lirih sosok ayahnya yang tengah kepanikan dengan mobil pajero sport yang sudah di lajukannya.

"Bisma bisa lebih cepet gak Bis? Aku udah gak kuaat.. Air ketubannya udah keluar banyak. Aku takut Biss.. Ngghh, sakit Bis.."

"I..iya Nda. Sabar sayang sabar. A..aku pasti usahain cepet ko. Kamu sabar yah? Bayi kita pasti gak akan kenapa-napa ko Nda. Percaya sama aku.."

"Nggh, sakiitt.."

Wajah Bisma semakin terlihat panik. Darah segar kini bahkan sudah terlihat mengalir dari betis Franda. Ia cemas. Bahkan sangat-sangat cemas kalau sampai terjadi apa-apa terhadap istri juga calon bayi keduanya.

"Ayah bunda kenapa yah? Kenapa bunda nangis? Bunda sakit yah, ayah.. Pelut bunda kenapa? Ayaah jawab Ais. Ayah bunda kenapa yah? Ayaaah.."

"DIAAMM!!"

"Hiks, ayaah..." air mata Elfaris kembali jatuh membasahi pipinya.
Bisma kembali membentaknya begitu keras.


"Sshh Biss..." suara Franda terdengar parau. Sedetik kemudian ia langsung tak sadarkan diri dan pingsan.

"Franda?! Nda.. Nda bangun.." Bisma mencoba menepuk pelan pipi Franda. Namun tetap saja Franda tidak bangun tak sadarkan diri.

"Aaaaarrgghh!!!" Bisma tampak marah dan emosi. Ia menoleh kebelakang menatap tajam Elfaris.

"SEKALI lagi kamu bikin ayah panik. Ayah akan turunin kamu di jalan!" ancam Bisma membuat Elfaris diam tanpa berani mengeluarkan suara lagi.

"Hiks.. Bundaa.. Hiks, buun.. Ais takut.." suara isakan lirih Elfaris terdengar parau. Air matanya terus mengalir membasahi pipi putihnya.










Bersambung...





@dheana92
@Elfaris_karisma

Perjanjian Cinta #Part53

Malam semakin larut. Tanpa terasa jam dinding yang terdapat di ruangan kamar Franda sudah tepat menunjukkan pukul 23:45 wib.
Sudah cukup malam bahkan tengah malam.
Namun entah kenapa sosok Bisma belum juga pulang hingga saat ini.

"Kamu kemana sih Bis? Kenapa belum pulang juga? Gak biasanya kamu kayak gini.." Franda membatin cemas memikirkan keadaan sang suami. Ia menggenggam smartphone putih miliknya mencoba untuk menghubungi Bisma.

"Tetep gak aktif. Kenapa Bisma gak aktifin handphonnya?
Duhh.. Please Bis kamu jangan bikin aku khawatir.." Franda semakin dibuat gelisah tidak karuan. Pasalnya Bisma belum pernah sekali pun pulang sampai melebihi jam sebelas malam. Namun ini, bahkan sampai hampir jam 12 malam pun ia belum juga pulang.

Franda mendekati jendela kamarnya. Ia membuka sedikit gorden kamarnya melihat kearah luar. Namun tetap saja, sosok Bisma tidak terlihat juga di luar sana.

"Ayah kamu belum juga pulang. Sebenarnya ayah kamu kemana? Bunda khawatir banget sayang, perasaan bunda jadi gak enak.." Franda mengusap perut besarnya,  lagi-lagi hatinya gelisah karna Bisma belum juga pulang.

"Bis, kalau emang kerjaan kamu banyak. Seharusnya kamu kabarin aku. Seenggaknya kamu telfon aku atau kirim pesan singkat buat aku.
Aku gak suka kalau kamu kayak gini. Aku cemas tau Bisma. Aku khawatir sama kamu. Kalau kamu ternyata kenapa-napa gimana?
Atau jangan-jangan kamu kecelakaan? Mobil kamu nabrak, atau jangan-jangan mobil kamu.." tiba-tiba saja fikiran Franda jadi memikirkan hal-hal yang buruk. Air matanya sampai menetes karna terlalu mencemaskan keadaan Bisma.

Franda kembali membuka gorden kamarnya. Ia melihat kearah luar gerbang rumahnya. Berharap kalau mobil suaminya sudah berada disana.

"Enggak. Aku gak boleh berfikir yang macam-macam. Bisma pasti gak papa. Suami aku pasti baik-baik aja. Aku harus tenang. Yah aku harus tenang." Franda mencoba mengatur nafasnya agar lebih  rileks. Semua fikiran buruk yang berkecamuk di kepalanya pun coba ia buang sejauh mungkin.


Franda beranjak keluar dari kamarnya. Ia melangkah menuju ruang kamar Elfaris. Membuka pintu yang terdapat gambar spider-man itu lalu masuk mendekati jagoan kecilnya.

"Ais ternyata udah tidur. Bunda fikir kamu belum tidur sayang.." Franda duduk di samping Elfaris. Ia mengusap pelan puncak kepala Elfaris kemudian di kecupnya lembut.

Selimut tebal bergambar Spider-man yang terdapat di dekat Elfaris itu Franda tarik. Tubuh jagoan kecilnya perlahan Franda selimuti.

"Bobo yang nyenyak sayang. Bunda mau ke bawah dulu. Bunda mau nunggu ayah.
Bunda gak bisa tidur kalau ayah belum datang. Mmuuach, bunda sayang banget sama kamu." Franda kembali mendaratkan satu kecupan lembutnya di kening Elfaris.

Tak lama perempuan cantik yang tengah berbadan dua ini beranjak keluar dari kamar Elfaris. Ia bertekad kalau malam ini tidak akan dulu tidur sebelum Bisma suaminya pulang ke rumah.






**
"Nah.. Akhirnya beres juga kerjaannya. Hufh capek banget.." Bisma menutup laptop di hadapannya saat pekerjaan yang akan ia presentasikan untuk meeting besok pagi selesai.

Pria tampan yang tak lama lagi akan memiliki dua orang anak ini tersenyum begitu lebar. Ia beranjak dari duduknya seraya membereskan laptop serta file-file kerjanya. Rasanya begitu lega bisa menyelesaikan pekerjaannya untuk pagi besok.

"Udah jam satu aja nih. Duh, gak kerasa banget. Perasaan tadi baru jam delapan deh." Bisma melirik jam hitam pemberian Franda yang selalu dipakai di pergelangan kirinya.

Bisma buru-buru merogoh handphonnya. Ia berniat untuk menghubungi Franda sang istri.

"Astaga. Ko handphonnya mati?
Aduhhh Franda bisa marah nih.. Kenapa hapenya bisa mati coba? Ahh lowbat! Pantes aja mati." gerutu Bisma tampak kesal. Ia buru-buru membereskan laptop serta berkas-berkas penting lalu dimasukan kedalam tas kerjanya.

"Mudah-mudahan aja Franda gak berfikiran yang macem-macem.
Maafin aku Nda. Aku terlalu asik sama kerjaan aku.
Aku kerja juga buat kamu sama Ais ko. Mafin aku sayang.." Bisma tampak menyesal. Ia berbegas cepat keluar dari ruang kerjanya.

Meski keadaan kantornya cukup sepi. Namun ada beberapa staf karyawannya yang sepertinya bekerja lembur.






**
Waktu kini menunjukkan pukul 01:30 wib. Yaps sudah jam setengah dua malam. Lebih tepatnya pagi. Dan sosok Franda ternyata sudah terbaring di sofa panjang ruangan tengah rumah mewahnya.

Bisma yang baru saja datang begitu shock mendapati sang istri tertidur pulas di atas sofa. Wajah cantiknya terlihat lelah. Bahkan Franda tertidur tanpa selimut yang menutupi tubuhnya.

"Ya ampun Nda. Maafin aku sayang.. Kamu sampe ketiduran kaya gini disini. Pasti kamu nungguin aku.
Aku bener-bener minta maaf." Bisma tampak menyesal melihat Franda yang ketiduran di sofa. Ia buru-buru menaruh tas kerjanya mendekati Franda yang terlelap.

Bisma melirik perut besar Franda. Ia mengelusnya lalu mengecupnya sekilas. Wajah istrinya itu ikut ia kecup juga.

"Kita pindah ya sayang? Gak baik kamu tidur disini. Nanti badan kamu malah sakit semua." Bisma mencoba mengangkat tubuh Franda untuk di pindahkan ke kamarnya.

Meski berbadan kecil. Namun ternyata ayah kandung dari Elfaris ini mampu mengangkat tubuh Franda yang cukup berat.

"Uhh ternyata ibu hamil itu berat juga ya? Tapi kalo di bangunin aku gak tega.
Semoga kamu gak kebangun Nda. Kamu pasti capek banget nunggu aku pulang." Bisma mulai berjalan menuju kamarnya di lantai atas. Ia sengaja tidak membangunkan Franda karna tidak mau tidur istrinya itu terganggu.




**
Setelah tiba di kamarnya. Bisma langsung membaringkan Franda diatas tempat tidur.
Tubuh perempuan cantik yang tengah berbadan dua itu ia baringkan secara perlahan karna takut Franda terbangun.

"Tidur yang nyenyak ya? Ima sayang banget sama kamu Nda." Bisma kembali mengecup kening Franda. Ia menyelimuti tubuh Franda kemudian dirinya segera melepaskan baju kerja serta sepatu yang masih melekat di tubuhnya.

Tanpa Bisma sadari. Ternyata Franda terusik. Perempuan cantik bermata sipit itu mengerjapkan matanya. Ia melihat dengan samar-samar kalau Bisma tengah melepaskan pakaian kerjanya lalu berjalan menuju kamar mandi.

"Bisma? Kamu udah pulang?" fikirnya seolah tidak percaya akan apa yang ia lihat.

Franda mengucek matanya. Ia melihat sekeliling juga tubuhnya yang kini sudah berada diatas tempat tidur. Sudah dapat di tebak kalau Bisma memang sudah pulang dan memindahkan ia ke dalam kamarnya.

"Ngh, jadi kamu beneran udah pulang? Syukur kalau gak kenapa-napa. Tapi kenapa sampe selarut ini sih? Aku cemas tau Bis.." Franda mencoba beranjak bangun dari posisi tidurnya. Ia merapikan rambutnya yang tergerai lalu mengikatnya. Terdengar disana suara gemercik air. Mungkin Bisma tengah mandi di dalam sana.

"Tumben ayah kamu mandi. Biasanya juga langsung tidur.." Franda terkekeh kecil menatap pintu kamar mandi.

Perempuan cantik yang tengah berbadan dua ini kemudian turun dari tempat tidur.  Ia mencoba membereskan baju-baju kotor Bisma yang tadi Bisma lepaskan dari tubuhnya. Sepatu dan dasi kerja Bisma pun ia rapikan dan di taruh ketempatnya.
Meski keadaan sudah hampir jam 2 pagi. Namun Franda tetap melakukan tugasnya sebagai seorang istri.


"Loh, ko kamu bangun sih bun? Gak usah di beresin. Udah biarin aja. Nanti ayah yang beresin." tiba-tiba terdengar suara Bisma yang keluar dari kamar mandi.

Franda menoleh sekilas dengan menunjukkan senyuman manisnya.

"Gak papa yah, cuma mau naruh ini aja ko. Biar gak berantakan." balas Franda lembut.

Bisma menghela nafasnya. Ia tersenyum melihat sikap istri yang sangat di cintainya ini.

"Maafin ya bun kalau ayah pulangnya terlalu malam.." Bisma berjalan perlahan mendekati Franda.

Franda membalikkan badannya. Ia menatap wajah lelah suaminya itu dalam-dalam. Dapat di lihat disana kalau Bisma sangat kelelahan dan menyesal telah pulang hingga selarut ini.

"Jangan marah dong. Aku beneran gak bermaksud apa-apa. Tadi di kantor kerjaan banyak banget, trus aku juga keasyikan sampai lupa kalau udah larut malem Nda. Makanya pulang telat.." Bisma menunduk sesal.

Bukannya marah. Franda justru malah tersenyum mendengar penjelasan suaminya. Ia menyentuh pipi Bisma dan mengusapnya pelan.

"Tadinya Nda pengen marah. Pengen banget malah marahin kamu. Tapi lihat wajah kamu selelah ini, kayaknya gak tega Nda marahnya." Franda terkekeh kecil menahan tawa.

Bisma meraih lengan halus istrinya itu lalu di kecupnya perlahan.

"Udah malem. Kita tidur aja ya? Kalau mau marah boleh ko. Tapi enggak sekarang, karna sekarang aku ngantuk banget. Aku capek bun.." Bisma menempelkan telapak tangan Franda di bibirnya sebelum ia kecup kembali.

"Siapa juga yang mau marah. Kan tadi Nda udah bilang. Nda gabisa marah karna lihat wajah Imanya lelah kaya gini. Jadi yaudah kalau emang mau tidur. Kita tidur.." jelas Franda tersenyum lebar.

Tanpa menunggu lama. Bisma langsung menangkat tubuh Franda lalu di baringkannya diatas tempat tidur. Meski Franda sedikit menolak karna takut terjatuh. Namun ternyata ia menikmati juga saat di gendong oleh sang suami.

"Kamu lumayan berat juga Nda."

"Ya gimana gak berat, di dalam perut Nda kan ada calon anak kedua kamu."

"Hehe iya yah. Duh sampe lupa sama si kecil.." Bisma terkekeh lalu mencium perut besar Franda.

"Lupa terus. Giliran usahanya aja gak lupa." ledek Franda bergurau.

"Ahaha udah deh gak usah mancing yang lalu-lalu bun."

"Ya abis kamu lupa terus. Jahat banget coba." Franda memajukan bibirnya seraya memainkan rambut Bisma dengan tangan kirinya. Posisi mereka kini tengah berbaring dan saling berhadapan.

Bisma begitu gemas melihat tingkah istrinya ini. Dengan jahilnya ia langsung mengecup bibir Franda sekilas.

"Mmuuach!"

"Issh?!"

"Hehe abis menggoda sih. Siapa suruh pake manyun segala coba?"

"Ih jahil ya kamu. Kaya siapa sih kamu, hem?"

"Kaya siapa ya? Hmm mungkin kaya Ais.. Ahaha"

"Ihh masa kaya Ais? Ada juga Ais yang kaya kamu."

"Hehe tapi tetep sayang kan sama Ima?"

"Ya kalo gak sayang gak mungkinlah aku nikah sama kamu. Malah sampe mau ngasih kamu anak kedua kaya sekarang ini." balas Franda sedikit sewot.

"Ya biasa aja kali bun, namanya juga cuma nanya." cibir Bisma mencubit hidung mancung Franda.

Bukannya marah Bisma mencubitnya. Franda justru malah tersenyum kemudian memeluk tubuh suaminya ini dengan posisi yang masih berbaring.

"Nda sayang banget sama kamu yah. Sayaang banget. Dan sayangnya itu dari hati yang paling dalam." batin Franda memejamkan matanya.

Bisma mengusap puncak kepala Franda. Satu kecupan yang begitu lembut kemudian ia daratkan. Meski perut besar Franda sedikit menghalangi jarak antara tubuh mereka. Namun kebersamaan dan kehangatan seperti ini tetap terjalin mesra.

"Makasih ya sayang karna kamu udah jadi istri terbaik buat aku. Makasih juga buat malaikat kecil yang kamu hadirkan di keluarga ini.
Hidup aku benar-benar bahagia dengan hadirnya kamu dan Elfaris disini. Apalagi gak akan lama anak kedua kita akan lahir.
Aku pasti akan jadi laki-laki yang paling bahagia di dunia ini.
Sekali lagi makasih sayang..
Aku sangat sayang sama kamu. Aku cinta kamu Nda." Bisma menarik kepala Franda kedalam dekapannya. Ia mengecupnya kembali dengan penuh cinta dan kasih sayang membuat Franda terdiam merasakan kenyamanan di dalam pelukan sang suami.

"Aku juga sayang banget sama kamu Bis. Makasih buat kebahagiaan ini. Aku gak pernah nyesel bisa jadi istri dan ibu dari anak-anak kamu. Aku gak pernah nyesel Bis.
Aku justru bahagia. Sangat-sangat bahagia.." Franda tersenyum menyembunyikan wajahnya di daa bidang Bisma. Sepertinya ia begitu nyaman dalam dekapan suaminya tanpa menghiraukan perut besarnya yang sedikit menghalangi.










Bersambung....









@dheana92
@elfaris_karisma

Perjanjian Cinta #Part52

Suasana rumah mewah yang di huni oleh keluarga kecil Bisma ini tampak cukup sepi. Setelah Bisma dan Elfaris berangkat untuk beraktifitas, Franda memang ditinggal sendirian disana. Ditambah perempuan yang semalam tak sengaja Bisma tabrak sudah berpamitan untuk pergi.

Kini Franda rupanya tengah berada diruang belakang rumahnya. Ia tengah menikmati buah-buahan yang tadi pagi sengaja dibawakan oleh Dicky untuknya.
Ia terlihat sangat menyukai buah-buahan tersebut seraya asik mengunyah dan menikmati indahnya pemandangan diarea belakang rumahnya.


"Dicky tuh lucu juga. Masa tadi dia bilang suka sama aku?
Dasar cowok aneh. Kalau Bisma tau, bisa-bisa langsung salah faham dia." Franda terkekeh kecil mengingat ucapan Dicky tadi.

Perempuan cantik yang tengah berbadan dua itu tak henti memancarkan senyuman. Ia sesekali melihat jam dilengan kirinya. Rupanya sudah pukul 11:00 siang. Sebentar lagi pasti jagoan kecilnya pulang dari sekolah.

"Ko Bisma tumben ga nelfon aku?
Ayah kamu kenapa ya sayang? Apa dia lagi sibuk?" Franda tampak berfikir bingung. Ia beranjak dari tempat duduknya seraya mengusap-usap perut besarnya.

Perempuan cantik yang tak lama lagi akan melahirkan bayi keduanya itu bergegas masuk kedalam rumahnya. Mungkin karna Bisma belum juga menelfonnya seperti hari-hari biasa. Makanya Franda memutuskan untuk menghubungi Bisma lebih dahulu agar tahu keadaan suaminya.

"Harusnya sekarang itu ayah sama kakak kamu udah pulangn Biasanya ayah kamu suka nelfon kalo lagi di jalan, tapi kenapa sekarang enggak yah?" Franda kembali heran. Ia seolah tengah berbicara dengan bayi yang masih berada dalam perutnya. Rasa cemas dan khawatir mulai muncul. Seharusnya Bisma sudah pulang menjemput Elfaris. Tapi saat ini mereka justru belum juga menampakkan batang hidungnya.







Sementara itu...



Bisma rupanya tengah kedatangan seorang tamu diruang kerjanya.
Tamu yang sama sekali tidak pernah Bisma duga, bahkan Bisma tidak menyangka akan kedatangan  tamunya ini.


"Kalau kedatangan kamu hanya untuk mengancam saya. Lebih baik kamu keluar dari ruangan kerja saya sekarang juga." tegasnya tiba-tiba saja emosi.

Perempuan berpenampilan cukup modis ini hanya tersenyum menyeringai. Ia duduk di sofa panjang yang terdapat diruangan kerja Direktur Utama sekaligus pemilik perusahaan besar ini.

"Saya gak punya waktu untuk berlama-lama disini dengan kamu.
Saya harus menjemput anak saya disekolah. Jadi silahkan anda keluar." Bisma beranjak dari kursinya. Ia membukakan pintu mempersilahkan tamunya itu agar keluar sebelum emosinya meluap.

"Ada apa dengan kamu Bis?
Kenapa harus terburu-buru?
Bukannya kita bisa berbincang sebentar, hem?" perempuan yang ternyata Nadin Cestara atau Nadin ini sengaja menutup pintu ruangan kerja Bisma aga bisa berbicara lebih lama lagi dengan Bisma.

Bisma menghela nafasnya jengkel. Ia sebenarnya sangat tidak suka kepada Nadin. Apalagi Bisma sedikit bisa menebak akan kedatangan Nadin yang cukup mengganggu ini.

"Oke. Sekarang kamu gak perlu bertele-tele lagi. Silahkan jelaskan apa maksud dan tujuan kamu datang kesini.
Saya tidak punya waktu banyak. Jadi saya harap kamu segera to the point akan maksud kamu kesini." jelas Bisma mencoba mengalah agar Nadin segera keluar dari ruang kerjanya.

"Kenapa wajah kamu jadi tegang seperti itu Bis?
Apa kamu takut, hem?" Nadin tersenyum geli melihat ekspresi wajah Bisma yang memang sangat tegang.

"Gak perlu mengalihkan pembicaraan. Mending sekarang kamu cepetan ngomong.
Aku gak punya banyak waktu karna harus jemput anak aku." tegas Bisma kesal.

Nadin hanya terkekeh kecil. Sebenarnya ia tidak ingin berbuat jahat terhadap Bisma. Hanya saja Bisma terlalu berfikiran negatif padanya.

"Anak kamu Elfaris itu kan?
Hemm dia bersekolah di satu sekolah yang sama dengan Rayan saudaranya."

"Heh! Jangan ngarang cerita kamu.
Elfaris itu tidak memiliki saudara. Adik kandungnya saja belum lahir. Jadi tidak mungkin dia memiliki saudara yang seumuran dengannya!" sentak Bisma tiba-tiba.

"Hahaa.. Bisma-Bisma. Apa kamu sudah lupa dengan Rayan?"

"Gak perlu ngarang cerita Nadin. Kita gak pernah ngelakuin apa-apa. Dan aku masih sangat ingat jelas kalau KITA gak pernah ngelakuin apapun. Apalagi kalau kamu sampai berfikiran Rayan ada hubungannya dengan aku.
Itu salah besar!" tegas Bisma semakin emosi.

Nadin hanya tersenyum melebar melihat ekspresi wajah Bisma yang seperti ketakutan sendiri. Padahal ia memang tau kalau Rayan adalah putra kandungnya bersama Reza. Nadin hanya ingin mengajak Bisma bercanda gurau saja. Hanya Bisma terlalu berprasangka buruk padanya.

"Tapi kalau seandainya aku bicara sama istri kamu kalau Rayan anak kamu gimana?" goda Nadin.

Bisma tersentak. Kedua bola matanya melotot kaget mendengar Nadin berbicara seperti itu.

"Hahaa itu kan hanya baru seandainya Bisma. Kamu gak perlu se-kaget itu.
Aku gak akan mengarang cerita atau pun berbicara macam-macam sama istri kamu.
Asalkan kamu mau bantu aku untuk mengambil hak asuk Rayan dari Papinya.
Aku janji gak akan bicara apapun pada istri kamu apalagi mengganggu rumah tangga kalian." jelas Nadin dengan tawa khasnya.

Bisma menoleh memandang Nadin bingung.

"Sebenarnya mau kamu apa?"

"Aku hanya ingin minta tolong sama kamu.
Kamu bisa kan bantu aku?" pinta Nadin memohon.

Bisma tampak berfikir ragu.

"Aku bukan perempuan jahat Bisma. Kamu sudah mengenal aku cukup lama.
Aku cuma ingin anak aku.
Aku ingin kamu bantu aku untuk ngancurin Reza dan ambil hak asuh Rayan agar jatuh ketangan aku.
Aku gak bisa jauh dari Rayan Bis.
Semenjak Reza menceraikan aku. Reza gak pernah sedikit pun membiarkan aku bertemu Rayan.
Dia laki-laki baj*ngan.
Aku sangat benci sama dia Bis.
Aku mohon kamu bantu aku.
Aku janji gak akan ganggu rumah tangga kamu. Aku cuma ingin minta tolong. Tolong aku Bis.
Aku gak punya siapa-siapa disini selain Rayan. Aku yakin cuma kamu yang bisa bantu aku. Aku mohon.." pinta Nadin lirih. Air matanya sampai keluar saat menjelaskan maksud dan tujuannya datang ke kantor Bisma.

Bisma mencoba mencerna setiap perkataan Nadin. Ia memang dapat menilai kalau Nadin bukan perempuan jahat atau pun ular berkepala dua.
Hatinya pun mulai luluh saat mendengar cerita Nadin yang sudah lama tidak bertemu dengan Rayan buah hatinya.

"Kalau kamu memang gak punya niat buruk untuk keluargaku.
Aku akan coba bantu kamu.
Tapi sekarang aku harus jemput Elfaris anakku. Dia pasti sudah nunggu aku di sekolahnya." ujar Bisma yang akhirnya setuju untuk membantu Nadin.

"Makasih Bis. Aku janji aku gak akan berbuat macam-macam.
Aku cuma mau kamu bantu aku. Gak lebih. Sekali lagi terimakasih."

"Iya sama-sama. Yasudah sekarang kamu pulang. Besok kita bisa bicarakan ini lagi."

"I..iya. Sekali lagi terimakasih Bisma."

Bisma mengangguk kecil diiringi senyum.
Tak lama ia pun keluar diikuti Nadin yang keluar juga meninggalkan ruangan kerjanya.

"Semoga kamu gak macam-macam.
Kamu memang bukan perempuan jahat. Tapi aku sangat ingat kalau kamu itu perempuan yang cukup nekat." harap Bisma dalam hati.








**
"Udah dong jangan ngambek terus. Ayah kan udah minta maaf. Masa Ais gak mau maafin ayah?"

"Tapi ayah jaat! Ayah telat jemput Ais. Ayah jemputnya lama. Ais kan takut yah, Ais sendilian tadi. Ayah kemana aja sih? Byasanya juga gapelnah telat." Elfaris melipat kedua tangannya didada. Bibirnya ia kerucutkan dengan gaya marahnya yang lucu.

"Tadi di kantor kerjaan ayah banyak banget. Ayah gak bisa selesaikan cepat-cepat. Makanya ayah agak telat jemput Ais karna harus selesaikan kerjaan ayah dulu.
Ais harus ngerti dong. Kan ayah kerja juga buat Ais. Buat bunda, sama buat dede yang ada diperut bunda." ujar Bisma mencoba menjelaskan.

Elfaris diam tidak bersuara. Ia hanya memandangi jalanan lewat kaca jendela mobil yang dinaikinya.

"Mulai deh ngambek lagi. Persis banget kaya kamu bun kalo lagi ngambek." Bisma menatap lucu jagoan kecilnya.

Tak ingin menunggu lama. Bisma sedikit menambah kecepatan laju mobilnya agar bisa cepat sampai dirumah dan bertemu dengan Franda sang istri.

"Perasaan baru tadi pagi aku ketemu kamu bun. Malah sempet dapet morning kiss juga. Tapi kenapa cepet kangen yah?" Bisma tidak habis fikir akan perasaannya.

Bayangan wajah Franda terus saja terngiang dibenaknya. Rasa sayangnya itu semakin hari semakin bertambah. Bahkan dalam hitungan menit, detik pun rasa sayang itu semakin bertambah besar.

"Aku mungkin harus minta izin dulu sama Franda soal membantu Nadin. Aku gak mau kalau nanti Franda jadi salah faham saat lihat kedekatan aku sama Nadin.
Aku pasti akan cerita sama dia.
Aku udah janji sama diri aku sendiri untuk gak nyembunyiin apapun dari Franda. Jadi aku harus cerita tentang Nadin yang ingin meminta tolong sama aku. Ya itu harus." batin Bisma yakin. Sosoknya yang dulu selalu semau gue ini justru sekarang sangat dewasa. Ia tidak ingin menyakiti istrinya seperti saat dulu yang selalu saja ribut terus menerus.
Bisma yang dulu benar-benar berbeda dengan yang saat ini.






**
Setelah menjemput Elfaris dan mengantarnya pulang. Bisma tidak ikut pulang karna pekerjaannya di kantor masih sangat banyak.
Ia bahkan tidak masuk dulu kedalam rumahnya. Mungkin ia memang harus profesional akan pekerjaannya yang sebagai pemilik beberapa perusahaan besar ini.

"Maaf bun ayah gak mampir dulu, kerjaan di kantor banyak banget. Nanti ayah usahain pulang cepet deh. Masakin makanan yang enak yah?
Love you bun, mmmuuuach."

Bisma mengirimi Franda pesan singkat sebelum mobilnya kembali ia lajukan. Franda yang mengerti pun hanya tersenyum membaca pesan singkat dari suaminya.

"Gak papa yah. Bunda ngerti ko. Nanti bunda masakin makanan yang enak. Cepet pulang ya? Nda kangen. Mmuaach love you to."

Franda membalas pesan dari Bisma. Wajahnya sangat berseri saat membalas pesan singkat dari suaminya itu.
Sekarang kedua pasangan ini memang benar-benar sangat mengerti satu sama lain. Tidak ada keegoisan lagi. Tidak  ada ingin menang sendiri lagi. Keduanya selalu berusaha saling memahami satu sama lain.


"Bunda ko malah senyum-senyum sendili?
Ais lapel bun. Pelut Ais bunyi telus dali tadi. Ais pingin makan bunda." tiba-tiba ucapan lucu bocah tampan ini membuyarkan lamunan Franda.

"Engh, i..iya sayang. Y..yaudah kita masuk yuk?  Bunda udah siapin makanan buat Ais." ajak Franda lembut.

"Yeyeee gitu dong bunda. Coba bunda bilangnya dali tadi.
Bunda masakin ayam goleng klispy lagi kan?"

"Iya bunda masakin ayam goreng krispy ko. Ayo kita masuk?"

"Ayo bun. Ais dadi gasabal nih. Ayam goleng klispy buatan bunda pasti enak."

"Iya dong. Apalagi bunda buatnya special untuk Ais."

"Yeyee blati tambah enak ya bunda kalo special?"

"Tentu sayang.."

Franda begitu tampak bahagia melihat ekspresi riang putra kecilnya. Ia tidak menyangka bisa memiliki putra selucu dan sepintar Elfaris. Apalagi saat mengingat kandungannya yang tak lama lagi akan lahir buah hati kedua. Franda benar-benar sudah tidaj sabar menantikan bayi keduanya.

"Kakak kamu lucu banget sayang. Tingkahnya hampir seratus persen kaya ayah kamu.
Kadang gak bisa diem, kadang cerewet, kadang juga antusias.
Mudah-mudahan kamu nanti perempuan yah? Biar bunda ada temennya dirumah ini.
Cepet lahir sayang, bunda udah gak sabar nunggu kelahiran kamu." Franda membatin mengusapi perut besarnya. Ia berjalan masuk mengikuti langkah Elfaris putra kecilnya dengan raut wajah yang tak henti memancarkan senyum kebahagiaan.








Bersambung....


@dheana92
@Elfaris_Karisma