Senin, 18 November 2013

Terpaksa BUKAN Cinta II "Maafkan Aku" #Part 31

Malam kian lama mulai berlarut.
Namun sosok bocah tampan yang telah merayakan pesta ulang tahun pertamanya siang tadi ternyata masih terlihat aktif.
Ia terus merangkak kesana-kemari diatas tempat tidur berukuran cukup besar milik orang tuanya. Bisma sendiri sampai kewalahan mengurusi jagoan kecilnya itu. Sedangkan Dhira justru malah terkekeh karna aksi Raza itu bisa sedikit menghentikan rengekan Bisma yang mengajaknya untuk memberi Raza adik sejak kemarin.


"Aduuh ayo bobo doong.. Masa dari tadi Raza gak mau bobo sih? Ini udah malam loh sayang, masa Raza belum ngantuk juga hem?" Bisma menangkap tubuh mungil jagoan kecilnya yang tidak bisa diam itu. Memangkunya lalu membaringkannya diatas tempat tidur.

"Uhh Zaza iyah uhh.." Raza malah menunjukkan jari telunjuknya yang dililit sebuah perekat luka kearah Bisma.

"Kenapa hem? Cakit yah? Makanya anak ayah jangan nakal.. Masa lilin disuruh ditiup malah dipegang, yaudah jadinya sakit.." ujar Bisma seraya mendekatkan wajahnya menatap wajah Raza.

"Ya namanya juga anak-anak.. Kan Raza belum ngerti Bis.." tiba-tiba Bisma dan Raza menoleh kearah Dhira. Sosok perempuan cantik itu kemudian ikut duduk disamping Bisma.

"Mbuun.. Zaza uhhh mbuunn!!" Raza kembali merangkak seraya mengacungkan jari telunjuk sebelah kanannya. Menunjukkannya pada Dhira kalau jarinya sakit dan sedikit terluka.

Dhira tertawa kecil. Tingkah manja Raza membuatnya terkekeh. Dhira meraih tubuh Raza. Memangkunya dan memegang tangan mungil buah hatinya itu.

"Mana yang cakit cayang? Ini cakit yah? Cini cama bunda. Uhhh kacian jagoannya bunda cup-cuppp.." Dhira meniup-niup kecil jemari Raza. Ucapannya seperti anak kecil. Bisma sampai tersenyum melihat aksi istrinya itu.

"Uhh Zaza mbuun.. Ihh uhhh Zaza.." bibir Raza ia majukan kedepan seraya ikut meniup-niup kecil jari tenunjuknya.

"Ini sakit ya cayang? Uuhh jagoan bunda kaciaann.." Dhira mengelus jari telunjuk Raza lalu mengecupnya sekilas.

"Huu manja huuu.. Dasar manja.." ledek Bisma tiba-tiba. Ia membaringkan tubuhnya dan menaruh kepalanya dipangkuan Dhira.

Sekilas Raza langsung menoleh kesal mendengar ayahnya yang menyebutnya manja itu.

"Apa? Mau marah hem? Raza kan emang manja. Lagian bunda itu punya ayah, jadi Raza jangan deket-deket bunda. Cana aja gih cama eyang. Bunda kan punya ayah.." Bisma kembali meledek. Ia bahkan menjauhkan tangan Dhira agar tidak menyentuh Raza lagi. Kedua tangannya kemudian memeluk pinggang Dhira. Membuat bayi tampan itu diam dan menunduk.

"Mmbunn.." suara Raza terdengar pelan dan lirih. Ia mengangkat kepalanya menoleh menatap Bisma.

"Apa? Mau nangis? Huu cengeng.. Masa gitu aja nangis? Cengeng.. Sana aja sama eyang gih. Bundanya mau sama ayah, bunda kan punya ayah, bukan punya Raza, wle':p" lagi-lagi Bisma menggoda buah hatinya itu. Tingkahnya seperti anak kecil. Ia bahkan sampai menjulurkan lidahnya membuat Dhira terkekeh melihat aksi suaminya itu.

Raza kembali diam. Ia menunduk dan membuang wajahnya tanpa mau melihat Bisma lagi.

"Udah ih Bis, kasian tau. Nanti nangis lagi.." ujar Dhira kemudian mencoba mendekati Raza meski agak sulit bergerak karna kepala Bisma masih berada dipangkuannya.

"Udah biarin aja Ra, aku pengen lihat dia nangis. Lagian nakal sih, disuruh tidur aja susah banget. Kan bisa gagal bikin adiknya kalau dia belum tidur juga.." Bisma berbicara ngaco dengan senyuman genitnya.

"Apaan sih? Jangan mulai deh. Udah tidur aja duluan kalau emang udah ngantuk. Yang pasti aku gak mau disentuh sama kamu kalau Raza masih tidur. Kalau dia lihat kan bahaya.." ketus Dhira kemudian menyingkirkan kepala Bisma dari pangkuannya. Beralih menghampiri Raza dan mendekati jagoan kecilnya yang tengah ngambek itu(?).

"Bobo cama bunda yuk?
Ayah nya gak usah didengerin. Bunda punya Raza ko, yuk bobo sayang?" bujuk Dhira lembut. Ia kemudian mengangkat tubuh Raza ketengah tempat tidur dan membaringkannya.

"Mbun Zaza!" tiba-tiba Raza langsung membalikkan tubuhnya membelakangi Dhira. Ia sepertinya benar-benar marah. Padahal Dhira baru saja hendak ikut berbaring dan membuka kancing bajunya untuk menyusui buah hatinya itu.

"Yaah kayaknya dia beneran marah deh bun, yaudah kalau gitu ayah aja yang minum asi bundanya. Gimana?" celetuk Bisma tiba-tiba. Bibirnya tersenyum nakal dengan sebelah alis yang ia naik turunkan melihat kancing baju Dhira yang sudah sedikit terbuka.

"Gak usah macem-macem deh! Raza tidur dulu, baru kamu boleh macem-macem!" ketus Dhira galak. Bisma hanya menahan tawa seraya menggaruk belakang kepalanya.

"Namanya juga usaha Ra, galak amat sih.." Bisma meniup telinga Dhira membuat perempuan cantik itu bergidik geli, alhasil satu cubitan yang cukup kencang Bisma rasakan diperutnya.

"Aaaaa iya-iya nunggu Raza tidur dulu... Aduuh sakit tau Ra, beneran ih kamu nyubitnya. Aku cubit balik loh nanti, aku gigit malah" ancam Bisma ngasal. Ia kemudian membalikkan tubuhnya membelakangi Dhira. Membiarkan istrinya itu untuk memberikan asi-nya pada Raza agar cepat tidur.

"Mimi dulu ya sayang yah? Udah malam, Raza harus bobo. Nanti ayah marah loh nak.." Dhira menarik tubuh mungil Raza agar mendekat dengan tubuhnya. Memberikan Asi-nya, hingga dengan segera Raza menghisap Asi bundanya itu.

"Kalau Raza udah tidur bangunin aku ya Ra, aku males kalau harus nungguin dia ngelepasin Asi kamu. Bisa sejam lebih yang ada. Tau sendiri kan kalau Raza udah mimi asi kamu, dia tuh kayak takut aku ambil asi-nya. Hihh bener-bener tuh bocah.."

Dhira terkekeh mendengar ucapan Bisma. Bibirnya tersenyum menahan tawa. Sejenak suasana pun menjadi sunyi karna Bisma malah tidur lebih dulu darinya.

"Kalau udah gini kan aman. Mending bunda gak usah bangunin ayah kamu aja sekalian.. Hihi.. Bobo ya sayang, mmuach. Bunda sayang banget sama kamu nak.." Dhira mengecup lembut kening Raza. Kedua bola matanya kemudian ia pejamkan meski asi-nya masih terus Raza hisap dengan kuat.

Hingga akhirnya semua malah tertidur pulas. Raza begitu nyenyaknya tidur disamping Dhira dengan menenggelamkan wajahnya diperut Dhira. Begitu pun dengan Dhira yang terlelap disamping Raza. Sedangkan Bisma sendiri malah asik memeluk guling yang mungkin ia kira itu adalah tubuh Dhira istrinya. Dia sangat lelap. Wajahnya terlihat sangat polos kalau sudah dalam keadaan tertidur seperti ini.




Esok Paginya..



"Hoaaam.. Engh~ udah pagi ternyata. Perasaan ko cepet banget pagi yah? Padahal kaaan..." tiba-tiba Bisma menggantungkan kalimat yang sudah diujung lidahnya itu.

Bisma menoleh memandang sekelilingnya. Sebuah senyuman kecil dengan raut wajah polos tanpa dosa ia lihat berada didekatnya. Menatapnya senang dengan ekspresi riang menunjukkan deretan gigi putih yang baru hanya tumbuh empat itu.

"R..Raza?" Bisma tampak berpikir polos. Ia seperti orang linglung, mungkin efek karna bangun tidur.

"Ihihii..." Raza malah tertawa kecil melihat ekspresi lucu sang ayah.

"K..ko Raza ada disini sih? T..terus Dhira mana?..
K..kenapa matahari udah muncul? Perasaan tadi yang muncul itu bulan deh.. Tapi inii..." Bisma rupanya masih dalam keadaan setengah sadar. Ia seperti yang habis kejedot pintu dan jatuh dari atas monas. Daya ingatnya menjadi lemah dan cukup lola(?).

"Iyah! Iyah! Mbunn uhhh yah. Mbun uhh!!" tiba-tiba Raza menarik baju Bisma seraya menunjuk pintu kamar mandi.

Bisma menoleh. Menatap dengan ekspresi bingung seperti orang linglung.
Ia memandang wajah Raza lalu beralih menatap pintu kamar mandi, jendela kamarnya, lalu menatap wajah Raza lagi. Pintu kamar mandi-jendela-wajah Raza.
Pintu kamar mandi-wajah Raza- Jendela-wajah Raza.



"Aaaaaa!! Dhiraaaaaa!!! Jadi ini beneran udah siaaaang? Aaaaaaaaa!!!!" tiba-tiba saja Bisma langsung berteriak histeris seperti orang kerasukan. Kedua bola matanya melotot kaget karna rupanya ia baru menyadari kalau ini adalah pagi hari, dan malam sudah berlalu dilewatinya.
Berarti acaranya semalam menjadi gagal lagi karna Dhira tidak membangunkannya.

Bisma beranjak turun dari atas tempat tidurnya. Ia buru-buru mencari sosok Dhira karna sudah membiarkannya tertidur pulas semalaman. Mungkin Dhira akan mendapat amukan dahsyat dari Bisma karna keinginannya semalam jadi tidak bisa terlaksana lagi.
Ia bahkan sampai membiarkan bayi tampannya cengo membuka mulut akibat kaget akan teriakannya tadi.

"Hiks.. Mbuunnnnn.. Hiks-hiks mbuunnn Zazaaa mbuunnn..." tak lama terdengar isak tangis Raza. Yah bayi tampan itu akhirnya menangis. Mungkin karna kaget dan karna Bisma yang berlalu meninggalkannya begitu saja.




**
"Isssh iya-iya! Yaudah aku minta maaf. Semalam akunya juga ketiduran. Lagian kamu udah tidur, jadi aku gak tega buat banguninnya.."

"Aahh alesan! Bilang aja gak mau, iya kan?"

"E..engak. Enggak gitu Bis. Aku tuh beneran ketiduran tau. Aku juga lupa. Makanya aku gak bangunin kamu."

"Aku gak percaya! Bilang aja kalau emang gak mau aku sentuh."

"Isssh.. Gak percayaan banget sih, yaudah terserah! Aku mau pake baju, awas sana!" ketus Dhira kesal. Ia mendorong tubuh Bisma dan segera membuka pintu lemari bajunya.

"Udah gak usah pake baju!
Kalo kamu emang beneran gak bohong, berati kamu harus bayar hutang kamu yang semalam itu sekarang. Gimana?" Bisma menaik turunkan sebelah alisnya.

Kedua bola mata Dhira melotot kaget. Entah Bisma kerasukan setan apa hingga begitu ingin sekali menyentuh dirinya.

"Diam berati mau. Dan kalau mau, berati aku juga gak usah pake baju.." Bisma berjalan maju mendekati Dhira. Ia membuka kaos putih yang dikenakannya dan melemparnya begitu saja kesembarang tempat.

"Biss, ini masih pagi. Kalau kamu nekat, aku bisa teriak loh.." Dhira berujar gugup. Ia berjalan mundur menjauhi Bisma. Hingga akhirnya tubuhnya terpojokkan disudut ruangan kamarnya itu.

"Gimana? Masih mau teriak nyonya Karisma?" bibir Bisma tersenyum lebar. Sepertinya ia menang akan aksinya ini.

"Biss please jangan sekarang..
Ini masih pagi tau, kamu harus kenal waktu dong, lagian kan masih bisa nan..."

"Aku gak mau.." tiba-tiba Bisma langsung mendorong tubuh Dhira ketembok. Menyumpal bibir Dhira dengan bibirnya agar perempuan cantik itu berhenti berceloteh.

"Emmh! Biss.." Dhira mencoba mendorong tubuh Bisma agar menjauh darinya. Melepaskan tautan bibirnya dan menghentikan aksi gilanya itu.
Namun ternyata tenaga Dhira tak sebesar tenaga Bisma. Jadi Dhira hanya bisa pasrah akan apa yang dilakukan oleh suaminya itu.


"Hemmm Bagusss!! Jadi kayak gini yah?
Anaknya nangis juga bapaknya malah asik-asikan disini!
Gak kenal waktu banget kamu! Atau memang tidak tahu waktu hem?
Ini masih pagi Bisma, masih PA-GI!!"

Tiba-tiba Dhira langsung mendorong cepat tubuh Bisma dan mengakhiri ciuman maut Bisma yang berhasil membuatnya tak berkutik selama beberapa detik itu.
Suara om Landry yang membuatnya kaget. Sosok lelaki bertubuh kekar itu datang seraya menggendong Raza jagoan kecilnya.

"P..papah..?" Dhira terlihat sangat gugup. Bisma hanya diam. Ia bingung harus berbicara apa. Belakang kepalanya ia garuk asal, bibirnya sesekali tersenyum karna malu.

"Lain KALI. kalau mau romantisan sama isrti itu PINTU ditutup, kunci yang rapat, kalau perlu kamu GEMBOK. Jadi papah atau siapapun gak bisa lihat dan ganggu kamu. Termasuk juga Raza!" jelas om Landry menasehati dengan ekspresi wajahnya yang terlihat lucu karna ia juga menahan tawa melihat wajah Bisma.

"P..papah apa sih pah.." Bisma masih saja menggaruk kepalanya. Entah gatal atau apa. Tapi itu caranya menyembunyikan rasa malu karna bersalah juga akan aksinya yang konyol itu.

"Ahaha. Sudah ah, kita keluar aja yuk sayang? Biarin ayah kamu sama bunda. Biar dia kasih kamu adik. Sekarang Raza sama eyang. Kita kekamar eyang sekalian bukain kado-kado kemarin. Yuk sayang?.." om Landry terkekeh geli. Ia kemudian berlalu mengajak Raza keluar dari kamar meninggalkan kedua orang tuanya yang sempat diganggunya itu.

"Iyah yang.. Iyah uhh Zaza uhh!!" Raza mengangguk mantap tanda setuju. Om Landry kemudian mengacungkan ibu jarinya cukup tinggi dan diarahnya pada Bisma sebelum akhirnya ia benar-benar keluar dari kamar Bisma.

"Ra, kayaknya papah ngedukung deh.." Bisma menyenggol pelan lengan Dhira.

"Aku MAU pake baju!!" ketus Dhira yang langsung meraih bajunya yang sempat ia ambil dilemari tadi. Lalu masuk kembali kekamar mandi.

"Haha gitu aja marah.. Galak amat sih?
Hmm yaudah besok kita liburan aja yah? Kita Ke Bali atau ke Puncak, Korea, Paris atau Cimahi sekalipun. Yang penting kita bisa berdua, tapi gak usah ajak Raza. Gimana sayang? Setuju kan?.." Bisma sedikit berteriak. Ia menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur. Bibirnya tak henti tersenyum. Langit-langit kamarnya pun ia tatap. Meski tidak ada jawaban dari Dhira. Tapi Bisma yakin kalau Dhira pasti mau diajak jalan-jalan keluar kota atau Luar negri sekalipun.






Bersambung..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p