Malam kian lama mulai berlarut.
Namun sosok bocah tampan yang telah merayakan pesta ulang tahun pertamanya siang tadi ternyata masih terlihat aktif.
Ia terus merangkak kesana-kemari diatas tempat tidur berukuran cukup
besar milik orang tuanya. Bisma sendiri sampai kewalahan mengurusi
jagoan kecilnya itu. Sedangkan Dhira justru malah terkekeh karna aksi
Raza itu bisa sedikit menghentikan rengekan Bisma yang mengajaknya untuk
memberi Raza adik sejak kemarin.
"Aduuh ayo bobo doong.. Masa dari tadi Raza gak mau bobo sih? Ini
udah malam loh sayang, masa Raza belum ngantuk juga hem?" Bisma
menangkap tubuh mungil jagoan kecilnya yang tidak bisa diam itu.
Memangkunya lalu membaringkannya diatas tempat tidur.
"Uhh Zaza iyah uhh.." Raza malah menunjukkan jari telunjuknya yang dililit sebuah perekat luka kearah Bisma.
"Kenapa hem? Cakit yah? Makanya anak ayah jangan nakal.. Masa lilin
disuruh ditiup malah dipegang, yaudah jadinya sakit.." ujar Bisma seraya
mendekatkan wajahnya menatap wajah Raza.
"Ya namanya juga anak-anak.. Kan Raza belum ngerti Bis.." tiba-tiba
Bisma dan Raza menoleh kearah Dhira. Sosok perempuan cantik itu kemudian
ikut duduk disamping Bisma.
"Mbuun.. Zaza uhhh mbuunn!!" Raza kembali merangkak seraya
mengacungkan jari telunjuk sebelah kanannya. Menunjukkannya pada Dhira
kalau jarinya sakit dan sedikit terluka.
Dhira tertawa kecil. Tingkah manja Raza membuatnya terkekeh. Dhira
meraih tubuh Raza. Memangkunya dan memegang tangan mungil buah hatinya
itu.
"Mana yang cakit cayang? Ini cakit yah? Cini cama bunda. Uhhh kacian
jagoannya bunda cup-cuppp.." Dhira meniup-niup kecil jemari Raza.
Ucapannya seperti anak kecil. Bisma sampai tersenyum melihat aksi
istrinya itu.
"Uhh Zaza mbuun.. Ihh uhhh Zaza.." bibir Raza ia majukan kedepan seraya ikut meniup-niup kecil jari tenunjuknya.
"Ini sakit ya cayang? Uuhh jagoan bunda kaciaann.." Dhira mengelus jari telunjuk Raza lalu mengecupnya sekilas.
"Huu manja huuu.. Dasar manja.." ledek Bisma tiba-tiba. Ia membaringkan tubuhnya dan menaruh kepalanya dipangkuan Dhira.
Sekilas Raza langsung menoleh kesal mendengar ayahnya yang menyebutnya manja itu.
"Apa? Mau marah hem? Raza kan emang manja. Lagian bunda itu punya
ayah, jadi Raza jangan deket-deket bunda. Cana aja gih cama eyang. Bunda
kan punya ayah.." Bisma kembali meledek. Ia bahkan menjauhkan tangan
Dhira agar tidak menyentuh Raza lagi. Kedua tangannya kemudian memeluk
pinggang Dhira. Membuat bayi tampan itu diam dan menunduk.
"Mmbunn.." suara Raza terdengar pelan dan lirih. Ia mengangkat kepalanya menoleh menatap Bisma.
"Apa? Mau nangis? Huu cengeng.. Masa gitu aja nangis? Cengeng.. Sana
aja sama eyang gih. Bundanya mau sama ayah, bunda kan punya ayah, bukan
punya Raza, wle':p" lagi-lagi Bisma menggoda buah hatinya itu.
Tingkahnya seperti anak kecil. Ia bahkan sampai menjulurkan lidahnya
membuat Dhira terkekeh melihat aksi suaminya itu.
Raza kembali diam. Ia menunduk dan membuang wajahnya tanpa mau melihat Bisma lagi.
"Udah ih Bis, kasian tau. Nanti nangis lagi.." ujar Dhira kemudian
mencoba mendekati Raza meski agak sulit bergerak karna kepala Bisma
masih berada dipangkuannya.
"Udah biarin aja Ra, aku pengen lihat dia nangis. Lagian nakal sih,
disuruh tidur aja susah banget. Kan bisa gagal bikin adiknya kalau dia
belum tidur juga.." Bisma berbicara ngaco dengan senyuman genitnya.
"Apaan sih? Jangan mulai deh. Udah tidur aja duluan kalau emang udah
ngantuk. Yang pasti aku gak mau disentuh sama kamu kalau Raza masih
tidur. Kalau dia lihat kan bahaya.." ketus Dhira kemudian menyingkirkan
kepala Bisma dari pangkuannya. Beralih menghampiri Raza dan mendekati
jagoan kecilnya yang tengah ngambek itu(?).
"Bobo cama bunda yuk?
Ayah nya gak usah didengerin. Bunda punya Raza ko, yuk bobo sayang?"
bujuk Dhira lembut. Ia kemudian mengangkat tubuh Raza ketengah tempat
tidur dan membaringkannya.
"Mbun Zaza!" tiba-tiba Raza langsung membalikkan tubuhnya
membelakangi Dhira. Ia sepertinya benar-benar marah. Padahal Dhira baru
saja hendak ikut berbaring dan membuka kancing bajunya untuk menyusui
buah hatinya itu.
"Yaah kayaknya dia beneran marah deh bun, yaudah kalau gitu ayah aja
yang minum asi bundanya. Gimana?" celetuk Bisma tiba-tiba. Bibirnya
tersenyum nakal dengan sebelah alis yang ia naik turunkan melihat
kancing baju Dhira yang sudah sedikit terbuka.
"Gak usah macem-macem deh! Raza tidur dulu, baru kamu boleh
macem-macem!" ketus Dhira galak. Bisma hanya menahan tawa seraya
menggaruk belakang kepalanya.
"Namanya juga usaha Ra, galak amat sih.." Bisma meniup telinga Dhira
membuat perempuan cantik itu bergidik geli, alhasil satu cubitan yang
cukup kencang Bisma rasakan diperutnya.
"Aaaaa iya-iya nunggu Raza tidur dulu... Aduuh sakit tau Ra, beneran
ih kamu nyubitnya. Aku cubit balik loh nanti, aku gigit malah" ancam
Bisma ngasal. Ia kemudian membalikkan tubuhnya membelakangi Dhira.
Membiarkan istrinya itu untuk memberikan asi-nya pada Raza agar cepat
tidur.
"Mimi dulu ya sayang yah? Udah malam, Raza harus bobo. Nanti ayah
marah loh nak.." Dhira menarik tubuh mungil Raza agar mendekat dengan
tubuhnya. Memberikan Asi-nya, hingga dengan segera Raza menghisap Asi
bundanya itu.
"Kalau Raza udah tidur bangunin aku ya Ra, aku males kalau harus
nungguin dia ngelepasin Asi kamu. Bisa sejam lebih yang ada. Tau sendiri
kan kalau Raza udah mimi asi kamu, dia tuh kayak takut aku ambil
asi-nya. Hihh bener-bener tuh bocah.."
Dhira terkekeh mendengar ucapan Bisma. Bibirnya tersenyum menahan
tawa. Sejenak suasana pun menjadi sunyi karna Bisma malah tidur lebih
dulu darinya.
"Kalau udah gini kan aman. Mending bunda gak usah bangunin ayah kamu
aja sekalian.. Hihi.. Bobo ya sayang, mmuach. Bunda sayang banget sama
kamu nak.." Dhira mengecup lembut kening Raza. Kedua bola matanya
kemudian ia pejamkan meski asi-nya masih terus Raza hisap dengan kuat.
Hingga akhirnya semua malah tertidur pulas. Raza begitu nyenyaknya
tidur disamping Dhira dengan menenggelamkan wajahnya diperut Dhira.
Begitu pun dengan Dhira yang terlelap disamping Raza. Sedangkan Bisma
sendiri malah asik memeluk guling yang mungkin ia kira itu adalah tubuh
Dhira istrinya. Dia sangat lelap. Wajahnya terlihat sangat polos kalau
sudah dalam keadaan tertidur seperti ini.
Esok Paginya..
"Hoaaam.. Engh~ udah pagi ternyata. Perasaan ko cepet banget pagi
yah? Padahal kaaan..." tiba-tiba Bisma menggantungkan kalimat yang sudah
diujung lidahnya itu.
Bisma menoleh memandang sekelilingnya. Sebuah senyuman kecil dengan
raut wajah polos tanpa dosa ia lihat berada didekatnya. Menatapnya
senang dengan ekspresi riang menunjukkan deretan gigi putih yang baru
hanya tumbuh empat itu.
"R..Raza?" Bisma tampak berpikir polos. Ia seperti orang linglung, mungkin efek karna bangun tidur.
"Ihihii..." Raza malah tertawa kecil melihat ekspresi lucu sang ayah.
"K..ko Raza ada disini sih? T..terus Dhira mana?..
K..kenapa matahari udah muncul? Perasaan tadi yang muncul itu bulan
deh.. Tapi inii..." Bisma rupanya masih dalam keadaan setengah sadar. Ia
seperti yang habis kejedot pintu dan jatuh dari atas monas. Daya
ingatnya menjadi lemah dan cukup lola(?).
"Iyah! Iyah! Mbunn uhhh yah. Mbun uhh!!" tiba-tiba Raza menarik baju Bisma seraya menunjuk pintu kamar mandi.
Bisma menoleh. Menatap dengan ekspresi bingung seperti orang linglung.
Ia memandang wajah Raza lalu beralih menatap pintu kamar mandi,
jendela kamarnya, lalu menatap wajah Raza lagi. Pintu kamar
mandi-jendela-wajah Raza.
Pintu kamar mandi-wajah Raza- Jendela-wajah Raza.
"Aaaaaa!! Dhiraaaaaa!!! Jadi ini beneran udah siaaaang?
Aaaaaaaaa!!!!" tiba-tiba saja Bisma langsung berteriak histeris seperti
orang kerasukan. Kedua bola matanya melotot kaget karna rupanya ia baru
menyadari kalau ini adalah pagi hari, dan malam sudah berlalu
dilewatinya.
Berarti acaranya semalam menjadi gagal lagi karna Dhira tidak membangunkannya.
Bisma beranjak turun dari atas tempat tidurnya. Ia buru-buru mencari
sosok Dhira karna sudah membiarkannya tertidur pulas semalaman. Mungkin
Dhira akan mendapat amukan dahsyat dari Bisma karna keinginannya
semalam jadi tidak bisa terlaksana lagi.
Ia bahkan sampai membiarkan bayi tampannya cengo membuka mulut akibat kaget akan teriakannya tadi.
"Hiks.. Mbuunnnnn.. Hiks-hiks mbuunnn Zazaaa mbuunnn..." tak lama
terdengar isak tangis Raza. Yah bayi tampan itu akhirnya menangis.
Mungkin karna kaget dan karna Bisma yang berlalu meninggalkannya begitu
saja.
**
"Isssh iya-iya! Yaudah aku minta maaf. Semalam akunya juga
ketiduran. Lagian kamu udah tidur, jadi aku gak tega buat banguninnya.."
"Aahh alesan! Bilang aja gak mau, iya kan?"
"E..engak. Enggak gitu Bis. Aku tuh beneran ketiduran tau. Aku juga lupa. Makanya aku gak bangunin kamu."
"Aku gak percaya! Bilang aja kalau emang gak mau aku sentuh."
"Isssh.. Gak percayaan banget sih, yaudah terserah! Aku mau pake
baju, awas sana!" ketus Dhira kesal. Ia mendorong tubuh Bisma dan segera
membuka pintu lemari bajunya.
"Udah gak usah pake baju!
Kalo kamu emang beneran gak bohong, berati kamu harus bayar hutang
kamu yang semalam itu sekarang. Gimana?" Bisma menaik turunkan sebelah
alisnya.
Kedua bola mata Dhira melotot kaget. Entah Bisma kerasukan setan apa hingga begitu ingin sekali menyentuh dirinya.
"Diam berati mau. Dan kalau mau, berati aku juga gak usah pake
baju.." Bisma berjalan maju mendekati Dhira. Ia membuka kaos putih yang
dikenakannya dan melemparnya begitu saja kesembarang tempat.
"Biss, ini masih pagi. Kalau kamu nekat, aku bisa teriak loh.."
Dhira berujar gugup. Ia berjalan mundur menjauhi Bisma. Hingga akhirnya
tubuhnya terpojokkan disudut ruangan kamarnya itu.
"Gimana? Masih mau teriak nyonya Karisma?" bibir Bisma tersenyum lebar. Sepertinya ia menang akan aksinya ini.
"Biss please jangan sekarang..
Ini masih pagi tau, kamu harus kenal waktu dong, lagian kan masih bisa nan..."
"Aku gak mau.." tiba-tiba Bisma langsung mendorong tubuh Dhira
ketembok. Menyumpal bibir Dhira dengan bibirnya agar perempuan cantik
itu berhenti berceloteh.
"Emmh! Biss.." Dhira mencoba mendorong tubuh Bisma agar menjauh
darinya. Melepaskan tautan bibirnya dan menghentikan aksi gilanya itu.
Namun ternyata tenaga Dhira tak sebesar tenaga Bisma. Jadi Dhira hanya bisa pasrah akan apa yang dilakukan oleh suaminya itu.
"Hemmm Bagusss!! Jadi kayak gini yah?
Anaknya nangis juga bapaknya malah asik-asikan disini!
Gak kenal waktu banget kamu! Atau memang tidak tahu waktu hem?
Ini masih pagi Bisma, masih PA-GI!!"
Tiba-tiba Dhira langsung mendorong cepat tubuh Bisma dan mengakhiri
ciuman maut Bisma yang berhasil membuatnya tak berkutik selama beberapa
detik itu.
Suara om Landry yang membuatnya kaget. Sosok lelaki bertubuh kekar itu datang seraya menggendong Raza jagoan kecilnya.
"P..papah..?" Dhira terlihat sangat gugup. Bisma hanya diam. Ia
bingung harus berbicara apa. Belakang kepalanya ia garuk asal, bibirnya
sesekali tersenyum karna malu.
"Lain KALI. kalau mau romantisan sama isrti itu PINTU ditutup, kunci
yang rapat, kalau perlu kamu GEMBOK. Jadi papah atau siapapun gak bisa
lihat dan ganggu kamu. Termasuk juga Raza!" jelas om Landry menasehati
dengan ekspresi wajahnya yang terlihat lucu karna ia juga menahan tawa
melihat wajah Bisma.
"P..papah apa sih pah.." Bisma masih saja menggaruk kepalanya. Entah
gatal atau apa. Tapi itu caranya menyembunyikan rasa malu karna
bersalah juga akan aksinya yang konyol itu.
"Ahaha. Sudah ah, kita keluar aja yuk sayang? Biarin ayah kamu sama
bunda. Biar dia kasih kamu adik. Sekarang Raza sama eyang. Kita kekamar
eyang sekalian bukain kado-kado kemarin. Yuk sayang?.." om Landry
terkekeh geli. Ia kemudian berlalu mengajak Raza keluar dari kamar
meninggalkan kedua orang tuanya yang sempat diganggunya itu.
"Iyah yang.. Iyah uhh Zaza uhh!!" Raza mengangguk mantap tanda
setuju. Om Landry kemudian mengacungkan ibu jarinya cukup tinggi dan
diarahnya pada Bisma sebelum akhirnya ia benar-benar keluar dari kamar
Bisma.
"Ra, kayaknya papah ngedukung deh.." Bisma menyenggol pelan lengan Dhira.
"Aku MAU pake baju!!" ketus Dhira yang langsung meraih bajunya yang
sempat ia ambil dilemari tadi. Lalu masuk kembali kekamar mandi.
"Haha gitu aja marah.. Galak amat sih?
Hmm yaudah besok kita liburan aja yah? Kita Ke Bali atau ke Puncak,
Korea, Paris atau Cimahi sekalipun. Yang penting kita bisa berdua, tapi
gak usah ajak Raza. Gimana sayang? Setuju kan?.." Bisma sedikit
berteriak. Ia menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur. Bibirnya tak
henti tersenyum. Langit-langit kamarnya pun ia tatap. Meski tidak ada
jawaban dari Dhira. Tapi Bisma yakin kalau Dhira pasti mau diajak
jalan-jalan keluar kota atau Luar negri sekalipun.
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p