Minggu, 03 November 2013

Terpaksa BUKAN Cinta II "Maafkan Aku" #Part 30

Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu lama. Akhirnya Bisma tiba juga dirumah sakit. Ia berlari terburu dan tergesa-gesa. Nafasnya sampai tersenggal karna tidak sabar ingin bertemu sang papah.


"paah.. Papah dimana paah?.."Bisma berlari mencari ruangan kamar rawat om Landry. Wajahnya terlihat sangat cemas. Hingga akhirnya langkah ia terhenti tepat disebuah ruangan dimana disana Dhira tampak berdiri dengan wajah cemasnya seraya menggendong Raza.

"R..raa, g..gimana keadaan papah Ra?
P..papah baik-baik aja kan Ra?
P..papah beneran masih hidup kan?"Bisma bertanya lirih.

Dhira tidak menjawab. Ia hanya menoleh menatap wajah Bisma dengan mata berkaca. Kepalanya ia gelengkan seolah ia tidak tahu keadaan ayah mertuanya itu.

"Ya Tuhaan.."tubuh Bisma seolah bergetar melihat ekspresi Dhira yang seperti itu.

"kamu bilang ternyata papah masih hidup, tapi keadaannya kritis..
A..aku gak tahu apa aku harus bahagia atau justru bersedih.
A..aku gak mau lihat papah kayak gitu Ra.. Aku mau papah sembuh.. Aku mau papah Raa.."Bisma memejamkan matanya lirih.

Raza yang melihat ekspresi ayahnya seperti itu merasa bingung. Matanya terus memandang Bisma, tatapannya benar-benar bingung. Keningnya mengerut. Namun tangan mungilnya tiba-tiba menarik lengan baju Bisma yang dapat ia jangkau karna dekat.

"iyaah! Iyang uuhh.."ucap Raza seraya menunjuk pintu ruangan kamar rawat om Landry.

"apa sayang?
Eyang ada didalam?
Gimana keadaan eyang nak?
Ayah gak sanggup kalau harus masuk kedalam, ayah takut.."Bisma mengelus rambut poni Raza.

"ih! Iyang uh iyaah!! Zaza uhh iyaang.."Raza menjambak baju Bisma dengan ekspresi kesalnya. Entah apa maksudnya. Namun sepertinya ia sangat menginginkan agar Bisma masuk kedalam.

"y..yaudah kamu masuk aja dulu.
Siapa tahu dengan kedatangan kamu kondisi papah bisa semakin membaik.
Aku yakin papah sangat sayang sama kamu, pasti dengan kehadiran kamu disana bisa membuat papah membaik dan siuman dari kondisi kritisnya sekarang.."Dhira berujar pelan. Bisma menoleh, menatap nanar wajah perempuan cantik istri tercintanya itu.

Dhira mengangguk kecil, begitu pun dengan Raza yang ikut mengangguk-anggukan kepalanya seolah menyuruh sang ayah agar segera masuk.

Bisma akhirnya melangkahkan kakinya mendekati pintu. Ia meraih handle pintu tersebut dan membukanya perlahan.


"Kreeekk..."

Tante Nela langsung menoleh kaget mendengar suara pintu ruangan kamar rawat om Landry yang dibuka dari luar. Matanya sekilas menatap tajam sosok Bisma dengan tatapan penuh kebencian.

"m..maamah.."Bisma berjalan masuk diikuti Dhira dan Raza dari belakang.

Tante Nela tidak membalas sapaan Bisma. Ia malah memalingkan wajahnya tanpa mau melihat wajah Bisma sekilas pun.

"m..mah, mamah masih marah sama Bisma?
B..bisma minta maaf mah..
Bisma nyesel.. Bisma gak ada maksud sedikit pun buat benci mamah sama papah.. Bisma nyesel mah.. Bisma minta maaf.."Bisma menunduk lirih. Namun lagi-lagi tante Nela tidak menjawab. Ia tetap memalingkan wajahnya, beranjak dari tempatnya duduk dan beralih berdiri mendekati Dhira.

"kenapa kamu bawa anak tidak tahu diri ini kemari?"tanya tante Nela tampak kesal. Actingnya benar-benar sangat bagus dan memukau. Bisma sampai menunduk takut dan merasa bersalah.

"iyaaang!! Iyah Zaza uhh!!"tiba-tiba Raza berteriak kesal. Ia menarik baju tante Nela seraya memukulnya. Sepertinya ia sangat tidak terima ayahnya diperlakukan demikian oleh sang eyang.

"usstt, Raza gak boleh gitu sama eyang. Gak boleh nak.."Dhira langsung menarik tangan Raza agar menghentikan aksinya.

"iyah Zaza mbuun.. Iyah uhhh!!"ucap Raza mengadu seraya menunjuk kearah Bisma.

"aduhh bisa gagal kalau kayak gini caranya Ra.."tante Nela berbisik pelan.

"iya mah, Raza gak bisa diajak kompromi nih.."Dhira balas berbisik.

Sementara Bisma tidak menghiraukan. Ia kini justru duduk dikursi disamping om Landry. Bisma meraih tangan om Landry yang masih terdapat selang infus yang menempel disana. Ia menempelkan lengan kekar yang terlihat melemah itu kepipinya. Menciumnya, bahkan mengelusnya lembut. Tatapan wajahnya sangat penuh sesal dengan kedua bola mata yang berkaca.

"paah.. Ini Bisma paah..
Bisma udah ada disini..
Papah bangun.. Bisma minta maaf pah.. Bisma mau minta maaf sama papah..."Bisma menunduk lirih. Tak ada reaksi sedikit pun dari om Landry, dirinya semakin lemas karna kondisi sang papah yang tak kunjung juga siuman.

Bisma mengelus puncak kepala om Landry. Mengecupnya pelan dan mengusap pipi sang papah.

"paah.. Ayo bangun paah..
Bisma kangen denger suara papah..
Bisma janji gak akan egois lagi pah, Bisma gak akan tinggal dikontrakan lagi. Bisma akan pulang kerumah papah, Bisma juga akan ajak Raza untuk tinggal sama papah lagi.
Please paah, Bisma mohon papah banguun.. Bisma sayang papah pah.. Bisma gak mau kehilangan papaah.."lirihnya menunduk penuh sesal. Air mata Bisma sampai menetes tanpa bisa ia tahan lagi.

"mah, kayaknya acting papah bagus mah.. Dia gak bergerak sedikit pun. Papah hebat mah.."Dhira berbisik pelan ditelinga tante Nela.

"iya Ra, papah kamu actingnya lumayan. Nanti mamah kasih honor deh kalau bisa lebih lama lagi.."balas tante Nela seraya ikut berbisik menahan tawa. Dhira hanya mengangguk kecil meng-iyakan diiringi senyuman khasnya.

Raza sendiri kini malah berusaha turun dari gendongan Dhira. Ia merangkak menghampiri ayah dan iyangnya, entah kenapa lututnya begitu cepat merangkak, hingga tanpa disadari Raza kini sudah berdiri disamping Bisma. Berpegangan pada ranjang besi tempat om Landry berbaring.

"iyang Zaza iyaaah!!"teriaknya menatap Bisma.

"iya sayang eyangnya lagi sakit. Raza jangan ganggu yah? Gak boleh nakal sayang.."Bisma berujar pelan. Namun kepala Raza menggeleng cepat. Tangannya menarik lengan Bisma minta Bisma gendong.

Bisma meraih tubuh mungil jagoan kecilnya itu. Menaruh dipangkuannya dan menahan tubuh Raza agar tidak terjatuh.

"iyang Zaza iyahh!! Uhh iyang Zaza!!"Raza melirik kearah Bisma seraya menunjuk om Landry yang berbaring dihadapannya.

"iya eyang.. Raza gak boleh berisik. Eyangnya lagi istirahat, jangan berisik ya sayang.."ucap Bisma pelan. Namun bukannya menurut, Raza justru malah memukul lengan Bisma, tatapannya sangat kesal. Tubuhnya kemudian ia condongkan memandang wajah om Landry didepannya.


"PLAAK!!!"

Tiba-tiba entah kenapa tangan kecil Raza langsung menampar bagian wajah om Landry.

"RAZA! Ko nakal sih? Jangan dipukul gitu dong sayang. Raza nakal!! Ayah gak suka kalau Raza nakal!!"bentak Bisma kaget akan yang dilakukan oleh jagoan kecilnya ini. Wajah om Landry sendiri meringis seperti menahan sakit. Rupanya tamparan Raza tadi memang cukup terasa sakit.

"iyang iyaaah.. Iyaangg.."Raza memandang Bisma seraya menunjuk om Landry.

Dhira dan tante Nela sendiri begitu terkejut akan apa yang dilakukan oleh Raza. Mereka sama-sama berdoa agar om Landry tetap tidak bergeming apalagi kalau sampai bangun dan bersuara. Bisa-bisa semuanya terbongkar nanti.

"Iyang!!"Raza mengguncang badan om Landry.

"issh Raza gak boleh nakal. Kan tadi ayah udah bilang gak boleh nakal. Eyangnya lagi sakit. Jadi jangan Raza ganggu.."Bisma tampak kesal.

Raza pun akhirnya diam. Ia memandang Bisma takut. Namun entah kenapa ia justru malah meraih kaki mungilnya. Menarik sepatu berwarna coklat yang dikenakannya dan melepaskannya walau sedikit kesulitan.

"mau apa lagi hem? Kan ayah udah bilang Raza jangan nakal.. Bandel banget sih!"Bisma langsung mengambil sepatu milik putranya itu dan menaruhnya dibawah membuat bayi tampan itu semakin bingung harus melakukan apalagi.

"hufh.. Maafin Raza ya pah.. Raza jadi agak nakal sekarang.. Mungkin memang Bisma kurang tegas mendidik dia. Tapi papah gak perlu takut, Bisma akan terus mencoba mendidik Raza ko pah.. Bisma akaaan..."


"AAAAAAA!!! Mamaaaaaahh!!!"

Tiba-tiba mata Bisma melotot kaget melihat om Landry yang berteriak kencang. Ia benar-benar bingung melihat apa yang terjadi dihadapannya ini. Apalagi disana Raza tampak sengengesan seraya memegang perut om Landry yang ia gigit dengan kencang.

"ihihii.. Iyang Zaza uhh iyaah.."Raza tertawa kecil diiringi senyum seraya menunjuk om Landry yang sudah bangun dan bersender pada tempat tidurnya.

Tante Nela dan Dhira sendiri hanya mengusap wajahnya cemas. Mereka menggaruk belakang kepalanya karna semua actingnya kini terbongkar gara-gara om Landry yang berteriak.

"m..maaf maah.. Abis Raza gigit perut papah.. Beneran sakit mah Ra, walaupun giginya baru empat, tapi sangat sakit.."ujar om Landry seraya mengusap perutnya yang sakit.

"ehehe iyang zaza..."Raza cengengesan senang melihat ekspresi eyangnya. Sedangkan Bisma sendiri masih saja terpelongo bingung melihat apa yang terjadi didepan kedua bola matanya itu.

"j..jadi? S..sebenaranya papah ituu.."

"kamu jangan salah faham Bis.. Papah emang sakit ko, tapi tadi pagi papah udah siuman. Trus aku sama mamah juga papah maaa.."

Belum sempat Dhira menjelaskan, Bisma langsung berhambur memeluk tubuh om Landry. Raza sampai turunkan cepat dari pangkuannya agar tak ada jarak untuk memeluk erat tubuh sang papah.

"hiks.. Paahh..
Bisma tadi udah takut banget paah..
Bisma udah takut banget kehilangan papah..
Jangan tinggalin Bisma lagi.. Bisma tahu Bisma salah.. Tapi jangan pernah papah kayak gitu lagi.. Bisma takut paah.. Bisma takut kehilangan papaah.."Bisma menangis lirih dipelukan om Landry. Sejenak suasana pun mendadak menjadi hening dan haru.

"sekali lagi Bisma minta maaf ya pah..
Kemarin Bisma udah gak bisa rasain denyut nadi papah lagi, bahkan detak jantung papah udah gak ada pah.. Bisma takut.. Bisma takut banget kehilangan papah..
Dan sekarang Bisma lihat papah udah bisa bergerak bahkan bersuara lagi. Bisma seneng pah.. Bisma benar-benar seneng..."ujarnya lagi. Kini ia melepaskan pelukannya. Menghapus air mata yang membanjiri wajahnya. Ia sama sekali tidak marah atau apapun karna om Landry telah berpura-pura koma dan kritis. Karna yang ia tahu kondisi om Landry kemarin memang sudah benar-benar tak bernyawa. Ini merupakan kejutan tak terduga untuk Bisma.

"ternyata anak papah ini bisa cengeng juga yah?
Papah minta maaf ya Bis, kalau tadi pura-pura tidur terus. Papah sebenarnya memang sudah siuman sejak pagi tadi. Cuma papah ingin lihat bagaimana kamu, apa kamu tetap egois atau akan menyesal, papah ingin memastikan itu semua, dan sekarang papah sudah tahu jawabannya kalau kamu sangat menyayangi papah.. Papah bangga sama kamu Bisma.."om Landry berujar diiringi senyum. Ia mengepuk pundak Bisma dan mengelusnya pelan.

"Bisma gak marah ko pah, Bisma justru seneng lihat papah udah bangun kayak sekarang.. Bisma seneng banget pah.. Bisma seneng.."Bisma kembali berhambur memeluk tubuh sang papah. Menangis dipundaknya dengan perasaan haru bercampur bahagia. Begitu pun om Landry yang ikut terhanyut dalam suasana.

"ko jadi sedih-sedihan kayak gini ya Ra?
Mamah jadi merasa bersalah sama Bisma. Tapi ini semua gara-gara Raza. Kalau dia gak jadi pengacau, pasti endingnya lebih dramatis lagi nih.."tante Nela berujar ngasal. Dhira hanya terkekeh melihat ekspresi ibu mertuanya itu. Ia kemudian buru-buru meraih tubuh Raza yang merangkak menghampirinya. Dhira menggendong Raza dan menciumi wajah tampan buah hatinya itu.

"anak bunda yang nakal. Muach! Nakal tapi pinter.. Anak siapa sih ini hem? Nakalnya nakal banget.. Muah"Dhira mengecup pipi Raza berkali-kali, membuat bayi yang sebentar lagi akan menginjak usia 1tahun itu tertawa riang mendengarnya.

"iyah Zaza mbun.. Zaza iyaah.."Raza menepuk-nepuk kecil dadanya. Ia berkata bahwa dirinya adalah anak ayahnya bunda. Anak ayah. Haha benar-benar sangat lucu dan menggemaskan sekali anak ini.
Tante Nela sang eyang pun ikut mengecup gemas pipi Raza. Beralih menggendongnya dan berjalan menghampiri Bisma juga om Landry seraya menggendong Raza.


"naah ini pengacaunya nih.. Dasar anaknya Bisma, enak aja maen gigit-gigit perut eyang.. Anak nakal!!"

"ehehe iyang Zaza iyah yang.."Raza malah cengengesan mendengar ucapan om Landry. Bisma, Dhira juga tante Nela hanya terkekeh melihat ekspresi wajah lucu Raza. Semuanya sama-sama terhanyut dalam kebahagiaan dan kebersamaan yang tak pernah terduga bisa terasa begitu indah dan menyenangkan.





Horeeee TAMAAT...


Haha enggak ih becanda..':p


Yuk Next lagi..




***
Setelah beberapa hari dirawat dirumah sakit. Kini om Landry sudah pulang dan berada dirumah mewahnya lagi. Ia tengah duduk dikursi kayu miliknya dengan memangku Raza yang sedang tante Nela suapi bubur kesukaannya.

"niih am.."

Raza menggeleng sambil menunjuk sendok makanan yang tante Nela pegang.

"jangan dipegang. Eyang aja yang suapin, Raza buka mulutnya yang lebar, trus kunyah makanannya dan telan. Mengerti hem?"jelas tante Nela berujar sedikit kesal membuat om Landry terkekeh karna ekspresinya sangat lucu.

"mbuumm Zaza iyang uhh.."Raza menggelengkan kepalanya tidak mau. Ia tetap meraih sendok itu dan ingin memegangnya kekeuh.

Tante Nela menghela nafas berat. Ia membiarkan Raza menyendoki bubur ayam kesukaan bayi tampan itu.

"iyaang uummm"tiba-tiba Raza memajukan bibirnya seraya menyodorkan sendok tersebut kearah om Landry.

"ahaha ko jadi Eyang sih yang disuapin? Kan Raza yang lagi makan?"om Landry terkekeh.

"umm iyang ummm!!"Raza sepertinya memaksa.

Akhirnya om Landry pun membuka mulutnya. Menerima suapan bubur dari Raza meskipun dengan sangat terpaksa dan pasrah.

"ahaha eyang kamu lucu, ahaaha Raza pinter ih.. Cucu eyaang uhhh muuuah.. Cucu eyang.."tante Nela tertawa lepas melihat apa yang dilakukan oleh cucu semata wayangnya itu. Ia mengecup wajah Raza gemas. Sepertinya ia suka sekali melihat ekspresi suaminya seperti itu.



"Lucu ya Ra?
Papah sama mamah kayaknya sayang banget sama anak kita.
Aku benar-benar beruntung bisa memiliki orang tua kayak papah dan mamah. Apalagi Raza sangat seneng banget kalau udah sama kedua eyangnya..
Aku benar-benar bahagia.."Bisma memandang sosok Raza dan kedua orang tuanya dari kejauhan. Bibirnya tak henti tersenyum karna begitu bahagia melihat buah hatinya. Begitu pun dengan Dhira yang ikut tersenyum menyaksikan apa yang terjadi didepan kedua bola matanya.

"oh iya sayang, besok usia Raza udah satu tahun.. Kamu masih ingat gak sama janji kita?"tanya Bisma tiba-tiba.

"ja..janji yang mana?"Dhira tampak bingung.

"aduhh masa gak inget sih Ra?
Janji yang itu looh.. Yang ituu"Bisma berujar dengan senyuman genitnya.

"ih, janji yang mana sih? Aku lupa. Perasaan aku gak pernah janji apa-apa deh. Ngaco ah kamu.."elak Dhira malah langsung berlalu bergitu saja dari samping Bisma.

"yaahh ngajakin berantem nihh?..
Pokoknya nanti malem aku tunggu dikamar. Kalau masih gak inget juga awas aja. Entar aku kiss 24 jam kamu!!"ancam Bisma ngasal.

"ahaha silahkan aja kalo berani, aku gak takut tuh ble':p"Dhira malah menjulurkan lidahnya meledek.

"waah beneran ngajakin berantem nih istri tercintanya aku.. Awas aja aku tangkep loh Ra, aku iket kamu entar dihati aku biar gak bisa kabur kemana-mana.."

"ahaha coba aja kalo bisa..

"oke siapa takut.."

Bisma pun langsung berlari mengejar Dhira menuju lantai atas kamarnya. Tingkah kedua pasangan ini seperti anak kecil. Mereka sampai lupa kalau mereka sudah memiliki buah hati. Bisma terus berlari mengejar Dhira. Sesekali ia dibuat pusing karna Dhira yang berlari berputar-putar mengelilingi ruangan dilantai atas.

"awas loh Ra, kena gak bakalan aku lepassin. Bakal aku ajak lembur sekalian entar malem.."ancam Bisma ngasal dan kembali mengejar istrinya itu.



Bersambung..

3 komentar:

  1. Lanjutin dong., ceritnya seru banget. Kirain emang udah tamat, ehh ternyata belum. Heheheh!! Kena deh aku :) :)

    BalasHapus
  2. Wahhhh..... Seru kak!!!
    Konflik tntang om landry n kk' bisma udah kelar. Kira-kira konflik selanjtnya apa yah??? Kira-kira hubungan kk' bisma ama kk' dhira masih tetap romantis gak yah???

    Penasaran pengen baca lanjutannya.. Seru banget!!! S--E--R--U

    BalasHapus
  3. Jadwal upload lanjutannya, kapan yah???......
    Udah penasaran banget pengen baca ceritanya., kok ngaret banget sihhhhh!!!

    BalasHapus

Nggak Komentar, Nggak Kece :p