Selasa, 18 Juni 2013

Arfa Ohh Arfa #Part 5

Kedua bocah kembar ini begitu asik membuka kotak kardus berukuran cuku besarberisi mainan-mainan kesukaannya.
Tadi Om Winata sang Eyang memang sempat membelikan mainan untuk kedua cucukesayangannya itu. Ia juga bahkan membelikan Keyla mainan Boneka Barbie yangsangat lucu


"wisshhh!! Pesawat tempur lagi Eyang??"

Albi berteriak senang melihat isi mainan yang didapatnya. Om Winata hanyamengangguk kecil dan tersenyum

"huh, pesawat tempur.. Gak seru, Bian lebih suka mobil-mobilan dari padaini.."

Wajah Bian berubah kusut seketika begitu melihat mainan baru yang Ia dapatkan.Ia memang selalu bersikap seperti ini didepan sang kakek.
Bian tidak seperti Albi yang selalu suka dibelikan mainan apapun. Sikapnyasungguh sangat berbeda dengan saudara kembarnya itu

"Pi, Keyla dapat boneka Balbie..."Keyla berjalan pelan kearah Rafaelsang papi, Ia memperlihatkan mainan barunya yang dibelikan oleh Om Winata ini

"iya sayang, bilang makasih dong sama Eyang nya.."suruh Rafael mengeluslembut rambut Keyla

"makasih Eyang, Keyla cuka cama balbie nya.."ucap Keyla mengikutiperintah sang Papi. Om Winata lagi-lagi hanya mengangguk dan tersenyum


"beruntung banget kamu Jhon bisa punya cucu secantik Keyla.."

Om Winata masih dengan senyumnya melirik kearah pria paruh baya yang berdiridibelakangnya itu

"hufh.. Justru kamu yang lebih beruntung Dariku Win, lihatlah. Cucumudua-duanya laki-laki.. Mereka tampan, pintar, sehat juga cerdas.
Sementara Aku? Tidak punya satu pun cucu laki-laki.."

Om Winata tersenyum kecil mendengar penuturan sahabat karibnya ini. Ia punberjalan mendekat kearah om Djhony Tanubrata sosok lelaki yang berdiridibelakangnya itu. Ia menepuk pundak om Djhony dan tertawa kecil

"hufh.. Jhon, Jhon.. Harusnya kamu itu lebih bangga lagi Dariku Jhon.Cucumu itu cantik loh. Dia sangat cantik seperti mamanya, lihatlah. Keduacucuku Albi dan Bian saja sampais ering ribut karna berebut ingin mendekatiCucumu. Jadi kamu yang lebih beruntung Jhon.."ujar om Winata menunjuk ketigamalaikat kecil dihadapannya itu

"kamu tidak tahu Win, sebenarnya dari dulu sampai detik ini Aku tidakpernah yakin kalau gadis kecil itu cucuku.
Rafael anak pembangkang itu hanya bisa membohongid an membodohi kita semua.
Aku yakin kalau Keyla bukan Cucuku. Dari wajahnyas aja Dia sangat tidak miripdenganku atau Rafael. Semua ini sungguh penuh kejanggalan.
Lagipula Aku hanya ingin memiliki cucu laki-laki, BUKAN perempuan.."batinom Djhony menatap wajah Keyla sungguh tajam. Entahlah apa yang Ia fikirkanbarusan, padahal sudah jelas-jelas Keyla itu putri dari Rafael anak kandungnyasendiri, jadi sangat tidak mungkin kalau Keyla itu bukan cucu kandungnya

"loh, ko malah diman disitu?
Ayo kita kesana Jhon.. Kita ikut bergabung bersama cucu-cucu kita.."

tiba-tiba om Winata melirik om Djhony kembali, tangannya merangkul pundak omDjhony agar mau ikut bergabung bersama ketiga bocah kecil yang lucu danmenggemaskan itu

"sebaiknya kamu duluan saja Win, Aku mau keatas dulu. Aku mau mengambilsesuatu disana.."ucap om Djhony berbohong. Ia bermaksud mengalihkanpembicaraan, makanya Ia lebih memilih pergi menuju kamarnya dilantai atas

"yasudah, Aku tunggu disini yah Jhon, jangan terlalu lama.."setuju omWinata sedikit berteriak lalu menghampiri Rafael dan kedua cucunya juga Keyla

"kenapa sih Pah Papah selalu bersikap seperti ini?
Rasanya Papah tidak pernah memberikan sedikit pun perhatian Papah untuk Keyla..
Padahal Dia itu cucu papah, cucu kandung Papah Pah.."

Rafael menatap lirih melihat sikap Ayah kandungnya ini. Nafasnya terasa beratdan sesak karna om Djhony selalu bersikap dingin dan cuek seperti ini.



**
Malam semakin larut..
Kedua kaki kecil Arfa terus berjalan membuntuti Bisma. Langkahnya sedikit Iaseret karna berjalan tiada henti dari tadi sore

"Om Arfa cape..
Kita sebenelnya mau keman sih? Ko dai tadi ga behenti-behenti??.."

Bisma tiba-tiba menghentikan langkahnya mendengar ucapan tersebut terlontardari mulut Arfa.
Ia menarik nafasnya begitu berat. Matanya pun Ia pejamkan sesaat, butiran beingair mata tiba-tiba jatuh begitu saja tanpa sengaja Ia keluarkan

"maafin om Yah, om juga gak tau kita akan kemana.
Om udah keliling-keliling dari tadi buat nyari kontrakan baru, tapi tetep ajagak ada yang mau nerima kita kalau kita ga bayar dulu..
Om bingung Fa, kenapa nasib om seperti ini yah?.."

Bisma melepas ransel berisi pakaian yang diletakkan dipunggungnya. Ia dudukdipinggiran jalan raya yang sudah terlihat sepi itu. Kepalanya Ia tundukkankebawah seolah begitu putus asa menjalani kehidupan yang penuh kepahitan ini

"maafin Arfa ya om, Arfa maah tabah bikin om susah..
Arfa jaji besok Arfa bakaan cai keja om. Arfa akan nasih uang buat om bial bisabayal sewa kontakannya nanti..
Om janan sedih yah? Arfa jadi ikut sedih kaau om Bima sedih.."

Arfa meraih wajah Bisma begitu pelan, diusapnya pipi Bisma yang ternyata basahitu dengan ibu jarinya penuh ketulusan. Sorotan bola mata sipit yang bening nanindah pun terlihat berkaca karna merasa iba

"om gak papa ko Fa.
Mending kita cari tempat lain lagi. Kita gak mungkin kalau harus tidurdipinggir jalan raya kaya gini. Ayo?"jelas+ajak Bisma beranjak dariduduknya tanpa menoleh kearah Arfa lagi

"iya om.."balas Arfa setuju. Ia pun kembali membuntuti Bisma daribelakang, entahlah kemana arah dan tujuannya, yang pasti kemana pun Bisma pergiArfa akan mengikutinya



"kenapa rasanya malu banget Gue bersikap lemah kaya gini didepan Arfa?
Siapa sebenarnya anak itu?
Kenapa hatinya begitu kuat? Padahal nasibnya saja tidak jelas, bahkan lebihparah dari Gue, tapi Dia masih bisa se-Tegar itu?
Arrgghh!! Gue emang bodoh, bodooohh!!"Bisma berteriak seperti orangfrustasi dipinggiran jalan raya ini. Rambutnya Ia jambak seolah meluapkankekesalan dan kemarahannya

"kasian om Bima..
Adai Arfa bisa batu om, Arfa pati akan lakuin apapun buat om, tapi Arfa juda gabisa bebuat apa-apa, maafin Arfa om.."Arfa menatap lirih tubuh Bisma yangberjalan didepannya itu. Bibirnya tersenyum miris karna ternyata kehadirannyamalah membuat beban hidup Bisma semakin berat.




Keesokan harinya...


Terlihat Dicky tengah asik menghitung upah yang Ia terima dari Rangga semalam.Kali ini jumlahnya 3x lipat lebih banyak dari kemarin. Padahal Ia tidakmelakukan pekerjaan yang menguras tenaga. Ia hanya disuruh mengantarkan pesanankepada salah satu pelanggan yang Rangga maksud. Sudah hanya itu, tidaklahlebih. Tapi upahnya sungguh menggiurkan

"beuh.. Mantap si Rangga. Uang yang kemaren aja belum abis, eh sekarangudah dapet lagi.
Asikk dah, beneran bisa cepet kaya nih Gue. Sebulan aja Gue yakin bakalan bisabeli mobil, uhuuyyy!! Gue bakal kaya broo, kayyyaa MMMUUUAACCCHH!!!"

Dicky mencium amplop berwarna kecoklatan berisi lembaran-lembaran uang yangkini menjadi miliknya itu. Ia sampai melompat kegirangan melihat jumlah uangyang cukup banyak. Ia sama sekali tidak curiga atau khawatir kalau pekerjaannyaini sebenarnyas angatlah tidak masuk diakal sehat

"kemaren satu juta plus BB, sekarang 3juta plus motor.. Huaaaa besok-besokGue yakin 100juta plus mobil... Huwaaaa. Rangga emang THE BEST! thanks Ga,Thaaaanksss..Emmmmuuuaaacchh!!!"teriak Dicky kembali mencium amplop coklattersebut. Hatinya benar-benar bahagia karna Rangga sngat baik padanya.
Buktinya saja barang-barang mahal seperti BB dan motor Rangga berikan untukDicky, yaa walaupun hanya sekedar motor biasa tidak seperti motor ninjamiliknya. Tapi Dicky benar-benar bahagia.



Sementara itu..


Pria bertubuh tegap tinggi dan putih ini menatap tajam kearah pemuda yangpostur tubuhnya tak beda jauh dengannya. Matanya tak henti mendelik menatapseolah ingin sekali menerkam pria berpipi chuaby ini

"Dari mana saja jam segini baru pulang?
Bukannya dua hari lalu papah bilang kamu sudah ada di Jakarta? Tapi kenapa barusekarang sampai dirumah ini?"tanyanya penuh kecurigaan dan tanda tanyabesar

"kak Morgan apa-apaan sih kak?
Rangga baru aja pulang, jadi gak usah deh di intrograsi dulu..
Rangga kangen sama Ponakan Rangga. Jadi Rangga mau temuin merekadulu.."balasnya berlalu begitu saja.

Pemuda bertubuh tinggi tegap yang ternyata Morgan ini hanya menghela nafasnya.Dadanya serasa sesak melihat tingkah laku Rangga sang adik yang selaluseenaknya dan tidak pernah bisa berubah

"Gue capek lihat sikap loe kaya gini terus Ga. Gak di Bandung gak disiniLoe selalu bersikap seenaknya.
Loe gak pernah mikirin sedikit pun tentang tanggung jawab. Padahal papah udahnugasin kita berdua buat ngolah perusahaan-perusahaannya. Tapi apa? Loe malahngebebanin itu semua sama Gue?
Hidup Gue aja udah sulit Ga, anak-anak Gue selalu bersikap dingin sama Gue,istri Gue udah gak ada, Dia udah pergi untuk selamanya, dan elo. Loe gak pernahsedikit pun bisa ngerasain beban hidup Gue.
Gue capek Ga, capek.."

Air mata Morgan tiba-tiba mengalir dan menetes dipelupuk mata indahnya.Ternyata beban hidup yang Ia pikul dan tanggung cukup berat dan penuhperjuangan. Rasanya memang tidak adil kalau hanya Morgan yang diandalkan untukmengurus semua perusahaan yang cukup banyak itu, karna Rangga juga punyakewajiban yang sama seperti Morgan

"andai aja kamu masih ada disini Dhe, Aku akan lebih memilih keluar darirumah dan keluarga ini.
Aku lelah, gak ada satu pun yang menghargai dan memperhatikan Aku, Aku lelahDhe, Aku butuh kamu..."

Morgan memejamkan kedua kelopak matanya. Ia membiarkan butiran air matanyabebas terjatuh begitu saja. Mungkin dengan cara seperti ini rasa sesak didalamdadanya bisa sedikit berkurang. Terlebih sekarang tidak ada satu pun yangpeduli akan dirinya, satu-satunya wanita yang sangat Ia cintai telah pergilebih dulu dijemput oleh sang Khalik..

Morgan pun segera melangkahkan kakinya menaiki anak tangga didalam rumahnyaitu, air matanya segera Ia hapus karna takut ada yang melihat. Ia mungkin akanmelanjutkan acara menangisnya didalam kamar agar tidak ada satu pun yang mengetahui.



**
Kedua mata kecil nan sipit ini terlihat mengerjap-ngerjap karna terkena sinarmatahari yang menyorot matanya. Tangan kecilnya pun merasa terusik dan mengucekkedua bola mata tersebut

"uhh udah pagi tenata.. Ko Arfa bisa banun kesianan diniyah?.."pikirnya bingung. Ia pun mencoba membuka matanya lebih lebar danmenatap sekeliling ruangan yang kini menjadi kamarnya itu

"hihi, sekaang Arfa udah puna kamal, Arfa udah ga tidul dijaananladi.."bibir Arfa tersenyum mendapati dirinya berada didalam kamar yangcukup nyaman walau tidak terlalu besar

"om Bima??"bibir Arfa kembali tersenyum melihat lelaki bertubuh tidakterlalu besar ini masih dalam keadaan tertidur. Sejenak Ia pun mengingatkejadian semalam dimana Ia dan Bisma bisa mendapatkan rumah kontrakan barunyaini

"waaahh kalau yang ini Oe suka nih ya.. Oe jadiin balang ini sebagaijaminan, lo olang pada boleh tinggal disini, sekalang oe mau masuk dulu. Inikunci kontlakannya. Loe beldua boleh tidul dan masuk. Oe mau belsihin balang behalgaini.."

Seorang lelaki paruh baya berketurunan tiong hoa ini begitu bahagia danantusias saat Arfa memberikan gelang kaki berbandul batu hijau miliknya yangentah dari mana bisa Ia dapatkan, yang pasti selama ini gelang kaki itu selaluterpakai dikaki Arfa, dan baru sekarang gelang itu dilepas karna koko tiong hoapemilik kontrakan ini menyukainya

"haduhh iya deh Ko, ambil aja, si Arfa juga gak terlalu butuh ntuh barang.Yang penting kita berdua boleh tinggal dirumah kontrakan ini dulu.. Nanti kalausaya sudah kerja, baru ntuh gelang si Arfa Saya tebus, anggap aja jaminan yahKo?"ucap Bisma tak kalah senang. Ia pun segera masuk kedalam rumahkontrakan yang akan ditempatinya ini. Sementara Arfa hanya mengangguk setujudan membuntuti Bisma dari belakang


"coba dai tadi siang Arfa ketemu sama Koko baik ini. Janankan gelan talihijau yan jeek itu. Koko mita Arfa namen juda pasti bakal Arfa lakuin, yanpeting sekaang Arfa sama om Bima puna Rumah, dan egak tigal dijaananladi.."Arfa mengelus pipi Bisma yang masih pulas itu. Bibirnya tersenyumsungguh bahagia. Wajahnya yang sangat polos ini membuat siapapun yangmelihatnya akan tertegun dan bangga akan kegigihannya..



Bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p