Kedua bocah kembar ini begitu asik membuka kotak kardus berukuran cuku besarberisi mainan-mainan kesukaannya.
Tadi Om Winata sang Eyang memang sempat membelikan mainan untuk
kedua cucukesayangannya itu. Ia juga bahkan membelikan Keyla mainan
Boneka Barbie yangsangat lucu
"wisshhh!! Pesawat tempur lagi Eyang??"
Albi berteriak senang melihat isi mainan yang didapatnya. Om Winata hanyamengangguk kecil dan tersenyum
"huh, pesawat tempur.. Gak seru, Bian lebih suka mobil-mobilan dari padaini.."
Wajah Bian berubah kusut seketika begitu melihat mainan baru yang Ia
dapatkan.Ia memang selalu bersikap seperti ini didepan sang kakek.
Bian tidak seperti Albi yang selalu suka dibelikan mainan apapun. Sikapnyasungguh sangat berbeda dengan saudara kembarnya itu
"Pi, Keyla dapat boneka Balbie..."Keyla berjalan pelan kearah
Rafaelsang papi, Ia memperlihatkan mainan barunya yang dibelikan oleh Om
Winata ini
"iya sayang, bilang makasih dong sama Eyang nya.."suruh Rafael mengeluslembut rambut Keyla
"makasih Eyang, Keyla cuka cama balbie nya.."ucap Keyla
mengikutiperintah sang Papi. Om Winata lagi-lagi hanya mengangguk dan
tersenyum
"beruntung banget kamu Jhon bisa punya cucu secantik Keyla.."
Om Winata masih dengan senyumnya melirik kearah pria paruh baya yang berdiridibelakangnya itu
"hufh.. Justru kamu yang lebih beruntung Dariku Win, lihatlah.
Cucumudua-duanya laki-laki.. Mereka tampan, pintar, sehat juga cerdas.
Sementara Aku? Tidak punya satu pun cucu laki-laki.."
Om Winata tersenyum kecil mendengar penuturan sahabat karibnya ini.
Ia punberjalan mendekat kearah om Djhony Tanubrata sosok lelaki yang
berdiridibelakangnya itu. Ia menepuk pundak om Djhony dan tertawa kecil
"hufh.. Jhon, Jhon.. Harusnya kamu itu lebih bangga lagi Dariku
Jhon.Cucumu itu cantik loh. Dia sangat cantik seperti mamanya, lihatlah.
Keduacucuku Albi dan Bian saja sampais ering ribut karna berebut ingin
mendekatiCucumu. Jadi kamu yang lebih beruntung Jhon.."ujar om Winata
menunjuk ketigamalaikat kecil dihadapannya itu
"kamu tidak tahu Win, sebenarnya dari dulu sampai detik ini Aku tidakpernah yakin kalau gadis kecil itu cucuku.
Rafael anak pembangkang itu hanya bisa membohongid an membodohi kita semua.
Aku yakin kalau Keyla bukan Cucuku. Dari wajahnyas aja Dia sangat
tidak miripdenganku atau Rafael. Semua ini sungguh penuh kejanggalan.
Lagipula Aku hanya ingin memiliki cucu laki-laki, BUKAN
perempuan.."batinom Djhony menatap wajah Keyla sungguh tajam. Entahlah
apa yang Ia fikirkanbarusan, padahal sudah jelas-jelas Keyla itu putri
dari Rafael anak kandungnyasendiri, jadi sangat tidak mungkin kalau
Keyla itu bukan cucu kandungnya
"loh, ko malah diman disitu?
Ayo kita kesana Jhon.. Kita ikut bergabung bersama cucu-cucu kita.."
tiba-tiba om Winata melirik om Djhony kembali, tangannya merangkul
pundak omDjhony agar mau ikut bergabung bersama ketiga bocah kecil yang
lucu danmenggemaskan itu
"sebaiknya kamu duluan saja Win, Aku mau keatas dulu. Aku mau
mengambilsesuatu disana.."ucap om Djhony berbohong. Ia bermaksud
mengalihkanpembicaraan, makanya Ia lebih memilih pergi menuju kamarnya
dilantai atas
"yasudah, Aku tunggu disini yah Jhon, jangan terlalu lama.."setuju
omWinata sedikit berteriak lalu menghampiri Rafael dan kedua cucunya
juga Keyla
"kenapa sih Pah Papah selalu bersikap seperti ini?
Rasanya Papah tidak pernah memberikan sedikit pun perhatian Papah untuk Keyla..
Padahal Dia itu cucu papah, cucu kandung Papah Pah.."
Rafael menatap lirih melihat sikap Ayah kandungnya ini. Nafasnya
terasa beratdan sesak karna om Djhony selalu bersikap dingin dan cuek
seperti ini.
**
Malam semakin larut..
Kedua kaki kecil Arfa terus berjalan membuntuti Bisma. Langkahnya sedikit Iaseret karna berjalan tiada henti dari tadi sore
"Om Arfa cape..
Kita sebenelnya mau keman sih? Ko dai tadi ga behenti-behenti??.."
Bisma tiba-tiba menghentikan langkahnya mendengar ucapan tersebut terlontardari mulut Arfa.
Ia menarik nafasnya begitu berat. Matanya pun Ia pejamkan sesaat,
butiran beingair mata tiba-tiba jatuh begitu saja tanpa sengaja Ia
keluarkan
"maafin om Yah, om juga gak tau kita akan kemana.
Om udah keliling-keliling dari tadi buat nyari kontrakan baru, tapi
tetep ajagak ada yang mau nerima kita kalau kita ga bayar dulu..
Om bingung Fa, kenapa nasib om seperti ini yah?.."
Bisma melepas ransel berisi pakaian yang diletakkan dipunggungnya.
Ia dudukdipinggiran jalan raya yang sudah terlihat sepi itu. Kepalanya
Ia tundukkankebawah seolah begitu putus asa menjalani kehidupan yang
penuh kepahitan ini
"maafin Arfa ya om, Arfa maah tabah bikin om susah..
Arfa jaji besok Arfa bakaan cai keja om. Arfa akan nasih uang buat om bial bisabayal sewa kontakannya nanti..
Om janan sedih yah? Arfa jadi ikut sedih kaau om Bima sedih.."
Arfa meraih wajah Bisma begitu pelan, diusapnya pipi Bisma yang
ternyata basahitu dengan ibu jarinya penuh ketulusan. Sorotan bola mata
sipit yang bening nanindah pun terlihat berkaca karna merasa iba
"om gak papa ko Fa.
Mending kita cari tempat lain lagi. Kita gak mungkin kalau harus
tidurdipinggir jalan raya kaya gini. Ayo?"jelas+ajak Bisma beranjak
dariduduknya tanpa menoleh kearah Arfa lagi
"iya om.."balas Arfa setuju. Ia pun kembali membuntuti Bisma
daribelakang, entahlah kemana arah dan tujuannya, yang pasti kemana pun
Bisma pergiArfa akan mengikutinya
"kenapa rasanya malu banget Gue bersikap lemah kaya gini didepan Arfa?
Siapa sebenarnya anak itu?
Kenapa hatinya begitu kuat? Padahal nasibnya saja tidak jelas, bahkan lebihparah dari Gue, tapi Dia masih bisa se-Tegar itu?
Arrgghh!! Gue emang bodoh, bodooohh!!"Bisma berteriak seperti
orangfrustasi dipinggiran jalan raya ini. Rambutnya Ia jambak seolah
meluapkankekesalan dan kemarahannya
"kasian om Bima..
Adai Arfa bisa batu om, Arfa pati akan lakuin apapun buat om, tapi
Arfa juda gabisa bebuat apa-apa, maafin Arfa om.."Arfa menatap lirih
tubuh Bisma yangberjalan didepannya itu. Bibirnya tersenyum miris karna
ternyata kehadirannyamalah membuat beban hidup Bisma semakin berat.
Keesokan harinya...
Terlihat Dicky tengah asik menghitung upah yang Ia terima dari
Rangga semalam.Kali ini jumlahnya 3x lipat lebih banyak dari kemarin.
Padahal Ia tidakmelakukan pekerjaan yang menguras tenaga. Ia hanya
disuruh mengantarkan pesanankepada salah satu pelanggan yang Rangga
maksud. Sudah hanya itu, tidaklahlebih. Tapi upahnya sungguh menggiurkan
"beuh.. Mantap si Rangga. Uang yang kemaren aja belum abis, eh sekarangudah dapet lagi.
Asikk dah, beneran bisa cepet kaya nih Gue. Sebulan aja Gue yakin
bakalan bisabeli mobil, uhuuyyy!! Gue bakal kaya broo, kayyyaa
MMMUUUAACCCHH!!!"
Dicky mencium amplop berwarna kecoklatan berisi lembaran-lembaran
uang yangkini menjadi miliknya itu. Ia sampai melompat kegirangan
melihat jumlah uangyang cukup banyak. Ia sama sekali tidak curiga atau
khawatir kalau pekerjaannyaini sebenarnyas angatlah tidak masuk diakal
sehat
"kemaren satu juta plus BB, sekarang 3juta plus motor.. Huaaaa
besok-besokGue yakin 100juta plus mobil... Huwaaaa. Rangga emang THE
BEST! thanks Ga,Thaaaanksss..Emmmmuuuaaacchh!!!"teriak Dicky kembali
mencium amplop coklattersebut. Hatinya benar-benar bahagia karna Rangga
sngat baik padanya.
Buktinya saja barang-barang mahal seperti BB dan motor Rangga
berikan untukDicky, yaa walaupun hanya sekedar motor biasa tidak seperti
motor ninjamiliknya. Tapi Dicky benar-benar bahagia.
Sementara itu..
Pria bertubuh tegap tinggi dan putih ini menatap tajam kearah pemuda
yangpostur tubuhnya tak beda jauh dengannya. Matanya tak henti mendelik
menatapseolah ingin sekali menerkam pria berpipi chuaby ini
"Dari mana saja jam segini baru pulang?
Bukannya dua hari lalu papah bilang kamu sudah ada di Jakarta? Tapi
kenapa barusekarang sampai dirumah ini?"tanyanya penuh kecurigaan dan
tanda tanyabesar
"kak Morgan apa-apaan sih kak?
Rangga baru aja pulang, jadi gak usah deh di intrograsi dulu..
Rangga kangen sama Ponakan Rangga. Jadi Rangga mau temuin merekadulu.."balasnya berlalu begitu saja.
Pemuda bertubuh tinggi tegap yang ternyata Morgan ini hanya menghela
nafasnya.Dadanya serasa sesak melihat tingkah laku Rangga sang adik
yang selaluseenaknya dan tidak pernah bisa berubah
"Gue capek lihat sikap loe kaya gini terus Ga. Gak di Bandung gak disiniLoe selalu bersikap seenaknya.
Loe gak pernah mikirin sedikit pun tentang tanggung jawab. Padahal
papah udahnugasin kita berdua buat ngolah perusahaan-perusahaannya. Tapi
apa? Loe malahngebebanin itu semua sama Gue?
Hidup Gue aja udah sulit Ga, anak-anak Gue selalu bersikap dingin
sama Gue,istri Gue udah gak ada, Dia udah pergi untuk selamanya, dan
elo. Loe gak pernahsedikit pun bisa ngerasain beban hidup Gue.
Gue capek Ga, capek.."
Air mata Morgan tiba-tiba mengalir dan menetes dipelupuk mata
indahnya.Ternyata beban hidup yang Ia pikul dan tanggung cukup berat dan
penuhperjuangan. Rasanya memang tidak adil kalau hanya Morgan yang
diandalkan untukmengurus semua perusahaan yang cukup banyak itu, karna
Rangga juga punyakewajiban yang sama seperti Morgan
"andai aja kamu masih ada disini Dhe, Aku akan lebih memilih keluar darirumah dan keluarga ini.
Aku lelah, gak ada satu pun yang menghargai dan memperhatikan Aku, Aku lelahDhe, Aku butuh kamu..."
Morgan memejamkan kedua kelopak matanya. Ia membiarkan butiran air
matanyabebas terjatuh begitu saja. Mungkin dengan cara seperti ini rasa
sesak didalamdadanya bisa sedikit berkurang. Terlebih sekarang tidak ada
satu pun yangpeduli akan dirinya, satu-satunya wanita yang sangat Ia
cintai telah pergilebih dulu dijemput oleh sang Khalik..
Morgan pun segera melangkahkan kakinya menaiki anak tangga didalam
rumahnyaitu, air matanya segera Ia hapus karna takut ada yang melihat.
Ia mungkin akanmelanjutkan acara menangisnya didalam kamar agar tidak
ada satu pun yang mengetahui.
**
Kedua mata kecil nan sipit ini terlihat mengerjap-ngerjap karna
terkena sinarmatahari yang menyorot matanya. Tangan kecilnya pun merasa
terusik dan mengucekkedua bola mata tersebut
"uhh udah pagi tenata.. Ko Arfa bisa banun kesianan
diniyah?.."pikirnya bingung. Ia pun mencoba membuka matanya lebih lebar
danmenatap sekeliling ruangan yang kini menjadi kamarnya itu
"hihi, sekaang Arfa udah puna kamal, Arfa udah ga tidul
dijaananladi.."bibir Arfa tersenyum mendapati dirinya berada didalam
kamar yangcukup nyaman walau tidak terlalu besar
"om Bima??"bibir Arfa kembali tersenyum melihat lelaki bertubuh
tidakterlalu besar ini masih dalam keadaan tertidur. Sejenak Ia pun
mengingatkejadian semalam dimana Ia dan Bisma bisa mendapatkan rumah
kontrakan barunyaini
"waaahh kalau yang ini Oe suka nih ya.. Oe jadiin balang ini
sebagaijaminan, lo olang pada boleh tinggal disini, sekalang oe mau
masuk dulu. Inikunci kontlakannya. Loe beldua boleh tidul dan masuk. Oe
mau belsihin balang behalgaini.."
Seorang lelaki paruh baya berketurunan tiong hoa ini begitu bahagia
danantusias saat Arfa memberikan gelang kaki berbandul batu hijau
miliknya yangentah dari mana bisa Ia dapatkan, yang pasti selama ini
gelang kaki itu selaluterpakai dikaki Arfa, dan baru sekarang gelang itu
dilepas karna koko tiong hoapemilik kontrakan ini menyukainya
"haduhh iya deh Ko, ambil aja, si Arfa juga gak terlalu butuh ntuh
barang.Yang penting kita berdua boleh tinggal dirumah kontrakan ini
dulu.. Nanti kalausaya sudah kerja, baru ntuh gelang si Arfa Saya tebus,
anggap aja jaminan yahKo?"ucap Bisma tak kalah senang. Ia pun segera
masuk kedalam rumahkontrakan yang akan ditempatinya ini. Sementara Arfa
hanya mengangguk setujudan membuntuti Bisma dari belakang
"coba dai tadi siang Arfa ketemu sama Koko baik ini. Janankan gelan
talihijau yan jeek itu. Koko mita Arfa namen juda pasti bakal Arfa
lakuin, yanpeting sekaang Arfa sama om Bima puna Rumah, dan egak tigal
dijaananladi.."Arfa mengelus pipi Bisma yang masih pulas itu. Bibirnya
tersenyumsungguh bahagia. Wajahnya yang sangat polos ini membuat
siapapun yangmelihatnya akan tertegun dan bangga akan kegigihannya..
Bersambung....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p