Kesunyian ditengah malam yang sangat sepi ini selalu kurasakan.
Bukan hanya setiap malam, namun Aku merasa hari-hariku memang selalu
terasa sunyi dan sepi seperti keadaan malam ini.
Kulangkahkan kedua kakiku perlahan mendekati arah jendela, satu
senyuman kecil terukir dari bibirku, senyuman yang begitu miris dan
pilu..
"Tuhan, apa nasibku akan terus seperti ini?
Sampai kapan Aku merasakan kesunyian dalam kesendirian di
kehidupanku Tuhan?"lirihku menatap sendu langit berwarna gelap dengan
cahaya bulan yang mulai redup tertutup awan.
Air mataku tiba-tiba saja menetes, dengan sengaja kupejamkan kedua
kelopak mataku ini, membiarkan butiran bening itu mengalir bebas
membasahi pipi putihku.
"Aku butuh teman.. Aku butuh seorang teman Tuhan.."lirihku terisak sesak.
"Lihat Al, Rafael sudah punya anak sekarang, bayinya sangat lucu,
tadi malam istrinya baru saja melahirkan, bayinya perempuan Al, sangat
cantik.."
"Hiks, air mataku selalu saja ingin menetes jika mengingat kejadian tadi pagi.
Rafael pria yang selalu bersikukuh dan berusaha mengejar cinta Aku,
kini Ia telah merasakan kebahagiaan yang begitu sempurna dengan wania
lain, Ia bahkan sudah memiliki seorang putri sekarang.
Aku bodoh, Aku memang bodoh Tuhan, Aku sudah membuat Rafael kecewa
dan terus-menerus kecewa, padahal Ia sangat tulus mencintai Aku, tapi
Aku selalu mengabaikannya Dan sekarang, Aku hanya bisa menyesal,
menyesal dan menyesal. Aku menyesal Tuhan.."
Aku terduduk lemas dibibir ranjang tempat tidurku, kunsenderkan
perlahan punggungku mendekati dinding yang sejajar denga ranjang
tempatku tidur. Lagi-lagi air mata ini tidak mampu Aku bendung, Aku
selalu merasa bodoh karna selalu menyakiti hati lelaki yang tulus
mencintaiku, disaat semuanya telah pergi Aku baru bisa menyadarinya, Aku
memang bodoh, Aku bodoh Tuhan..
"Aku cinta kamu Al, Aku benar-benar mencintai kamu.
Aku tulus dan Aku tidak pernah bermain-main dengan perasaan Aku,
terserah kamu mau percaya atau tidak, tapi Aku benar-benar mencintai
kamu.."
Kalimat cinta Rangga dulu kini kembali terngiang dimemori ingatanku,
lelaki berkulit putih nan tampan itu lagi-lagi menjadi korban
kebodohanku. Aku menolaknya, bahkan Aku sempat mencacinya saat itu.
"Aku sudah bicara beberapa kali, Aku ENGGAK cinta kamu Rangga! Kamu
mengerti tidak? Kamu itu bukan type Aku, jadi Aku mohon BERHENTI dan
jangan pernah paksa Aku lagi!"bentakku cukup kasar dan berusaha
mendorong tubuh Rangga dan berlalu meninggalkannya.
Sakit, pasti sangat sakit yang Rangga rasakan saat itu, Ini memang
kesalahan Aku, tapi Aku tidak bisa kalau harus berpura-pura mencintai
Rangga, Aku tidak menyukainya dan cinta tidak bisa dipaksakan.
"Sampai kapan pun Aku akan tetap mencintai kamu Alsya, sampai kapan
pun, karna Aku yakin kamu adalah yang terbaik untukku.."suara parau
Rangga sempat Aku dengar sekilas saat itu, dan ternyata itu menjadi
suara terakhir yang Aku dengar..
"Ja..jadi Rangga kecelakaan? Di..Dia meninggal? "
JLEG!! Rasanya bagaikan dihujam ribuan benda tajam disaat sore
harinya Aku mendengar kabar duka atas kepergian Rangga. Tubuhku melemas,
bahkan Aku sempat tak sadarkan diri mendengar kabar mengagetkan itu.
"hiks, Aku minta maaf Rangga, Aku minta maaf.
Aku selalu berlaku kasar sama kamu, Aku selalu meremehkan ketulusan dan kebesaran cinta kamu. Aku minta maaf.."
Hanya ada rasa sesal mendalam melihat gundukan tanah merah yang masih basah dimana jasad Rangga sudah terkubur didalamnya.
Dan sekarang Aku hanya bisa menyesal. kedua pria yang selalu berlaku
baik dan mencoba untuk memberikan cinta tulusnya telah Aku kecewakan,
bahkan bukan hanya Rangga dan Rafael saja, masih banyak pria lain yang
selalu Aku acuhkan. Aku memang benar-benar keras kepala dan angkuh,
pantas saja Tuhan menghukumku seperti ini.
Perlahan Aku mencoba merebahkan tubuh lelahku ini, kedua bola mataku
kembali menerawang mengingat semua masa lalu yang pernah Aku lalui.
"maaf Al, Aku tidak bisa. Sekali lagi maaf. Lebih baik kamu pergi
diantar oleh yang lain, Reza atau Dicky sepertinya akan mau
mengantarmu.."jelasnya membuat tubuhku kaku seakan tidak mampu untuk
bergerak dan berucap lagi.
"kamu selalu tidak mau Morgan, padahal Aku sangat
menyukaimu.."ungkapku menatap lirih kepergian lelaki bertubuh tinggi
tegap bernama Morgan yang sangat Aku kagumi.
"andai yang mau memberikan ketulusan cinta dan kasih sayang untukku
itu adalah kamu Morgan, bukan Rafael, Rangga Dicky atau Reza, tapi
kamu.."harapku pilu menatap dua lembar ticket yang kugenggam.
"yasudah pulangnya Aku antar saja yah? Nanti Aku temani menonton
acara musiknya, kan sayang ticketnya sudah dibeli, jadi jangan sampai
tidak dimanfaatkan.."Aku menoleh pelan mendengar suara halus yang keluar
dari mulut Dicky pria berwajah babyface yang ternyata mengagumiku ini.
"Tidak perlu! Ticketnya lebih baik Aku buang saja, Aku sudah tidak
mood!!"ketusku tiba-tiba merasa muak saat melihat wajah Dicky, padahal
kala itu Dicky dengan sangat lembut dan halusnya menawariku untuk
menemani menonton acara musik favoritku, namun lagi-lagi sikap arogan
dan keras kepalaku membuat semuanya hancur, dua lembar ticket tersebut
Aku robek menjadi beberapa bagian lalu Aku membuangnya begitu saja
didepan Dicky.
"Sangat sulit untuk mendapatkan hati kamu Al, tapi sumpah demi
apapun Aku sangat menyukai kamu, hati Aku selalu merasa ingin dekat
denganmu meski yang kudapatkan hanya sikap yang dingin dan cuek bahkan
jutek, tapi Aku tidak peduli karna Aku tulus mencintai kamu.."suara
lirih Dicky terdengar sekilas olehku, terlihat raut wajahnya sangat
kecewa, namun bibirnya masih bisa tersenyum. Oh Tuhan.. Kenapa Aku bisa
melakukan hal bodoh itu. Terlalu banyak pria yang Aku sakiti, bahkan tak
terhitung dan semua alasan hampir sama hanya karna Aku tidak bisa
menyukainya.
"Air mataku kembali menetes, andai semuanya dapat Aku putar ulang,
Aku ingin agar Aku bisa bersikap baik kepada semua pria yang sangat
tulus itu, Aku ingin meminta maaf kepada mereka semua, Aku ingin
mengulang masa-masa itu Tuhan.. Beri Aku kesempatan.."batinku menjerit
pilu. Kedua kelopak mataku kupejamkan berharap kalau semua yang kualami
ini adalah sebuah mimpi akan sikap burukku ini.
"Aku bisa minta waktunya sebentar Kak?
Please hanya sebentar saja.."
Aku terpaksa menghentikan langkah kakiku melihat seorang pria bertubuh gempal yang tiba-tiba saja menarik pergelangan tanganku.
"Aku tidak punya banyak waktu, jadi MAAF!!"jelasku ketus dan berlalu begitu saja.
"tapi hanya sebentar Kak, Please.. Aku hanya minta agar kakak datang
nanti malam ketempatku, hanya sebentar kak, Aku tidak meminta waktu
lama.."ujarnya lagi setengah berteriak. Namun Aku sama sekali tidak
mempedulikannya dan mengacuhkannya begitu saja.
"dasar tidak penting! Tidak tahu apa kalau Aku itu sedang
sibuk-sibuknya mengurusi urusan kuliahku? Dasar anak kecil!"dengusku
kesal terus berjalan meninggalkan lelaki yang kuketahui bernama Ilham
itu.
Masih sangat teringat jelas dimemori ingatanku kalau itu adalah
kesalahan fatalku selanjutnya, air mataku menetes, dadaku terasa sesak
dimana saat malam tiba Aku melihat sosok bertubuh kecil terbaring lemah
tertutupi kain putih.
"kak Bisma.. Kakak jangan pergi kak.. Jangan tinggalkan Ilham.. Kakaak.
Ilham memang tidak bisa membawa kak Alsya kesini kak, tapi Ilham sudah berusaha. Ilham sudah mencoba membujuknya kak..
Kak Bisma banguun.. Kakaaaaaaakk..!!"
Serasa tersambar petir jantung ini melihat kehisterisan Ilham
menangisi jasad Bisma sang kakak, Aku tidak tahu kalau ternyata Bisma
juga sangat mengagumiku. Tadi siang disaat Bisma hendak melakukan
Operasi pencangkokan hati, Ia sempat meminta Ilham agar membujukku untuk
datang ke Rumah Sakit dan memberikannya support agar tetap bisa tenang
dan bersemangat, namun semangatnya seolah sirna karna Aku tidak datang
akibat keegoisanku sendiri. Ia drop dan operasinya berjalan tidak
lancar, nyawanya pun akhirnya tidak dapat diselamatkan oleh tim medis.
"Ya Tuhan.. Sebegitu fatalnya kesalahanku, Aku sungguh menyesal Tuhan.. Aku menyesal..
Aku telah banyak menyakiti hati orang lain terutama pria yang sangat tulus mencintaiku.
Aku menyesal, Aku sunggu-sungguh menyesal, maafkan Aku..."lirihku memejamkan mata penuh sesal mendalam.
Semuanya sudah terjadi dan tidak dapat diulang kembali.
Sampai saat ini Aku selalu dihantui rasa bersalah, semuanya telah
Aku sakiti, hanya kata maaf yang bisa kuucapkan, sungguh menyesal diri
ini.
Kita harus pandai mengatur diri dan
sikap. Jangan sampai rasa tidak suka yang berlebihan membuat kita
menyakiti hati orang lain apalagi sampai terjadi ke'fatalan.
Suka atau tidaknya itu memang hak kita, begitu juga dengan cinta
atau rasa, tidak dapat dipaksakan karna semuanya mengalir seperti air,
tidak juga dapat dicegah.
Namun bila tidak suka, "jangan" sekali-kali menyakiti terlalu dalam.
Kita masih punya hati, jadi gunakan hati kita disaat menolak karna
tidak bisa membalas suatu rasa, jangan biarkan fikiran dan emosi kita
yang membuat diri kita tidak terkendali.
Kendalikan dirimu, hatimu dan fikiranmu.
Jangan biarkan kamu yang dikendalikan oleh amarah dan nafsu burukmu.
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p