Sabtu, 29 Juni 2013

Sesalku #Cerpen

Kesunyian ditengah malam yang sangat sepi ini selalu kurasakan. Bukan hanya setiap malam, namun Aku merasa hari-hariku memang selalu terasa sunyi dan sepi seperti keadaan malam ini.

Kulangkahkan kedua kakiku perlahan mendekati arah jendela, satu senyuman kecil terukir dari bibirku, senyuman yang begitu miris dan pilu..

"Tuhan, apa nasibku akan terus seperti ini?
Sampai kapan Aku merasakan kesunyian dalam kesendirian di kehidupanku Tuhan?"lirihku menatap sendu langit berwarna gelap dengan cahaya bulan yang mulai redup tertutup awan.

Air mataku tiba-tiba saja menetes, dengan sengaja kupejamkan kedua kelopak mataku ini, membiarkan butiran bening itu mengalir bebas membasahi pipi putihku.

"Aku butuh teman.. Aku butuh seorang teman Tuhan.."lirihku terisak sesak.


"Lihat Al, Rafael sudah punya anak sekarang, bayinya sangat lucu, tadi malam istrinya baru saja melahirkan, bayinya perempuan Al, sangat cantik.."

"Hiks, air mataku selalu saja ingin menetes jika mengingat kejadian tadi pagi.
Rafael pria yang selalu bersikukuh dan berusaha mengejar cinta Aku, kini Ia telah merasakan kebahagiaan yang begitu sempurna dengan wania lain, Ia bahkan sudah memiliki seorang putri sekarang.
Aku bodoh, Aku memang bodoh Tuhan, Aku sudah membuat Rafael kecewa dan terus-menerus kecewa, padahal Ia sangat tulus mencintai Aku, tapi Aku selalu mengabaikannya Dan sekarang, Aku hanya bisa menyesal, menyesal dan menyesal. Aku menyesal Tuhan.."

Aku terduduk lemas dibibir ranjang tempat tidurku, kunsenderkan perlahan punggungku mendekati dinding yang sejajar denga ranjang tempatku tidur. Lagi-lagi air mata ini tidak mampu Aku bendung, Aku selalu merasa bodoh karna selalu menyakiti hati lelaki yang tulus mencintaiku, disaat semuanya telah pergi Aku baru bisa menyadarinya, Aku memang bodoh, Aku bodoh Tuhan..


"Aku cinta kamu Al, Aku benar-benar mencintai kamu.
Aku tulus dan Aku tidak pernah bermain-main dengan perasaan Aku, terserah kamu mau percaya atau tidak, tapi Aku benar-benar mencintai kamu.."

Kalimat cinta Rangga dulu kini kembali terngiang dimemori ingatanku, lelaki berkulit putih nan tampan itu lagi-lagi menjadi korban kebodohanku. Aku menolaknya, bahkan Aku sempat mencacinya saat itu.

"Aku sudah bicara beberapa kali, Aku ENGGAK cinta kamu Rangga! Kamu mengerti tidak? Kamu itu bukan type Aku, jadi Aku mohon BERHENTI dan jangan pernah paksa Aku lagi!"bentakku cukup kasar dan berusaha mendorong tubuh Rangga dan berlalu meninggalkannya.

Sakit, pasti sangat sakit yang Rangga rasakan saat itu, Ini memang kesalahan Aku, tapi Aku tidak bisa kalau harus berpura-pura mencintai Rangga, Aku tidak menyukainya dan cinta tidak bisa dipaksakan.

"Sampai kapan pun Aku akan tetap mencintai kamu Alsya, sampai kapan pun, karna Aku yakin kamu adalah yang terbaik untukku.."suara parau Rangga sempat Aku dengar sekilas saat itu, dan ternyata itu menjadi suara terakhir yang Aku dengar..

"Ja..jadi Rangga kecelakaan? Di..Dia meninggal? "

JLEG!! Rasanya bagaikan dihujam ribuan benda tajam disaat sore harinya Aku mendengar kabar duka atas kepergian Rangga. Tubuhku melemas, bahkan Aku sempat tak sadarkan diri mendengar kabar mengagetkan itu.


"hiks, Aku minta maaf Rangga, Aku minta maaf.
Aku selalu berlaku kasar sama kamu, Aku selalu meremehkan ketulusan dan kebesaran cinta kamu. Aku minta maaf.."

Hanya ada rasa sesal mendalam melihat gundukan tanah merah yang masih basah dimana jasad Rangga sudah terkubur didalamnya.

Dan sekarang Aku hanya bisa menyesal. kedua pria yang selalu berlaku baik dan mencoba untuk memberikan cinta tulusnya telah Aku kecewakan, bahkan bukan hanya Rangga dan Rafael saja, masih banyak pria lain yang selalu Aku acuhkan. Aku memang benar-benar keras kepala dan angkuh, pantas saja Tuhan menghukumku seperti ini.

Perlahan Aku mencoba merebahkan tubuh lelahku ini, kedua bola mataku kembali menerawang mengingat semua masa lalu yang pernah Aku lalui.

"maaf Al, Aku tidak bisa. Sekali lagi maaf. Lebih baik kamu pergi diantar oleh yang lain, Reza atau Dicky sepertinya akan mau mengantarmu.."jelasnya membuat tubuhku kaku seakan tidak mampu untuk bergerak dan berucap lagi.

"kamu selalu tidak mau Morgan, padahal Aku sangat menyukaimu.."ungkapku menatap lirih kepergian lelaki bertubuh tinggi tegap bernama Morgan yang sangat Aku kagumi.

"andai yang mau memberikan ketulusan cinta dan kasih sayang untukku itu adalah kamu Morgan, bukan Rafael, Rangga Dicky atau Reza, tapi kamu.."harapku pilu menatap dua lembar ticket yang kugenggam.

"yasudah pulangnya Aku antar saja yah? Nanti Aku temani menonton acara musiknya, kan sayang ticketnya sudah dibeli, jadi jangan sampai tidak dimanfaatkan.."Aku menoleh pelan mendengar suara halus yang keluar dari mulut Dicky pria berwajah babyface yang ternyata mengagumiku ini.

"Tidak perlu! Ticketnya lebih baik Aku buang saja, Aku sudah tidak mood!!"ketusku tiba-tiba merasa muak saat melihat wajah Dicky, padahal kala itu Dicky dengan sangat lembut dan halusnya menawariku untuk menemani menonton acara musik favoritku, namun lagi-lagi sikap arogan dan keras kepalaku membuat semuanya hancur, dua lembar ticket tersebut Aku robek menjadi beberapa bagian lalu Aku membuangnya begitu saja didepan Dicky.

"Sangat sulit untuk mendapatkan hati kamu Al, tapi sumpah demi apapun Aku sangat menyukai kamu, hati Aku selalu merasa ingin dekat denganmu meski yang kudapatkan hanya sikap yang dingin dan cuek bahkan jutek, tapi Aku tidak peduli karna Aku tulus mencintai kamu.."suara lirih Dicky terdengar sekilas olehku, terlihat raut wajahnya sangat kecewa, namun bibirnya masih bisa tersenyum. Oh Tuhan.. Kenapa Aku bisa melakukan hal bodoh itu. Terlalu banyak pria yang Aku sakiti, bahkan tak terhitung dan semua alasan hampir sama hanya karna Aku tidak bisa menyukainya.

"Air mataku kembali menetes, andai semuanya dapat Aku putar ulang, Aku ingin agar Aku bisa bersikap baik kepada semua pria yang sangat tulus itu, Aku ingin meminta maaf kepada mereka semua, Aku ingin mengulang masa-masa itu Tuhan.. Beri Aku kesempatan.."batinku menjerit pilu. Kedua kelopak mataku kupejamkan berharap kalau semua yang kualami ini adalah sebuah mimpi akan sikap burukku ini.



"Aku bisa minta waktunya sebentar Kak?
Please hanya sebentar saja.."

Aku terpaksa menghentikan langkah kakiku melihat seorang pria bertubuh gempal yang tiba-tiba saja menarik pergelangan tanganku.

"Aku tidak punya banyak waktu, jadi MAAF!!"jelasku ketus dan berlalu begitu saja.

"tapi hanya sebentar Kak, Please.. Aku hanya minta agar kakak datang nanti malam ketempatku, hanya sebentar kak, Aku tidak meminta waktu lama.."ujarnya lagi setengah berteriak. Namun Aku sama sekali tidak mempedulikannya dan mengacuhkannya begitu saja.

"dasar tidak penting! Tidak tahu apa kalau Aku itu sedang sibuk-sibuknya mengurusi urusan kuliahku? Dasar anak kecil!"dengusku kesal terus berjalan meninggalkan lelaki yang kuketahui bernama Ilham itu.

Masih sangat teringat jelas dimemori ingatanku kalau itu adalah kesalahan fatalku selanjutnya, air mataku menetes, dadaku terasa sesak dimana saat malam tiba Aku melihat sosok bertubuh kecil terbaring lemah tertutupi kain putih.

"kak Bisma.. Kakak jangan pergi kak.. Jangan tinggalkan Ilham.. Kakaak.
Ilham memang tidak bisa membawa kak Alsya kesini kak, tapi Ilham sudah berusaha. Ilham sudah mencoba membujuknya kak..
Kak Bisma banguun.. Kakaaaaaaakk..!!"

Serasa tersambar petir jantung ini melihat kehisterisan Ilham menangisi jasad Bisma sang kakak, Aku tidak tahu kalau ternyata Bisma juga sangat mengagumiku. Tadi siang disaat Bisma hendak melakukan Operasi pencangkokan hati, Ia sempat meminta Ilham agar membujukku untuk datang ke Rumah Sakit dan memberikannya support agar tetap bisa tenang dan bersemangat, namun semangatnya seolah sirna karna Aku tidak datang akibat keegoisanku sendiri. Ia drop dan operasinya berjalan tidak lancar, nyawanya pun akhirnya tidak dapat diselamatkan oleh tim medis.


"Ya Tuhan.. Sebegitu fatalnya kesalahanku, Aku sungguh menyesal Tuhan.. Aku menyesal..
Aku telah banyak menyakiti hati orang lain terutama pria yang sangat tulus mencintaiku.
Aku menyesal, Aku sunggu-sungguh menyesal, maafkan Aku..."lirihku memejamkan mata penuh sesal mendalam.
Semuanya sudah terjadi dan tidak dapat diulang kembali.
Sampai saat ini Aku selalu dihantui rasa bersalah, semuanya telah Aku sakiti, hanya kata maaf yang bisa kuucapkan, sungguh menyesal diri ini.


Kita harus pandai mengatur diri dan sikap. Jangan sampai rasa tidak suka yang berlebihan membuat kita menyakiti hati orang lain apalagi sampai terjadi ke'fatalan.
Suka atau tidaknya itu memang hak kita, begitu juga dengan cinta atau rasa, tidak dapat dipaksakan karna semuanya mengalir seperti air, tidak juga dapat dicegah.
Namun bila tidak suka, "jangan" sekali-kali menyakiti terlalu dalam. Kita masih punya hati, jadi gunakan hati kita disaat menolak karna tidak bisa membalas suatu rasa, jangan biarkan fikiran dan emosi kita yang membuat diri kita tidak terkendali.

Kendalikan dirimu, hatimu dan fikiranmu.
Jangan biarkan kamu yang dikendalikan oleh amarah dan nafsu burukmu.




TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p