Kamis, 11 April 2013

Arfa Ohh Arfa #Part 1

Teriknya sinar matahari siang ini cukup terasa menyengat tubuh.
Pemuda bertubuh tidak terlalu besar ini pun terlihat begitu lemas dan lesu.
Langkah kakinya tiba-tiba berhenti tepat didekat pohon kecil yang cukup rindang ini

"Huufh, Apess..."
nafas yang begitu berat pun Ia keluarkan. Tubuhnya terkulai lemas dan duduk dibawah pohon rindang ini.
Hembusan angin membuat hatinya sedikit terasa nyaman dan damai duduk dibawah pohon seperti ini

"mulai sekarang kita putus! Aku udah gak muak sama kamu. Aku udah gak mau berhubungan sama cowok seperti kamu lagi!!"

sorotan matanya yang kosong kembali mengingat kejadian pagi tadi. Dimana gadis cantik yang Ia sukai memutuskannya begitu saja tanpa alasan yang jelas, tubuhnya pun semakin lemas akan ucapan gadisnya tadi pagi


"baru juga jadian 2'hari, udah diputusin lagi. Hufh.. Kenapa sih nasib percintaan Gue selalu sial kaya gini?
Kenapa Gue gak bisa ngerasain kebahagiaan kaya si Ilham?
Dia kaya, punya mobil, ceweknya juga banyak, bahkan hampir semua incaran Gue selalu berhasil Ia dapetin. Lah Gue??.. Udah miskin, melarat, belangsak, apes mulu, hidup lagi. Aaarggghh!!!"

keluhan dan dengusan kesal akan nasib yang menimpanya membuat pemuda inis eakan frustasi. Dijambaknya rambut hitam lurus dengan poni yang dikesampingkan ini

"Kenapa sih Gue gak jadi orang kaya aja? Kenapa harus hidup miskin?
Bayar kuliah aja Gue harus kerja sana sini, mana uang kost udah nunggak beberapa bulan. Aarrrggghhh SIAAALL!!!"

Pemuda ini pun berteriak dan bangkit dengan amarah yang memuncak.
Ditinggalkannya tempat yang cukup sejuk ini karna hati dan fikirannya malah bertambah kacau memikirkan nasib buruk ini


Langkah demi langkah pun Ia lewati, jalan raya yang cukup ramai dan terik ini pun tidak dihiraukannya. Ia terus melangkah dan melangkah dengan fikiran yang kosong entah melayang kemana

"Aku rasa Ilham yang terbaik buat Aku. Maaf Aku bener-bener gak bisa sama kamu.."

"Ilham itu lebih dari segalanya, kamu kalau mau jadiin Aku pacar kamu harus bisa kaya Ilham donk, masa nyenengin pacarnya sendiri aja gak bisa? KITA PUTUS!"

"maaf ya Bis, tapi Aku beneran gak bisa sama kamu. Aku gak terlalu nyaman bersama kamu. Aku gak bisa..."

"haha, Loe itu emang beda 180derajat sama Ilham. Udah deh, anak kost'an aja laga lu se eRte, mending kaya Gue. Gak perlu punya pacar tapi Heppy, haha.."

"sial loe! Temen lagi sengsara malah diketawain terus.."

Ucapan demi ucapan dan kejadian-kejadian yang telah lalu pun terngiang kembali di memori ingatannya

"kenapa sih Gue selalu bernasib sial kaya gini? kenapa ini ya Allah? KENAPAAAA?????"teriaknya semakin emosi, sebuat botol plastik bekas air mineral dihadapannya pun Ia tendang kesembarang tempat karna menghalangi jalannya

"PLETAAK!!"

"Aduuh!!"

Tiba-tiba terdengar suara rintihan akibat terkena tendangan botol plastik bekas air mineral tersebut

"ahhh bomat lah, siapa suruh loe diem disitu, gak tau apa kalau Gue lagi kesel!"ucapnya kemudian berlalu pergi begitu saja tanpa merasa bersalah dan khawatir sedikit pun

"ko pegi sih?
Aduh! Kepaa Arfa sakit nih.."

seorang bocah laki-laki pun keluar dari balik semak-semak, Ia memegangi kepalanya yang hitam dan diponi lurus itu, matanya pun menatap pemuda tadi dengan rintihan kecil yang keluar dari mulutnya

"om tadi keapa yah? Ko main tedang botol ini ditu aja? Eman saah botol ini apa??"pikirnya bingung sendiri

Bocah kecil bernama Arfa ini pun hanya bisa menatap kepergian pemuda yang ternyata bernama Bisma itu dengan ekspresi wajah polosnya. Namun tiba-tiba bibirnya tersenyum saat pemuda itu menoleh kearahnya walau hanya sekilas dan berlalu kembali

"Papah?.."pikirnya tersenyum kecil

Ia pun segera berlalu pergi berlawanan arah dengan Bisma. Botol bekas minuman air mineral tadi pun terus dipegangnya.
Wajah putih yang lucu dan tampan ini terus menyunggingkan senyum.

**

"Pokoknya kamu gak boleh tinggal disini lagi!
Saya sudah muak yah dengan janji-janji kamu yang tidak pernah bisa ditepati itu! Sekarang juga saya mau kamu pergi dan angkat kaki dari rumah kost-kost'an saya ini!"bentak seorang ibu paruh baya seraya mengemasi secara paksa baju-baju Bisma

"aduh Bu, plis donk kasih Bisma waktu.. Seminggu lagi deh, Bisma pasti bayar, ayolah Buu.. Nanti Bisma mau tinggal dimana coba kalau Ibu ngusir Bisma dari sini, ayolah, kasihani Bisma Bu.. Pliss..."mohon Bisma dengan mata berkaca-kaca

"GAK BISA! kamu tetap harus pergi! Saya sudah capek ngasih kamu kesempatan terus karna kamu pasti akan tetap gak bisa bayar, CEPETAN PERGI!! kamar kost ini sudah ada yang pesan, PERGII...!!!"teriakan dan bentakan yang lebih keras plus kasar ini pun kembali Bisma dapatkan. Ransel berukuran sedang berisi pakaian Bisma pun dilempar keluar dari kamar kost Bisma

"Ya Allah Bu, tega banget sih, masa sampe segitunya.."lirih Bisma mengambil ransel miliknya yang dilempar ketanah

Ibu kost Bisma sendiri hanya menatap sinis kemudian berlalu pergi setelah berhasil mengeluarkan barang-barang Bisma dari kamar kost nya

"muka boleh ganteng tapi kalo bisanya cuma nunggak rugi disaya. Situ fikir saya mau terus-terusan ngasih gratis kamar kost saya ini, cuih!"ucap Ibu paruh baya tersebut terus melirik sinis Bisma kemudian berlalu pergi

"hidup Gue bener-bener apes yah?
Tadi pagi diputusin pacar, sekarang diusir dari kos-kosan.. Hufh.. Abis ini kejadian apalagi yang bakal menimpa Gue?.."fikir Bisma meratapi nasib buruknya ini

Kaki Bisma pun melangkah dengan sangat berat seraya menenteng ransel berisikan beberapa pakaiannya itu dipundak kirinya. Entahlah kali ini Ia akan kemana, yang jelas Ia sudah tidak memiliki uang lagi kalau untuk mencari tempat kost yang baru


"Gue temuin Dicky aja kali yah? Siapa tau Dia bisa ngasih tumpangan buat Gue.."pikir Bisma lagi. Sedikit senyum dan harapan pun seolah bisa didapatkannya dengan mengandalkan sahabat satu-satunya ini

**

Langkah demi Langkah terus Bisma lalui, tak ada uang untuk menaiki kendaraan umum atau yang lainnya, jadi hanya dengan berjalan kaki Bisma lakukan untuk menemui sahabatnya yang bernama Dicky ini

namun entah kenapa Bisma tiba-tiba menghentikan langkahnya, Ia merasa kalau sedari tadi ada yang terus mengikutinya dari belakang. Ia pun menoleh dan melihat siapa sosok yang terus mengikutinya ini

"ko gak ada siapa-siapa?"pikir Bisma celingukan seperti orang bingung

"ah, mungkin cuma perasaan Gue aja.."Bisma pun kembali meneruskan langkahnya


namun baru beberapa langkah, Ia kembali menoleh kebelakang hingga langkahnya terhenti

"siapa sih? Gak usah ngikutin Gue terus deh, keluar loe!"suruh Bisma sedikit berteriak

"aduh! ketauan.."ucap bocah kecil bernama Arfa ini, ternyata dari tadi yang mengikuti Bisma adalah Arfa. Ia pun bersembunyi dibalik semak-semak belukar agar tidak diketahui Bisma

"Gue bilang keluar! Loe gak usah sembunyi lagi deh. Gue tau kalo loe itu ngikutin Gue terus dari tadi. Ayo cepetan KELUAR!!!"teriak Bisma lagi semakin kencang. Tubuh Arfa pun sampai bergetar karna takut

"ma.maaf.."Arfa menundukkan kepalanya takut, namun Ia sungguh berani menunjukkan keberadaannya didepan Bisma

"halah ternyata cuma anak kecil! Gue kira siapa. Udah lah, Gue mau cabut, awas kalau sampe loe ngikutin Gue lagi"ancam Bisma kemudian berlalu pergi begitu saja

namun rupanya Arfa tidak mempedulikan ucapan dan ancaman Bisma tadi. Ia keluar dari persembunyiannya dan kembali membuntuti Bisma dari belakang

sedangkan Bisma tidak mempedulikan lagi dan memilih untuk cepat-cepat pergi menuju rumah sahabatnya bernama Dicky.

**

Suasana didalam rumah mewah bernuansa putih cream ini sungguh terdengar ramai. Suara-suara tawa dan teriakan anak kecil pun seolah memenuhi ruangan demi ruangan

"Kak Albi CURAAAANG!!!"

seorang bocah laki-laki seumuran dengan Arfa pun berlali menuruni anak tangga rumah mewah ini. Ia membawa sebuah pistol mainan mengejar bocah laki-laki yang satunya yang tadi Ia panggil 'kak Albi'

"Kakak gak curang! Kamu yang mainnya curang terus wlee':p"ledek sang kakak menjulurkan lidahnya

"Curaaaaaaanng!!! Pokoknya Bian gak mau main sama kak Albi lagi, GAK MAAAAUUUU!!"protesnya berteriak sungguh kencang

"PRAAAYY!!"satu buah Vas bunga berukuran sedang ini pun diraih dan dilemparnya keatas lantai

"BIAN!!"teriak seorang lelaki yang sepertinya ayah dari kedua bocah kembar ini

"Jangan salahin Bian! Salahin kak Albi. Kak Albi mainnya curang! Bian BENCI BIAN BENCIIIIII!!!"teriak Bian kemudian berlari menaiki anak tangga rumahnya menuju kamarnya dilantai atas

pemuda berpostur tinggi putih ini pun hanya bisa menghela nafasnya melihat kelakuan kedua buah hatinya

"Papah gak bisa nyalahin Albi, Bian yang jelas-jelas lempar vas bunga nya. Jadi jangan hukum Albi!"tegas Albi saat pemuda ini meliriknya. Ia pun berlalu pergi meninggalkan sang papah menuju kamarnya tanpa ada rasa bersalah sedikit pun

"kenapa Albi sama Bian menjadi nakal seperti ini?
Apa yang salah dengan kalian berdua??"pikir pemuda ini sungguh dibuat bingung tidak mengerti

kemudian Ia pun memanggil pembantu dirumah mewahnya ini untuk membersihkan bekas pecahan vas bunga yang dipecahkan Bian tadi

"tolong ya Bi, sekalian nanti tolong telpon Rangga suruh pulang sekarang.."suruhnya begitu lembut dan ramah. Pembantunya yang bernama bik Inah ini pun hanya mengangguk kecild an menuruti perintahnya


"Coba kamu masih ada disini sayang, anak-anak kita pasti tidak akan senakal ini, kamu pasti bisa mengurus mereka dengan baik. Aku terlalu sibuk, jadi maaf Aku belum bisa menjadi Ayah yang baik untuk Albi dan Bian.."batinnya lirih kemudian melangkah memasuki kamarnya

"kasian Tuan, pasti kesepian banget semenjak Non pergi. Mana den Albi sama den Bian jadi semakin nakal lagi. Hufh.. Sabar ya Tuan, semua pasti akan indah pada waktunya.."batin bik Inah menatap miris kearah majikannya.


Sementara itu...


"Hufh, si Dicky bener-bener bikin Gue pusing!
Pindah kemana lagi tuh anak. Kenapa gak pernah bilang ke Gue sih? Perasaan kemarin-kemarin Dia masih tinggal di kosan yang dulu, tapi kenapa sekarang pindah?
Mana nih Bocil ngikutin Gue mulu lagi. Hadeuuhhh masalah Gue tambah ribeeet.. Pusing Gueee..."gerutu Bisma terus mengoceh meratapi nasibnya. Langkah kakinya pun semakin pelan dan lemah karna hampir seharian ini Ia berjalan kaki mencari tempat tinggal Dicky yang baru bersama Arfa sibocah yang dari tadi membuntutinya

Langkah kaki Bisma pun terhenti, nafasnya terasa berat, tubuhnya pun semakin lemas. Ia duduk diatas bangku taman kota yang sudah terlihat gelap ini.

"Loe kenapa ngikutin Gue terus sih?
Hidup Gue ini udah sulit, loe mau nambah-nambah sulit hidup Gue lagi?
Mending loe pulang sana! Orang tua loe nyariin aja berabe entar.."usir Bisma sedikit mendorong tubuh kecil Arfa yang duduk disebelahnya

Arfa sama sekali tidak menjawab ucapan Bisma. Ia malah menundukkan kepalanya tanpa berani menatap wajah Bisma lagi

"Papah.."lirihnya meneteskan air mata

"papah? Loe fikir Gue bokap loe apa?
Udah deh loe gak usah bikin Gue tambah emosi. CEPETAN PERGI! Atau loe mau Gue lempar, IYA??"bentak Bisma mendorong tubuh Arfa kasar hingga jatuh

Bisma memang sangat emosi karna hari ini adalah hari paling buruk untuknya, terlebih alamat rumah baru Dicky sang sahabat Ia lupa dan tidak tau dimana. Sekarang ada anak kecil yang mengikutinya terus, jadi tak heran kalau Bisma bisa sekasar dan semarah ini

"Apaan loe lihatin Gue? Udah cepetan pergi! Loe mau beneran Gue lempar HAH??"lagi-lagi Bisma membentak Arfa, Ia bahkan sampai melepas sepatu yang melekat dikakinya agar bocah dihadapannya ini mau pargi

"Arfa mau ikut sama om.. Janan suuh Arfa pegi Om, Arfa mo'on.."pinta Arfa lirih, setetes air mata pun jatuh membasahi wajah tampannya yang sedikit dipenuhi debu kotor itu

"Gue gak punya rumah. Loe mau tidur dijalanan sama Gue hah? Udah cepetan pergi deh, sebelum Gue bertindak lebih kasar!"jelas Bisma sama sekali tidak merasa iba atau sedih melihat bocah kecil ini

Namun bukannya pergi dan menuruti ucapan Bisma. Arfa justru malah mendekat kearah Bisma dan berbaring disamping Bisma dan membuat Bisma semakin marah

"Heh! Loe tuh ngerti gak sih sama yang Gue ucapin barusan?
Loe jangan buat masalah baru deh buat Gue. Gue udah cukup sengsara hidup disini, jadi jangan tambah lagi beban hidup Gue!!"bentak Bisma menjauhkan dirinya dari Arfa

"Arfa cuma mau tidulan dideket om. Arfa takut om kao sendiian teus.. Arfa mau ikut sama om yah? Piss Arfa jaji Arfa gak akan nakal, asal om ajak Arfa..
Arfa ga puna sapa-sapa om, Arfa penen ikut sama om, piiss.. Ijinin Arfa.."pinta Arfa memohon, Ia menyatukan kedua tangannya dihadapan Bisma

"Loe tuh gak ngerti juga yah?
Gue ini bener-bener udah susah, loe ngertiin Gue dong, loe gak mungkin ikut Gue karna hidup Gue udah rumit.
Loe cari aja orang lain, Gue tetep gak bisa kalau harus loe bebanin.."jelas Bisma kemudian berlalu pergi begitu saja

Arfa hanya menatap lirih dengan air mata yang terus mengalir dipipinya

"Arfa ga tau kenapa Arfa yakin kaau om itu bisa jadain Arfa.
Arfa ga mau kaau disuuh-suuh sama peman-peman itu ladi om, Arfa takut.. Arfa juda ga puna siapa-siapa.
Arfa ga puna papah atau mamah..
Arfa benean penen ikut sama om.."ucap Arfa lirih menatap kepergian Bisma.
Namun sepertinya percuma saja karna Bisma tidak menghiraukan Arfa lagi.

Arfa pun hanya bisa diam dan pasrah. Ia membaringkan tubuh kecilnya diatas bangku taman yang hanya diterangi cahaya bulan dan bintang dilangit.
Tangannya pun Ia lipat didadanya, sedangkan kedua kakinya Ia luruskan

"sebenalnya apa sih tujuan Arfa diahilkan kedunia ini?
Kenapa Arfa haus hidup sendii?..
Mana mamah sama papah Arfa?
Apa Arfa ga puna mamah papah?
Arfa ga maah kaau ga puna mamah papah. Tapi Arfa penen puna temen.. Arfa ga mau sendii teus, Arfa takuut.."perlahan air mata Arfa pun menetes membasahi pipinya, kedua kelopak matanya pun berusaha Ia pejamkan. Entahlah mungkin malam ini Ia akan tidur ditaman kota ini dengan tanpa beralaskan apapun dan hanya diselimuti oleh dinginnya angin malam..


"ko Gue jadi ngerasa gak tega gini yah?
Siapa sebenarnya anak itu?
Kenapa hati Gue sakit banget lihat nasib Dia yang ternyata lebih buruk dari Gue..
Apa Gue egois kalau Gue ngerasa Gue bernasib paling buruk didunia ini, sementara anak itu lebih mengkhawatirkan dari Gue?.."batin Bisma menatap lirih tubuh kecil yang terbaring dibangku taman tersebut.

Perlahan Ia pun mendekati Arfa kembali. Bibirnya sedikit terukir senyum saat melihat wajah polos Arfa sudah pulas tertidur

"biar gak dingin..."Bisma membuka jaket yang dipakainya dan menutupi badan Arfa, Ia pun berbaring diatas rerumputan taman tanpa alas dan hanya beratapkan langit biru bertabur penuh bintang dan cahaya Bulan.






Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p