Teriknya sinar matahari siang ini cukup terasa menyengat tubuh.
Pemuda bertubuh tidak terlalu besar ini pun terlihat begitu lemas dan lesu.
Langkah kakinya tiba-tiba berhenti tepat didekat pohon kecil yang cukup rindang ini
"Huufh, Apess..."
nafas yang begitu berat pun Ia keluarkan. Tubuhnya terkulai lemas dan duduk dibawah pohon rindang ini.
Hembusan angin membuat hatinya sedikit terasa nyaman dan damai duduk dibawah pohon seperti ini
"mulai sekarang kita putus! Aku udah gak muak sama kamu. Aku udah gak mau berhubungan sama cowok seperti kamu lagi!!"
sorotan matanya yang kosong kembali mengingat kejadian pagi tadi.
Dimana gadis cantik yang Ia sukai memutuskannya begitu saja tanpa alasan
yang jelas, tubuhnya pun semakin lemas akan ucapan gadisnya tadi pagi
"baru juga jadian 2'hari, udah diputusin lagi. Hufh.. Kenapa sih nasib percintaan Gue selalu sial kaya gini?
Kenapa Gue gak bisa ngerasain kebahagiaan kaya si Ilham?
Dia kaya, punya mobil, ceweknya juga banyak, bahkan hampir semua
incaran Gue selalu berhasil Ia dapetin. Lah Gue??.. Udah miskin,
melarat, belangsak, apes mulu, hidup lagi. Aaarggghh!!!"
keluhan dan dengusan kesal akan nasib yang menimpanya membuat pemuda
inis eakan frustasi. Dijambaknya rambut hitam lurus dengan poni yang
dikesampingkan ini
"Kenapa sih Gue gak jadi orang kaya aja? Kenapa harus hidup miskin?
Bayar kuliah aja Gue harus kerja sana sini, mana uang kost udah nunggak beberapa bulan. Aarrrggghhh SIAAALL!!!"
Pemuda ini pun berteriak dan bangkit dengan amarah yang memuncak.
Ditinggalkannya tempat yang cukup sejuk ini karna hati dan fikirannya malah bertambah kacau memikirkan nasib buruk ini
Langkah demi langkah pun Ia lewati, jalan raya yang cukup ramai dan
terik ini pun tidak dihiraukannya. Ia terus melangkah dan melangkah
dengan fikiran yang kosong entah melayang kemana
"Aku rasa Ilham yang terbaik buat Aku. Maaf Aku bener-bener gak bisa sama kamu.."
"Ilham itu lebih dari segalanya, kamu kalau mau jadiin Aku pacar
kamu harus bisa kaya Ilham donk, masa nyenengin pacarnya sendiri aja gak
bisa? KITA PUTUS!"
"maaf ya Bis, tapi Aku beneran gak bisa sama kamu. Aku gak terlalu nyaman bersama kamu. Aku gak bisa..."
"haha, Loe itu emang beda 180derajat sama Ilham. Udah deh, anak
kost'an aja laga lu se eRte, mending kaya Gue. Gak perlu punya pacar
tapi Heppy, haha.."
"sial loe! Temen lagi sengsara malah diketawain terus.."
Ucapan demi ucapan dan kejadian-kejadian yang telah lalu pun terngiang kembali di memori ingatannya
"kenapa sih Gue selalu bernasib sial kaya gini? kenapa ini ya Allah?
KENAPAAAA?????"teriaknya semakin emosi, sebuat botol plastik bekas air
mineral dihadapannya pun Ia tendang kesembarang tempat karna menghalangi
jalannya
"PLETAAK!!"
"Aduuh!!"
Tiba-tiba terdengar suara rintihan akibat terkena tendangan botol plastik bekas air mineral tersebut
"ahhh bomat lah, siapa suruh loe diem disitu, gak tau apa kalau Gue
lagi kesel!"ucapnya kemudian berlalu pergi begitu saja tanpa merasa
bersalah dan khawatir sedikit pun
"ko pegi sih?
Aduh! Kepaa Arfa sakit nih.."
seorang bocah laki-laki pun keluar dari balik semak-semak, Ia
memegangi kepalanya yang hitam dan diponi lurus itu, matanya pun menatap
pemuda tadi dengan rintihan kecil yang keluar dari mulutnya
"om tadi keapa yah? Ko main tedang botol ini ditu aja? Eman saah botol ini apa??"pikirnya bingung sendiri
Bocah kecil bernama Arfa ini pun hanya bisa menatap kepergian pemuda
yang ternyata bernama Bisma itu dengan ekspresi wajah polosnya. Namun
tiba-tiba bibirnya tersenyum saat pemuda itu menoleh kearahnya walau
hanya sekilas dan berlalu kembali
"Papah?.."pikirnya tersenyum kecil
Ia pun segera berlalu pergi berlawanan arah dengan Bisma. Botol bekas minuman air mineral tadi pun terus dipegangnya.
Wajah putih yang lucu dan tampan ini terus menyunggingkan senyum.
**
"Pokoknya kamu gak boleh tinggal disini lagi!
Saya sudah muak yah dengan janji-janji kamu yang tidak pernah bisa
ditepati itu! Sekarang juga saya mau kamu pergi dan angkat kaki dari
rumah kost-kost'an saya ini!"bentak seorang ibu paruh baya seraya
mengemasi secara paksa baju-baju Bisma
"aduh Bu, plis donk kasih Bisma waktu.. Seminggu lagi deh, Bisma
pasti bayar, ayolah Buu.. Nanti Bisma mau tinggal dimana coba kalau Ibu
ngusir Bisma dari sini, ayolah, kasihani Bisma Bu.. Pliss..."mohon Bisma
dengan mata berkaca-kaca
"GAK BISA! kamu tetap harus pergi! Saya sudah capek ngasih kamu
kesempatan terus karna kamu pasti akan tetap gak bisa bayar, CEPETAN
PERGI!! kamar kost ini sudah ada yang pesan, PERGII...!!!"teriakan dan
bentakan yang lebih keras plus kasar ini pun kembali Bisma dapatkan.
Ransel berukuran sedang berisi pakaian Bisma pun dilempar keluar dari
kamar kost Bisma
"Ya Allah Bu, tega banget sih, masa sampe segitunya.."lirih Bisma mengambil ransel miliknya yang dilempar ketanah
Ibu kost Bisma sendiri hanya menatap sinis kemudian berlalu pergi
setelah berhasil mengeluarkan barang-barang Bisma dari kamar kost nya
"muka boleh ganteng tapi kalo bisanya cuma nunggak rugi disaya. Situ
fikir saya mau terus-terusan ngasih gratis kamar kost saya ini,
cuih!"ucap Ibu paruh baya tersebut terus melirik sinis Bisma kemudian
berlalu pergi
"hidup Gue bener-bener apes yah?
Tadi pagi diputusin pacar, sekarang diusir dari kos-kosan.. Hufh..
Abis ini kejadian apalagi yang bakal menimpa Gue?.."fikir Bisma meratapi
nasib buruknya ini
Kaki Bisma pun melangkah dengan sangat berat seraya menenteng ransel
berisikan beberapa pakaiannya itu dipundak kirinya. Entahlah kali ini
Ia akan kemana, yang jelas Ia sudah tidak memiliki uang lagi kalau untuk
mencari tempat kost yang baru
"Gue temuin Dicky aja kali yah? Siapa tau Dia bisa ngasih tumpangan
buat Gue.."pikir Bisma lagi. Sedikit senyum dan harapan pun seolah bisa
didapatkannya dengan mengandalkan sahabat satu-satunya ini
**
Langkah demi Langkah terus Bisma lalui, tak ada uang untuk menaiki
kendaraan umum atau yang lainnya, jadi hanya dengan berjalan kaki Bisma
lakukan untuk menemui sahabatnya yang bernama Dicky ini
namun entah kenapa Bisma tiba-tiba menghentikan langkahnya, Ia
merasa kalau sedari tadi ada yang terus mengikutinya dari belakang. Ia
pun menoleh dan melihat siapa sosok yang terus mengikutinya ini
"ko gak ada siapa-siapa?"pikir Bisma celingukan seperti orang bingung
"ah, mungkin cuma perasaan Gue aja.."Bisma pun kembali meneruskan langkahnya
namun baru beberapa langkah, Ia kembali menoleh kebelakang hingga langkahnya terhenti
"siapa sih? Gak usah ngikutin Gue terus deh, keluar loe!"suruh Bisma sedikit berteriak
"aduh! ketauan.."ucap bocah kecil bernama Arfa ini, ternyata dari
tadi yang mengikuti Bisma adalah Arfa. Ia pun bersembunyi dibalik
semak-semak belukar agar tidak diketahui Bisma
"Gue bilang keluar! Loe gak usah sembunyi lagi deh. Gue tau kalo loe
itu ngikutin Gue terus dari tadi. Ayo cepetan KELUAR!!!"teriak Bisma
lagi semakin kencang. Tubuh Arfa pun sampai bergetar karna takut
"ma.maaf.."Arfa menundukkan kepalanya takut, namun Ia sungguh berani menunjukkan keberadaannya didepan Bisma
"halah ternyata cuma anak kecil! Gue kira siapa. Udah lah, Gue mau
cabut, awas kalau sampe loe ngikutin Gue lagi"ancam Bisma kemudian
berlalu pergi begitu saja
namun rupanya Arfa tidak mempedulikan ucapan dan ancaman Bisma tadi.
Ia keluar dari persembunyiannya dan kembali membuntuti Bisma dari
belakang
sedangkan Bisma tidak mempedulikan lagi dan memilih untuk cepat-cepat pergi menuju rumah sahabatnya bernama Dicky.
**
Suasana didalam rumah mewah bernuansa putih cream ini sungguh
terdengar ramai. Suara-suara tawa dan teriakan anak kecil pun seolah
memenuhi ruangan demi ruangan
"Kak Albi CURAAAANG!!!"
seorang bocah laki-laki seumuran dengan Arfa pun berlali menuruni
anak tangga rumah mewah ini. Ia membawa sebuah pistol mainan mengejar
bocah laki-laki yang satunya yang tadi Ia panggil 'kak Albi'
"Kakak gak curang! Kamu yang mainnya curang terus wlee':p"ledek sang kakak menjulurkan lidahnya
"Curaaaaaaanng!!! Pokoknya Bian gak mau main sama kak Albi lagi, GAK MAAAAUUUU!!"protesnya berteriak sungguh kencang
"PRAAAYY!!"satu buah Vas bunga berukuran sedang ini pun diraih dan dilemparnya keatas lantai
"BIAN!!"teriak seorang lelaki yang sepertinya ayah dari kedua bocah kembar ini
"Jangan salahin Bian! Salahin kak Albi. Kak Albi mainnya curang!
Bian BENCI BIAN BENCIIIIII!!!"teriak Bian kemudian berlari menaiki anak
tangga rumahnya menuju kamarnya dilantai atas
pemuda berpostur tinggi putih ini pun hanya bisa menghela nafasnya melihat kelakuan kedua buah hatinya
"Papah gak bisa nyalahin Albi, Bian yang jelas-jelas lempar vas
bunga nya. Jadi jangan hukum Albi!"tegas Albi saat pemuda ini
meliriknya. Ia pun berlalu pergi meninggalkan sang papah menuju kamarnya
tanpa ada rasa bersalah sedikit pun
"kenapa Albi sama Bian menjadi nakal seperti ini?
Apa yang salah dengan kalian berdua??"pikir pemuda ini sungguh dibuat bingung tidak mengerti
kemudian Ia pun memanggil pembantu dirumah mewahnya ini untuk membersihkan bekas pecahan vas bunga yang dipecahkan Bian tadi
"tolong ya Bi, sekalian nanti tolong telpon Rangga suruh pulang
sekarang.."suruhnya begitu lembut dan ramah. Pembantunya yang bernama
bik Inah ini pun hanya mengangguk kecild an menuruti perintahnya
"Coba kamu masih ada disini sayang, anak-anak kita pasti tidak akan
senakal ini, kamu pasti bisa mengurus mereka dengan baik. Aku terlalu
sibuk, jadi maaf Aku belum bisa menjadi Ayah yang baik untuk Albi dan
Bian.."batinnya lirih kemudian melangkah memasuki kamarnya
"kasian Tuan, pasti kesepian banget semenjak Non pergi. Mana den
Albi sama den Bian jadi semakin nakal lagi. Hufh.. Sabar ya Tuan, semua
pasti akan indah pada waktunya.."batin bik Inah menatap miris kearah
majikannya.
Sementara itu...
"Hufh, si Dicky bener-bener bikin Gue pusing!
Pindah kemana lagi tuh anak. Kenapa gak pernah bilang ke Gue sih?
Perasaan kemarin-kemarin Dia masih tinggal di kosan yang dulu, tapi
kenapa sekarang pindah?
Mana nih Bocil ngikutin Gue mulu lagi. Hadeuuhhh masalah Gue tambah
ribeeet.. Pusing Gueee..."gerutu Bisma terus mengoceh meratapi nasibnya.
Langkah kakinya pun semakin pelan dan lemah karna hampir seharian ini
Ia berjalan kaki mencari tempat tinggal Dicky yang baru bersama Arfa
sibocah yang dari tadi membuntutinya
Langkah kaki Bisma pun terhenti, nafasnya terasa berat, tubuhnya pun
semakin lemas. Ia duduk diatas bangku taman kota yang sudah terlihat
gelap ini.
"Loe kenapa ngikutin Gue terus sih?
Hidup Gue ini udah sulit, loe mau nambah-nambah sulit hidup Gue lagi?
Mending loe pulang sana! Orang tua loe nyariin aja berabe
entar.."usir Bisma sedikit mendorong tubuh kecil Arfa yang duduk
disebelahnya
Arfa sama sekali tidak menjawab ucapan Bisma. Ia malah menundukkan kepalanya tanpa berani menatap wajah Bisma lagi
"Papah.."lirihnya meneteskan air mata
"papah? Loe fikir Gue bokap loe apa?
Udah deh loe gak usah bikin Gue tambah emosi. CEPETAN PERGI! Atau
loe mau Gue lempar, IYA??"bentak Bisma mendorong tubuh Arfa kasar hingga
jatuh
Bisma memang sangat emosi karna hari ini adalah hari paling buruk
untuknya, terlebih alamat rumah baru Dicky sang sahabat Ia lupa dan
tidak tau dimana. Sekarang ada anak kecil yang mengikutinya terus, jadi
tak heran kalau Bisma bisa sekasar dan semarah ini
"Apaan loe lihatin Gue? Udah cepetan pergi! Loe mau beneran Gue
lempar HAH??"lagi-lagi Bisma membentak Arfa, Ia bahkan sampai melepas
sepatu yang melekat dikakinya agar bocah dihadapannya ini mau pargi
"Arfa mau ikut sama om.. Janan suuh Arfa pegi Om, Arfa mo'on.."pinta
Arfa lirih, setetes air mata pun jatuh membasahi wajah tampannya yang
sedikit dipenuhi debu kotor itu
"Gue gak punya rumah. Loe mau tidur dijalanan sama Gue hah? Udah
cepetan pergi deh, sebelum Gue bertindak lebih kasar!"jelas Bisma sama
sekali tidak merasa iba atau sedih melihat bocah kecil ini
Namun bukannya pergi dan menuruti ucapan Bisma. Arfa justru malah
mendekat kearah Bisma dan berbaring disamping Bisma dan membuat Bisma
semakin marah
"Heh! Loe tuh ngerti gak sih sama yang Gue ucapin barusan?
Loe jangan buat masalah baru deh buat Gue. Gue udah cukup sengsara
hidup disini, jadi jangan tambah lagi beban hidup Gue!!"bentak Bisma
menjauhkan dirinya dari Arfa
"Arfa cuma mau tidulan dideket om. Arfa takut om kao sendiian teus..
Arfa mau ikut sama om yah? Piss Arfa jaji Arfa gak akan nakal, asal om
ajak Arfa..
Arfa ga puna sapa-sapa om, Arfa penen ikut sama om, piiss.. Ijinin
Arfa.."pinta Arfa memohon, Ia menyatukan kedua tangannya dihadapan Bisma
"Loe tuh gak ngerti juga yah?
Gue ini bener-bener udah susah, loe ngertiin Gue dong, loe gak mungkin ikut Gue karna hidup Gue udah rumit.
Loe cari aja orang lain, Gue tetep gak bisa kalau harus loe bebanin.."jelas Bisma kemudian berlalu pergi begitu saja
Arfa hanya menatap lirih dengan air mata yang terus mengalir dipipinya
"Arfa ga tau kenapa Arfa yakin kaau om itu bisa jadain Arfa.
Arfa ga mau kaau disuuh-suuh sama peman-peman itu ladi om, Arfa takut.. Arfa juda ga puna siapa-siapa.
Arfa ga puna papah atau mamah..
Arfa benean penen ikut sama om.."ucap Arfa lirih menatap kepergian Bisma.
Namun sepertinya percuma saja karna Bisma tidak menghiraukan Arfa lagi.
Arfa pun hanya bisa diam dan pasrah. Ia membaringkan tubuh kecilnya
diatas bangku taman yang hanya diterangi cahaya bulan dan bintang
dilangit.
Tangannya pun Ia lipat didadanya, sedangkan kedua kakinya Ia luruskan
"sebenalnya apa sih tujuan Arfa diahilkan kedunia ini?
Kenapa Arfa haus hidup sendii?..
Mana mamah sama papah Arfa?
Apa Arfa ga puna mamah papah?
Arfa ga maah kaau ga puna mamah papah. Tapi Arfa penen puna temen..
Arfa ga mau sendii teus, Arfa takuut.."perlahan air mata Arfa pun
menetes membasahi pipinya, kedua kelopak matanya pun berusaha Ia
pejamkan. Entahlah mungkin malam ini Ia akan tidur ditaman kota ini
dengan tanpa beralaskan apapun dan hanya diselimuti oleh dinginnya angin
malam..
"ko Gue jadi ngerasa gak tega gini yah?
Siapa sebenarnya anak itu?
Kenapa hati Gue sakit banget lihat nasib Dia yang ternyata lebih buruk dari Gue..
Apa Gue egois kalau Gue ngerasa Gue bernasib paling buruk didunia
ini, sementara anak itu lebih mengkhawatirkan dari Gue?.."batin Bisma
menatap lirih tubuh kecil yang terbaring dibangku taman tersebut.
Perlahan Ia pun mendekati Arfa kembali. Bibirnya sedikit terukir senyum saat melihat wajah polos Arfa sudah pulas tertidur
"biar gak dingin..."Bisma membuka jaket yang dipakainya dan menutupi
badan Arfa, Ia pun berbaring diatas rerumputan taman tanpa alas dan
hanya beratapkan langit biru bertabur penuh bintang dan cahaya Bulan.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p