Selasa, 30 April 2013

Terpaksa BUKAN Cinta #27

Melihat tubuh Istrinya ambruk didepan mata, tanpa ba-bi-bu lagi Bisma langsung menangkap tubuh Dhira agar tidak jatuh kelantai, Bisma tampak begitu panik melihat istrinya tiba-tiba pingsan seperti ini



"Ra, Ra kamu kenapa sayang?..
Bangun Ra, jangan buat Aku khawatir.."ucap Bisma menepuk pipi Dhira pelan agar mau bangun

"sayang ayo bangun.."ucap Bisma lagi sambil terus menepuk-nepukkan telapak tangannya di pipi Dhira

"ma..maaf, Saya gak bermaksud membuat istri Anda pingsan seperti ini, saya cuma mau mengantarkan kue ini untuk keluarga anda, tapi tiba-tiba saja istri anda langsung pingsan saat melihat saya.."tiba-tiba terdengar suara seorang pria yang dari tadi berdiri mematung diambang pintu

Bisma menoleh kearah pemuda tersebut yang langsung membuat kedua bola matanya hampir melompat dari tempatnya


"Ra...raa.. Rafael??"kaget Bisma menunjuk kearah seseorang tersebut yang wajahnya sangat sama percis dengan Rafael, bahkan bukan hanya wajah, tapi perawakan dan kulit juga mata sipitnya pun sangat sama persis dengan Rafael

namun pemuda itu malah menengok kearah belakang, Ia mencari siapa yang dimaksud Bisma dengan nama Rafael itu

"ma..maaf,
Ma..maksud Anda Saya?.."heran pemuda itu menunjuk dirinya sendiri karna Ia tidak melihat siapa-siapa dirumah tersebut selain dirinya

"enggak, Loe pasti bukan Rafael, Loe pasti bukan Rafa, Rafael udah mati, MATI..!!"Bisma seolah tidak mau mempercayai dengan apa yang Ia lihat didepan matanya ini, Ia menggelengkan kepalanya karna tidak mungkin kalau yang didepannya ini Rafael, sedangkan Bisma tau sendiri kalau Rafael itu sudah meninggal

"ma..maaf, nama saya memang bukan Rafael.
Saya Rafkha, saya tinggal disebelah rumah Anda, pagi ini saya baru pindahan, dan saya datang kesini hanya ingin memberikan sedikit Cake untun Anda dan istri anda, emh.. Anggap saja buat perkenalan supaya kita bisa bertetangga dengan baik..."jelas pemuda yang ternyata bernama Rafkha ini, Ia menyodorkan sekotak Cake yang dibawanya dari tadi, rupanya Rafkha itu adalah tetangga yang baru saja pindah di kompleks tempat Bisma tinggal

Bisma masih cengo mendengar penjelasan Rafkha, Ia masih tidak percaya juga kalau ada orang yang bisa sangat begitu mirip dengan Rafael, padahal Ia tau sendiri kalau Rafael tidak memiliki saudara kembar atau saudara lainnya selain dirinya sendiri

"kalau begitu saya permisi dulu, semoga Anda suka dengan Cake buatan istri saya ini..
Dan kita bisa menjadi tetangga yang baik.."ucap Rafkha lagi yang berhasil membuat Bisma terbuyar dari lamunannya

"eh, i..i.iya, makasih.."balas Bisma gugup, Rafkha tersenyum kemudian segera pergi meninggalkan rumah Bisma menuju rumahnya disebelah, sementara Bisma masih dbuat bingung dengan sosok Rafkha ini

"kenapa wajahnya mirip banget sama Rafael?
Gak mungkin kan kalau Rafael hidup lagi?..
Ahh.. Tapi Dia bukan Rafael, Rafael udah mati dan Gue lihat sendiri gimana proses pemakaman Rafael dulu.."Bisma meyakinkan dirinya sendiri yang sedari tadi diliputi keraguan, Ia pun segera mengangkat tubuh Dhira yang masih belum sadarkan diri itu menuju kamarnya dilantai atas..






**
Dhira mengarjap-ngerjapkan kedua kelopak matanya, Ia menatap kearah sekeliling ruangan yang ternyata kamarnya


"ngh~ Biss.."panggil Dhira pelan, Ia mencari sosok lelaki yang sangat dicintainya itu

Dhira mencoba bangun walau kepalanya masih terasa sangat pusing

"Bismaa..
Kamu dimana Bis?.."panggil Dhira lagi, Ia pun bangkit dan keluar untuk mencari dimana keberadaan suaminya itu

Dhira melangkahkan kakinya yang masih terasa lemas itu, namun bibirnya tiba-tiba tersenyum saat melihat laki-laki yang Ia cari berdiri tepat didepan balkon kamarnya


"Bisma..?"panggil Dhira lagi kemudian berjalan menghampiri Bisma

"Dhira?..
Ka..kamu udah sadar sayang?..
Kamu..kamu kenapa kesini?
Harusnya kamu istirahat dulu didalam.."kaget Bisma menoleh kearah Dhira

"Aku udah gak papa ko Bis, Aku justru khawatir sama kamu soalnya kamu gak ada didalam.."balas Dhira sedikit manja dan melingkarkan lengannya dipinggang Bisma

"Aku gak papa ko, justru Aku tuh tadi khawatir banget sama kamu yang tiba-tiba pingsan.."jelas Bisma menatap teduh wajah Dhira

"loh? Emangnya tadi Aku pingsan yah?..
Ko bisa?.."tanya Dhira bingung sendiri, sepertinya Ia memang lupa atau mungkin memang sama sekali tidak ingat dengan kejadian tadi

"yakin kamu gak inget?.."Bisma menaikkan sebelah alisnya, Dhira menggeleng pelan karna Ia memang tidak mengingat itu semua

"hufh.. Syukur deh, berarti Dhira beneran gak inget kalau tadi Ia ketemu sama si Rafkha yang mukanya mirip banget sama Rafael..
Berarti Gue gak perlu takut lagi kalau Dhira bakalan nanyain tentang cowok yang Ia membuatnya pingsan tadi.."batin Bisma bernafas lega, sedari tadi Bisma memang memikirkan tentang Rafkha tetangga brunya itu, Ia takut kalau Rafkha adalah Rafael yang sebenarnya sangat tidak mungkin Rafael. Tapi entah kenapa Bisma merasa kehadiran Rafkha bisa membuat sedikit masalah didalam keluarga kecilnya


"Bis, ko kamu malah bengong?..
Kamu lagi mikirin apa sih?.."tanya Dhira menatap heran wajah Bisma, Ia melambaikan tangannya didepan wajah Bisma yang sedari tadi hanya diam tidak menghiraukan ucapannya


"eh, e..enggak, Aku..aku gak papa ko sayang, kita masuk sekarang aja yah?..
Kita lanjutin acara kita yang ketunda tadi.."balas+ajak Bisma bermaksud mengalihkan pembicaraan, mata Dhira pun mendelik mendengar kata 'lanjutkan yang tadi'

"maksud kamu??.."tanya Dhira heran, Bisma tersenyum devil dan langsung mengangkat tubuh Dhira kedalam pangkuannya

"Aku mau lanjutin yang tadi sempet ketunda gara-gara ada yang mencet bel.."bisik Bisma tersenyum nakal, Dhira menoleh kaget kearah Bisma dan bermaksud memberontak agar Bisma menurunkan tubuh mungilnya

"muaach.. Gak boleh nolak.."jelas Bisma sambil mencium bibir Dhira sekilas

"isssh, Nakal kamu.."protes Dhira mengelap bibirnya yang Bisma kecup, namun Bisma malah tersenyum senang kemudian bergegas membawa tubuh Dhira masuk kedalam kamarnya untuk menjalankan misinya yang tadi sempat tertunda...




Skip



keesokan harinya...


Bisma sudah terlihat rapi dengan pakaian kantornya, Ia mengenakan kemeja berwarna Biru dan jas hitam yang selalu melekat ditubuhnya, namun dasi bercorak batik ini belum Ia lilitkan dilehernya karna memang tidak bisa Bisma pakai sendiri


"Ra, cepetan dong sayang..
Aku udah telat nih.."panggil Bisma sedikit berteriak

"iya, iya ini Aku udah selesai.."sahut Dhira dari arah dapur, Ia pun segera menghampiri suaminya yang sudah berteriak memanggil dirinya dari tadi


"hemz.. Pake dasi aja gak bisa, masa harus tiap hari Aku yang pake'in?.."ucap Dhira sedikit kesal karna Bisma memanggilnya hanya untuk memakaikan dasi dilehernya

"hehe.. Gak papa dong sayang, Aku kan pengen kamu yang pake'in..
Makanya Aku gak mau bisa pake dasi sendiri, biar bisa kamu pakein tiap hari.."balas Bisma tertawa kecil, Ia begitu senang kalau Dhira sudah memakaikannya dasi, walaupun dulu Bisma sangat benci kalau Dhira so memakaikan dasi untuknya, tapi sikap Bisma sekarang memang sudah benar-benar berubah..

"iya-iya Aku pakein.."pasrah Dhira lalu segera melilitkan dasi tersebut dileher Bisma. Dhira memang sangat pandai melayani suaminya ini, apalagi kalau hanya memasang dasi, tentu siapapun pasti bisa melakukannya termasuk Dhira.

"makasih yah sayang buat yang semalam.."ucap Bisma tiba-tiba, Dhira menghentikan tangannya dan menatap wajah Bisma

"makasih untuk apa?"tanya Dhira heran

"untuk semuanya..
Untuk semua yang kamu kasih buat Aku, makasih ya sayang?.."jawab Bisma tersenyum senang

"iya, sama-sama..
Ya udah sekarang kamu berangkat nanti telat lagi.."balas+suruh Dhira lembut

"iya sayang Aku berangkat..
Tapi Aku pesen satu hal, kamu gak boleh kemana-mana, apalagi sampai keluar dari rumah.. Kamu diam didalam aja yah?
Aku gak mau kamu kenapa-napa, apalagi kalau sampai ketemu sama si Raaaf..."tiba-tiba Bisma langsung menghentikan ucapannya yang hampir keceplosan itu

"loh kenapa gak boleh keluar rumah?..
Memangnya kamu takut Aku ketemu sama siapa?..
RAF? Ma..maksud kamu Raf siapa Bis??.."Dhira menatap wajah Bisma penuh dengan tanda tanya besar(?)

"engh.. Aduh Aku udah telat banget nih sayang, Aku berangkat sekarang yah?
Emmuaach, inget jangan keluar rumah!!"pamit Bisma buru-buru pergi, Ia mengecup bibir Dhira sekilas dan segera keluar menuju mobil sedan Hitamnya

"aneh?..
Maksud ucapan Bisma tadi apa yah?..
Trus kenapa Aku jadi penasaran gini sama seseorang yang Bisma sebut RAF tadi?.."pikir Dhira bingung, Ia menatap kearah Bisma yang sudah melaju dengan mobilnya, tangan Dhira pun Ia lambaikan kearah mobil tersebut walaupun fikirannya melayang entah kemana..


"Aku harus cari tau apa yang Bisma maksud tadi, Bisma pasti nyembunyiin sesuatu dari Aku. Iya Aku yakin Bisma pasti nyembunyiin sesuatu.."batin Dhira yakin, Ia pun menutup pintu depan rumahnya yang sudah tidak terlihat siapa-siapa lagi.




Sementara itu...





"ya udah Aku berangkat dulu, kamu hati-hati dirumah..
Ingat obat sama vitamin nya harus kamu minum jangan sampai enggak, Aku gak mau kalau sampai penyakit kamu kambuh disaat Aku pergi, kamu ngerti kan?.."perempuan cantik ini menatap tajam kearah pemuda yang kini menjadi pendamping hidupnya, mulutnya tidak berhenti berbicara hingga membuat sang suami hampir bosan mendengar ucapan yang sangat sering Ia lontarkan ini

"uhh.. Iya sayang, Aku pasti minum obatnya ko, kamu gak perlu berlebihan gitu, Aku janji Aku gak akan kenapa-napa..
Percaya sama Aku yah?.."jelasnya meyakinkan, padahal sebenarnya Ia bosan mendengar ocehan dari istrinya ini

"ya udah Aku berangkat..
Kamu hati-hati.. Emuuach.."pamit sang istri dan mengecup pipi kirinya sekilas dan segera masuk kedalam Xenia putih miliknya

"Daah..."pemuda itu melambaikan tangannya kearah mobil putih yang kini sudah hampir tak terlihat lagi, Ia tersenyum melihat perlakuan sang istri yang selalu berlebihan mengkhawatirkan kesehatannya


"Aku gak tau harus bicara apalagi sama kamu sayang, kamu begitu sempurna dimata Aku, kamu istri yang sangat baik bahkan sangat baik..
Kamu rela menggantikan posisi Aku dikantor karna kamu gak mau lihat penyakit Aku kambuh, makasih karna kamu selalu membuat hidup Aku begitu berwarna dan indah dengan kehadiran kamu dihati Aku.."gumam pemuda tampan itu tersenyum manis, bahkan kedua lesung dipipinya tampak terlihat begitu jelas hingga membuat senyumnya semakin manis..


Perlahan Ia pun melangkahkan kakinya untuk segera masuk kedalam rumahnya lagi dan menutup pintu rumahnya rapat-rapat.


"enggak, enggaak...
Itu pasti bukan Rafa.. Enggaak..
Itu pasti buakn Rafael, bukaaan..."lirih Dhira yang ternyata tidak sengaja melihat pemuda tadi dari balik jendela kamarnya, hatinya begitu sakit saat melihat pemuda yang ternyata Rafkha itu dicium pipinya oleh istrinya sendiri.
Entah kenapa tiba-tiba hati Dhira merasa seakan teriris melihat adegan yang sangat mesra itu


"ya Allah.. Apa itu beneran Rafael?..
Tapi apa mungkin Dia hidup lagi?..
Kenapa hati Aku begitu sakit lihat pemuda itu berciuman dengan perempuan lain?..
Kenapa dengan hati Aku ini ya Allah?..
Apa Aku masih belum bisa melepaskan Rafa?..
Apa Aku masih belum bisa meng'ikhlaskanya?..
Kenapa ini, kenapaa??..."air mata Dhira pun menetes semakin deras, hatinya benar-benar hancur melihat adegan tersebut..
Entah apa yang ada didalam fikiran Dhira saat ini, Ia begitu yakin kalau sosok pemuda itu adalah Rafael pria yang sangat Ia cintai sebelum Bisma hadir didalam kehidupannya


"hiks.. Apa itu beneran kamu Raaf?..
Apa kamu masih hidup?..
Tapi siapa perempuan itu?..
Kenapa kamu sama Dia?..
Kenapa kamu gak pulang kesini?..
Aku kangen kamu Rafaa..."lirih Dhira semakin terisak, tubuhnya pun terkulai lemas bersandar ditembok kamarnya.
Dhira benar-benar dibuat bingung akan perasaannya ini, antara mungkin atau tidak mungkin..
Tapi apa mungkin itu Rafael?
Atau hanya sosok yang kebetulan saja mirip dengan Rafael?..
Lalu siapa pemuda itu??..
Mungkin itu yang ada dibenak Dhira saat ini..
Dan hanya part selanjutnya lah yang bisa menjawab semuanya....









Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nggak Komentar, Nggak Kece :p