Melihat tubuh Istrinya ambruk didepan mata, tanpa ba-bi-bu lagi
Bisma langsung menangkap tubuh Dhira agar tidak jatuh kelantai, Bisma
tampak begitu panik melihat istrinya tiba-tiba pingsan seperti ini
"Ra, Ra kamu kenapa sayang?..
Bangun Ra, jangan buat Aku khawatir.."ucap Bisma menepuk pipi Dhira pelan agar mau bangun
"sayang ayo bangun.."ucap Bisma lagi sambil terus menepuk-nepukkan telapak tangannya di pipi Dhira
"ma..maaf, Saya gak bermaksud membuat istri Anda pingsan seperti
ini, saya cuma mau mengantarkan kue ini untuk keluarga anda, tapi
tiba-tiba saja istri anda langsung pingsan saat melihat saya.."tiba-tiba
terdengar suara seorang pria yang dari tadi berdiri mematung diambang
pintu
Bisma menoleh kearah pemuda tersebut yang langsung membuat kedua bola matanya hampir melompat dari tempatnya
"Ra...raa.. Rafael??"kaget Bisma menunjuk kearah seseorang tersebut
yang wajahnya sangat sama percis dengan Rafael, bahkan bukan hanya
wajah, tapi perawakan dan kulit juga mata sipitnya pun sangat sama
persis dengan Rafael
namun pemuda itu malah menengok kearah belakang, Ia mencari siapa yang dimaksud Bisma dengan nama Rafael itu
"ma..maaf,
Ma..maksud Anda Saya?.."heran pemuda itu menunjuk dirinya sendiri
karna Ia tidak melihat siapa-siapa dirumah tersebut selain dirinya
"enggak, Loe pasti bukan Rafael, Loe pasti bukan Rafa, Rafael udah
mati, MATI..!!"Bisma seolah tidak mau mempercayai dengan apa yang Ia
lihat didepan matanya ini, Ia menggelengkan kepalanya karna tidak
mungkin kalau yang didepannya ini Rafael, sedangkan Bisma tau sendiri
kalau Rafael itu sudah meninggal
"ma..maaf, nama saya memang bukan Rafael.
Saya Rafkha, saya tinggal disebelah rumah Anda, pagi ini saya baru
pindahan, dan saya datang kesini hanya ingin memberikan sedikit Cake
untun Anda dan istri anda, emh.. Anggap saja buat perkenalan supaya kita
bisa bertetangga dengan baik..."jelas pemuda yang ternyata bernama
Rafkha ini, Ia menyodorkan sekotak Cake yang dibawanya dari tadi,
rupanya Rafkha itu adalah tetangga yang baru saja pindah di kompleks
tempat Bisma tinggal
Bisma masih cengo mendengar penjelasan Rafkha, Ia masih tidak
percaya juga kalau ada orang yang bisa sangat begitu mirip dengan
Rafael, padahal Ia tau sendiri kalau Rafael tidak memiliki saudara
kembar atau saudara lainnya selain dirinya sendiri
"kalau begitu saya permisi dulu, semoga Anda suka dengan Cake buatan istri saya ini..
Dan kita bisa menjadi tetangga yang baik.."ucap Rafkha lagi yang berhasil membuat Bisma terbuyar dari lamunannya
"eh, i..i.iya, makasih.."balas Bisma gugup, Rafkha tersenyum
kemudian segera pergi meninggalkan rumah Bisma menuju rumahnya
disebelah, sementara Bisma masih dbuat bingung dengan sosok Rafkha ini
"kenapa wajahnya mirip banget sama Rafael?
Gak mungkin kan kalau Rafael hidup lagi?..
Ahh.. Tapi Dia bukan Rafael, Rafael udah mati dan Gue lihat sendiri
gimana proses pemakaman Rafael dulu.."Bisma meyakinkan dirinya sendiri
yang sedari tadi diliputi keraguan, Ia pun segera mengangkat tubuh Dhira
yang masih belum sadarkan diri itu menuju kamarnya dilantai atas..
**
Dhira mengarjap-ngerjapkan kedua kelopak matanya, Ia menatap kearah sekeliling ruangan yang ternyata kamarnya
"ngh~ Biss.."panggil Dhira pelan, Ia mencari sosok lelaki yang sangat dicintainya itu
Dhira mencoba bangun walau kepalanya masih terasa sangat pusing
"Bismaa..
Kamu dimana Bis?.."panggil Dhira lagi, Ia pun bangkit dan keluar untuk mencari dimana keberadaan suaminya itu
Dhira melangkahkan kakinya yang masih terasa lemas itu, namun
bibirnya tiba-tiba tersenyum saat melihat laki-laki yang Ia cari berdiri
tepat didepan balkon kamarnya
"Bisma..?"panggil Dhira lagi kemudian berjalan menghampiri Bisma
"Dhira?..
Ka..kamu udah sadar sayang?..
Kamu..kamu kenapa kesini?
Harusnya kamu istirahat dulu didalam.."kaget Bisma menoleh kearah Dhira
"Aku udah gak papa ko Bis, Aku justru khawatir sama kamu soalnya
kamu gak ada didalam.."balas Dhira sedikit manja dan melingkarkan
lengannya dipinggang Bisma
"Aku gak papa ko, justru Aku tuh tadi khawatir banget sama kamu yang tiba-tiba pingsan.."jelas Bisma menatap teduh wajah Dhira
"loh? Emangnya tadi Aku pingsan yah?..
Ko bisa?.."tanya Dhira bingung sendiri, sepertinya Ia memang lupa
atau mungkin memang sama sekali tidak ingat dengan kejadian tadi
"yakin kamu gak inget?.."Bisma menaikkan sebelah alisnya, Dhira menggeleng pelan karna Ia memang tidak mengingat itu semua
"hufh.. Syukur deh, berarti Dhira beneran gak inget kalau tadi Ia ketemu sama si Rafkha yang mukanya mirip banget sama Rafael..
Berarti Gue gak perlu takut lagi kalau Dhira bakalan nanyain tentang
cowok yang Ia membuatnya pingsan tadi.."batin Bisma bernafas lega,
sedari tadi Bisma memang memikirkan tentang Rafkha tetangga brunya itu,
Ia takut kalau Rafkha adalah Rafael yang sebenarnya sangat tidak mungkin
Rafael. Tapi entah kenapa Bisma merasa kehadiran Rafkha bisa membuat
sedikit masalah didalam keluarga kecilnya
"Bis, ko kamu malah bengong?..
Kamu lagi mikirin apa sih?.."tanya Dhira menatap heran wajah Bisma,
Ia melambaikan tangannya didepan wajah Bisma yang sedari tadi hanya diam
tidak menghiraukan ucapannya
"eh, e..enggak, Aku..aku gak papa ko sayang, kita masuk sekarang aja yah?..
Kita lanjutin acara kita yang ketunda tadi.."balas+ajak Bisma
bermaksud mengalihkan pembicaraan, mata Dhira pun mendelik mendengar
kata 'lanjutkan yang tadi'
"maksud kamu??.."tanya Dhira heran, Bisma tersenyum devil dan langsung mengangkat tubuh Dhira kedalam pangkuannya
"Aku mau lanjutin yang tadi sempet ketunda gara-gara ada yang mencet
bel.."bisik Bisma tersenyum nakal, Dhira menoleh kaget kearah Bisma dan
bermaksud memberontak agar Bisma menurunkan tubuh mungilnya
"muaach.. Gak boleh nolak.."jelas Bisma sambil mencium bibir Dhira sekilas
"isssh, Nakal kamu.."protes Dhira mengelap bibirnya yang Bisma
kecup, namun Bisma malah tersenyum senang kemudian bergegas membawa
tubuh Dhira masuk kedalam kamarnya untuk menjalankan misinya yang tadi
sempat tertunda...
Skip
keesokan harinya...
Bisma sudah terlihat rapi dengan pakaian kantornya, Ia mengenakan
kemeja berwarna Biru dan jas hitam yang selalu melekat ditubuhnya, namun
dasi bercorak batik ini belum Ia lilitkan dilehernya karna memang tidak
bisa Bisma pakai sendiri
"Ra, cepetan dong sayang..
Aku udah telat nih.."panggil Bisma sedikit berteriak
"iya, iya ini Aku udah selesai.."sahut Dhira dari arah dapur, Ia pun
segera menghampiri suaminya yang sudah berteriak memanggil dirinya dari
tadi
"hemz.. Pake dasi aja gak bisa, masa harus tiap hari Aku yang
pake'in?.."ucap Dhira sedikit kesal karna Bisma memanggilnya hanya untuk
memakaikan dasi dilehernya
"hehe.. Gak papa dong sayang, Aku kan pengen kamu yang pake'in..
Makanya Aku gak mau bisa pake dasi sendiri, biar bisa kamu pakein
tiap hari.."balas Bisma tertawa kecil, Ia begitu senang kalau Dhira
sudah memakaikannya dasi, walaupun dulu Bisma sangat benci kalau Dhira
so memakaikan dasi untuknya, tapi sikap Bisma sekarang memang sudah
benar-benar berubah..
"iya-iya Aku pakein.."pasrah Dhira lalu segera melilitkan dasi
tersebut dileher Bisma. Dhira memang sangat pandai melayani suaminya
ini, apalagi kalau hanya memasang dasi, tentu siapapun pasti bisa
melakukannya termasuk Dhira.
"makasih yah sayang buat yang semalam.."ucap Bisma tiba-tiba, Dhira menghentikan tangannya dan menatap wajah Bisma
"makasih untuk apa?"tanya Dhira heran
"untuk semuanya..
Untuk semua yang kamu kasih buat Aku, makasih ya sayang?.."jawab Bisma tersenyum senang
"iya, sama-sama..
Ya udah sekarang kamu berangkat nanti telat lagi.."balas+suruh Dhira lembut
"iya sayang Aku berangkat..
Tapi Aku pesen satu hal, kamu gak boleh kemana-mana, apalagi sampai keluar dari rumah.. Kamu diam didalam aja yah?
Aku gak mau kamu kenapa-napa, apalagi kalau sampai ketemu sama si
Raaaf..."tiba-tiba Bisma langsung menghentikan ucapannya yang hampir
keceplosan itu
"loh kenapa gak boleh keluar rumah?..
Memangnya kamu takut Aku ketemu sama siapa?..
RAF? Ma..maksud kamu Raf siapa Bis??.."Dhira menatap wajah Bisma penuh dengan tanda tanya besar(?)
"engh.. Aduh Aku udah telat banget nih sayang, Aku berangkat sekarang yah?
Emmuaach, inget jangan keluar rumah!!"pamit Bisma buru-buru pergi,
Ia mengecup bibir Dhira sekilas dan segera keluar menuju mobil sedan
Hitamnya
"aneh?..
Maksud ucapan Bisma tadi apa yah?..
Trus kenapa Aku jadi penasaran gini sama seseorang yang Bisma sebut
RAF tadi?.."pikir Dhira bingung, Ia menatap kearah Bisma yang sudah
melaju dengan mobilnya, tangan Dhira pun Ia lambaikan kearah mobil
tersebut walaupun fikirannya melayang entah kemana..
"Aku harus cari tau apa yang Bisma maksud tadi, Bisma pasti
nyembunyiin sesuatu dari Aku. Iya Aku yakin Bisma pasti nyembunyiin
sesuatu.."batin Dhira yakin, Ia pun menutup pintu depan rumahnya yang
sudah tidak terlihat siapa-siapa lagi.
Sementara itu...
"ya udah Aku berangkat dulu, kamu hati-hati dirumah..
Ingat obat sama vitamin nya harus kamu minum jangan sampai enggak,
Aku gak mau kalau sampai penyakit kamu kambuh disaat Aku pergi, kamu
ngerti kan?.."perempuan cantik ini menatap tajam kearah pemuda yang kini
menjadi pendamping hidupnya, mulutnya tidak berhenti berbicara hingga
membuat sang suami hampir bosan mendengar ucapan yang sangat sering Ia
lontarkan ini
"uhh.. Iya sayang, Aku pasti minum obatnya ko, kamu gak perlu berlebihan gitu, Aku janji Aku gak akan kenapa-napa..
Percaya sama Aku yah?.."jelasnya meyakinkan, padahal sebenarnya Ia bosan mendengar ocehan dari istrinya ini
"ya udah Aku berangkat..
Kamu hati-hati.. Emuuach.."pamit sang istri dan mengecup pipi kirinya sekilas dan segera masuk kedalam Xenia putih miliknya
"Daah..."pemuda itu melambaikan tangannya kearah mobil putih yang
kini sudah hampir tak terlihat lagi, Ia tersenyum melihat perlakuan sang
istri yang selalu berlebihan mengkhawatirkan kesehatannya
"Aku gak tau harus bicara apalagi sama kamu sayang, kamu begitu
sempurna dimata Aku, kamu istri yang sangat baik bahkan sangat baik..
Kamu rela menggantikan posisi Aku dikantor karna kamu gak mau lihat
penyakit Aku kambuh, makasih karna kamu selalu membuat hidup Aku begitu
berwarna dan indah dengan kehadiran kamu dihati Aku.."gumam pemuda
tampan itu tersenyum manis, bahkan kedua lesung dipipinya tampak
terlihat begitu jelas hingga membuat senyumnya semakin manis..
Perlahan Ia pun melangkahkan kakinya untuk segera masuk kedalam rumahnya lagi dan menutup pintu rumahnya rapat-rapat.
"enggak, enggaak...
Itu pasti bukan Rafa.. Enggaak..
Itu pasti buakn Rafael, bukaaan..."lirih Dhira yang ternyata tidak
sengaja melihat pemuda tadi dari balik jendela kamarnya, hatinya begitu
sakit saat melihat pemuda yang ternyata Rafkha itu dicium pipinya oleh
istrinya sendiri.
Entah kenapa tiba-tiba hati Dhira merasa seakan teriris melihat adegan yang sangat mesra itu
"ya Allah.. Apa itu beneran Rafael?..
Tapi apa mungkin Dia hidup lagi?..
Kenapa hati Aku begitu sakit lihat pemuda itu berciuman dengan perempuan lain?..
Kenapa dengan hati Aku ini ya Allah?..
Apa Aku masih belum bisa melepaskan Rafa?..
Apa Aku masih belum bisa meng'ikhlaskanya?..
Kenapa ini, kenapaa??..."air mata Dhira pun menetes semakin deras, hatinya benar-benar hancur melihat adegan tersebut..
Entah apa yang ada didalam fikiran Dhira saat ini, Ia begitu yakin
kalau sosok pemuda itu adalah Rafael pria yang sangat Ia cintai sebelum
Bisma hadir didalam kehidupannya
"hiks.. Apa itu beneran kamu Raaf?..
Apa kamu masih hidup?..
Tapi siapa perempuan itu?..
Kenapa kamu sama Dia?..
Kenapa kamu gak pulang kesini?..
Aku kangen kamu Rafaa..."lirih Dhira semakin terisak, tubuhnya pun terkulai lemas bersandar ditembok kamarnya.
Dhira benar-benar dibuat bingung akan perasaannya ini, antara mungkin atau tidak mungkin..
Tapi apa mungkin itu Rafael?
Atau hanya sosok yang kebetulan saja mirip dengan Rafael?..
Lalu siapa pemuda itu??..
Mungkin itu yang ada dibenak Dhira saat ini..
Dan hanya part selanjutnya lah yang bisa menjawab semuanya....
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p