Melihat antusiasnya Arfa mengira Fannya adalah sang mama membuat Array merasa sedih.
"Ah~ seandainya saja kamu masih berada disini.." Array menghela nafasnya. Bibirnya tersenyum getir melihat raut wajah Arfa yang begitu bahagia karena mengira Fannya adalah mamanya.
"Pa, mama biar Arfa antar istirahat ya? Mama pasti lelah. Ayo ma.." Arfa menuntun Fannya agar mengikutinya. Array hanya membalas dengan anggukan kecil.
"Maaf ya Fan, aku pasti akan berikan penjelasan untuk Arfa agar tidak terus salah paham.." ujarnya merasa tidak enak.
"Tidak apa-apa Ray, tapi kamu juga harus memberi aku penjelasan tentang keberadaan istri kamu." Balas Fannya. Ia merasa Array menyembunyikan sesuatu tentang istrinya.
"Aku akan membawa kamu mengunjunginya nanti.." jelas Array mengangguk setuju.
"Kalau begitu, aku masuk duluan ya Ray.." pamit Fannya saat hendak mengikuti langkah Arfa. Array lagi-lagi hanya mengangguk kecil dengan seuntai senyum.
Fannya kemudian berlalu mengikuti Arfa diiringi langkah kecil Elfaris yang membuntutinya dari belakang.
Elfaris si bocah pendiam ini benar-benar tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia hanya diam mengikuti kemana sang mama pergi.
"Besok aku harus memberikan penjelasan untuk Arfa. Semoga Arfa bisa menerima kalau Fannya bukanlah mamanya.." Array kemudian beranjak keluar menuju parkiran rumahnya. Ia baru saja mendapatkan pesan singkat kalau rumah sakit membutuhkannya untuk menangani beberapa pasien darurat yang baru saja tiba.
**
Sementara itu...
Juan tengah duduk melihat ponselnya. Seorang teman mengiriminya sebuah poto yang baru saja di unggah di sosial media. "Tidak ada kesempatan lagi untukmu Juan, kamu harus merelakannya.." ujar teman tersebut.
Jantung Juan terasa berhenti berdetak. Ia memperhatikan dengan jelas poto seorang gadis cantik bersama pemuda tampan seusianya yang sangat ia kenali.
"Akhirnya kalian bersama.. selamat yaa.." unggahan poto itu membuat Juan yakin kalau gadis yang saat di sekolah menengah dulu sering ia goda dan dekati ternyata sudah memilih pria lain.
"Kenapa bisa secepat ini? Bukankan aku meminta waktu.." ujarnya tidak habis fikir. Juan pun mengingat kembali momen-momen saat kebersamaan mereka di sekolah dulu.
"Ra, mau pulang bareng?" Juan mendekati gadis cantik yang sering disapa Kinara ini.
"Tapi aku udah janji pulang bareng Rasya.." ujarnya menolak.
"Rasya bisa pulang sendiri.. ayo kamu bareng aku aja.." Juan langsung menarik lengan Kinara agar pulang bersamanya.
"Ar Juan! Kebiasaan! Nanti Rasya nyariin!" Kinara berteriak kesal. Ia menghentakkan kakinya namun ia tetap mengikuti ajakan Juan untuk pulang bersama.
Juan tertawa kecil, ini bukan kali pertama Juan memaksa pulang bareng bersama Kinara. Sudah tidak asing melihat Juan dan Kinara yang seperti kucing dan tikus. Setiap bertemu Juan selalu berulah.
Berbeda dengan Rasya yang pendiam. Selain tampan dan pintar, Rasya juga pandai memperlakukan Kinara dengan baik. Ketiganya bersahabat dekat. Rasya si bintang kelas yang selalu mendapat peringkat pertama, sementara Juan, targetnya hanya menjadi peringkat 3 saja. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian, meski sering bermain-main saja saat sekolah, namun ia benar-benar mendapat peringkat ke 3. Ia benar-benar tidak menginginkan peringkat pertama. Ia memiliki kenangan buruk saat mendapat peringkat pertama, karena kala itu kedua orang tuanya hanya sibuk bekerja tanpa bisa memberikan apresiasi untuknya. Bahkan saat mendapatkan penghargaan sebagai siswa terbaik di sekolah dasar dahulu, orang tuanya tidak bisa datang menghadiri. Oleh karena itu Juan bertekad tidak akan pernah mau mendapat peringkat pertama lagi.
Meskipun Kinara dan Rasya sering di cocok-cocokkan menjadi pasangan, nyatanya keduanya hanya berteman. Rasya terlalu pengecut dengan perasaannya. Ia tidak pernah berani mengutarakan isi hatinya terhadap Kinara. Tidak seperti Juan yang selalu terus terang meski sering ditolak oleh Kinara. Bagaimana tidak ditolak, Kinara sendiri tidak yakin apakan Juan serius atau hanya main-main saja dengan perasaannya itu.
Dan sekarang Juan masih tidak percaya jika akhirnya Kinara dan Rasya menjadi sepasang kekasih.
"Ini sungguh di luar dugaan.. bagaimana mungkin Kinara bisa dengan Rasya. Bukankah hanya aku yang ada dihatinya.." Juan masih merasa ini tidak nyata. Keyakinannya menyatakan jika Kinara hanya akan menjadi miliknya.
"Tapi tidak apa.. bukankah mereka hanya berpacaran? Jalan ini masih panjang.. peluang untukku juga masih banyak.. setelah aku menyelesaikan study disini.. setelah aku bisa memimpin perusahaan papa, aku yakin Kinara pasti akan kembali.. aku tentu tidak perlu khawatir kan?" ujarnya lagi. Ia menyemangati dirinya sendiri. Tekadnya saat ini adalah belajar dengan sungguh-sungguh, karena ia adalah satu-satunya harapan sang papa untuk menggantikannya mengurusi perusahaan kelak.
**
"Papa hanya memiliki putri, papa harap kamu bisa mendapatkan seorang pria tulus yang mengerti tentang bisnis nantinya.. papa tidak ingin kamu bekerja keras mengurusi perusahaan papa, biarkan saja suami kamu yang akan mengurusnya saat papa sudah pensiun nanti.." ujar seorang pria paruh baya kepada putri kesayangannya.
"Ah, papa! Ara kan masih kuliah, kenapa harus membahas tentang pernikahan? Ara juga belum memikirkan kearah sana. Papa ini terlalu jauh.." Kinara memprotes dengan nada manjanya.
"Haha.. lihatlah putri kesayanganku ini malu-malu.. papa kan hanya memberitahu saja, kalau nanti mencari pasangan harus yang mengerti tentang bisnis.. agar bisa mengelola perusahaan kita dengan baik.." balas sang papa tertawa gemas.
"Ma, lihat deh.. papa itu bukannya terlalu jauh berfikirnya.. umur Ara saja sekarang baru berapa.. kenapa sudah memikirkan tentang pernikahan.." Kinara mengadu kepada sang mama yang duduk disebelahnya. Sang mama hanya membalas dengan senyuman kecil.
"Beruntungnya aku sekarang sudah memiliki Rasya.. bukankah Rasya sangat pintar.. ia pasti menjadi kandidat terbaik untuk menjadi menantu papa nantinya, tidak seperti Juan yang hanya tahu bermain-main saja.." Kinara tersenyum lebar. Ia merasa bahagia karena kini telah berpacaran dengan Rasya. Namun Kinara pasti tidak akan menyangka jika sebenarnya Juan adalah kandidat terbaik untuk memimpin sebuah perusahaan, karena perusahaan orang tua Juan sangat berpengaruh di dunia bisnis.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p