Array baru saja keluar dari ruang operasi, ia tidak habis fikir dengan keadaan pasiennya kali ini. Pasien datang dengan pendarahan dikepala akibat pukulan dari benda tajam dan terdapat serpihan kaca pada luka dikepalanya, sepertinya pasien menjadi korban kekerasan karena Array juga menemukan beberapa luka memar ditubuh pasien.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" Array menatap seorang bibi paruh baya yang tadi datang bersama pasien.
"B..bagaimana keadaannya dokter?" Sang bibi terlihat khawatir.
"Pasien mengeluarkan banyak sekali darah, dikepalanya juga terdapat serpihan kaca yang menusuk mengenai pembuluh darah. Beruntung pasien telah melewati masa kritisnya, jika telat beberapa saat saja mungkin pasien tidak bisa terselamatkan.." Array menjelaskan.
"Ya Allah nyonya..." bibi menitikan air mata. Ia merasa sedih mendengar keadaan majikannya.
"Saya teman dekat Fannya saat kuliah dulu. Sebenarnya apa yang sudah terjadi bi?" Array mulai bertanya lagi.
"Bibi tidak tahu, bibi lagi ngajak den Elfaris bermain diluar kompleks. Saat bibi datang, nyonya sudah terjatuh tidak sadarkan diri dan banyak darah dilantai dan.. vas bunga sudah pecah.. bibi benar-benar tidak tahu dokter.." jelasnya dengan tangan gemetar saat mengingat kejadian tadi.
Array menghela nafasnya berat.
"Fannya sudah menikah?" Bidik Array.
"Nyonya sudah punya seorang putra berusia 2tahun, tapi bibi tidak pernah melihat suaminya ada di rumah. Mungkin suaminya tinggal di luar negeri dan sibuk, jadi jarang pulang ke rumah.."ujar bibi menjelaskan.
"Sudah menikah? Dan punya anak?" Array mengernyitkan dahi. Bibi hanya membalas dengan anggukan cepat.
"Lama tidak mendengar kabar kamu, ternyata kamu sudah menikah Fan.. hampir saja aku tidak mengenali kamu karena kamu datang dengan kondisi seperti ini.. ada apa dengan kamu Fannya, apa kamu baik-baik saja?" Array menghela nafasnya. Fikirannya kini berkecamuk dengan pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang dialami Fannya hingga bisa mendapati luka seperti ini.
Fannya adalah sahabat terbaik Array saat kuliah dahulu. Mereka cukup dekat layaknya sepasang kekasih, namun Array tidak pernah menyatakan perasaannya. Saat orang tua Array menjodohkannya dengan Fara (mendiang istrinya) Array tidak menolak, Ia bahkan meminta saran kepada Fannya tanpa berfikir jika itu bisa melukai hati Fannya. Dan itu yang membuat Fannya merasa sedih hingga akhirnya memutuskan pergi menjauh dari kehidupan Array dan tidak pernah berniat untuk kembali lagi.
Sekian lama ia dekat dengan Array dan memendam perasaan kagum pada pria yang berhati dingin itu, Fannya merasa perasaannya sia-sia. Ia pun memutuskan untuk pindah ke luar negeri dan menetap disana.
Setelah beberapa tahun, ia pun menikah dengan seorang pria bernama Chris Stevan.
Di tahun pertama pernikahan, hubungan mereka baik-baik saja layaknya pasangan lain pada umumnya. Namun ditahun kedua, tepatnya setelah Fannya melahirkan putra pertamanya, sikap Chris mulai berubah. Ia menjadi kasar dan sering melakukan kekerasan terhadap Fannya.
Chris juga sering membawa wanita lain pulang kerumah dalam keadaan mabuk.
Amarah Fannya memuncak saat Elfaris putra kecilnya yang saat itu baru berusia 2 tahun juga mendapati perlakuan kasar dari sang ayah. Kesabarannya sudah benar-benar habis. Ia pun memutuskan untuk tidak mempertahankan pernikahannya lagi dan kembali ke tanah air membawa putra kecilnya.
Setelah 1 tahun menetap di Indonesia dengan keadaan hidup yang damai, tiba-tiba saja Chris datang dan meminta untuk kembali rujuk dengan Fannya. Tentu saja Fannya menolak! Dan kejadian mengerikan itu pun terjadi..
Chris benar-benar gila! Ia melampiaskan semua amarahnya. Memukul, menampar, menjambak, bahkan terakhir ia memecahkan vas bunga berukuran cukup besar diatas kepala Fannya. Setelah amarahnya habis, ia pergi tanpa menyesali perbuatannya dan membiarkan Fannya tergeletak bersimbuh darah begitu saja.
***
Beberapa hari berlalu..
Kondisi Fannya kini sudah mulai pulih. Array sudah mengizinkannya untuk pulang.. namun demi keselamatan Fannya juga Elfaris, Array membawa mereka pulang ke rumahnya.
"Aku nggak mau ngerepotin kamu Ray.. biarkan aku sama Elfaris pulang ke rumahku saja.." ujar Fannya mencoba menolak saat Array membukakan pintu mobil putihnya.
"Dua hari lalu Chris hampir saja membawa Elfaris pergi. Kamu lihat sendiri, tangan Elfaris terluka karena dia bawa paksa. Sebelum polisi berhasil menangkap dia, aku nggak akan biarin kamu sama Elfaris dicelakai lagi." Jelas Array sangat khawatir.
"Tapi Ray.. nanti kalau istri kamu salah faham bagaimana?" Fannya menatap Array.
"Tenang saja, ia perempuan yang sangat baik. pasti akan mengerti penjelasan aku.." ujar Array tersenyum getir. Fannya tidak mengetahui kalau istri Array sudah tiada.
Akhirnya Fannya pun masuk kedalam mobil yang kemudian Array kemudikan menuju rumahnya.
"Array masih saja seperti dulu.. beruntung sekali wanita yang menjadi istrinya.. dia pasti diperlakukan sangat baik oleh Array.." Fannya tersenyum seraya membelai Elfaris yang kini terlelap dipangkuannya.
"Kenapa kamu bisa memilih laki-laki yang kasar seperti Chris Fan? Bukankah banyak pria yang mengejar kamu saat di kampus dulu.. apa tidak ada satu pun yang berhasil memenangkan hati kamu.." Array menatap Fannya dari kaca spion mobilnya kemudian mulai melaju meninggalkan rumah sakit menuju rumahnya.
***
"Papaa..!! Papa udah pulang?" Arfa berteriak senang menyambut kedatangan Array sang papa.
Array langsung meraih tubuh mungil bocah tampan yang sangat menggemaskan itu.
"Papa nggak sibuk ya? Papa pulangnya nggak malam-malam?" Arfa kembali bertanya dengan ekspresi riangnya.
"Iya papa nggak sibuk.. papa kangen sama Arfa, makanya papa cepat pulang.." jelas Array seraya menatap gemas jagoan kecilnya itu.
Arfa tersenyum, ia lalu menoleh kearah pintu dan matanya menyipit saat melihat seorang perempuan cantik berdiri diambang pintu rumahnya bersama seorang bocah laki-laki.
Arfa langsung memaksa turun dari gendongan Array. Ia mendekati perempuan tersebut. Matanya berkaca-kaca.
"Pa! Apa ini mama buat Arfa?" Ujarnya yang kemudian air matanya tiba-tiba saja tak terasa keluar dari sudut matanya.
"Arfa, ini teman papa.. namanya tante Fannya.. diaa.." belum sempat Array menjelaskan, Arfa langsung menubruk tubuh Fannya dan memeluknya.
"Ma, Arfa kangen mama.. kenapa mama baru datang sekarang.. Arfa kangen mama maa.."Arfa menangis seraya memeluk kaki Fannya, postur tubuhnya yang masih kecil sehingga ia hanya bisa menggapai kaki Fannya untuk bisa mencurahkan kerinduannya terhadap sang mama.
Fannya membungkukkan tubuhnya, ia meraih tubuh mungil Arfa dan menatap wajah tampannya.
"Sayang, tante bukan mama.." belum sempat Fannya meneruskan ucapannya, Arfa kembali menubruk tubuhnya. Ia menangis sejadi-jadinya.
"Maa.. mama jangan pergi lagi yaa.. Arfa janji nggak akan jadi anak yang nakal.. mama perginya terlalu lama.. Arfa kangen sama mama.. Arfa nggak mau ditinggalin sama mama lagi, Arfa nggak mau ma.." Arfa menangis menumpahkan segala kerinduannya terhadap sang mama. Ini adalah pertama kalinya Array membawa seorang wanita kerumah. Mungkin karena masih kecil dan belum mengerti, hingga Arfa mengira kalau Fannya adalah sang mama.
Array hendak meraih tubuh Arfa, namun Fannya menggelengkan kepalanya memberikan isyarat kalau biarkan Arfa memeluknya lebih lama. Fannya seolah mengerti betapa rindunya Arfa terhadap sang mama.
Array yang melihat kejadian ini hanya bisa berkaca-kaca. Sungguh ia merasa gagal menjadi seorang ayah karena tidak bisa memberikan kasih sayang seorang ibu untuk putranya.
Bersambung...
(Ini scene Arfa ngetiknya sampe mengeluarkan air mata)
Author: Dheana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Nggak Komentar, Nggak Kece :p